Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. F DENGAN DIAGNOSA


MEDIS KEJANG DEMAN DI RUANG FLAMBOYAN RSUD dr.
DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:
Tingkat III B/Semester V
Cindra
2019.C.11a.1039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN DIAGNOSA
MEDIS KEJANG DEMAM DI RUANG FLAMBOYAN RSUD dr.
DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan dalam menyelesaikan Praktik Praklinik


Keperawatan (PPK II) pada program studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap

Di Susun Oleh:
Tingkat III B/Semester V
Cindra
2019.C.11a.1039

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Cindra (2019.C.11a.1039)
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan pada An F dengan diagnosa medis
kejang demam di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”.

Akan melaksanakan seminar studi kasus kelompok sebagai persyaratan


untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Koordinator Praktik Pra Klinik Pembimbing Akademik


Keperawatan II

Rimba Aprianty., S. Kep., Ners Efri Dulie, S.Kep., Ners

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


. Cindra (2019.C.11a.1039)
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan pada An. F dengan diagnosa medis
kejang demam di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”.

Telah melaksanakan seminar studi kasus kelompok sebagai persyaratan


untuk menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Asuhan Keperawatan ini telah disahkan oleh :

Koordinator Praktik Pra Klinik Pembimbing Akademik


Keperawatan II

Rimba Aprianty ., S. Kep., Ners Efri Dulie, S.Kep., Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep

iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. F dengan diagnosa
medis Kejang Demam di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”. Laporan studi kasus ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan II (PPK II).
Laporan studi kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianty, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Bapa Efri Dulie, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
studi kasus ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 19 November 2021

(Penyusun)

Cindra
DAFTAR ISI

v
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam................................................................5
2.1.1 DefinisiKejang Demam....................................................................5
2.1.2 Etiologi...........................................................................................10
2.1.3 Patofisiologi (Pathways).................................................................15
2.1.4 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................17
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................20
2.1.6 Penatalaksanaan Medis..................................................................21
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................26
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................26
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................34
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................35
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................44
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................44
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................45
3.1 Pengkajian.................................................................................................45
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................63
3.3 Intervensi...................................................................................................65
3.4 Implementasi.............................................................................................72
3.5 Evaluasi.....................................................................................................72
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................82
BAB 5 PENUTUP................................................................................................93
5.1 Kesimpulan................................................................................................93
5.2 Saran...........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................95
LAMPIRAN
JURNAL

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada
anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan,
anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit
disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum,
2011). Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama,
tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan
kejang harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang
berlangsung lama dan berulang.Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa
mengakibatkan gejala sisa pada anak, bahkan bisa menyebabkan kematian
(Fida&Maya, 2012).

Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak
yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan,
retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi
(Mohammadi, 2010). 2 WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari
21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal.
Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang,
yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu : Bagaimana pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada An.F yang
komprehensif dengan diagnosa medis Kejang Demam di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

7
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada An.F dengan diagnosa medis Kejang Demam di dengan
menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada An.F dengan diagnosa medis Kejang Demam
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada An.F dengan diagnosa
medis Kejang Demam
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada An.F dengan diagnosa medis
Kejang Demam
1.3.2.4 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
pada An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada
An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada An.F dengan diagnosa
medis Kejang Demam

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Kejang Demam
secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

8
Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa
dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses
keperawatan khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Sindrom Nefrotik sehingga dapat
diterapkan di masa yang akan datang.

1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit


Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Kejang Demam
melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan terutama
penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep pendekatan
proses keperawatanjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan
klien.

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kejang Demam


2.1.1 Definisi Kejang demam
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu
tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau
febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu
tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Lestari, 2016). Kejang demam
adalah perubahan aktivitas motorik yang bersifat paroksimal dan dalam waktu
tertentu akibat dari adanya aktifitas listrik abnormal di otak yang terjadi karena
kenaikan suhu tubuh (Widagno, 2012). Jadi, dapat disumpulkan bahwa kejang
demam adalah gangguan yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh pada anak
yang mengakibatkan kejang yang disebabkan oleh proses ektrakranial

2.1.2 Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya
berlangsung secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma,
2015). Menurut (Lestari, 2016) kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih, sedangkan
menurut (Ridha, 2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolism
f.Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi

10
2.1.3 Patofisiologi (Pathways)
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular

b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran


listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan


metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat
mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat
terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan
menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.

