Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

HAKIKAT MANUSIA

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Yuyuk Tardimanto, S.Pd, M.Si

OLEH :

NOVIA FRANSISKA

NIM : 203020301049

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi tentang Ilmu Sosial
Budaya Dasar Hakikat Manusia, sebelumnya kami ucapkan terimakasih kepada
dosen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini pada mata kuliah
Ilmu Sosial Budaya Dasar dan tak lupa pula kami ucapkan terimakasih.

Jika ada kesalahan dalam prosesnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena sumber yang kami miliki sangat minin, oleh sebab itu kami mohon maaf
bagi para audiens dan pembaca khususnya. Semoga makalah ini memberikan
banyak manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan
makalah ini sangat diharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun.

Palangka Raya 12 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3.Tujuan .............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Hakikat Manusia sebagai makhluk individu.............................................
2.2.Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial..................................................................
2.3.Interaksi Sosial dan Sosialisasi...................................................................................
2.4.Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya................................................................
2.5.Fungsi dan Peran Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial..............................
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan .................................................................................................................
3.2.Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara fisiologis hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial itu bersifat
bebas, tidak mempunyai hubungan yang ketat antara sesama. Kata manusia berasal dari kata
manu (Sansekerta) atau mens(Latin) yang berarti berpikir, berakal budi, atau homo (Latin)
yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari bahasa Latin, yaitu individu, yang artinya
sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan mahluk monodualis. Artinya selain sebagai mahluk
individu, manusia juga berperan sebagai mahluk sosial. Jiwa dan raga inilah yang membentuk
individu.

Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup
berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia
senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat
individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang
membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal
pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah
ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain. Dalam
pembahasan tentang hakikat manusia sebagai makhluk individu dan sosial kita bisa
melihatnya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya pada saat kita kesusahan pasti kita
membutuhkan bantuan dari orang lain dan ketika kita mempunyai persoalan yang bersifat
pribadi pasti kita akan menjadi manusia yang individu agar orang lain tidak dapat mengetahui
persoalan pribadi yang kita punya.

1.2.  Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk Individu ?


2. Baimana Hakikat manusia sebagai makhluk sosial ?
3. Bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk budaya?
4. Apa fungsi dan peran manusia Individu dan sosial?

1.3.  Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Hakikat manusia sebagai makhluk Individu, makhluk sosial, dan
makhluk budaya.
2. Untuk mengetahui fungsi dan peran manusia Individu dan sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Manusia sebagai makhluk individu

Individu berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak
terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang
berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas. Individu adalah manusia yang tidak hanya
mempunyai peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik
dan psikis, unsur raga dan jiwa. Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala
unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi
maka seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individu ada unsur jasmani dan
rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya. Makna
manusia menjadi individu apabila pola tingkah lakunya hanya identik dengan tingkah laku
masa yang bersangkutan.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor
genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat
yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan (faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.
Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman, dan
kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap
orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
genotip)dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja (2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku
individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat rangsangan dari
lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam
pembentukan karakteristik yang khas dari seseorang.
Menurut George Herbert Mead, kepribadian adalah tingkah laku manusia berkembang
melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam diri seseorang berlangsung
seumur hidup. Menurutnya, manusia akan berkembang secara bertahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat.
Individu dalam konsep sosiologi berarti manusia perorangan  sebagai lawan dari
manusia berkelompok. Yang dimaksud manusia perorangan bukanlah perorangan dalam
jasmaniah tetapi dalam kerohanianya .
Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu
yang berusaha  menempatkan dirinya dihadapan individu-individu lainnya yang telah
mempunyai pola perilaku sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan setempat merupakan
bagiannya. Individu akan berusaha menurut koentjaraningrat unsur-unsur kepriadian meliputi
pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan akal.
Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami
dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat
obyektif. Bersifat obyektif dan subyektivitas ini berhubungan erat dengan keadaan pribadi
masing-masing. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan
tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya. Perasaan termasuk gejala
jiwa yang dimiliki oleh semua orang , hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan
tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan
dengan gejala mengenal.
Gejala perasaan manusia tergantung pada :
a. Keadaan jasmani
b. Pembawaan.
c. Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu.
Unsur dorongan naluri tidak kalah pentingnya untuk di pahami. Dorongan naluri
adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia atau dengan kata lain merupakan sumber
bahwa dari lahir dengan tanpa memperoleh pengetahuan apapun sebelumnya.
Ada beberapa macam dorongan yang perlu diketahui yaitu :
1.     Dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2.      Dorongan sex.
3.      Dorongan untuk mencari makan.
4.      Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain.
5.      Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya.
6.      Dorongan untuk berbakti.
7.      Dorongan akan keindahan.
Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh
dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
a. Proses Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan
dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan fisik dan
lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya dengan
keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan keadaan
jasmani.
Hubungan dengan lingkungan, dapat dilihat apakah individu tersebut menyesuaikan
dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif mempengaruhi dan bahkan sering
mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara padif
(autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu
yang destruktif kita jumpai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan psikis
berlebihan.Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri,
dan kalau mungkin hanya segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya, dan
dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata- mata rasional
kearah masa depan.
b. ompromistis dan Anti-Establishment

Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis. Sikap anti- establishment ini merupakan sikap
individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini
sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat
psikologis (in the search for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat
penggambaran mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat. Perubahan
dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada
beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek
kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.

Perkembangan Individu
Perkembangan manusia yang wajar dan normal harus melalui proses pertumbuhan
dan perkembangan lahir dan batin. Dalam arti bahwa individu atau pribadi manusia
merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai ciri khas tersendiri. Perkembangan
individu menjadi seorang pribadi tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya sendiri
melainkan juga didukung dan dihambat oleh kelompok disekitarnya.
Menurut Mursid Sumaatmadja, kelengkapan dn keserasian anggota tubuh, ketajaman
panca indra, susunan jaringan syaraf dan proses kerja hayat lainya. Besar pengaruhnya
terhadap perkembangan potensi potensi seorang individu .
Pada masa dewasanya manusia lebih banyak menghadapi masalah hidup yang tidak
dapat dihadapi dengan insting atau kebiasaan kebiasaan saja. Manusia pun mempunyai
insting tetapi manusia tidak semata mata dikuasai oleh insting. Manusia mempuyai
kemampuan-kemampuan yang dapat berkembang kesegalah arah untuk menyesuiakan diri
dangan keadaan yang silih berganti. Manusia mempunyai bebagai pembawaan, kesadaran,
perasaan, cita-cita, pikiran dan sebagainya yang kesemuanya berpengaruh terhadap hidupnya.
2.2. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat.


Selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena


beberapa alasan, yaitu :

1.      Karena manusia tunduk pada aturan dan norma sosial yang berlaku.
2.      Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3.      Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk
interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah
dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal
yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1.      Tekanan emosional.


Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2.      Harga diri yang rendah.
Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan
memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain, kondisi tersebut dimana
orang yang direndahkan membutuhkan kasih sayang orang lain atau dukungan moral untuk
membentuk kondisi seperti semula.
3.      Isolasi sosial.
Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.

2.3. Interaksi Sosial dan Sosialisasi

1.      Interaksi Sosial


Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial,
dan masyarakat.Interaksi adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi
saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita
ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari
hubungan satu dengan yang lain.

Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,


interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan, saling
berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.1[2] Aktivitas-aktivitas semacam itu
merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut :

• Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.


• Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik
terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik
yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya ialah
bahwa imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan
pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu
diterima oleh orang lain di luarnya.

1
•    Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.

• Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang
lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan
penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

1)      Bentuk-bentuk Interaksi Sosial.


Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat
dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa
interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi
persaingan serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada
akomodasi.
Dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi
sosial, yaitu:

 Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi,


asimilasi, dan akulturasi.
 Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain.

Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:

Bentuk Interaksi Asosiatif :

 Kerja sama (cooperation).

Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap


kelompoknya dan kelompok lainnya.

 Akomodasi (accomodation)
 Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan
pertentangan. Kontaversi ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri
seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap
kepribadian orang, akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.

 Pertentangan (conflict).

Pertentangan adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok


sosial yang berusaha untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak
lain disertai ancaman atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus,
antara lain: pertentangan pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas
sosial, dan pertentangan politik.

