Di Susun Oleh:
Tingkat III B/Semester V
Cindra
2019.C.11a.1039
Di Susun Oleh:
Tingkat III B/Semester V
Cindra
2019.C.11a.1039
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Studi Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada An. F dengan diagnosa
medis Kejang Demam di Ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya”. Laporan studi kasus ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan II (PPK II).
Laporan studi kasus ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianty, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
4. Bapa Efri Dulie, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
studi kasus ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.
(Penyusun)
Cindra
DAFTAR ISI
v
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Penyakit Kejang Demam................................................................5
2.1.1 DefinisiKejang Demam....................................................................5
2.1.2 Etiologi...........................................................................................10
2.1.3 Patofisiologi (Pathways).................................................................15
2.1.4 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................17
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang..................................................................20
2.1.6 Penatalaksanaan Medis..................................................................21
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................26
2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................26
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................34
2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................35
2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................44
2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................44
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................45
3.1 Pengkajian.................................................................................................45
3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................63
3.3 Intervensi...................................................................................................65
3.4 Implementasi.............................................................................................72
3.5 Evaluasi.....................................................................................................72
BAB 4 PEMBAHASAN.......................................................................................82
BAB 5 PENUTUP................................................................................................93
5.1 Kesimpulan................................................................................................93
5.2 Saran...........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................95
LAMPIRAN
JURNAL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak
yang rusak dan mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan,
retardasi mental, kelumpuhan dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi
(Mohammadi, 2010). 2 WHO memperkirakan pada tahun 2005 terdapat lebih dari
21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal.
Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan-13 tahun dengan riwayat kejang,
yang mengalami kejang demam sekitar 77% (WHO, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yaitu : Bagaimana pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada An.F yang
komprehensif dengan diagnosa medis Kejang Demam di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya?
7
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan pada An.F dengan diagnosa medis Kejang Demam di dengan
menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada An.F dengan diagnosa medis Kejang Demam
1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada An.F dengan diagnosa
medis Kejang Demam
1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada An.F dengan diagnosa medis
Kejang Demam
1.3.2.4 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
pada An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada
An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada An.F dengan diagnosa medis Kejang demam
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada An.F dengan diagnosa
medis Kejang Demam
8
Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa
dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses
keperawatan khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Sindrom Nefrotik sehingga dapat
diterapkan di masa yang akan datang.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti,
namun kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara
cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Pada umumnya
berlangsung secara singkat, dan mungkin terdapat predisposisi familiar. (Kusuma,
2015). Menurut (Lestari, 2016) kejang demam dapat disebabkan infeksi saluran
pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan infeksi saluran kemih, sedangkan
menurut (Ridha, 2014) mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang demam
diantaranya :
a. Faktor-faktor prenatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolism
f.Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
10
2.1.3 Patofisiologi (Pathways)
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-).
Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+
rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K
ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini
dapat diubah oleh :
11
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan
tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 )
12
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Dewanto, 2009) gejala klinis yang paling sering dijumpai pada kejang
demam diantaranya:
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. Kejang umumnya diawali kejang tinik kemudian klonik berlangsung 10-15
menit, bisa juga lebih
d. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
e. Kulit pucat dan membiru
f. Akral dingin
13
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan utama
yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis yang
diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat badan, kurang dari 10 kg
0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg
0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak
yang lebih besar. Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit,
bila masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang, diberikan
suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi pemberiannya secara
intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara
intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah mengantuk, hipotensi,
penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan melalui intravena pada anak
yang kejang seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah
berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat
lebih dari 10 kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi
kejang atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion
karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan, tetapi
dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan penunjang yaitu
semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan
oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan
fungsi jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan
dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid
dengan dosis 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
14
glukokortikoid misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
15
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang demam
adalah:
a. Biodata/ Identitas pasien
Biodata pasien mencakup nama, umur, jenis kelamin. Sedangkan biodata orang
tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya keluhan yang
dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami kejang pada saat panas
diatas > 37,5.- 39,5 oC.
c. Riwayat penyakit sekarang
1. Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan, apakah betul
ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar mengetahui kejang
yang dialami oleh anak.
2. Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka
diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi penting dalam terjadinya
bangkitan kejang pada anak.
3. Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu
berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui respon terhadap
prognosa dan pengobatan.
4. Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai
pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik. Pada kejang demam
sederhana kejang ini bersifat umum.
5. Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur
berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per tahun.
Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada umur muda
dan bangkitan kejang sering terjadi.
6. Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang perlu
ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat menimbulkan kejang,
misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai
dan bagaimana menjalamya. Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah
16
penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan
sebagainya.
7. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai Apakah muntah, diare, trauma
kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan
jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita
pemah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang teljadi untuk
pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang selaput otak, OMA
dan lain-lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien (25 %
penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang
mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang dapat
mencetuskan texjadinya kejang demam.
f. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami infeksi
atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina sewaktu
hamil, penggunakan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan
ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/ vakum),
perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah
bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang kejang.
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah
mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan
kejang.
h. Riwayat perkembangan
kemampuan perkembangan Anak meliputi:
1. Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
17
2. Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja
dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya
menggambar, memegang suatu benda dan lain-lain.
3. Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
4. Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota
keluarga dan teman sebayanya.
1. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis Bagaimana
pandangan tehadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
2. Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana kualitas
dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang
disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis
dan jumlahnya per hari.
3. Pola eliminasi
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan
bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta tanyakan apakah disertai
nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.
4. Pola aktivitas dan latihan
Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya, berkumpul
dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang disukai.
5. Pola tidur/istirahat
18
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa,
kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang.
19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan aktif dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap masalah dan menilai
sejauh mana masalah dapat diatasi. Disamping itu perawat, juga memberikan
umpan balik atau pengkajian ulang seandainya tujuan yang ditetapkan belum
tercapai, maka dalam hal ini proses keperawatan dapat dimodifikasi (Mityani,
2009)
20
17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1
2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
2.1.1.1 Identitas Pasien
Nama Klien : An. F
TTL : 17 Desember 2019
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Khatolik
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Manyar IV
Diagnosa Medis : Kejang Demam
2.1.1.2 Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
TTL :
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Khatolik
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Pendidikan :
Alamat : Jl. Manyar IV
Hubungan Keluarga : Ibu Kandung Pasien
18
4) Susunan Genogram
KET :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Meninggal
= Pasien
= Tinggal Serumah
Tanda-tanda Vital
19
Nutrisi
a. Frekuensi a. Klien kurang mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan
b. Nafsu Makan/selera
b. Klien sering makan sewaktu
c. Jenis Makanan belum sakit
c. Tidak menentu
Eliminasi
a. BAB a. 1 x/hari
b. BAK b. 2-3 sehari.
b. Malam/jam b. 9jam
Personal Hyigene
a. Mandi a. 2x/hari
b. Oral Hygene b. 2x/hari
Mahasiswa,
22
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : orang tua klien mengatakan Demam dan Kejang Hipertermia
klien demam selama 2 hari (D.0130) Hal.284)
Hipertermia
Tanda-tanda Vital
-N 161 x/menit
-Suhu : 39,4 0C
-Respirasi : 36 x/menit
Resiko Cedera
Demam
DS : orang tua klien mengatakan (D.0136) Hal.294
klien kejang-kejang sudah 2 hari
23
Kejang
DO : tingkat kesadaran pasien
compos mentis Suhu : 39,4 0C
Durasi kejang 5 menit
Resiko Cedera
PRIORITAS MASALAH
2. Resiko resiko cedera kilen kembali normal elektrolit intravena, Jika Perlu perawatan
Cedera KRITERIA HASIL : - Kalaborasi pemberian anti peretik
berhubungan 1. Mengidentifikasi faktor
dengan kejang resiko/pemicu kejang Manajemen Kejang (I.06193) Hal.189
ditandai dengan 2. Kemampuan mencegah faktor Observsi
orang tua klien resiko/pemicu kejang - Monitor terjadinya kejang berulang
mengatakan klien - Monitor karakteristik kejang
kejang-kejang
Terapuetik
sudah 2 hari
- Baringkan pasien agar tidak jatuh
Tanda-tanda Vital
- Dampingi selama priode kajang
N 161 x/menit
Suhu : 39,4 0’C - Catat durasi kejang
Respirasi : 36 Edukasi
x/menit (D.0136) - Anjurkan keluarga menghindari
Hal.294 memasukkan apapun ke dalam mulut
pasien saat priode kejang
- Anjurkan keluarga tidak
menggunakan kekerasan untuk
menahan gerakan pasien
27
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan,
Jika Perlu
28
P : Intervensi dilanjutkan
2. 17 November
29
- Baringkan pasien agar tidak jatuh S : orang tua klien mengatakan bahwa anaknya
- Dampingi selama priode kajang sudah tidak ada kejang
Cindra
- Catat durasi kejang
O : Kesadaran umun pasien tampak lemah,
- Anjurkan keluarga menghindari memasukkan
kesadaran Compos Metis, kejang menurun
apapun ke dalam mulut pasien saat priode
TTV:
kejang
N: 161x/menit
- Kolaborasi pemberian antikonvulsan, Jika S: 36,6
Perlu Respirasi 36x/menit
P : Intervensi dilanjutkan
30
BAB 4
PEMBAHASAN
Proses keperawatan adalah dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan.
