Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR ILMU POLITIK

MAKALAH
KONSEP TENTANG

PEMERINTAHAN

Dosen Pengampu :
Dr. Margaretha Rumbekwan, M.Si
Disusun Oleh :
Nama : Daffanah Khumairah Ahmad
Kelas : B-4
NPP : 32.0992

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN


PRODI STUDI KEBIJAKAN PUBLIK
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
ABSTRAK

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi


tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. Karakteristik
kekuasaan sendiri ada tiga yaitu Relasional, Tidak seimbang, dan Kemungkinan penggunaan paksaan
(termasuk kekerasan). Sedangkan sumber sumber kekuasaan adalah Paksaan Fisik; Ekonomi;
Kepercayaan; Kedudukan; Massa yang Terorganisasi; Popularitas Pribadi; Keahlian; Informasi;
Status Sosial Dan lain sebagainya. Kemudian Pelaksanaan kekuasaan dilaksanakan dengan
melibatkan ruang lingkup kekuasaan dan jangkauan kekuasaan

Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum


(pemerintah) baik terbentuknya maupun akibatakibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang
kekuasaan sendiri”. Kekuasaan politik terbagi atas kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif. Dan
unsur – unsur kekuasaan politik adalah pemipmin, pengikut dan situasi.

Mirriam Budiardjo (1992:13) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan distibusi dan
alokasi dalam ilmu politik adalah penyaluran dan penjatahan dari nilai-nilai dalam masyarakat.
Seperti, distribusi dan alokasi dana pembangunan terhadap sektor-sektor pembangunan
atau daerah-daerah, dan sebagainya. peran distribusi dan alokasi terhadap ekonomi ialah
Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri Menyelenggarakan peradilan dan
Menyediakan barang-barang yang tidak bisa disediakan oleh swasta pendistribusian kekuasaan di
Indonesia dilakukan menggunakan konsep pembagian eksekutive, legislative, dan yudikatif.
Dikarenakan Indonesia menganut teori trias politika
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari poitik atau politics atau kepolitikan. Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Sejak dahulu kala masyarakat mengatur
kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya
sumber daya alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua warga
menjadi bahagia dan puas.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk
menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga,
untuk membawa masyarakat kearah kehidupan bersama yang harmonis.
Salah satu kajian ilmu politik adalah tentang kekuasaan (power), kekuasaan politik,
dan Pembagian (Distribution) atau alokasi. Maka, dalam makalah saya ini, saya mencoba
membahas tentang tentang kekuasaan (power), kekuasaan politik, dan Pembagian
(Distribution) atau alokasi serta hal-hal yang berkaitan dengannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kekuasan (power)?
2. Apa itu kekuasaan politik ?
3. Apa itu pembagian (distribusi) atau alokasi?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan hal – hal terkait kekuasan (power)
2. Menjelaskan hal – hal terkait kekuasaan politik
3. Menjelaskan hal – hal terkait pembagian (distribusi) atau alokasi
BAB II

PEMBAHASAN

I. KEKUASAAN (POWER)
I.a Definis Kekuasaan
þ “Kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku pelaku lain
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi sesuai
dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan.” (Harold D.
Laswell dan Abraham Kaplan)
þ “Kemampuan pelaku untuk menetapkan (secara mutlak) alternatif-alternatif
bertindak atau alternatif-alternatif memilih bagi pelaku lain.” (J.J.A. Van
Doorn)
þ “Kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah
lakunya sesuai dengan keinginan/tujuan orang yang mempunyai kekuasaan
itu.” (Miriam Budiardjo)

I.b Karakteristik Kekuasaan


þ Relasional;
þ Tidak seimbang;
þ Kemungkinan penggunaan paksaan (termasuk kekerasan).

I.c Sumber Kekuasaan


þ Paksaan Fisik;
þ Ekonomi;
þ Kepercayaan;
þ Kedudukan;
þ Massa yang Terorganisasi;
þ Popularitas Pribadi;
þ Keahlian;
þ Informasi;
þ Status Sosial Dan lain sebagainya.

I.d Dimensi Kekuasaaan


þ Kekuasaan tidak selamanya merupakan gejala yang kasat mata.
þ Ada kekuasaan yang bersifat aktual, ada juga yang bersifat potensial.
þ Ada yang bersifat langsung, ada juga yang bersifat tidak tidak langsung.
þ Ada yang eksplisit, ada juga yang implisit.

I.e Pelaksanaan kekuasaan


Pelaksanaan kekuasaan dilaksanakan dengan melibatkan ruang lingkup
kekuasaan dan jangkauan kekuasaan
þ Ruang lingkup kekuasaan (scope of power) adalah kegiatan, tingkah laku
serta sikap dan keputusan-keputusan yang menjadi objek kekuasaan.\
þ Jangkauan kekuasaan (domain of power) adalah pelaku, kelompok,
organisasi atau kolektivitas lain yang terkena kekuasaan.
II. KEKUASAAN POLITIK
II.a Pengertian Kekuasaan Politik
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa
sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
yang mempunyai kekuasaan itu. Kekuasaan Politik adalah “kemampuan untuk
mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik terbentuknya maupun
akibatakibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri”.
Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau kelompok
untuk memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor
kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sumber-sumber tersebut
bisa berupa media massa, media umum, mahasiswa, elit politik, tokoh masyarakat
ataupun militer.

II.b Jenis-jenis kekuasaan politik


Jenis-jenis kekuasaan yang kita ketahui pada umumnya sekiranya dapat
dibagi beberapa jenis kekuasaan sebagai berikut:
þ kekuasaan eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan pemerintahan
dimana mereka secara teknis menjalankan roda pemerintahan,
þ kekuasaan legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan
mengesahkan perundang-undangan sekaligus mengawasi roda
pemerintahan,
þ kekuasaan yudikatif, yaitu sesuatu kekuasaan penyelesaian hukum, yang
didukung oleh kekuasaan kepolisian, demi menjamin law enforcement/
pelaksanaan hukum.

II.c Unsur unsur kekuasaan politik


ada tiga komponen dalam rangkaian kekuasaan yang akan mempengaruhi
penguasa atau pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya. Komponen ini harus
diikuti,dipelajari, karena saling terkait didalam roda kehidupan penguasa. Tiga
komponen ini adalah pemimpin (pemilik atau pengendali kekuasaan), pengikut dan
situasi. Perhatikan gambar berikut:

Dari gambar tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut. Pemimpin, sebagai


pemilik kekuasaan, bisa mempengaruhi pengikutnya. Bahkan menciptakan pengikut,
menggiring pengikut, menjadi provokator pengikut, sehingga kepengikutan si
pengikut akan membabi buta, tidak rasional lagi. Pengikut sebaliknya juga bisa
mempengaruhi pemimpin, bisa memberikan bisikan kepada pemimpin, bisa
menyuruh untuk mempertahankan kekuasaan dan bahkan bisa menjatuhkan
kekuasaannya.
Pemimpin juga bisa menciptakan suatu situasi, merekayasa situasi.Akan
tetapi perlu diketahui bahwa dari situasi itu juga maka sang pemimpin bisa mujur,
bisa untung dan karena situasi itu pula sang pemimpin pada akhirnya akan jatuh dan
menghabiskan riwayat kekuasaannya sendiri. Dalam hal ini dibutuhkan figur
pemimpin yang benar-benar cerdas dalam memperhitungkan situasi yang
diciptakannya. Dari gerak tiga komponen diatas, maka kekuasaan juga mempunyai
unsur influence, yakni menyakinkan sambil beragumentasi, sehingga bisa mengubah
tingkah laku.
Kekuasaan juga mempunyai unsur persuation, yaitu kemampuan untuk
menyakinkan orang dengan cara sosialisasi atau persuasi (bujukan atau rayuan) baik
yang positif maupun negatif, sehingga bisa timbul unsur manipulasi, dan pada
akhirnya bisa berakibat pada unsur coersion, yang berarti mengambil tindakan
desakan, kekuatan, kalau perlu disertai kekuasaan unsur force atau kekuatan massa,
termasuk dengan kekuatan militer.
Dengan begitu penjelasan tentang kekuasaan diatas para kandidat bisa
menggunakan tiga komponen yaitu diantara influence, persuation, dan coercion.
Dalam kekuasaan ini, menggunakan teori kekuasaan Max Weber dan teori
fungsional struktural talcoot parsons. weber mendefinisikan kekuasaan sebagai
kemungkinan bagi seseorang untuk memaksakan orang-orang lain berperilaku
sesuai dengan kehendaknya.
4 Politik demikian dapat kita simpulkan pada instansi pertama berkenaan
dengan pertarungan untuk kekuasaan. Max weber mengemukakan beberapa bentuk
wewenang manusia yang menyangkut juga kepada hubungan kekuasaan. Yang
dimaksudkannya dengan wewenang (authority) adalah kemampuan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh anggota– anggota
masyarakat.

II.d Hubungan Politik dengan kekuasaan


Dalam politik kekuasaan diperlukan untuk mendukung dan menjamin
jalannya sebuah keputusan politik dalam kehidupan masyarakat. Keterkaitan logis
antara politik dan kekuasaan menjadikan setiap pembahasan tentang politik, selalu
melibatkan kekuasaannya didalamnya. Itulah sebabnya membahas sekularisasi
kekuasaan. Sekularisasi politik secara implisit bertujuan untuk mendesakralisasi
kekuasaan untuk tidak dilegimitasi sebagai sesuatu yang bersifat sakral atau suci.
Kekuasaan sebagai aktivitas politik harus dipahami sebagai kegiatan manusiawi yang
diraih, dipertahankan sekaligus direproduksikan secara terus menerus.
Kekuasaan (power) digambarkan dengan berbagai cara kekuasaan diartikan
sebagai kemungkinan mempengaruhi tingkah laku orang–orang lain sesuai dengan
tujuan–tujuan sang actor. Politik tanpa kegunaan kekuasaan tidak masuk akal, yaitu
selama manusia menganut pendirian politik yang berbeda–beda, apabila hendak
diwujudkan dan dilaksanakan suatu kebijakan pemerintah, maka usaha
mempengaruhi tingkah laku orang lain dengan pertimbangan yang baik. Kekuasaan
senantiasa ada didalam setiap masyarakat baik masih bersahaja maupun yang sudah
besar dan rumit susunannya. Akan tetapi selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi
rata kepada semua anggota masyarakat.
III. PEMBAGIAN (DISTRIBUTION) ATAU ALOKASI (ALLOCATION) KEKUASAAN

III.a Pengertian Pembagian (Distribution) dan Penempatan (Allocation)


Ada dua asumsi dasar yang menghantarkan pentingnya konsep distribusi
dan alokasi sebagai bagian dari konsep ilmu politik. Pertama, terkait dengan
kewajiban pemerintah. Misalnya dalam ekonomi, pemerintah memiliki kewajiban
untuk distribusi bahan bakar, distribusi hasil pertanian, alokasi dana
pembangunan dan sebagainya. Dalam bidang poltik, ada distribusi kekuasaan
antara rakyat, dan pejabat publik. Dalam birokrasi dan administrasi ada kewajiban
untuk menjelaskan distribusi kekuasaan antar lembaga politik yang ada dalam
struktur pemerintahan.
sisi kedua, yaitu terkait dengan hakikat politik dan negara itu sendiri. sebagai
sebuah organisasi sosial yang terdiri dari berbagai kepentingan, maka masalah
distribusi kekuasaaan dan alokasi menjadi hal yang sangat penting. Bukan hanya
dalam sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi kekuasaan politik itu sendiri.
Mirriam Budiardjo (1992:13) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
distibusi dan alokasi dalam ilmu politik adalah penyaluran dan penjatahan dari
nilai-nilai dalam masyarakat. Seperti, distribusi dan alokasi dana pembangunan
terhadap sektor-sektor pembangunan atau daerah-daerah, dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga,
dianggap baik/buruk. Nilai ini dapat bersifat abstrak (misalnya kejujuran,
kebebasan) juga dapat bersifat kongkrit/kebendaan (misalnya gaji, bantuan dana,
dan sebagainya). Sejalan dengan kajian ini, dapat kita kutip pendapat Easton dalam
masalah sistem politik. Dalam pemikiran Easton, sistem politik adalah keseluruhan
dari interaksi yang mengakibatkan pembagian oleh yang berkuasa dari nilai-
nilai untuk dan atas nama suatu masyarakat. (David Easton, 1958)
Ketimpangan dalam melakukan distribusi dan alokasi ini, akan menyebabkan
konflik kepentingan terjadi di masyarakat. implikasi lebih lanjutnya adalah adanya
ancaman disintegrasi sosial dan disintegrasi politik dalam negara. Jika hal ini
dikaitkan dengan masalah politik yang lebih luas, maka bisa dikatakan bahwa konflik
kepentingan itu sendiri, pada hakikatnya adalah konflik tentang distribusi dan
alokasi (baik materi maupun nilai) antar kelompok dalam negara itu sendiri. Tidak
mengherkan bila dikatakan bahwa politik itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari
tentang siapa memperoleh apa, bilamana, dan dengan cara apa? ( Harold D
Lasswell, 1958).
Sarjana ilmu politik yang menekankan penyaluran dan penempatan sebagai
kajian politik menganggap bahwa politik adalah penyaluran dan pengalokasian
nilai-nilai secara mengikat. Masalah-masalah penyaluran dan pengalokasian
berhubungan dengan kekuasaan dan kebijakan pemerintah.

III.b Model Distribusi kekuasaan


þ Model Elitis
Yaitu suatu model distribusi kekuasaan yang berasumsi bahwa kekuasaan itu
selalu bersifat timpang, dimana ada sedikit yang berkuasa yang disebut elit
dan sebagian besar orang yang dikuasai. Model ini ada pada masyarakat
yang tradisionil. Ada pada rezim-rezim yang otoriter. Tokoh pencetusnya
yaitu Gatano Mosca dan Vil Fredo Pareto
þ Model Populis ( Individu )
yaitu suatu model distribusi kekuasaan yang melibatkan partisipasi rakyat
dalam jumlah yang sebanyak mungkin. Model ini berasumsi bahwa setiap
individu memiliki hak politik yang sama
þ Model
yaitu model pendistribusian kekuasaan yang melibatkan berbagai kelompok
dalam masyarakat. Model ini lebih bertumpu pada kekuatan-kekuatan
kelompok kepentingan dalam masyarakat

III.c Fungsi Pemerintah sebagai Distribusi atau Alokasi dalam bidang ekonomi
Fungsi ekonomi pemerintah menurut pandangan ekonomi publik ada tiga
fungsi ekonomi yang pokok yaitu : fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi
stabilisasi.
Pemerintah sebagai Inovator, peranan pemerintah sebagai Inovator sangat
diperlukan, baik secara makro maupun mikro. Melalui peranan inilah dapat
diciptakan ide-ide baru terutama yang berhubungan dengan pembangunan.
Tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak melibatkan peran
pemeritah dalam sistem perekonomiannya. Tidak juga di negara yang menganut
sistem kapitalis yang mengkehendaki peran swasta lebih dominan dalam mengelola
perekonomiannya. Karena tidak ada satupun negara kapitalis di dunia ini yang
menganut sistem kapitalis murni. Menurut Adam Smith, ahli ekonomi kapitalis,
mengemukakan teorinya bahwa dalam perekonomian segala sesuatunya akan
berjalan sendiri-sendiri menyesuaikan diri menuju kepada keseimbangan menurut
mekanisme pasar. Tarik-menarik kekuatan dalam sistem perekonomian itu seperti
dikendalikan oleh “the invisible hand”, sehingga dengan demikian tidak memerlukan
begitu banyak campur tangan pemerintah. Maka menurut Adam Smith peranan
pemerintah hanya meliputi tiga fungsi saja, yaitu :

1. Memelihara keamanan dan pertahanan dalam negeri


2. Menyelenggarakan peradilan
3. Menyediakan barang-barang yang tidak bisa disediakan oleh swasta

Dalam masa sekarang ini, banyaknya perkembangan dan kemajuan akibat


semakin majunya teknologi dan banyaknya penemu-penemu baru serta semakin
terbukanya perekonomian antar negara, menyebabkan begitu banyak kepentingan
yang saling terkait dan berbenturan. Hal ini menyebabkan peran pemerintah
semakin dibutuhkan dalam mengatur jalannya sistem perekonomian, karena tidak
sepenuhnya semua bidang perekonomian itu dapat ditangani oleh swasta. Dengan
demikian dalam sistem perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dibagi
dalam tiga bagian, yaitu:

þ Peranan alokasi
Peranan alokasi oleh pemerintah ini sangat dibuthkan terutama
dalam hal penyediaan barang-barang yang tidak dapat disediakan oleh
swasta yaitu barang-barang umum atau disebut juga barang publik. Karena
dalam sistem perekonomian suatu negara, tidak semua barang dapat
disediakan oleh swasta dan dapat diperoleh melalui sistem pasar. Dalam hal
seperti ini maka pemerintah harus bisa menyediakan apa yang disebut
barang publik tadi. Tidak dapat tersedianya barang-barang publik tersebut
melalui sistem pasar disebut dengan kegagalan pasar. Hal ini dikarenakan
manfaat dari barang tersebut tidak dapat dinikmati hanya oleh yang
memiliki sendiri, tapi dapat dimiliki/dinikmati pula oleh yang lain, dengan
kata lain, barang tersebut tidak mempunyai sifat pengecualian seperti
halnya barang swasta. Contohnya seperti udara bersih, jalan umum,
jembatan, dll.
Kegiatan dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi maupun
barang-barang dan atau jasa-jasa untuk memuaskan/memenuhi kebutuhan
masyarakat. Jadi kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
individu maupun kebutuhan masyarakat yang secara efektif tidak dapat
dipuaskan oleh mekanisme pasar. Contohnya dalam kegiatan pendidikan,
pertahanan dan keamanan, serta keadilan.

þ Peranan Distribusi
Peranan distribusi ini merupaka peranan pemerintah sebagai
distribusi pendapatan dan kekayaan. Tidak mudah bagi pemerintah dalam
menjalankan peranan ini, karena distribusi ini berkaitan erat dengan dengan
masalah keadilan. Sedangkan masalah keadilan sudah ini sudah terlalu
kompleks, sebab keadilan ini merupakan satu masalah yang bisa ditinjau dari
berbagai presepsi, bahkan masalah keadilan ini juga tergantung dari
pandangan masyarakat terhadap keadilan itu sendiri, karena keadilan itu
merupakan masalah yang relatif dan dinamis. Kegiatan dalam mengadakan
redistribusi pendapatan atau mentransfer penghasilan ini memberikan
koreksi terhadap distribusi penghasilan yang ada dalam masyarakat.
Pemerintah dapat merubah distribusi pendapatn masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan
pajak progresif, yaitu membebankan pajak yang relatif lebih besar bagi
orang kaya dan rlatif lebih kecil bagi orang misin, disertai subsidi bagi
golongan miskin. Secara tidak langsung, bisa melalui kebijaksanaan
pengeluaran pemerintah, misalnya:pembangunan perumahan tipe
sederhana (RS) dan tipe sangat sederhana (RSS) yang lebih banyak porsinya
dibanding rumah mewah, untuk golongan pendapatn tertentu, subsidi untuk
pupuk petani dan lain sebagainya.

