Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN

"“Mewujudkan smart governance berdasarkan peraturan presiden nomor 95 tahun 2018


tentang sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE)”

Dosen Pengampu :
Drs. H . Asmungi , SH.,Msi

Nama : Nur Indah Fitri Kaimuddin


Npp : 32.1004
Kelas : G-6

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
TEKNOLOGI REKAYASA INFORMASI PEMERINTAHAN

1
KATA PENGANTAR

Puji, dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan proposal ini pada
waktunya, yang berjudul
““Mewujudkan smart governance berdasarkan peraturan presiden nomor 95 tahun 2018 tentang
sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE)”

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan
kepada kita semua . Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, Sehubungan
dengan hal ini. kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun tentu saya
harapkan demi sempurnanya makalahl ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada Dosen pengampu yang telah memberikan tugas
makalah ini kepada saya, agar saya mendapat pengalaman yang lebih banyak lagi tentang
menyusun dan membuat tugas makalah, yang akan berguna sekali untuk saya pribadi sebagai
ciptaan Allah semoga segala yang dicita-citakan.

Baso, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar belakang masalah.............................................................................................................4
B. Tinjauan masalah.......................................................................................................................5
C. Bahas masalah...........................................................................................................................5
D. Rumusan masalah......................................................................................................................5
E. Tujuan penyelesaian..................................................................................................................5
F. Manfaat penulisan......................................................................................................................5
BAB II KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN................................................................................5
A. Konsep teori...............................................................................................................................5
B. Pembahasan...............................................................................................................................6
BAB III PENUTUP...............................................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................................7

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam dekade terakhir, Smart City menjadi populer baik dalam tingkat pemerintah
pusat maupun pemerintah tingkat daerah. Hal ini dikarenakan semakin pesatnya
perkembangan dalam tata kelola pemerintahan, serta pertumbuhan masyarakat ke depannya
diperkirakan akan lebih banyak tinggal di perkotaan, sehingga perencanaan Smart City
mutlak diperlukan. Data yang diperoleh dari BPS tahun 2014 grafik penduduk yang tinggal di
perkotaan tahun 2014 adalah 48,39% dan di tahun 2015 sudah mencapai 59,35%, sehingga
tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan hingga tahun 2045 diperkirakan akan mencapai
82,37%. Hal ini berarti bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia saat ini tinggal
diperkotaan sehingga perlu penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah perkotaan
dengan manajemen yang tepat. (Annisah, 2017)
Smart Governance merupakan salah satu dari ke-6 dimensi Smart City. Smart
Governance didefinisikan sebagai “kapasitas untuk menerapkan tindakan dan kegiatan yang
cerdas serta adaptif dalam menjaga dan mengambil keputusan tentang sesuatu” (Scholl &
Alawadhi, 2016). Menurut Scholl H.J & Scholl M.C (2014) Smart Governance dapat dilihat
sebagai dasar bagi pemerintah yang cerdas, terbuka dan partisipatif. Konsep-konsep ini
memainkan peran kunci dalam wacana yang berkembang di Smart City, jadi kita dapat
berharap bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memainkan peran kunci dalam
Smart Governance sebagai bagian dari model pemerintahan cerdas yang lebih luas. Dari sini,
dapat disimpulkan bahwa kata sifat 'pintar' mengacu pada kombinasi TIK, teknologi, dan
inovasi yang tertanam dalam konteks dan situs, serta semacam aspek demokrasi (Gil-Garcia,
Helbig & Ojo, 2014)
Empat kriteria yang perlu dipenuhi untuk terwujudnya Smart Governance adalah
antisipatif, objektif, inovatif, dan kompetitif. Antisipatif dimaksudkan bahwa pemerintah
harus memperkirakan dan merencanakan strategi dan kebijakan yang akan diambil dimasa
depan sehingga pemerintah memiliki kesiapan yang lebih baik dalam memenuhi pelayanan
publik dan meningkatkan partisipasi warganya. Objektif, pemerintah yang diamanatkan
sebagai pelayan masyarakat harus bersikap objektif yang artinya tidak membedakan antar
setiap individu atau kelompok masyarakat dalam pembangunan. Kemudian adalah kriteria
inovasi, pemerintah harus berfikiran jauh kedepan dan menciptakan strategi dan langkah-
langkah baru untuk meningkatkan fungsi pelayanan publik dan tingkat partisipasu
masyarakat. Dan kriteria terakhir adalah kompetitif, dalam melaksanakan fungsinya melayani
masyarakat dan menentukan arah perkembangan kota, pemerintah harus memiliki kriteria
kompetitif yang artinya berdaya saing dan akuntabilitas. Pelayanan publik yang diberikan
harus dapat dipertanggung jawabkan dalam segi kuantitas dan ketepatannya.
Dalam beberapa praktiknya di Indonesia sampai saat ini, Smart Governance memiliki
nama dan integrasi sistem yang berbeda‐beda untuk tiap daerah. Namun dengan konsep yang
dibawa sebenarnya sama, yaitu berorientasi kepada kemudahan pelayanan publik dan
perizinan. Contohnya pada Pemerintah DKI Jakarta, melalui mesin dapat membangun
beberapa sistem berikut sebagai upaya pencapaian indikator Smart Governance seperti E-
musrenbang dan E-budgeting, Application Program Interface (API), Portal Pemprov DKI