Hal ini disebutkan sebagai suatu pendekatan problem yang memerlukan ilmu, teknik dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien baik sebagai
individu, keluarga maupun masyarakat mengemukakan dalam proses keperawatan terdiri dari 5
tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pada bab ini penulis akan mencoba membandingkan konsep teori mengenai asuhan keperawatan
pasien dengan Kejang Demam Pada pasien An.F di Ruang Flamboyan RSUD.dr Doris Sylvanus
palangka Raya.
1.1 Pengkajian
Pengkajian menurut penulis sesuai fakta, dari hasil pengkajian B1-B6 yang dilakukan pada
tanggal 18 oktober 2021 pukul 10.58 WIB pada An. F terdapat masalah pasien yaitu :Hipertemia
dan risiko cidera. Dalam hasil pengkajian asuhan keperawatan pasien dengan kejang demam
pada An. F yang dilakukan Pada Tanggal 18 oktober 2021, data didapat secara langsung melalui
wawancara pasien dan keluarga, pengkajian, pemeriksaan fisik serata didokumentasikan pada
pasien dan keluarga, ditemukan data-data ibu pasien mengatakan anaknya mengalami. demam 2
hari, kejang 1 hari Hasil pemeriksaan fisik yaitu tanda-tanda vital N 161 x/menit Suhu : 39,4 0C
Respirasi : 36 x/menit BB 9 Kg
Pengkajian pada tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematik dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2013:17).
Berdasarkan analisa penulis terhadap teoritis dan membandingkannya dengan temuan
masalah yang di alami An. F maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ada persamaan antara
data temuan pada klien dengan teoritis yang diuraikan para ahli. Pada kasus Kejang Demam pada
An. F secara teori yang muncul pada keluhan utama yaitu Kejang Demam Artinya ada
kesenjangan antara teori dan fakta dari hasil pengkajian keluhan utama. Berdasarkan pengkajian
keperawatan diatas kenapa di pemeriksaan fisik tidak terdapat atau tidak muncul masalah di
B1,B2,B3,B5 dan B6., dikarenakan di pemeriksaan fisik datanya tidak mendukung atau tidak
bermasalah pada An.F pasien Kejang Demam tersebut.
31
Hipertemia penyebab Suhu tubuh di atas normal Deman dan Kejang Suhu Tubuh hangat ,resiko
cidera di tandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami Kejang dan demam Durasi
kejang 5 menit , yaitu intervensinya Periksa tanda dan gejala Monitor suhu tubuh Monitor
komplikasi akibat hipertermia Sediakan lingkungan yang dingin,Longggarkan atau lepaskan
pakaian,Kompres dengan air hangat,Anjurkan tirah baling dan Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, Jika Perlu
Diagnosa yang kedua, Resiko Cedera berhubungan dengan kejang ditandai dengan orang tua
klien mengatakan klien kejang-kejang sudah 2 hari Tanda-tanda Vital N 161 x/menit Suhu : 39,4
0’C Respirasi : 36 x/menit yaitu intervensinya Monitor terjadinya kejang berulang,Monitor
karakteristik kejang,Baringkan pasien agar tidak jatuh,Dampingi selama priode kajang,Catat
durasi kejang,Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun ke dalam mulut pasien saat
priode kejang,Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk menahan gerakan pasien
dan Kolaborasi pemberian antikonvulsan, Jika Perlu
1.4 Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada hari Senin ,18 oktober 2021
pukul 10,58 WIB diruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya terhadap An.F
Untuk diagnosa pertama yaitu Hipertemia ,Implementasinya : Periksa tanda dan gejala
Hipertemia ,Identifikasi penyebab hipertemia Monitor suhu tubuh Longggarkan atau lepaskan
pakaian,Anjurkan tirah baling,Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, Jika Perlu
33
1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah menetukan kemajuan klien terhadap pencapaian hasil yang diharapkan dan
keefektifan intervensi keperawatan. Secara teori tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditentukan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, orang tua dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari 2
kegiatan yaitu evaluasi formatif (SOAP) dan evaluasi sumatif (SOAPIER) (Setiadi, 2012:57).