2)      Sosialisasi.
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead.
Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972).
Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui
interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap
play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui
peranan yang harus tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan
oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi,
seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang
lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia
telah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah
memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia
berinteraksi.

Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs


(1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama : keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.

2.4. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Budaya


Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan tayangan
besar dari kehidupan bersama antara individu-induvidu manusia yang bersifat
dinamis yang artinya kehidupan tersebut tidak nomaden dan tidak tetap. Karena,
dipengaruhi oleh kebutuhannya.
Kebudayaan dianggap sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku
individu pada sekelompok masyarakat pendukung kebudayaan tersebut, karena
setiap anak manusia lahir dalam suatu lingkungan alam tertentu (nature) dan
dalam satu lingkungan kebudayaan tertentu (culture) yang keduanya merupakan
lingkungan yang secara apriori menentukan proses pengasuhnya (nurture)
dalam pengembangannya sebagai anak manusia dalam proses pembelajaran
sehingga dalam kenyataan kebudayaan cenderung mengulang-ulang perilaku
melalui pola asuh dan proses belajar yang kemudian memunculkan adanya
kepribadian rata-rata atau yang mencerminkan kepribadia modal dalam
lingkungan tertentu yang mencerminkan kepribadian modal dalam lingkungan
tersebut, dari pemahaman ini kemudian muncul stereotip perilaku pada
sekelompok individu pada masyarakat tertentu.
Dalam konteks ekologi kebudayaan manusia merupakan hasil dari dua
proses yang saling mengisi yaitu adayan perkembangan sebagai hasil hubungan
manusia dengan lingkungan alamnya yang mendorong manusia untuk memilih
cara dalam menyusuaikan diri secara aktif dan kemampuan manusia dalam
berfikir metaphoric sehingga dapat memperluas atau mempersempit jangkauan
dari lambang-lambang dalam sistem arti yang berkembang sedemikian rupa
sehingga lepas dari pengertian aslinya, sehingga kebudayaan secara umum
diartikan sebagai kompleksitas sistem nilai dan gagasan vital yang menguasai
atau merupakan pedoman bagi terwujudnya pola tingkah laku bagi masyarakat
pendukungan. Masyarakat indonesia dan komplek kebudayaan masing-masing
plural (jamak)dan hetrogen (aneka ragam)
Pluralitas sebagai kontradiksi dari singularitas mengindikasikan adanya suatu
situasi yang terdiri dari kejamakan, yaitu dijumpainya berbagai sub kelompok
masyarakat yang tidak bisa disatukan kelompakkan dengan lainnya, demikian
pula kebudayaan mereka, sementara heterogenitas merupakan kontraposisi dari
homogenitas mengindikasi suatu kualitas dari keadaan yang menyimpang
ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. Struktur sosial yang berbeda akan
menghasilkan pola dan proses pembuatan keputusan sosial yang berbeda,
pluralitas dan heterogenitas seperti diuraikan diatas juga tanpa memperoleh
tantangan yang sama kerasnya dengan tantangan terhadap upaya untuk
mempersatukannya melalui konsep negara kesatuan yang mengimplikasikan
bahwa penyelenggaraan pemerintah dilakukan secara sentralistik.
Dengan mencermati berbagai permasalahan sosial budaya dan kondisi
masyarakat indonesia, dapat ditemui adanya berbagai masalah yang ditengarai
sebagi kendala penyelesaian masalah diantaranya adalah :
1. Rendahnya tingkat pengetahuan, pengalaman, dan jangkauan komunikasi
sebagai masyarakat yang dapat mengakibatkan rendahnya daya tangkal
terhadap budaya asing yang negatif, dan keterbatasan dalam menyerap
serta mengembangkan nilai-nilai baru yang positif, sekaligus mudah
sekali terprovokasi dengan isu yang dianggap mengancam eksistensinya.
2. Kurang maksimalnya media komunikasi dalam memerankan fungsinya
sebagai mediator dan korektor informasi.
3. Paradigma pendidikan yang lebih menekankan pengembangan intelektual
dengan mengabaikan pengembangan kecerdasan emosional,
pembentukan sikap moral, dan penanaman nilai budaya. Manusia terbuai
kegiatan dan pembangunan yang pragmatis, yang memberikan manfaat
materiil yang lebih mudah teramati dan terukur, sehingga seringkali
sangsi formal lebih ditakuti dari pada sangsi moral.
4. Meningkatnya gejala “societal crisis on caring” ( krisis pengasuhan dan
kepedulian dalam masyarakat) karena tingginya mobilitas sosial dan
transformasi kultural yang ditangkap dan diadopsi secara terbatas.
Tranformasi budaya dan berbagai permasalahan sosial budaya harus
dapat dipandu secara perlahan lewat jalur media masa maupun pendidikan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta arus informasi, memerlukan
berbagai penyusuaian, baik dalam stuktur pekerjaan, tuntutan keahlian mobilitas
sosial dan sebagainya, dalam proses perubahan tersebut bila tidak memiliki akar
budaya yang kuat akan kehilangan identitas diri dan terbawa arus. Tatanan
sosial dan tradisi lokal yang berakar kuat akan memberikan sentuhan halus yang
mengingatkan manusia agar tidak terbawa arus perubahan yang demikian
dashyat. Nilai budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat, akan selalu
berakar dari kearifan tradisional yang muncul dan berkembang sejalan dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri, kemajemukan masyarakatan indonesia
dengan ciri keragaman budaya tidak bisa secara otomatis terintegrasi menjadi
kebudayaan nasional yang sama mantapnya dengan sistem adat yang ada,
karena kebudayaan nasioanal tersebut baru pada taraf pembentukkan.  

2.5. Fungsi dan Peran Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Pada sisi lain individu adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup dan
berkembang tanpa bantuan dan ikatan dengan individu lain. Kodratnya manusia adalah
makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan juga akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, juga karena pada diei manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk
berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup ditengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dalam hal ini individu
juga membutuhkan suatu interaksi dengan individu lain. Menurut Gilin, interaksi sosil
merupakn hubungan sosil yang dinamis, menyangkut hubngan antara orang perorangan,
kelompok-kelompok manusia, maupun orang perorangan gengan kelompok manusia.
Interaksi sosial dapat terjadi karena adanya komunikasi, jadi komunikasi disini sangatlah
penting artinya. Komunikasi berarti seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
baik berwujud pembicaraan, gerak, maupun sikap.

Dapat disimpilkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena berupa
alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


2. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang biala ia hidup di tengah-tengah manusia.

Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial, pengertian ini menunjukan pada
hubungan-hubungan yang dinamis. Interaksi sosial juga merupakan kunci dari semua
kehidupan sosial, karena tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Dengan demikian jelas sekali bahwa interaksi sosial intu sangat penting dalam kehidupan
masyarakan, tidak terkecuali dalam kehidupan di sekolah. Persaingan (compatition),
pertikaian (conflict), dan akomodasi (accomodation).

Peran dan fungsi seorang individu sangatlah diperlukan untuk menjalin kerja sama
yang baik dan juga berhubungan status individu itu sendiri dalam lingkungannya. Status
adalah jenjang atau posisi seseorang dalam satu kelompok, atau dari satu kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran diartikan sebagai suatu konsep
fungsional yang menjelaskan fungsi atau tugas seseorang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa status dan peran merupakan dua hak yang saling berkaitan. Stutus menunjukan pada
siapa orangnya, sedangkan peran menunjukan apa yang dilakukan oleh orang itu.

Menurut S. Bellen, ada beberapa jenin status dan peran sosial dalam masyarakat,
yaitu:
1. Peran yang diharapkan (expected roles) dan peran yang terlaksana dalam kenyataan
(actual roles).
2. Peran yang terberi (ascribad roles) dan peran yang diperjuangkan (achieved roles).
3. Peran kunci (key roles) dan peran tambahan (supplementary roles).
4. Peran tinggi, peran menengah, dan peran rendah.

Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah
sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan
atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan
sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar
kelompok, kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai
proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia
seperti perubahan sosial.

Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat.
Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan kesempatan yang sama dalam
menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam
keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama.

Namun demikian, kenyataannya setiap individu tidak dapat menguasai atau


mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya, masing-masing individu mempunyai peran
dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebabkan itu bisa
terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si miskin dan si kaya), sosial (warga biasa dengan pak
RT, dll), politik (aktivis partai dengan rakyat biasa), budaya (jago tari daerah dengan tidak)
bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial
mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.

Berbagai kelompok sosial tumbuh seiring dengan kebutuhan manusia untuk saling
berinteraksi. Dalam berbagai kelompok sosial ini, manusia membutuhkan norma-norma
pengaturannya. Terdapat norrma-norma sosial sebagai patokan untuk bertingkah laku bagi
manusia di kelompoknya.

Fungsi Keluarga dan Masyarakat sekitar dalam proses sosial


Fungsi Keluarga
a.      Fungsi Hubungan Seksual
Mengenai fungsi seksual dalam keluarga dapat di kemukakan bahwa, privilage
seksual yang diberikan kepada dua orang suami istri. Itu memperkokoh hubungan mereka
didalam keluarga keluarga inti tersebut di dalam melaksanakan fungsi seksual dalam
keluarga, tiap-tiap masyarakat menyusun tata tertib berdasarkan atas nilai nilai sosial budaya
dan faktor kebutuhan biologis.
b.       Fungsi Ekonomi
Untuk kegiatan hidupnya keluarga harus mengusahakan penghidupannya. Di dalam
masyarakat yang sederhana, pembagian kerja dalam kerjasama ekonomi dilakukan antara
anggota keluarga. Tugas anggota keluarga dan kerjasama ekonomi itu pada umumnya saling
melengkapi. dan pembagian tugas serta pekerjaan yang di lakukan oleh anggota-anggota
keluarga seperti suami istri. Khususnya oleh para wanita pada umumnya lebih banyak
ditentukan oleh faktor kebudayaan dari pada kondisi fisik maupun psikologi.
c.       Fungsi Reproduksi
Dorongan dasar dari manusia untuk melangsungkan kehidupan jenisnya menimbulkan
basic needs untuk menimbulkan daya tarik seks, percintaan, pengorbanan menimbulkan
seksual yang kemudian dapat menghasilkan keturunan.
d.       Fungsi Edukasi
Dari lingkungan keluarga tersebut anak belajar berbahasa, mengumpulkan pengertian
pengertian dan menggunakan nilai nilai kebudayaan yang berlaku. Dia akan dibebankan
dalam keluarga pada masa kanak-kanak di sesuaikan dengan daya tangkap dan sifat-sifat
emosionalnya.

Masyarakat
Menurut WJs. Poerwodarmato masyarakat adalah pergaulan hidup manusia dalam
suatu tempat dengan ikatan-ikatan dan aturan tertentu. Sedangkan menurut Linton,
masyarakat itu timbul dari setiap kumpulan individu-individu yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama. Dalam waktu yang lama itu kelompok manusia yang belum terorganisasi
mengalami proses fundamental yaitu adaptasi dan organisasi dari  tingkah laku dari anggota-
anggota.
Dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang telah lama
bertempat tinggal disuatau daerah tertentu dan mempunyai aturan yang mengatur tata hidup
mereka untuk menuju kepeda tujuan yang sama.
Unsur Unsur Terbentuknya Masyarakat :
a.       Harus ada kelompok (perkumpulan) manusia dan harus bayak jumlahnya dan bukan
mengumpulkan binatang.
b.      Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah tertentu.
c.       Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama.

Faktor Faktor Yang Mendorong Manusia Hidup Bersama :


1)      Adanya dorongan seksual yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau
jenisnya.
2)      Adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah seibu tidak bisa atau sebegai makhluk lemah.
Karena itu mendesak atau mencari kekuatan bersama yang terdapat dalam perserikatan
dengan orang lain sehingga mereka berlindung bersama-sama dan mengejar kebutuhan hidup
sehari-hari.
3)      Adanya kesamaan keturunan, kesamaan teritorial, kesamaan nasib, kesamaan
keyakinan/cita cita serta kesamaan kebudayaan.
Jika pembagian kerja bertambah kompleks suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat
semakin tinggi. Solidaritas didasarkan pada hubungan saling ketergantungan  antar kelompok
masyarakat.
1)      Kelompok primer
Adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri saling mengenal antar anggota-anggotanya
serta kerja sama erat dan bersifat pribadi, sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan
bersifat pribadi adalah peleburan indiviu-individu dalam suatu kelompok sehingga tujuan
individu adalah tujuan kelompok.

2)      Kelompok Sekunder


Adalah kelompok yang tidak saling mengenal dalam hubungan secara langsung.
Norma-norma tersebut ialah:
a) Norma agama atau religi, yaitu norma yang bersumber dari Tuhan yang diperuntukkan
bagi umat-Nya. Norma agama berisi perintah agar dipatuhi dan larangan agar dijauhi
umat beragama. Norma agama ada dalam ajaran-ajaran agama.
b) Norma kesusilaan atau moral, yaitu norma yang bersumber dari hati nurani manusia
untuk mengajak kepada kebaikan dan menjauhi keburukan. Norma moral bertujuan agar
manusia berbuat baik secara moral. Orang berkelakuan baik adalah orang yang bermoral,
sedangkan orang yang berkelakuan buruk adalah orang tidak bermoral atau amoral.
c) Norma kesopanan atau adat adalah norma yang bersumber dari masyarakat dan berlaku
terbatas pada lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Norma ini di maksudkan untuk
menciptakan keharmonisan hubungan antar sesama.
d) Norma hukum, yaitu norma yang dibuat masyarakat secara remi (negara) yang
pemberlakuannya dapat dipaksakan. Norma hukum yang bersifat tertulis.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi empat macam berdasarkan kekuatan
berlakunya dimasyarakat.

Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan ada pula norma yang daya
ikatnya sangat lemah. Keempat jenis tersebut adalah cara (usage), kebiasaan (folkways), tata
kelakuan (mores), dan adat istiadat (costum).

a.      Cara (usage)


Cara adalah bentuk kegiatan manusia yang daya ikatnya sangat lemah. Norma ini
lebih menonjol dalam hubungn antarindividu atau perorangan. Pelanggaran terhadap norma
ini tidak mengakibatkan hukuman yang berat, tetapi sekedar celaan. Contohnya cara makan,
ada yang makan sambil berdiri dan ada yang makan sambil duduk. Cara makan sambil duduk
dianggap lebih pantas dibandingkan cara makan sambil bediri.

b.      Kebiasaan (falkways)


Kebiasaan adalah kegiatan atau perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang
sama oleh orang banyak kerana disukai. Norma ini lebih kuat daya ikatnya dari pada norma
cara. Contohnya, kebiasaan salam bila bertemu.

c.       Tata kelakuan (mores)


Tata kelakuan adalah kebiasaan yang di anggap sebagai norma pengatur. Sifat norma
ini disatu sisi sebagai pemaksa suatu perbuatan dan disisi lain sebagai suatu larangan. Dengan
demikian, tata kelakuan dapat menjadi acuan agar masyarakat menyusuaikan diri dengan
kelakuan yang ada serta meninggalkan perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kelakuan.
d.      Adat istiadat (custom) Adat istiadat
adalah kelakuan yang telah menyatu kuat dalam pola-pola perilaku sebuah
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa, Manusia adalah sebagai makhluk individu dalam arti tidak
dapat dipisahkan antara jiwa dan raganya oleh karena itu dalam proses perkembangannya
perlu keterpaduan antara perkembangan jasmani maupun rohani. Namun keluarga adalah
sebagai suatu tempat untuk memenuhi hasrat  dan keinginannya baik secara biologis maupun
psikis. Sedangkan masyarakat adalah suatu wadah bagi individu dan individu lainnya
membentuk suatu sosialisasi atau hubungan yang lebih luas.

 3.2. Saran

Selain menarik kesimpulan di atas, kami juga memberikan saran yaitu, sebagai
mahluk indvidu yang berpendidikan dan sadar akan ketergantungan kita terhadap individu
lain , Sebaiknya kita harus mengetahui peran ataupun fungsi kita sebagai makhluk individu
maupun sosial.

Agar tidak terjadi kesalah pahaman ataupun pertikaian dalam proses sosialisasi , yang
dapat mengganggu ketentraman hidup individu – individu lainya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ilmu Budaya Dasar ;Supartono W, Drs. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia
Indonesia

Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar : Drs.Herimanto, M.Pd., M.Si.ISBD. Bandung: BumiAksara

Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai