Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PROFESIONALISME GURU PENJASKES DENGAN

LOMPAT JAUH PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL


PADA MATA PELAJARAN PNJASKES DI SMP NEGERI 1
MLANDINGAN SITUBONDO TAHUN PELAJARAN 2011-2012

1. LATAR BELAKANG
Pendidikan jasmani dan olahraga di lembaga pendidikan formal atau
sekolah sebagai salah satu bagian kurikulum pendidikan pelaksanaannya secara
intrakurikuler (pada jam sekolah) dan ekstrakurikuler (di luar jam sekolah).
Dengan pelaksanaan pendidikan jasmani, peserta didik dibekali dan dididik secara
psikhis (mental dan motivasi), dan dididik secara fisik jasmani (physical exercise).
Latihan secara fisik akan memberikan bekal kemampuan dan keterampilan dalam
gerak dasar yang dapat dipergunakan dalam masa perkembangan selanjutnya, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangannya untuk mencapai
prestasi di bidang olahraga.
Kesadaran dan minat masyarakat terhadap olahraga semakin besar.
Olahraga di masyarakat telah tumbuh dan berkembang dalam berbagai bentuk
pelaksanaannya, pengorganisasiannya dan tujuan yang hendak dicapai yang
berbeda pula sesuai dengan lingkup masyarakat yang melaksanakannya. Dalam
kaitannya dengan pendidikan, olahraga sebagai salah satu media pendidikan yang
sifatnya sangat positif karena dapat membangkitkan sikap dan perilaku yang
positif di masyarakat. Olahraga sebagai media pendidikan memberikan arahan
yang positif bagi perkembangan dan pertumbuhan jasmani, mental, sosial dan
emosional secara serasi selaras dan seimbang bagi penggunanya jasmani dan
rohani.
Dalam lembaga pendidikan formal, pendidikan jasmani yang diberikan
salah satunya adalah pendidikan gerak dan olahraga yang termuat dalam mata
pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Selain mengajarkan gerak dasar dan
pembentukan kemampuan dan keterampilan gerak bagi peserta didik, pendidikan
jasmani dan kesehatan juga memberikan bekal pengetahuan secara teoritis

1
mengenai peningkatan kualitas kesehatan kehidupan peserta didik. Salah satu
bagian dari pendidikan jasmani di lembaga formal adalah pendidikan gerak dan
olah jasmani yang secara khusus merupakan pendekatan ke salah satu cabang
olahraga tertentu berdasarkan kurikulum yang berlaku. Diantaranya adalah
pembelajaran mengenai cabang olahraga atletik. Atletik merupakan aktivitas
jasmani yang efektif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Gerakan-gerakan atletik sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan
jasmani, seperti lari lompat, berjalan dan melempar. Di samping itu atletik juga
berpotensi mengembangkan keterampilan gerak dasar, sebagai landasan penting
bagi penguasaan keterampilan teknik cabang olahraga.
Mengingat bahwa olahraga atletik merupakan salah satu dasar pembinaan
olahraga dan gerak jasmani, maka sangat penting peranan pembelajaran atletik
pada peserta didik khususnya di sekolah dasar dengan disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Pembelajaran atletik di sekolah dasar merupakan upaya
peletakan dasar kemampuan olah tubuh dan olah gerak sehingga dalam proses
pembelajarannya menekankan pada faktor kegembiraan pada anak dari permainan
gerak dan kegiatan olahraga atletik. Unsur-unsur dalam pembelajaran atletik
meliputi nomor jalan, lari, lompat, dan lempar. Lompat jauh merupakan salah satu
bagian dalam pengajaran atletik di sekolah dasar sesuai dengan muatan materi
KTSP 2006. Pembelajaran lompat jauh di sekolah dasar dilaksanakan dengan
melihat pada keberadaan sarana dan prasarana sekolah yang bersangkutan,
kemampuan siswa dan arah pengembangan selanjutnya. Lompat jauh yang
diajarkan di sekolah dasar merupakan latihan bagi siswa untuk melakukan
gerakan melompat dan mencapai jarak lompatan sejauh-jauhnya yang dimulai
dengan gerakan lari sebagai awalan dalam melompat kemudian menolak pada
papan tumpuan/tolakan kemudian gerakan melayang di udara dan akhirnya
mendarat pada titik terjauh ke dalam bak pasir sebagai media pendaratannya.
Dalam upaya pencapaian jarak lompatan sejauh-jauhnya tersebut seorang siswa
harus memiliki beberapa persyaratan tertentu seperti misalnya kondisi fisik dan
penguasaan teknik dalam lompat jauh yang baik selain itu guru harus lebih
profesional dalam mengajarkan dan menerapkan materi pelajaran ini.

2
Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas,
berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar
serta mampu mempengaruhi proses belajar siswa khususnya pada penguasaan
tekhnik lompat jauh yang nantinya akan menghasilkan prastasi yang baik. Kamal
Muhammad .
Adapun pengertian guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan
Umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: .guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah.
Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional sangat
jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah
mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah
wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada
di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang
dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari
ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar yang ada khususnya pada guru
penjaskes.
Bertolak dari latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk
meneliti “Hubungan profesionalisme guru Penjaskes dengan lompat jauh pada
siswa Kelas VII Semester ganjil pada mata pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1
Mlandingan Situbondo Tahun Pelajaran 2011-2012

II. RUMUSAN MASALAH


Agar tidak menimbulkan kesalahn dalam melaksanakan penelitian ini,
maka perlu adanya :
2.1 Masalah Mayor
Adakah hubungan profesionalisme guru Penjaskes dengan lompat
jauh pada siswa Kelas VII Semester ganjil pada mata pelajaran
pnjaskes di SMP Negeri 1 Mlandingan Situbondo Tahun
Pelajaran 2011- 2012 ?

3
2.2 Masalah Minor
1. Adakah hubungan profesionalisme guru Penjaskes dengan lompat
jauh gaya jongkok pada siswa Kelas VII Semester ganjil pada mata
pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1 Mlandingan Situbondo Tahun
Pelajaran 2011-2012 ?
2. Adakah hubungan profesionalisme guru Penjaskes dengan lompat
jauh gaya melayang pada siswa Kelas VII Semester ganjil pada mata
pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1 Mlandingan Situbondo Tahun
Pelajaran 2011-2012 ?

III. TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
3.1 Tujuan Mayor
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan profesionalisme guru
Penjaskes dengan lompat jauh pada siswa Kelas VII Semester ganjil pada
mata pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1 Mlandingan Situbondo Tahun
Pelajaran 2011- 2012

3.2 Tujuan Minor


1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan profesionalisme guru
Penjaskes dengan lompat jauh gaya jongkok pada siswa Kelas VII
Semester ganjil pada mata pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1
Mlandingan Situbondo Tahun Pelajaran 2011- 2012.

2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan profesionalisme guru


Penjaskes dengan lompat jauh gaya melayang pada siswa Kelas VII
Semester ganjil pada mata pelajaran pnjaskes di SMP Negeri 1
Mlandingan Situbondo Tahun Pelajaran 2011- 2012.

4
IV. DASAR PANDANGAN TEORI
Dasar Pandangan Teori ini digunakan sebagai dasar gambaran untuk
memahami permasalahan secara teoritis sesuai dengan teori yang ada, yaitu :

4.1 Profesionalisme guru penjaskes (Variabel X)


Profesionalisme adalah salah satu kunci sukses yang esensial di
dalam menjalin hubungan dengan pelanggan dalam jangka waktu yang
panjang, sedangkan berprilaku profesional adalah berperilaku sebagai orang
yang memiliki kemampuan dalam pekerjaannya, dapat mengendalikan emosi
dengan baik, dan bersikap rasional.
Profesionalsime sendiri berasal dari kata profesus (bahasa latin),
yang berarti siap tampil di depan publik. Jadi untuk tampil di depan umum,
seorang professional harus telah siap untuk menghadapi semua masalah dan
menyelesaikannya dengan baik. Profesi, juga mempunyai unsur tanggung
jawab terhadap Tuhan. Oleh karena itu sesuatu yang disebut profesi, harus
memiliki konotasi yang baik, yang berorientasi pada tanggung jawab kepada
Tuhan. Misalnya seorang memiliki pekerjaan sebagai dokter, dia akan disebut
memiliki profesi sebagai dokter, dia seyogyanya tidak akan menggunakan
cara-cara ataupun melakukan tindakan-tindakan yang tidak bertanggung
jawab. Demikian pula sebagai seorang guru, dia akan disebut memiliki profesi
sebagai guru. Dalam bisnis, seorang salesman juga dapat disebut sebagai
orang yang memiliki profesi sebagai penjual. Di pihak lain, pekerjaan sebagai
seorang pencuri, perampok, atau play boy, tidak tepat kalau disebut sebagai
seorang yang bergelar profesi.
Seorang yang memiliki predikat professional memiliki ciri-ciri yang
selalu melekat dalam pikirannya, dan tercermin dalam tingkah laku dari para
professional. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
1. Disiplin
2. Berorientasi pada kualitas
3. Rajin dan antusias

5
4. Berpikir positif
5. Fleksibel
6. Rasional
7. Etis
8. Kompeten dalam bidang penjaskes
9. Strategis
Semua ciri tersebut memiliki hubungan dengan kebiasaan kita
sehari-hari. Jadi untuk menjadi seorang yang professional, kita harus merubah
secara terus-menerus kebiasaan kita, mencapai yang lebih baik, dan lebih baik.
Seorang professional memiliki kebiasaan yang berbeda dengan
mereka yang tidak professional. Seorang professional mampu mengendalikan
mantal spiritualnya, sehingga mereka akan melakukan tindakan berdasarkan
nilai-nilai, prinsip hidup, ataupun agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme guru penjaskes adalah salah satu kompetensi yang harus
dimiliki oleh Guru penjaskes adalah kompetensi professional. Kompetensi
profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan Guru dalam
penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam khususnya materi
pelajaran pada mata pelajaran penjaskes.
Yang dimaksud dengan penguasaan materi secara luas dan
mendalam dalam hal ini termasuk penguasaan kemampuan akademik lainnya
yang berperan sebagai pendukung profesionalisme Guru penjaskes.
Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam
menguasai pendidikan jasmani dan kesehatan (Penjaskes), jenjang dan jenis
pendidikan yang sesuai.

4.2 Pengertian Lompat Jauh ( Variabel Y )

Lompat jauh gaya jongkok maupun gaya melayang/ berjalan di udara


harus dilakukan dengan benar baik dari segi teknik dan gerakan. Adapun
teknik pelaksanaan lompat jauh dari dua gaya tersebut diatas, maka penulis

6
menyesuaikan dan berpedoman pada pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan yaitu :
• Lari awalan ( sikap permulaan )
• Tolakan dan gerakan melayang di udara ( sikap gerakan )
• Mendarat ( sikap akhir keabsahan gerakan )
Dan untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh dengan dua gaya
tersebut penulis akan menguraikan secara lengkap setiap tahap dan gerakan
dari kemampuan melakukan lompat jauh.
2.2.1. Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
2.2.1.1. Lari Awalan
Berlari dari pelan kemudian semakin cepat antara 30 – 45 meter
dengan kecepatan lari yang maksimal maka akan membantu
dorongan untuk melakukan lompatan yang jauh.
2.2.1.2. Tolakan
Setelah melakukan gerakan awal maka tumpuan dengan daya
ledak otot kaki yang memaksimalkan tenaga tumpuan tolakan
kaki agar tolakan bisa tepat dan benar untuk membantu melayang
di udara. Kemudian setelah melakukan tumpuan tolakan maka
kaki diluruskan menarik ke belakang badan, dada ditarik kedepan
dan posisi kedua tangan naik keatas seperti menggantung, disini
akan terlihat seperti menggantung.
2.2.1.3. Mendarat
Melakukan pendaratan adalah bagian akhir dari
lompat jauh. Keberhasilan dalam lompat jauh
terletak pada pendaratan. Pada pendaratan yang
mulus akan berpengaruh terhadap jarak,
keselamatan dan keindahan. Pada saat mendarat
titik berat badan harus dibawa ke muka dengan
jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir
merapat, dibantu pula dengan juluran tangan ke
muka. Pada waktu mendarat ini lutut dibengkokkan

7
sehingga memungkinkan suatu momentum
membawa badan ke depan, di atas kaki. Mendarat
merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian
gerakan lompat jauh. Sedangkan menurut Aip
Syaifuddin (1992 : 95) sikap mendarat pada lompat
jauh baik untuk lompat gaya jongkok, gaya
menggantung, maupun jalan di udara adalah sama
yaitu pada waktu akan mendarat kedua kaki di
bawah ke depan lurus dengan jalan mengangkat
paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua
tangan ke depan, kemudian mendarat pada kedua
tumit terlebih dahulu dan mengeper, dengan kedua
lutut dibengkokkan (ditekuk), berat badan dibawa
ke depan supaya tidak jatuh ke belakang, kepala
ditundukkan, kedua tangan ke depan. Untuk lebih
jelasnya gambar di bawah ini menunjukkan
serangkaian gerakan lompat jauh gaya jongkok dari
take off sampai sikap mendarat.

2.2.2. Kemampuaan Lompat Jauh Gaya melayang / Berjalan Di Udara


2.2.2.1. Lari awalan
Berlari dari pelan kemudian semakin cepat antara 30 – 50 meter
dengan kecepatan lari yang maksimal maka akan membantu
dorongan untuk melakukan lompatan yang jauh.
2.2.2.2. Tolakan dan Melayang Di Udara
Tumpuaan tolakan harus tepat pada balok tumpuan dengan
menggunakan kaki yang terkuat dan terlatih dengan tenaga yang
maksimal agar tumpuan bisa tepat untuk membantu saat
melakukan tolakan. Kemudian setelah melakukan tolakan atau
tumpuan maka segeralah tarik kaki yang menjadi tumpuan
dengan menekuk lutut ke depan dan pada saat itu pula kaki

8
ayun digerakkan ke depan sedangkan kaki tumpu yang
sebetulnya ditekuk segera diluruskan ke belakang. Disini akan
terjadi gerakan seperti berjalan sedangkan kedua lengan bebas
berfungsi mengimbangi gerakan kaki dan badan.

V. METODE YANG DI GUNAKAN

5.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah merupakan daerah yang digunakan


peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Purposive Area. Menurut Prof. Drs. Sutrisno
Hadi, M.A. bahwa, “Metode Purposive Area merupakan metode penentuan
daerah penelitian yang disengaja dan berdasarkan ciri-ciri, sifat populasi
yang diketahui sebelumnya” ( 2001 : 83 ).
Dalam penelitian ini yang ditetapkan sebagai daerah penelitian
adalah SMP Negeri 1 Mlandingan Kabupaten Situbondo.

5.2 Metode Penentuan Responden Penelitian


Metode penentuan responden adalah salah satu cara yang
dipergunakan oleh peneliti untuk menentukan siapa saja yanga akan dikenai
penelitian serta berapa besar jangkauan jumlahnya. ( Nana Sudjana 2000 :
83 ) berpendapata bahwa “ setiap penelitian memerlukan data atau informasi
dari sumber – sumber yang dapat dipercaya agar data dan informasi
tersebutdapat dipergunakan untuk menjawab masalah penelitian atau untuk
menguji hipotesa ”. Sampel dan instrumen sangat erat kaitannya, sebab
keduanya berkenan dengan subyek yang sama. Sampel adalah informasi
sedangkan intrumen adalah alat untuk memperoleh informasi dari sumber
tersebut.

9
Sedangkan Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa : untuk sekedar
ancer – ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih ”
( 1999 : 107 ).
Penelitian ini menggunakan metode penentuan responden
proposional random sampling.

Menurut Yatim Riyanto mengatakan bahwa :


“ Tehnik proposional random sampling digunakan bilamana
anggota stratum dalam populasi tidak sama, maka dengan cara ini akan
ditemukan masing – masing karakter dan strata sebanding masing – masing
strata secara proposional ”. ( 2001 : 75 ).
Hal ini dilakukan karena responden dalam penelitian lebih dari
100, sehingga metode penelitian respondennya menggunakan proposional
random sampling.

5.3 Metode Pengumpulan Data


Menurut Suharsimi Arikunto, ”Pengumpulan data adalah cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data” ( 1990 : 34 ).
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode,
yaitu :
5.3.1 Metode Tes Skill
Tes kemampuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa
yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang individu
secara detail.
5.3.2 Metode Observasi
Pengamatan dan pencatatan obyek yang akan diteliti untuk
mendapatkan hasil yang sesuai.
5.3.3 Metode Interview

10
Tes lisan, wawancara atau tanya jawab baik secara
langsung bertatap muka maupun secara tidak langsung dengan
sumber data untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan.
5.3.4 Metode Dokumenter
Tes tulis atau tercatat untuk dipakai sebagai bukti atau
keterangan dalam bentuk dokumen.

5.4. Tehnik Analisis Data


Untuk mengetahui seberapa besar hubungan profesionalisme guru
Penjaskes dengan lompat jauh atau untuk menguji hipotesis penelitian, maka
pengujian dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus statistika Korelasi
Product Moment sebagai berikut :

( x) ΣΣ y) (
x −Σ y
r= x 2 y 2
Keterangan : N
rxy : koefisien korelasi antara x dan y

2 Σ x)( 2 Σ y)(
{x − N } y − N }{
x : variable x (profesionalisme guru penjaskes)
y : variable x (lompat jauh)
N : jumlah subjek yang diteliti / jumlah sampel

VI. JADWAL PENELITIAN DAN DANA PENELITIAN


6.1 Jadwal Penelitian

MEI JUNI JULI


NO JENIS KEGIATAN KET
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Pengajuan Proposal
3 Ujian Proposal
4 Pengajuan BAB I

11
5 Pengajuan BAB II
6 Pengajuan BAB III
7 Pengumpulan Data
8 Pengajuan BAB IV/ V
9 Ujian Skripsi
10 Revisi Skripsi
6.2 Dana Penelitian

NO. Jenis kebutuhan JUMLAH


1 Pelaksanaan penelitian Rp. 500.000
2 Beli kertas Rp. 50.000
3 Penyusunan lampiran Rp. 250.000
4 Pengetikan Rp. 350.000
5 Transportasi Rp. 250.000
6 Tak terduga Rp. 100.000
JUMLAH Rp. 1. 500.000

12

Anda mungkin juga menyukai