Berdasarkan hasil evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Senin , 18J Oktober
2021 pukul 10:58-selesai WIB di ruang Flamboyan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
terhadap An.F didapatkan hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu hipertemia masalah
keperawatan teratasi segbagin karena saat sudah diberikan tindakan ibu paasien mengatakan
anaknya sudah tidak demam lagi . Evaluasi untuk diagnosa kedua resiko cidera , masalah
keperawatan teratasi sebagian
34
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi (suhu tubuh diatas 38⁰C)
karena terjadi kelainan ektrakranial. Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari, 2016).
Hingga saat ini penyebab kejang demam belum diketahui secara pasti, namun kejang demam
yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus
atau bakteri.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik
Asuhan keperawatan pada An. F dengan Kejang demam dalam pemberian asuhan
keperawatan disesuaikan dengan standar keperawatan dalam pelaksanaan intervensi dan
implementasi ditetapkan bersama pasien. Dimana masalah yang di temukan pada kasus An. F
dengan diagnosa Hipertemia dan Resiko Cidera berhubungan dengan Dimana dalam setiap
masalah yang diangkat berbanding lurus dengan teori baik dalam tahap pengkajian, masalah
diagnosa keperawatan yang muncul, dan intervensi keperawatan. Evaluasi keperawatan
dilakukan setelah semua kegiatan intervensi diimplementasikan dengan hasil masalah, sehingga
pasien masih harus mendapatkan perawatan baik dirumah sakit maupun selama dirumah dan
dianjurkan untuk menjaga kebersihan diri dan menjaga kesehatan. Dari hasil evaluasi data dari
Catatan Perkembangan pada Senin, 15 November 2021 yang didapat dengan 2 (dua) masalah
yang diangkat teratasi sebagian sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil dengan diagnosa
keperawatan yaitu Hipertemia dan resiko cidera
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Saran bagi mahasiswa agar laporan studi kasus ini berguna untuk menambah ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa dan mampu mempelajari asuhan keperawatan dengan diagnosa
36
medis Kejang Demam dan sebagai acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan
laporan studi kasus selanjutnya.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Saran bagi institusi pendidikan agar laporan pendahuluan studi kasus ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bahan bacaan atau referensi untuk mahasiswa dalam membuat asuhan
keperawatan terkait pasien dengan diagnosa Kejang demam pada masa mendatang.
1.2.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Untuk RSUD dr. Doris Palangka Raya khususnya pada sistem integumen, laporan ini dapat
memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Sindrom Nefrotik dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah sakit kepada pasien
dengan Kejang demam
DAFTAR PUSTAKA
WHO, 2013 dalam Untari 2015. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kejang
Demam dengan Frekuensi Kejang Anak Toddler Di Rawat Inap Puskesmas Gatak Sukoharjo.
Indriyani, R. (2017).Asuhan Keprawatan pada Anak yang Mengalami Kejang Demam dengan
Hipertermia di Ruang Melati RSUD Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah ,7-20
Yuliastati & Amelia, A.(2016). Keperawatan Anak. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Eny Susilowati, (2016). Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penanganan demam
dengan kejadian kejang demam berulang di ruang anak SDUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
Surakarta.
Adhar Arifuddin(2016). Analisis Faktor Risiko Kejadian Kejang Demam Di Ruang Perawatan
Anak RSU ANUTAPURA PALU. Jurnal Kesehatan Tadulako, 1-72 .
Indrayati Novi (2019).Gambaran Kemampuan Orang Tua Dalam Penanganan Pertama Kejang
Demam Pada Anak Usia .Jurnal Ilmiah Permas,149-154.