4
Jakarta, Big Data, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP), dan Citizen Relation Management
(CRM).

B. Tinjauan masalah
 Kurangnya keterbukaan informasi antara pemerintah dengan masyarakat
 Kurangnya komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan smart governance.
 Keterbatasan SDM yang menguasai IT
 Kurangnya infrastruktur yang memadai di tiap daerah

C. Batasan masalah
 Kurangnya keterbukaan informasi antara pemerintah dengan masyarakat
 Kurangnya komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan smart governance.
 Keterbatasan SDM yang menguasai IT
 Kurangnya infrastruktur yang memadai di tiap daerah

D. Rumusan masalah
1) Bagaimana caranya untuk meningkatkan komitmen pemerintah untuk
mewujudkan smart governance ?
2) Bagaimana cara meningkatkan infrastruktur di tiap daerah?
3) Bagaimana konsep pemikiran “smart governance”?

E. Tujuan penyelesaian
a. Untuk mengetahui cara untuk meningkatkan komitmen pemerintah untuk
mewujudkan smart governance
b. Untuk mengetahui konsep pemikiran “smart governance”

F. Manfaat penulisan
a. Supaya mengetahui konsep pemikiran “smart governance”
b. Supaya dapat mengetahui cara meningkatkan infrstruktur di tiap daerah

5
BAB II

KONSEP TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Konsep teori

1. Smart Governance
A. Pengertian Smart Governance
Smart Governance atau tata kelola pemerintahan yang pintar adalah konsep sekaligus praktik
bagaimana mengelola manajemen dan tata pamong/kelola pemerintahan dan layanan publik
secara lebih cepat, efisien, efektif, responsif, komunikatif, dan terus melakukan peningkatan
kinerja birokrasi melalui inovasi dan adopsi teknologi yang terpadu. Salah satu ciri Smart
Governance adalah pola, budaya, dan proses bisnis birokrasi internal pemerintah dan layanan
publik yang menjadi lebih ringkas, cepat, mudah, responsif dan komunikatif, serta efisien
waktu, biaya, dan usaha. Smart Governance direkomendasikan menjadi basis bagi
keberhasilan pembangunan dimensi-dimensi Smart City lainnya. Konsep Smart Governance
harus diterapkan sekaligus diukur dalam 3 sub-dimensi, yakni: Layanan publik (Service),
Birokrasi (Bureaucracy), dan Kebijakan publik (Policy).
Menurut Scytl dalam Annisah (2017) perencanaan Smart Governance merupakan ujung
tombak perencanaan Smart City, karena Smart City dimulai dengan adanya smart
governance. Tanpa adanya smart governance mustahil untuk mewujudkan Smart City,
sehingga perencanaan smart governance haruslah mengacu pada konsep Smart City dan
konsep perencaaan tata kelola yang banyak dikembangkan dengan cara menggunakan
framework- framework yang ada.

B. Indikator Smart Governance


Smart governance dapat diartikan sebagai tata kelola pemerintahan yang pintar, dimana
komponen tata kelola ini umumnya menyoroti peran dari pemerintah sebagai institusi yang
mengendalikan sendi-sendi kehidupan kota. Smart governance adalah salah satu dari dimensi
smart city yang mengutamakan dari sisi pengaturan pemerintahan. Smart Governance
direkomendasikan menjadi basis bagi keberhasilan pembangunan dimensi-dimensi smart city
lainnya. Sehingga smart governance berada di dalam dimensi smart city yang merupakan
gambaran dari tata kelola pemerintahan yang dilaksanakan secara pintar, yaitu sebuah tata
kelola pemerintahan yang mampu mengubah pola-pola tradisional dalam birokrasi menjadi
sebuah proses yang lebih cepat, efektif, efisien, komunikatif.
Sasaran dari smart governance adalah untuk penguatan tata kelola pemerintahan dengan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
ekfektif, efisien, komunikatif, dan terus melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui
inovasi dan adopsi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang terpadu. Tentu saja dalam
melakukan perubahan pola-pola tradisional dalam tata kelola pemerintahan ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, namun dengan mengadopsi teknologi yang akan memberikan
percepatan terhadap perubahan tersebut.

6
Gambar 3. The Smart City Wheel (Boyd Cohen, 2013a)

7
Menurut Cohen (2013a) dalam konsepnya The Smart City Wheel (Roda Kota Cerdas) bahwa
dimensi smart governance memiliki tiga indikator, yaitu:
1) Enabling supply & demand side policy
Enabling supply and demand side policy yang dimaksudkan adalah
memungkinkan adanya kebijakan sisi penawaran dan permintaan dalam tata kelola
pemerintahan. Kebijakan ini merupakan sebuah konsep yang diadopsi dari teori ekonomi.
Secara teori, permintaan (demand) dapat diartikan sebagai kuantitas suatu barang atau jasa
tertentu dimana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat harga,
dengan asumsi faktor lain tetap. Sedangkan penawaran (supply) adalah berbagai kuantitas
suatu barang atau jasa tertentu di mana seorang penjual bersedia menawarkan barang atau
jasanya pada berbagai tingkat harga. (Akhmad, 2014). Namun sebenarnya kebijakan
penawaran dan permintaan ini tidak hanya pada konteks bidang ekonomi saja, dapat juga
diterapkan pada konteks lain misalnya dalam pelayanan publik. Contoh dalam hal pelayanan
transportasi publik, dari sisi permintaan masyarakat sebagai objek pelayanan publik
menginginkan sebuah pelayanan transportasi publik dan dari pemerintah sebagai sisi
penawaran yang memberikan/memenuhi pelayanan yang dibutuhkan masyarakat. Dimana sisi
penawaran dan permintaan tersebut
harus seimbang.
2) Transparancy & open data
Transparansi dalam konteks pemerintahan merupakan prinsip untuk membuka diri terhadap
hak masyarakat agar dapat memperoleh suatu informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dan meperhatikan perlindungan baik terhadap
hak asasi pribadi, golongan, maupun rahasia negara. Transparansi dibangun atas dasar
demokrasi yang memberikan kebebasan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
kepentingan publik. (Wahyuni, 2015)
Menurut Lalo Kirana dalam Wahyuni (2015) menyebutkan keterbukaan atas informasi yang
ada mencakup:
a) Menjelskan keputusan administratif
b) Memberikan fakta
c) Menganalisis keputusan kebijakan
d) Membuka informasi yang berhubungan dengan publik
e) Menyediakan prosedur untuk mengeluh dan mengadu.
Transparansi juga berkaitan dengan open data, karena pada umumnya kebijakan ini
diwujudkan dengan mempublikasikan data sektor publik menjadi mudah diakses dan diunduh
serta digunakan kembali oleh masyarakat umum melalui portal web institusi pemerintah.
Open data memberikan pilihan kepada publik tentang berbagai sektor yang ditawarkan oleh
sebuah institusi pemerintah. Kebijakan dapat menghasilkan suatu terobosan baru yang
bertujuan untuk mengundang elemen masyarakat agar berkenan untuk berpartisipasi dan
mengajak berkolaborasi memecahkan berbagai masalah demi terwujudnya pemerintahan yang
transparan dan partisipatif.
Menurut Chand (2013), open data didasarkan pada dua hal, yaitu pertama berkaitan dengan
etos demokrasi dan kebebasan informasi. Dimana keterbukaan berfungsi sebagai dasar bagi
pemerintah untuk menjadi lebih terbuka dan transparan

8
kepada publik. Kedua, berkaitan dengan ekonomi, dengan dibukanya data akan tercipta
peluang untuk membuat produk dan jasa layanan baru. Keterbukaan data juga akan
mempercepat proses analisis bisnis, karena tidak perlu lagi untuk melalui proses yang panjang
dan rumit dalam memperoleh data. Selain itu keterbukaan data juga dapat meningkatkan
efisiensi negara karena masyarakat dapat aktif mengawasi ketidakefisienan dalam
kebijakannya, misalnya pada APBN atau APBD. Dengan transparansi dan kebijakan open
data yang semakian meluas, tentunya akan meningkat pula kepercayaan masyarakat terhadap
kinerja pemerintah.
3) Information & Communication Technology (ICT) & e-Government
Tidak dapat dipungkiri, bahwa pertumbuhan infrastruktur Information & Communication
Technology atau Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) di suatu negara berpengaruh secara
signifikan terhadap berbagai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan di segala bidang
termasuk diantaranya bidang pelayanan publik maupun bidang kebijakan publik.
Kehadirannya memang dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang bersifat akuntabel, transparan, responsif, partisipatif, setara dan inklusif,
serta efektif dan efisien.
Pemanfaatan dari teknologi informasi dan komunikasi dalam suatu organisasi sebagian besar
bertujuan untuk dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota organisasi
dan institusinya. Dimana teknologi informasi dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas
suatu organisasi. Teknologi memungkinkan untuk menciptakan urban mobility yang lebih
efisien, berkelanjutan untuk lingkungan, modal bisnis yang ramah dan menarik, integrasi
sosial, serta dapat memberikan akses menyeluruh terhadap segala aspek yang berkaitan
dengan tata kelola pemerintahan seperti budaya, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Selain
itu, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sangat membantu dalam suksesnya
pelaksanaan e-government.
E-government menjadi syarat penting terciptanya smart governance. Mengingat
pengembangan e-government merupakan sebuah proses transformasi dari manual ke
elektronik, maka dibutuhkan upaya-upaya sistematis yang menyangkut subyek, obyek dan
metode yang terkait dengan proses transformasi tersebut. Proses transformasi ini mengacu
pada tiga hal, yaitu perundang-undangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
kondisi saat ini dan pengaruh lingkungan yang bersumber pada tuntutan layanan publik serta
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. (Pemerintah Kota Bogor & Balai IPTEKnet
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, 2013).
E-government ini dapat diimplementasikan dalam berbagai cara, namun pada prinsipnya harus
bersifat: (Pemerintah Kota Bogor & Balai IPTEKnet Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, 2013).
1) Terbuka & transparan
Dengan membuka akses informasi dan interaksi pada semua stakeholder yang berperan pada
pemerintahan dan pengambilan kebijakan. Infrastruktur jaringan komunikasi, internet, dan
media website jika e-gov menggunakan pilihan ini maka mendukung terciptanya interaksi
terbuka dan transparan pada stakeholder setempat. Komunikasi tersebut memungkinkan
masukkan dari publik dapat ditampung dan ditindaklanjuti untuk mendapatkan solusi untuk
pembangunan kota.

9
2) Efisien & efektif
Dengan mengembangkan sistem informasi administrasi yang lebih mudah, murah, cepat dan
akurat tanpa menghilangan aspek legalitas administratifnya. Pada saat tertentu akan tercapai
kepercayaan publik pada pelayanan administrasi pemerintah yang bersih dan akurat.
3) Jaringan Kerja
Memudahkan pertukaran data dan pengolahan informasi yang terdistribusi pada bagian-bagian
dalam pemerintahan. Dengan cara ini dimungkinkan secara mudah dan cepat mendapatkan
data dan informasi sesuai kebutuhan sehingga waktu dan hasil yang diperoleh menjadi lebih
cepat dilakukan dengan jaringan kerja.
4) Integritas
Memelihara integritas sistem dan data yang ada dalam administrasi pemerintahan.
Keterpaduan sistem menjadi tuntutan untuk memperoleh informasi yang akurat dalam
mengambil kebijakan dan menyikapi situasi dan kondisi wilayahnya.

Gambar 2. Citiasia Center for Smart Nation (Kominfo, 2017)

Sedangkan menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia


(Kemkominfo), Smart governance harus dapat dimplementasikan ke dalam tiga unsur dalam
tata kelola, yaitu service (pelayanan), bureaucracy (birokrasi), dan policy (kebijakan). Inisiatif
pembangunan Smart Governance diantaranya dapat dilakukan pada beberapa indikator sebagai
berikut: (Kominfo, 2017)
1. Public Service (Layanan Publik)
Dalam konteks pelayanan publik, upaya yang dapat dilakukan untuk pembangunan konsep
smart governance dengan melalui pemanfaatan teknologi terkini, dengan cara inovatif dan
kreatif, pemerintah mampu untuk menyediakan:
a) Pelayanan administrasi kepada masyarakat secara lebih baik, cepat, ekonomis,
praktis dalam waktu dan usaha, dan transparan. meliputi pelayanan administrasi
kewarganegaraan, status ijin usaha, sertifikat tanah, NPWP, IMB, dan lain-lain yang

10
berkaitan dengan administrasi. Contoh sistem Smart Governance guna mendukung layanan
administrasi ini adalah: Surabaya Single Window (SSW), eSuket (aplikasi berbagai surat
keterangan di kelurahan).
b) Penyediaan sarana prasarana dan monitoring penyediaan kebutuhan bahan pokok
untuk masyarakat masyarakat (sembako, air bersih, dan lain-lain). Contoh sistem
Smart Governance guna mendukung penyediaan dan monitoring kebutuhan bahan
pokok ini adalah: aplikasi Simbak (Sistem monitoring harga Sembako) dan Smart
Water Suppy System (di bahas lebih detail di buku ini di Bagian Dimensi I Smart
Governance)
c) Penyediaan sarana prasarana dan monitoring penyediaan kebutuhan jasa pokok
untuk masyarakat masyarakat (listrik, telepon, internet dan lain-lain).
2. Bureaucacy (Birokrasi)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini serta dengan cara inovatif dan kreatif, pemerintah
mampu untuk membangun sistem birokrasi yang efisien, efektif, adil, transparan, akuntabel,
dan bebas korupsi. Contoh implementasi Smart Governance untuk peningkatan kualitas
birokrasi, yakni melalui sistem program e-planning, e-budgeting, e- monev dan lain-lain.
Pengembangan aplikasi e-gov harus diarahkan menuju integrated & inter-operability e-gov
atau yang saling terintegrasi antar satu aplikasi dengan aplikasi lainnya serta lintas OPD
sehingga tercipta Smart e-Gov.
3. Public Policy (Kebijakan Publik)
Dengan memanfaatkan teknologi terkini, dengan cara inovatif dan kreatif, pemerintah daerah
mampu membangun budaya dan praktik citizen-centered policy yakni setiap kebijakan diambil
dengan secara aktif bekomunikasi dan mengakomodasi pendapat/masukan dari masyarakat,
berorientasi pada pemenuhan kepentingan masyarakat, dan memberi akses luas terhadap
dokumen-dokumen kebijakan publik pemerintah. Contoh implementasi Smart Governance
untuk peningkatan kebijakan publik, diantaranya: emusrenbang, Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum (JDIH), Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (disingkat
LAPOR!), dan lain-lain.

2.3 Gambaran Smart Governance


Dari indikator smart governance tersebut dapat digambarkan bahwa peran pemerintah lebih
ditekankan dalam perwujudan smart governance. Maka demikian bagaimana gambaran
spesifik dari smart governance, sehingga dengan adanya gambaran mengenai smart
governance dapat menyusun rencana implementasinya dalam upaya yang dapat dilakukan
pemerintah untuk mewujudkan smart governance: (Fansyori, TT)
1) Keterbukaan informasi publik
Pemerintah merupakan pelayanan masyarakat yang bertanggung jawab kepada masyarakat.
Oleh karena itu sudah seharusnya informasi terkait rencana pembangunan dipublikasikan
secara luas melalui berbagai media informasi. Masukan masyarakat sangat penting karena
objek pembangunan adalah masyarakat dalam arti lebih luas, yang didalamnya termasuk pihak
swasta, masyarakat dan pemerintah itu sendiri.
2) Memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya
Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang
dimiliki dan meminimalisir kendala yang dihadapi. Sumber daya alam seperti pertambangan,
kehutanan dan pertanian sangat jarang dimiliki oleh sebuah kota. Potensi

11
terbesar yang dimiliki kota adalah potensi sumber daya manusia dan letak geografis yang
relatif strategis. Pengelolaan potensi tersebut akan lebih tinggi nilainya jika dikelola secara
tepat. Menjalin hubungan yang sinergis dengan kawasan hinterland sangat mendukung
penyediaan kebutuhan kota.
3) Smart Culture
Mempertahankan dan melestarikan kebudayaan lokal adalah sebuah langkah cerdas
pemerintah untuk menuju tata kelola pemerintahan yang cerdas. Kehilangan identitas kota
merupakan kemunduran besar bagi sebuah peradaban.
4) Dapat mengeluarkan pendapat, ide dan keinginan secara langsung
Pemerintah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk memberikan ide, gagasan, saran, kritik
dan keinginannya secara langsung. Sistem online melalui smart phone dinilai sangat efektif.
Dalam waktu singkat, pemerintah memberi respon dan solusi yang tepat terkait pengaduan
yang disampaikan. Sehingga dirasakan tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat,
dengan begitu akan menimbulkan rasa aman dan nyaman sebagai bagian dari sebuah kota
modern.
5) Memberikan jaminan pekerjaan bagi warganya
Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah yang dapat menciptakan peluang pekerjaan yang
lebih besar dari pada pencari pekerjaan. Sekolah-sekolah tidak hanya bertanggung jawab
melahirkan lulusan baru, tetapi juga membantu pemerintah dalam penyaluran pekerjaan.
Jaminan pekerjaan yang layak menjadi mimpi setiap orang tua. Sehingga pendidikan tetap
menjadi investasi yang paling berharga bagi orang tua peserta didik itu sendiri.
6) Menyediakan sistem transportasi yang handal dan murah
Penyediaan transportasi masal yang handal dan terjangkau merupakan mimpi dari semua
lapisan masyarakat. Dampak positif jika pemerintah dapat menyediakan transportasi yang
handal adalah; mengurangi kepadatan lalu lintas.
2.4 Tantangan terhadap Pelaksanaan Smart Governance
Tentunya dalam pengimplementasian Smart Governcane masih terdapat permasalahan yang
sering terjadi, beberapa permaslahan yang muncul dalam implementasi smart governance pada
umunya antara lain: (Fansyori, TT)
1. Kurangnya komitmen dari pemerintah untuk mewujudkan smart governance.
Hal ini menyebabkan kurang siap nya pemerintah untuk melewati masalah yang kedepannya
akan terjadi.
2. Pembiayaan
Dalam implementasi Smart governance dapat dipastikan pengeluaran dalam kota akan
meningkat hal ini menyebabkan hanya kota kota dengan pendapatan tinggi yang dapat
mewujudkan smart governance.
3. Keterbatasan SDM yang menguasai IT
Dalam melakukan pengelolaan sebuah aplikasi IT dibutuhkan keterampilan namun, dengan
sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah sekarang hal itu sangat kurang disertai dengan
adanya beberapa orang di pemerintahan yang menolak penggunaan sistem baru tersebut
sehingga penerapannya akan terhambat. Dalam mengembangkan sistem ini diperlukan banyak
persiapan dan faktor sumber daya manusia menjadi salah satu faktor utama jika sistem ini
berhasil. Kesiapan dari segi manusia sangatlah dibutuhkan.

12
4. Infrastruktur
Indonesia merupakan negara yang sangat luas dengan keaadan alam yang sangat berbeda.
Infrastuktur untuk tiap tempat juga sangat berbeda sehingga jika ingin dilakukan sebuah
penerapan sistem secara terpusat dan menyeluruh sangat susah seperti di Jakarta dan Papua
misalnya keadaan infrastruktur sangatlah berbeda sehingga banyaknya ketimpangan antara
daerah yang maju dan tertinggal. Ketimpangan ini menyebabkan kesulitan dalam membuat
sebuah sistem terpusat.
2.5 Implementasi Smart Governance di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Smart Governance merupakan salah satu indikator utama bagi terwujudnya smart city dimana
mengharuskan adanya beberapa aspek penting dalam pemerintahan. Tiga aspek utama dalam
Smart Governance antara lain penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
pemerintahan, mewujudkan transparansi dan keterbukaan data, serta merumuskan kebijakan
sesuai dengan kebutuhan warga. Data yang telah dikutip dari Jakarta Smart City (2017) bahwa
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah membangun beberapa sistem sebagai upaya untuk
pencapaian unsur-unsur Smart Governance tersebut, diantaranya adalah:
a. E-musrenbang dan E-budgeting
E-musrenbang digunakan untuk pengajuan usulan warga yang akan ditampung di kelurahan,
kecamatan, dan kota/kabupaten. Produknya adalah rumusan Rencana Pembangunan Tahunan
Daerah yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Sedangkan e-
budgeting digunakan untuk menginput rencana kerja Kelurahan, Kecamatan, dan Kota/
Kabupaten. Hasilnya berupa Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD) yang datanya
dapat diakses melalui apbd.jakarta.go.id. Sistem e-musrenbang dan e-budgeting berguna untuk
memastikan dana yang dianggarkan dalam setiap program-program pemerintah sesuai dengan
kebutuhan warga. Selain itu, pada tahun pertama penerapannya yaitu pada 2015, sistem
tersebut berhasil mengamankan 5,3 triliun rupiah dari penyalahgunaan anggaran.
b. Open Data
Situs data.jakarta.go.id yang telah diluncurkan sejak 30 Juni 2015 ini hingga kini berguna
sebagai portal penyedia informasi baik bagi warga maupun bagi pemangku kepentingan
(stakeholder). Sesuai dengan Pergub Nomor 181 tahun 2014 tentang Sistem dan Prosedur
Pengelolaan Data dan Informasi, semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan
menyediakan data-data secara berkala. Data tersebut akan diverifikasi terlebih dahulu oleh tim
verifikasi dan validasi sebelum masuk ke sistem. Hingga kini, terdapat 1045 data set dengan
1863 file data yang bisa diakses melalui situs tersebut.
c. Application Program Interface (API)
Untuk mendukung kolaborasi warga melalui pemanfaatan teknologi, Pemprov DKI Jakarta
menyediakan Application Programming Interface (API) melalui api.jakarta.go.id. API memuat
sekumpulan perintah, fungsi, serta protokol yang dapat digunakan untuk membangun
perangkat lunak untuk aplikasi tertentu. Dengan adanya situs penyedia API tersebut, maka
semakin luas kesempatan bagi semua orang untuk berinovasi, terutama dalam bidang
pengembangan aplikasi atau perangkat lunak.

13
d. Portal Pemprov DKI Jakarta
Pemprov DKI Jakarta memiliki portal penyedia informasi lengkap tentang pemerintahan
maupun informasi umum tentang Jakarta yang tersedia di situs jakarta.go.id. Halaman situs
tersebut memiliki menu-menu utama seperti tautan layanan perizinan, pengaduan masyarakat,
aplikasi informasi publik, Berita Jakarta, informasi pajak dan retribusi, statistik Jakarta, juga
tautan menuju situs Jakarta Smart City.
e. Big Data
Berbagai data yang tersedia dalam pemerintahan, termasuk Pemprov DKI Jakarta umumnya
berjumlah sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga sulit ditangani menggunakan
pemroses data tradisional. Oleh sebab itu, Pemprov DKI Jakarta memanfaatkan teknologi big
data untuk mendapatkan hasil analisis data lebih cepat sehingga diperoleh informasi yang
akurat untuk membantu pengambilan keputusan.
f. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Pemprov DKI Jakarta memiliki layanan perizinan dan non perizinan yang cepat dan tidak
berbelit yaitu PTSP. Badan ini berada di bawah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu. Selain memangkas alur perizinan yang berbelit, PTSP juga berinovasi
dengan menyediakan layanan pesan antar bernama AJIB (Antar Jemput Izin Bermotor). Selain
menjemput dan mengantarkan dokumen perizinan dengan armada motor, AJIB juga
menyediakan mobil yang membuka layanan mobile di lokasi-lokasi tertentu seperti pusat
industri, perkantoran, dan pusat-pusat keramaian.
g. Citizen Relation Management (CRM)
Sebagai penyempurnaan dari aplikasi CROP (Cepat Respon Opini Publik), Pemprov DKI
Jakarta mengembangkan aplikasi Citizen Relation Management (CRM). CRM digunakan
aparatur pemerintahan di lingkungan Provinsi DKI Jakarta untuk menampung dan
menindaklanjuti laporan warga. Aplikasi tersebut juga dimanfaatkan untuk mempermudah
koordinasi antar dinas dan kelurahan agar mempercepat penanganan masalah berdasarkan
laporan warga. Dibandingkan pendahulunya, CRM memiliki fitur yang lebih lengkap sehingga
mempermudah pemantauan laporan, koordinasi antar pihak terkait lebih mudah, pembagian
laporan lebih jelas, serta perhitungan ranking dinas dan kelurahan yang lebih transparan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Smart Governance merupakan salah satu dari dimensi Smart City. Dimana dalam
kompleksitasnya sendiri smart governance sebagai dasar dari pemerintahan yang cerdas,
terbuka dan partisipatif. Di dalam konsep smart city setidaknya terdapat 6 dimensi yang
menjadi unsur pembangun dalam perwujudan smart city, yaitu Smart Governance, Smart
Economy, Smart Environment, Smart Living, Smart People, dan Smart Mobility. Smart
governance lebih berorientasi kepada bagaimana memanajemen dan tata kelola pemerintahan
dan layanan publik secara lebih cepat, efisien, efektif, responsif, komunikatif, dan terus
melakukan peningkatan kinerja birokrasi melalui inovasi dan adopsi teknologi yang terpadu.
Konsep-konsep dalam tersebut sebagai peran dalam berkembangnya smart city, yang
diharapakan dengan adanya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dapat sebagai peran
utama dalam smart governance. Dengan adanya TIK juga dapat mempermudah dalam
pelaksanaan pelayanan publik kepada masyarakat secara terintegrasi.
Dalam implementasinya smart governance terdapat nilai-nilai yang dapat mendukung
kualitas Layanan Publik (Services), Operasional Birokrasi (Bureaucracy), dan Kebijakan
Publik (Policy) menjadi lebih baik. Seperti halnya pada implementasi smart governance di
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang berorientasi kepada pembangunan smart city.
Perwujudan tersebut dibangun dengan melaui beberapa program, misalnya E-musrenbang, E-
budgeting, Portal Pemprov DKI Jakarta, Application Program Interface (API). Namun
demikian dalam pelaksanaan smart governance diberbagai daerah masih terdapat permasala\
han yang menjadikannya sebagai tantangan dalam pelaksanaan smart governance di
Indonesia.
B. Saran
Adapun saran yang penulis adalah pemerintah seharusnya meningkatkan komitmen agar
dapat mewujudkan smart governance dan pemerintah juga hendaknya memaksimalkan
sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat serta pelaksanaan smart governance di
Indonesia .

15
DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. (2014). Ekonomi Mikro–Teori dan Aplikasi di Dunia Usaha. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Annisah. (2017). Usulan Perencanaan Smart City : Smart Governance Pemerintah Daerah
Kabupaten Mukomuko. Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi Volume:8 No.1
(Januari-September 2017) Hal 59-80.
Chan, Calvin. (2013). From Open Data to Open Innovation Strategies: Creating e-Services
Using Open Government Data. 46th Hawaii International Conference on System Sciences.
Hawaii.
Cohen, Boyd. (2013a). BOYD COHEN: THE SMART CITY WHEEL. [Diakses melalui
https://www.smart-circle.org/smartcity/blog/boyd-cohen-the-smart-city-wheel/ pada 20
November 2019].
----------. (2013b). What exactly a smart city?. [Diakses melalui
http://www.boydcohen.com/smartcities.html]
Fansyori, Anil. Tanpa Tahun. Kajian Kriteria Dan Indikator Penilaian Smart City Di
Indonesia. [Diakses melalui https://www.academia.edu/11622481/ pada 24 November 2019]
Gil-Garcia, J. R., Helbig, N., & Ojo, A. (2014) Being smart: Emerging technologies and
innovation in the public sector. Government Information Quarterly.
Jakarta Smart City. (2017) Sistem Pendukung Indikator Smart Governance di Jakarta Smart
City. [Diakses melalui https://smartcity.jakarta.go.id/blog/233/sistem-pendukung- indikator-
smart-governance-di-jakarta-smart-city pada 24 November 2019]
Kominfo. (2017) BUKU PANDUAN PENYUSUNAN MASTERPLAN SMART CITY
2017
Gerakan Menuju 100 Smart City. Direktorat Jendral Aplikasi Informatika Kementrian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Kourtit, Karima & Nijkamp, Peter (2012) Smart cities in the innovation age. The European
Journal of Social Science Research, Vol.25, Juni 2012, 93-95. Routledge.
Kusdaryanto, Hari. (2018) INOVASI PELAYANAN MELALUI PENDEKATAN SMART
CITY
"Pembelajaran dari Gerakan 100 Smart City". Citasia Center for Smart Nation.
Patel, P. R., & Padhya, H. J. (2014) Review paper for Smart City. International Journal of
Advance Research In Engineering, Science and Management IJARESM 1–6.

16

Anda mungkin juga menyukai