11
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 )

12
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada kejang
demam diantaranya:
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. Kejang umumnya diawali kejang tinik kemudian klonik berlangsung 10-15
menit, bisa juga lebih
d. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
e. Kulit pucat dan membiru
f. Akral dingin

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi lengkap,
elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak
menunjukkan kelainan yang berarti.
2. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada
pasien dengan kejang demam meliputi :
a. Bayi < 12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis
sering tidak jelas.
b. Bayi antara 12 bulan-1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal fungsi
kecuali pasti bukan meningitis
3. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4. Pemeriksaan foto kepala, CT-scan/ MRI tidak dianjurkan pada pasien
anak tanpa kelainan nuerologist karena hampir semuanya menunjukkan
gambaran normal. CT-scan / MRI direkomendasikan untuk kasus kejang
demam fokal untuk mencari lesi organil di otak.(Nurarif, 2015)
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor yang perlu dikerjakan
yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas kejang secepat mungkin

13
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan utama
yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis yang
diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10 kg
0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg
0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak
yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit,
bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan
suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi,
penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan melalui intravena pada anak
yang kejang seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat
lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi
kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion
karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi
dapat mengganggu frekuensi irama jantung.

b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan penunjang yaitu
semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan
fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan
dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid
dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya

14
glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.

c. Memberikan pengobatan rumat


Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja diazepam
sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah disuntikan, oleh karena
itu harus diberikan obat antiepileptik dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan
pengobatan rumat tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas
dua bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis
jangka panjang.

d. Mencari dan mengobati penyebab


Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi oleh
demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut.
Secara akademis pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya
dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya faktor
infeksi didalam otak misalnya meningitis.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
2.2.1.1 Pengumpulan Data, meliputi :
Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang kesehatan
klien baik fisik, psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk
menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah aktual ataupunpotensial
serta sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada klien (Ode Debora, 2013).
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan bersinambungan yang dilakukan pada semua fase
proses keperawatan, misalnya pada pase evalusi, pengkajian, dilakukan untuk
menentukan hasil strategis keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan
(Kozier, 2011).

15
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang demam
adalah:
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan biodata orang
tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya keluhan yang
dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami kejang pada saat panas
diatas > 37,5.- 39,5 oC.
c. Riwayat penyakit sekarang
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan, apakah betul
ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar mengetahui kejang
yang dialami oleh anak.
2. Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi penting dalam terjadinya
bangkitan kejang pada anak.
3. Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui respon terhadap
prognosa dan pengobatan.
4. Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai
pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik. Pada kejang demam
sederhana kejang ini bersifat umum.
5. Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada umur muda
dan bangkitan kejang sering terjadi.
6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang perlu
ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat menimbulkan kejang,
misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai
dan bagaimana menjalamya. Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah

16
penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan
sebagainya.
7. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare, trauma
kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan
jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pemah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang teljadi untuk
pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA
dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien (25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang
mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan texjadinya kejang demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina sewaktu
hamil, penggunakan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/ vakum),
perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang kejang.
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang.
h. Riwayat perkembangan
kemampuan perkembangan Anak meliputi:
1. Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

17
2. Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda dan lain-lain.
3. Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota
keluarga dan teman sebayanya.
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis Bagaimana
pandangan tehadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
2. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana kualitas
dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang
disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis
dan jumlahnya per hari.
3. Pola eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan
bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta tanyakan apakah disertai
nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
4. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya, berkumpul
dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang disukai.
5. Pola tidur/istirahat

18
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa,
kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan peningktan laju metabolisme
2. Resiko ketidakefektifan jaringan otak berhubungan dengan
peningkatan sirkulasi otak
3. Resiko cidera berhubungan dengan proses kejang
4. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kejang
yang berulang

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Menurut Rosmalia dan Hariyadi (2019), intervensi keperawatan adalah
suatu proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam merencanakan suatu
tindakan yang bertujuan untuk membantu klien dalam mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak yang dapat timbul.
Menurut Mardalena (2018), perencanaan asuhan keperawatan yang dirancang
untuk klien demam tifoid adalah mengobservasi suhu pasien setiap pergantian
shift. Memberikan kompres hangat pada axila, lipatan paha, temporalis jika pasien
demam. Menganjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian tipis dan serap
keringat. Memberikan penjelasan mengenai perubahan suhu pasien.
Menganjurkan pasien untuk banyak minum. Dan berkolaborasi dengan
dokterdalam pemberian obat antipiretik.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, langkah selanjutnya
diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil berupa berkurang atau
hilangnya masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan
yang merupakan validasi rencana keperawatan, menuliskan atau
mendokumentasikan rencana serta melanjutkan pengumpulan data (Mityani,
2009).

19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan aktif dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai
sejauh mana masalah dapat diatasi. Disamping itu perawat, juga memberikan
umpan balik atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum
tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mityani,
2009)

20
17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Cindra


Nim : 2019.C.11a.1039
Tempat Praktek : Ruang Flamboyan
Tanggal Pengkajian & Jam : 17 November 2021

1
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. F
TTL : 17 Desember 2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Khatolik
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Manyar IV
Diagnosa Medis : Kejang Demam
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
TTL :
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Khatolik
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Manyar IV
Hubungan Keluarga : Ibu Kandung Pasien
18

2.1.1.3 Keluhan Utama :


Orang tua klien mengatakan kejang dan demam saat di rumah
2.1.1.4 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan sekarang :
Klien mengalami demam 2 hari, kejang 1 hari

2) Riwayat Kesehatan lalu :


Ibu Pasien Mengatakan Anaknya tidak ada memiliki riwayat kesehatan

3) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ibu Pasien mengatakan Didalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit menular

4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


2.1.2.1 Keadaan Umum :
Bibir klien tampak berwarna merah muda dan lembab
Klien Tampak lemas, wajah agak pucat

Tanda-tanda Vital
19

Nadi : 161 x/menit


Suhu : 39,40C
Respirasi: 36 x/menit
BB : 9 Kg
2.1.2.2 Kepala dan Wajah
Wajah Klien napak Pucat dan lemas
2.1.2.3 Leher dan Tenggorokan
Tampak kemerahan
2.1.2.4 Mulut dan Faring
Bibir Klien terlihat berwarna merah muda dan tampak lembab
2.1.2.5 Dada
Dada Klien Simetris, tidak ada lesi, dan tidak ada nyeri tekan
2.1.2.6 Abdomen
Keadaan abdomen normal
2.1.2.7 Eliminasi
Tidak ada gangguan eliminasi
2.1.2.8.Ekstremitas
Kaki kiri dan kanan klien simetris dan integritas kulit normal, tidak ada
kerusakan
2.1.2.7 Genetalia
( tidak di kaji )
2.1.3 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
2.1.3.1 Gizi Selera makan
Pola Makan Sehari- Sesudah Sakit Sebelum Sakit
hari
Frekuensi/hari 2x sehari 3 x sehari
Porsi
Nafsu makan Menurun Baik
Jenis Makanan Asi,Bubur Asi/Bubur
20

Jenis Minuman Asi Asi


Jumlah minuman cc/24 jam cc/24 jam
Kebiasaan makan Di kunyah Di kunyah.
Keluhan/masalah Tidak nafsu makan Tidak masalah

2.1.3.2 Kemandirian dalam bergaul


Klien masih bisa bermain bersama orang yang dia kenal
2.1.3.3 Motorik halus
klien sudah bisa bermain
2.1.3.4 Motorik Kasar
Klien sudah bisa berjalan dengan normal
2.1.3.5 Kognitif dan bahasa
Tidak ada Masalah dalam Kognitif bahasa
2.1.3.6 Psikososial
Tidak ada masalah dalam psikososial pasien
2.1.4 Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Kebiasaan Keterangan

Nutrisi
a. Frekuensi a. Klien kurang mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan
b. Nafsu Makan/selera
b. Klien sering makan sewaktu
c. Jenis Makanan belum sakit
c. Tidak menentu

Eliminasi
a. BAB a. 1 x/hari
b. BAK b. 2-3 sehari.

Istirahat dan tidur


a. Siang/jam a. 3 jam
21

b. Malam/jam b. 9jam
Personal Hyigene
a. Mandi a. 2x/hari
b. Oral Hygene b. 2x/hari

2.1.5 Data Penunjang


Di berikan obat
• Phenobarbital 2x22 mg (3x1 hari)
• Salbutamol 0,5 mg (3x1 hari)
• Rhinofed 1/5 tab (3x1 hari)
• Diazepam intravena 0,3-0,5 mg/KgBB

Mahasiswa,
22

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : orang tua klien mengatakan Demam dan Kejang Hipertermia
klien demam selama 2 hari (D.0130) Hal.284)

Suhu tubuh hangat

DO : kulit terasa hangat

Hipertermia
Tanda-tanda Vital
-N 161 x/menit
-Suhu : 39,4 0C
-Respirasi : 36 x/menit

Resiko Cedera
Demam
DS : orang tua klien mengatakan (D.0136) Hal.294
klien kejang-kejang sudah 2 hari
23

Kejang
DO : tingkat kesadaran pasien
compos mentis Suhu : 39,4 0C
Durasi kejang 5 menit

Resiko Cedera

PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia berhubungan dengan Suhu Tubuh Diatas Normal di tandai


dengan kulit terasa hangat Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu : 39,4
0’C Respirasi : 36 x/menit (D.0130) Hal.284
2. Resiko Cedera berhubungan dengan kejang ditandai dengan orang tua klien
mengatakan klien kejang-kejang sudah 2 hari Tanda-tanda Vital N 161
x/menit Suhu : 39,4 0’C Respirasi : 36 x/menit (D.0136) Hal.294
24
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : An. F
Ruang Rawat : Plamboyan
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertemia (I.03114) Hal.181 Mengetahui perkembangan
berhubungan selama 1x24 jam pertemuan diharapkan Obsevasi : dari hasil tindakan
dengan Suhu suhu tubuh kilen kembali normal - Monitor suhu tubuh perawatan
Tubuh Diatas KRITERIA HASIL: - Monitor komplikasi akibat
Normal di tandai 1. Suhu kulit membaik (teraba dingin) hipertermia
dengan kulit terasa 2. Suhu tubuh membaik (36,6 – 37,2 Terapuetik :
hangat Tanda-tanda 0
C)
- Sediakan lingkungan yang dingin
Vital N 161
- Longggarkan atau lepaskan pakaian
x/menit Suhu : 39,4
0’C Respirasi : 36 - Kompres dengan air hangat

x/menit (D.0130) Edukasi :

Hal.284 - Anjurkan tirah baling


Kolaborasi : Mengetahui perkembangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Kolaborasi pemberian cairan dan dari hasil tindakan
selama 1x24 jam pertemuan diharapkan
26

2. Resiko resiko cedera kilen kembali normal elektrolit intravena, Jika Perlu perawatan
Cedera KRITERIA HASIL : - Kalaborasi pemberian anti peretik
berhubungan 1. Mengidentifikasi faktor
dengan kejang resiko/pemicu kejang Manajemen Kejang (I.06193) Hal.189
ditandai dengan 2. Kemampuan mencegah faktor Observsi
orang tua klien resiko/pemicu kejang - Monitor terjadinya kejang berulang
mengatakan klien - Monitor karakteristik kejang
kejang-kejang
Terapuetik
sudah 2 hari
- Baringkan pasien agar tidak jatuh
Tanda-tanda Vital
- Dampingi selama priode kajang
N 161 x/menit
Suhu : 39,4 0’C - Catat durasi kejang

Respirasi : 36 Edukasi
x/menit (D.0136) - Anjurkan keluarga menghindari
Hal.294 memasukkan apapun ke dalam mulut
pasien saat priode kejang
- Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
27

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan,
Jika Perlu
28

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No. Tanda tangan dan


Hari/Tanggal
Dx Implementasi Evaluasi (SOAP) Nama Perawat
Jam
1. 17 November - Monitor suhu tubuh S : orang tua klien mengatakan bahwa anaknya
2021 - Longggarkan atau lepaskan pakaian sudah tidak demam

- Anjurkan tirah baling


O : Kesadaran umum pasien tampak lemah,
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit TTV :
intravena, Jika Perlu N:161x/menit
S: 36,6, kulit tidak teraba hangat Cindra
Respirasi 36x/menit

A : Masalah hipertermia teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2. 17 November
29

2021 - Monitor terjadinya kejang berulang

- Monitor karakteristik kejang

- Baringkan pasien agar tidak jatuh S : orang tua klien mengatakan bahwa anaknya
- Dampingi selama priode kajang sudah tidak ada kejang
Cindra
- Catat durasi kejang
O : Kesadaran umun pasien tampak lemah,
- Anjurkan keluarga menghindari memasukkan
kesadaran Compos Metis, kejang menurun
apapun ke dalam mulut pasien saat priode
TTV:
kejang
N: 161x/menit
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan, Jika S: 36,6
Perlu Respirasi 36x/menit

A : Masalah resiko cedera teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
30

BAB 4
PEMBAHASAN

Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan.
Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang memerlukan ilmu, teknik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien baik sebagai
individu, keluarga maupun masyarakat mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5
tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori mengenai asuhan keperawatan
pasien dengan Kejang Demam Pada pasien An.F di Ruang Flamboyan RSUD.dr Doris Sylvanus
palangka Raya.

1.1 Pengkajian
Pengkajian menurut penulis sesuai fakta, dari hasil pengkajian B1-B6 yang dilakukan pada
tanggal 18 oktober 2021 pukul 10.58 WIB pada An. F terdapat masalah pasien yaitu :Hipertemia
dan risiko cidera. Dalam hasil pengkajian asuhan keperawatan pasien dengan kejang demam
pada An. F yang dilakukan Pada Tanggal 18 oktober 2021, data didapat secara langsung melalui
wawancara pasien dan keluarga, pengkajian, pemeriksaan fisik serata didokumentasikan pada
pasien dan keluarga, ditemukan data-data ibu pasien mengatakan anaknya mengalami. demam 2
hari, kejang 1 hari Hasil pemeriksaan fisik yaitu tanda-tanda vital N 161 x/menit Suhu : 39,4 0C
Respirasi : 36 x/menit BB 9 Kg
Pengkajian pada tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2013:17).
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya dengan temuan
masalah yang di alami An. F maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ada persamaan antara
data temuan pada klien dengan teoritis yang diuraikan para ahli. Pada kasus Kejang Demam pada
An. F secara teori yang muncul pada keluhan utama yaitu Kejang Demam Artinya ada
kesenjangan antara teori dan fakta dari hasil pengkajian keluhan utama. Berdasarkan pengkajian
keperawatan diatas kenapa di pemeriksaan fisik tidak terdapat atau tidak muncul masalah di
B1,B2,B3,B5 dan B6., dikarenakan di pemeriksaan fisik datanya tidak mendukung atau tidak
bermasalah pada An.F pasien Kejang Demam tersebut.
31

1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa munurut penulis sesuai fakta, dari hasil pengkajian pada An.F kasus dengan
Sindrom Nefrotik, penulis mengangkat dua diagnosa keperawatan berdasarkan dari analisa data
yang diperoleh didapatkan sesuai dengan prioritas masalah pada kasus yaitu :
1. Hipertermia berhubungan dengan Suhu Tubuh Diatas Normal di tandai dengan kulit
terasa hangat Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu : 39,4 0’C Respirasi : 36 x/menit
2. Resiko Cedera berhubungan dengan kejang ditandai dengan orang tua klien
mengatakan klien kejang-kejang sudah 2 hari Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu :
39,4 0’C Respirasi : 36 x/menit
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dan
individu atau kelompok dimana perawatan secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Kejang
Demam menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2016) adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan peningktan laju metabolisme
2. Resiko ketidakefektifan jaringan otak berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak
3. Resiko cidera berhubungan dengan proses kejang
4. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan kejang yang
berulang

Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis diatas ditemukan persamaan diagnosa


keperawatan pada pasien dengan Kejang demam Ada 5 (lima ) diagnosa yang didapatkan pada
An.F yaitu Hipertemia resiko cidera Resiko ketidakefektifan jarinagan otak resiko aspirasi dan
resiko keterlambatan perkembangan dan . Pada diagnosa keperawatan diatas ada beberapa yang
tidak terdapat dalam kasus An. F. yaitu Resiko ketidakefektifan jaringan otak, Resiko aspirasi
dan Resiko keterlambatan perkembangan Dikarenakan data yang ada di pengkajian kasus An. F
tidak mendukung atau tidak bermasalah pada pasien luka bakar tersebut.

1.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan/Intervensi munurut fakta dibuat berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan pada
An. F dengan Kejang demam yang menjadi prioritas keperawatan adalah diagnosa yang pertama
32

Hipertemia penyebab Suhu tubuh di atas normal Deman dan Kejang Suhu Tubuh hangat ,resiko
cidera di tandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami Kejang dan demam Durasi
kejang 5 menit , yaitu intervensinya Periksa tanda dan gejala Monitor suhu tubuh Monitor
komplikasi akibat hipertermia Sediakan lingkungan yang dingin,Longggarkan atau lepaskan
pakaian,Kompres dengan air hangat,Anjurkan tirah baling dan Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, Jika Perlu

Diagnosa yang kedua, Resiko Cedera berhubungan dengan kejang ditandai dengan orang tua
klien mengatakan klien kejang-kejang sudah 2 hari Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu : 39,4
0’C Respirasi : 36 x/menit yaitu intervensinya Monitor terjadinya kejang berulang,Monitor
karakteristik kejang,Baringkan pasien agar tidak jatuh,Dampingi selama priode kajang,Catat
durasi kejang,Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun ke dalam mulut pasien saat
priode kejang,Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk menahan gerakan pasien
dan Kolaborasi pemberian antikonvulsan, Jika Perlu

Menurut teori (Surhayanto, 2009:193) intervensi keperawatan adalah perilaku spesifik


yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, Setelah
merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan (Intervensi) keperawatan,
tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah yang dirasakan oleh
pasien.
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis diatas ditemukan masalah pasien dengan
Sindrom Nefrotik harus mendapatkan perhatian khusus karena banyak hal yang mempengaruhi
kondisi umum penderita.

1.4 Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada hari Senin ,18 oktober 2021
pukul 10,58 WIB diruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terhadap An.F
Untuk diagnosa pertama yaitu Hipertemia ,Implementasinya : Periksa tanda dan gejala
Hipertemia ,Identifikasi penyebab hipertemia Monitor suhu tubuh Longggarkan atau lepaskan
pakaian,Anjurkan tirah baling,Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, Jika Perlu
33

Diagnosa kedua Risiko Cidera , Implementasinya : Monitor suhu tubuh,Longggarkan atau


lepaskan pakaian,Anjurkan tirah baling dan Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, Jika Perlu

Menurut teori (Doenges, 2010), Implementasi atau pelaksanaan keperawatan merupakan


tahap ke empat dalam proses keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan, pada tahap
ini perawat siap menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana keperawatan, agar implementasi perencanaan ini tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
perlu mengidentifikasi prioritas perawatan klien kemudian bila telah dilaksanakan, memantau
dan mencatat respon klien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya informasi ini
kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga
Menurut penulis berdasarkan fakta dan teori uraian diatas bahwa tidak ditemukan
kesenjangan dalam pelaksanaan keperawatan, karena pelaksanaan pada kasus An.F tidak jauh
berbeda dengan yang diuraikan oleh teori diatas. Faktor yang mendukung dalam pelaksanaan
keperawatan ini adalah kerjasama keluarga klien dan tim kesehatan lainnya. Tidak ada faktor
penghambat dalam pelaksanaan keperawatan klien. Keluarga dan perawat bekerjasama dengan
baik dan tidak menolak saat dilakukan tindakan dan orang tua klien cukup kooperatif.

1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah menetukan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan
keefektifan intervensi keperawatan. Secara teori tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditentukan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, orang tua dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2
kegiatan yaitu evaluasi formatif (SOAP) dan evaluasi sumatif (SOAPIER) (Setiadi, 2012:57).
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Senin , 18J Oktober
2021 pukul 10:58-selesai WIB di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
terhadap An.F didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu hipertemia masalah
keperawatan teratasi segbagin karena saat sudah diberikan tindakan ibu paasien mengatakan
anaknya sudah tidak demam lagi . Evaluasi untuk diagnosa kedua resiko cidera , masalah
keperawatan teratasi sebagian
34

Berdasarkan hasil catatan perkembangan evaluasi keperawatan yang dilakukan di Ruang


Flamboyan pada tanggal senin, 18 oktober 2021 yaitu pada diagnosa pertama yaitu data
subyektif ibu pasien mengatkan orang tua klien mengatakan klien demam selama 2 hari , data
obyektif :kulit terasa hangat Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu : 39,4 0C Respirasi : 36
x/menit lanjutkan Intervensi . Diagnosa kedua hasil catatan perkembangan evaluasi keperawatan
yaitu data subyektif : ibu pasien mengatakan orang tua klien mengatakan klien kejang-kejang
sudah 2 hari ,data obyektif tingkat kesadaran pasien compos mentis Suhu : 39,4 0C: Lanjutkan
Intervensi.
35

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu tubuh diatas 38⁰C)
karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari, 2016).

Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, namun kejang demam
yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus
atau bakteri.

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik

Asuhan keperawatan pada An. F dengan Kejang demam dalam pemberian asuhan
keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan
implementasi ditetapkan bersama pasien. Dimana masalah yang di temukan pada kasus An. F
dengan diagnosa Hipertemia dan Resiko Cidera berhubungan dengan Dimana dalam setiap
masalah yang diangkat berbanding lurus dengan teori baik dalam tahap pengkajian, masalah
diagnosa keperawatan yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan
dilakukan setelah semua kegiatan intervensi diimplementasikan dengan hasil masalah, sehingga
pasien masih harus mendapatkan perawatan baik dirumah sakit maupun selama dirumah dan
dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga kesehatan. Dari hasil evaluasi data dari
Catatan Perkembangan pada Senin, 15 November 2021 yang didapat dengan 2 (dua) masalah
yang diangkat teratasi sebagian sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dengan diagnosa
keperawatan yaitu Hipertemia dan resiko cidera

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa agar laporan studi kasus ini berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa dan mampu mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa
36

medis Kejang Demam dan sebagai acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan
laporan studi kasus selanjutnya.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa dalam membuat asuhan
keperawatan terkait pasien dengan diagnosa Kejang demam pada masa mendatang.
1.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Untuk RSUD dr. Doris Palangka Raya khususnya pada sistem integumen, laporan ini dapat
memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Sindrom Nefrotik dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah sakit kepada pasien
dengan Kejang demam
DAFTAR PUSTAKA

WHO, 2013 dalam Untari 2015. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejang
Demam dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.

Indriyani, R. (2017).Asuhan Keprawatan pada Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan
Hipertermia di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah ,7-20

NANDA.(2018).Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.

Rohmah Nikmatur & Walid Saiful,.(2017).Dokumentasi Proses Keprawatan.Fakultas Ilmu


kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

Yuliastati & Amelia, A.(2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Eny Susilowati, (2016). Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penanganan demam
dengan kejadian kejang demam berulang di ruang anak SDUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Surakarta.

Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, Mangunatmadja I, Handryastuti, Saharso D, dkk.


Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2016.

Adhar Arifuddin(2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan
Anak RSU ANUTAPURA PALU. Jurnal Kesehatan Tadulako, 1-72 .

Indrayati Novi (2019).Gambaran Kemampuan Orang Tua Dalam Penanganan Pertama Kejang
Demam Pada Anak Usia .Jurnal Ilmiah Permas,149-154.

Anda mungkin juga menyukai