þ Peranan Stabilisasi
Kegiatan menstabilisasikan perekonomian yaitu dengan
menggabungkan kebijakan-kebijakan moneter dan kebijakan-kebijakan lain
seperti kebijakan fiskal dan perdagangan untuk meningkatkan atau
mengurangi besarnya permintaan agregat sehingga dapat mempertahankan
fullemployment dan menghindari inflasi maupun deflasi. Peranan tabilisasi
pemerintah dibutuhkan jika terjadi gangguan dalm menstabilkan
perekonomian, seperti: terjadi deflasi, inflasi, penurunan
permintaan/penawaran suatu barang, yang nantinya masalah-masalah
tersebut akan mengangkibatkan timbulnya masalah yang lain secara
berturut-turut, seperti pengangguran, stagflasi, dll.
Permasalahannya sekarang ialah bagaimana menyelaraskan seluruh
kebijaksanaan yang akan diterapkan jika terjadi suatu masalah, tanpa
bertentangan dengan kebijaksanaan yang lain dan tanpa menimbulkan
masalah baru. Baik itu kebijaksanaan dalam rangka peranan pemerintah
sebagai alat untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi agar efisien,
distribusi pendapatan agar merata dan adil, serta stabilitas ekonomi.
Demikian juga halnya kebijaksanaan dibidang-bidang lain. Oleh karenanya
dituntut kebijaksanaan yang betul-betul seimbang dari pemerintah demi
kesejahteraan masyarakat.

III.d Distribusi Kekuasaan di Indonesia


Di Indonesia, seperti kita pahami pada umumnya dalam model
pemerintahan yang merujuk pada sistem yang demokratis terdapat beberapa jenis
pembagian kekuasaan, yaitu; (a) keksuasaaan untuk eksekutif, yaitu dikenal dengan
kekuasaan pemerintahan dimana mereka secara teknis menjalankan roda
pemerintahan; (b) kekuasaan legislatif, yaitu suatu kekuasaan yang berwenang
membuat, dan mengesahkan perundang-undangan sekaligus mengawasi roda
pemerintahan; (c) kekuasaan yudikatif, kekuasaan untuk menyelesaikan suatu
perkara yang memang menyimpang dari perundang-undangan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tiga jenis kekuasaan ini dikenal dengan istilah kekuasaan
trias politika, yang dikonseptualisasi oleh Montesquieu dalam bukunya L’Esprit des
Lois (jiwa hukum) yang ditulis pada tahun 1746. Tapi perlu diketahui bahwa konsep
dasar awal trias politika ini sebenarnya sudah ditulis oleh Aristoteles dalam bukunya
Politics and the Athenian Constitution.
Dan Indonesia sendiri teori mengenai Trias Politika ini kemudian
diaktualisasikan dalam dalam pembagian lembaga-lembaga dengan nama Presiden,
DPR, dan MK. Namun, bidang kajian kita kali ini adalah proses tentang pembagian
jatah para Menteri yang baru-baru ini dilakukan reshuffle oleh bapak Presiden kita.
Nah, seperti yang kita ketahui bahwasannya pembagian jatah menteri dalam
struktur Kabinet Indonesia Bersatu jilid II kali sarat akan kepentingan-kepentingan.
Dimana memang kepentingan tersebut tidak lepas dengan adanya proses koalisi
yang telah kita bahas sebelumnya. Bagaiamana sistem penunjukkan para menteri
yang dilakukan oleh Presiden hanya sebatas proses bagi-bagi kue saja. Namun, ini
bisa kita artikan sebagai proses distribusi kekuasaan yang dilakukan oleh presiden
sebagai bentuk penghormatan terhadap kontrak politik yang telah disepakati
sebelumnya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai