Anda di halaman 1dari 23

HADITS PENTINGNYA TAUBAT DAN KONSEKWENSINYA DI AKHIRAT

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Materi Hadits
MA/SMU yang Diampu Oleh
Drs. Asep Herdi, M.Ag.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
1. Neng Salma Aliyah Khansa (NIM: 1202020120)
2. Nisyara Septiarani Sukma (NIM: 1202020123)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.


Puji dan syukur mari kita panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan
nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hadits Pentingnya Taubat dan
Konsekwensinya di Akhirat” dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhmmad SAW yang telah
membawa kita dari zaman gelap gulita menuju zaman terang benderang seperti saat
ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs. Asep Herdi, M.Ag.
selaku dosen pengampu pada mata kuliah Materi Hadits MA/SMU di Universiitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Selain itu, kami juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang “Hadits Pentingnya
Taubat dan Konsekwensinya di Akhirat”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini dan menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 07 November 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
Latar Belakang.....................................................................................................3
Rumusan Masalah................................................................................................3
Tujuan...................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A.Pengertian Pentingnya Taubat dan Konsekwensinya di Akhirat.....................5
B.Matan Dan Syahid Pentingnya Taubat dan Konsekwensinya di Akhirat6
C.Terjemah Dan Maksud Lafadz.........................................................................9
D.Esensi Hadist Ta’rif Istilah Dan Dilalah........................................................10
E.Unsur Hadist : Ta’rif Arkan............................................................................12
F.Jenis Hadist.....................................................................................................13
G. Kualitas Hadist : Maqbul Mardud.................................................................15
H. Tashhih Dan I’tibar........................................................................................16
I.Ta’ammul Hadits..............................................................................................17
J.Munasabah Dan Asbabul Wurud.....................................................................18
K. Istinbath Ahkam Dan Hikmah.......................................................................20
L.Problematika Tafhim Dan Tathbiq.................................................................21
BAB III..................................................................................................................23
PENUTUP.............................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Segala perbuatan dalam tingkah laku setiap manusia ada sebab dan akibat.
Tingkah laku yang cenderung positif, akan ada konsekwensinya yaitu berupa pahala
yang akan kita dapat dan balasan diakhirat kelak yaitu ditempatkan ditempat terbaik.
Sebaliknya, jika tingkah laku yang ditunjukkan cenderung negatif, maka sudah
dipastikan akan ada balasan dan konsekwensi yang negatif berupa azab dan siksaan.
Taubat sering kali kita sepelekan dengan alasan bahwa Allah maha pengampun
atas semua yang kita perbuat. Sehingga perbuatan dosa sekecil apapun akan menjadi
kebiasaan, jika kita terus bersembunyi dari kata 'toh Allah akan mengampuni'.Taubat
yang benar adalah meninggalkan semua maksiat yang kita lakukan tanpa diulangi
kembali perbuatan tersebut.
Maka dari itu, kami menulis makalah ini dengan tujuan agar lebih berintrospeksi
diri terhadap dosa yang kita lakukan tanpa kita ulangi dikemudian hari. Diharapkan
dengan adanya makalah ini, pembaca lebih mengetahui konsekwensi dari perbuatan
dosa yang telah dilakukan.

B.Rumusan Masalah
1. Apa hadits yang menjelaskan tentang pentingnya taubat dan konsekwensinya di
akhirat ?
2. Bagaimana terjemah hadits, mufrodat, dan makna lafadz dari hadits tersebut ?
3. Apa esesi hadits menurut ta’rif istilah dan dilalah dari hadits tersebut ?
4. Apa jenis dan kualitas hadits pentingnya taubat dan konsekwensinya di akhirat ?
5. Bagaimana asbabul wurud dan munasabah dari hadits tersebut ?
6. Bagaimana takhrij hadits tersebut ?
7. Bagaimana tashhih dan I’tibar hadits tersebut ?
8. Bagaimana ta’ammul hadits tersebut ?
9. Bagaimana istinbath hukum dan hikmah dari hadits tersebut ?
10. Bagaimana problematika tafhim dan tathbiq dari hadits tersebut ?
11. Bagaimana kesimpulan dari hadits tersebut ?

C.Tujuan
1. Mengetahui hadits pentingnya taubat dan konsekwensinya di akhirat.
2. Mengetahui terjemah, mufrodat, dan makna lafadz dari hadits tersebut.

3
3. Mengetahui esensi hadits bersadasarkan ta’rif istilah dan dilalah.
4. Mengetahui jenis dan kualitas hadits tersebut.
5. Mengetahui asababul wurud dan munasabah hadits tersebut.
6. Mengetahui takhrij hadits tersebut.
7. Mengetahui tashih dan I’tibar hadits tersebut.
8. Mengetahui ta’ammul hadits tersebut.
9. Mengetahui istinbath hukum dan hikmah dari hadits tersebut.
10. Mengetahui problematika tafhim dan tatbiq dari hadits tersebut.
11. Mengetahui kesimpulan dari hadits tersebut.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Taubat
َ ‫ تَ َو‬yang bermakna kembali. Dia
Secara Bahasa, at-Taubah berasal dari kata ‫ب‬
bertaubat, artinya ia kembali dari dosanya (berpaling dan menarik diri dari dosa).
Taubat adalah kembali kepada Allâh dengan melepaskan hati dari belenggu yang
membuatnya terus-menerus melakukan dosa lalu melaksanakan semua hak Allâh
Azza wa Jalla . Secara Syar’i, taubat adalah meninggalkan dosa karena takut pada
Allâh, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk
tidak mengulanginya, dan memperbaiki apa yang mungkin bisa diperbaiki kembali
dari amalnya.
Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya
serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan
adalah wujud nyata dari taubat. Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba
kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada Allâh Azza wa Jalla dan konsisten
menjalankan ketaatan kepada Allâh. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa,
namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa Jalla , maka itu
belum dianggap bertaubat.
Seseorang dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allâh Azza wa Jalla dan
melepaskan diri dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa. Ia
tanamkan makna taubat dalam hatinya sebelum diucapkan lisannya, senantiasa
mengingat apa yang disebutkan Allâh Azza wa Jalla berupa keterangan terperinci
tentang surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang taat, dan mengingat siksa neraka
yang ancamkan bagi pendosa. Dia berusaha terus melakukan itu agar rasa takut dan
optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya.
Konsekuensi dari taubat adalah lebih dekat dengan Allah SWT, menyadari dan
merenungkan hal-hal negatif agar tidak terulang, memahami akibat dari perbuatan
buruk yang telah diperbuat dan lebih takut akan ancaman atau azab bagi perbuatan
maksiat.

5
HADITS DAN TERJEMAH

‫ح َّد ثَنَا ص ْفوانُ بْنُ ع ْيسى َٔا ْخبرنَا محم ُد بْنُ َعجْ الَنَ َعن ْالقَ ْعقَا ع ْبن حكيْم ع َْن َٔا بي هُر ْيرةَ قَال قَال رسُوْ ُل هّٰللا‬
ِ َ َ َ َ َ ْ ِ ٍ ِ َ ِ ِ ِ َّ َ ُ َ َ َ ِ َ َ َ
َ ‫صقِ َل قَ ْلبُهُ َذا‬ ‫هّٰللا‬
ُ‫ك ال َّريْن‬ َ َ ‫َت نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فِ ْي قَ ْلبِ ِه فَا ِ ْن تا‬
ُ ‫ب َونَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر‬ ْ ‫َب كاَن‬ َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِٕا َّن ْال ُمْؤ ِمنَ اِ َذ اَ ْذن‬ َ
ٓ ُ‫الَّ ِذيْ َذ َك َر هّٰللا ُ َع َّز َو َجلَّى فِي الق‬
‫رٔا ِن‬
{ ‫} َكالَ بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوْ بِ ِه ْم َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sofwan bin 'Isya mengabarkan kepada
kami Muhammad bin 'Azlan dari Qo'qo'i bin hakim dari Abi Sholih dari Abi Hurairah
berkata : Rasulullah Saw Bersabda : Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa
maka akan ada satu noda hitam dihatinya, jika ia bertaubat dan berlepas dari dosanya,
maka hatinya akan menjadi bersih. Namun jika dosanya bertambah maka noda hita
tersebut akan semakin bertambah, hingga menutupi hatinya, itulah noda yang
disebutkan Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur'an, "Sekali-kali tidak (demikian)
sebenarnya dosa yang mereka perbuat itu menutupi hati mereka." (HR. AHMAD.
7611).
Perintah taubah juga terdapat dalam al-Qur’an, antara lain dalam surat alTahrim ayat
8:
‫ يا أيهاالذين أمنوا توبوا إلى هللا توبة نصوحا عسي ربكم أن يكفر عنكم سيئاتكم‬...
(٨ : ‫التح˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜˜ريم‬
“Hai orang- orang yang beriman, bertaubatlah kamu kepada Allah dengan taubat
yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-
kesalanmu ...(al-Tahrim: 8).
Dari hadits di atas bisa diketahui antara lain bahwa manusia diperintahkan untuk
selalu bertaubah kepada Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi, padahal ia
adalah makhluk Allah yang terjaga dari kemaksiatan dan kesalahan (ma’shum). Ia
juga sebaik-baik makhluk dan dijamin oleh Allah (seandainya melakukan kesalahan)
apa-apa yang akan dan telah dilakukan akan selalu dima’afkan. Ini semua dilakukan
oleh Nabi dalam rangka memberikan pendidikan terhadap umatnya disamping akan
semakin meningkatkan derajatnya di hadapan Allah Swt.

B.Matan dan Syahid pentingnya taubat


1.Matan.

6
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ب‬َ َ ‫َت نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فِ ْي قَ ْلبِ ِه فَاِ نْ تا‬ َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِٕا َّن ْال ُمْؤ ِمنَ اِ َذ اَ ْذن‬
ْ ‫َب كاَن‬ َ ِ ‫ال َرسُوْ ُل‬ َ َ‫ال ق‬َ َ‫ق‬
‫رٔا ِن { َكالَّ بَلْ َرانَ َعلَى‬ ٓ ُ‫صقِ َل قَ ْلبُهُ َذاكَ ال َّريْنُ الَّ ِذيْ َذ َك َر هّٰللا ُ َع َّز َو َجلَّى فِي الق‬ ُ ‫ع َوا ْستَ ْغفَ َر‬
˜َ َ‫َونَز‬
} َ‫قُلُوْ بِ ِه ْ˜م َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
Rasulullah Saw Bersabda : Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat
dosa maka akan ada satu noda hitam dihatinya, jika ia bertaubat dan
berlepas dari dosanya, maka hatinya akan menjadi bersih. Namun jika
dosanya bertambah maka noda hita tersebut akan semakin bertambah,
hingga menutupi hatinya, itulah noda yang disebutkan Allah Azza Wa
Jalla dalam Al-Qur'an, "Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya dosa
yang mereka perbuat itu menutupi hati mereka."

  A. Hukum pezina, pencuri dan peminum


Pezina, pencuri dan peminum merupakan perbuatan dosa yang terkadang
manusia sepelekan. Padahal ada hukuman bagi pezina, pencuri dan peminum. Seperti
yang terdapat dalam Al-Qur'an surah An-Nur ayat : 2 hukum pezina :
‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك َّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ِماَئةَ َج ْل َد ٍة ۖ َواَل تَْأ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َم˜ا َرْأفَ˜ةٌ فِي ِدي ِن هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُ˜ونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَ˜˜وْ ِم‬
َ‫خ ۖ َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَاِئفَةٌ ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِين‬ ِ ‫ا‬
‫آْل‬

Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
satu dari keduanya dengan seratus kali deraan. Dan janganlah kamu belas kasihan
kepada keduanya didalam menjalankan (ketentuan) agama Allah yaitu jika kamu
beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan hendaklah (dalam melaksanakan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.
Hukum pencuri Adapun hadits dari Aisyah :
1312 :3 ‫ مسلم‬.‫اعدًا‬
ِ ‫ص‬ ٍ ‫ق اِالَّ فِى ُرب ُِع ِد ْين‬
َ َ‫َار ف‬ ِ ‫ الَ تُ ْقطَ ُع يَ ُد الس‬:‫ال‬
ِ ‫َّار‬ َ َ‫ع َْن عَاِئ َشةَ ع َْن َرسُوْ ِل هللاِ ص ق‬
Dari ‘Aisyah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Tidak dipotong tangan pencuri
kecuali pada pencurian senilai seperempat dinar atau lebih”. [HR. Muslim juz 3, hal.
1312]
Hukum peminum minuman khamr
}‫ت َو ْال ُع َّزى‬
ِ َّ‫اربُ ْال َخ ْم ِر َك َعابِ ِد الال‬
ِ ‫ { َش‬:‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم‬
َّ ‫ َوقَا َل َعلَ ْي ِه ال‬.
Artinya: “Nabi saw. bersabda, “Pengkonsumsi minuman keras itu seperti orang yang
menyembah patung Lata dan Uzza.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Harits bin
Abi Umamah dari sahabat Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash r.a.”

7
B. Larangan meminta pembebasan had
Dari Ubadah bin ash-Shamit rahiallahu anhu, beliau berkata,
‫ تُبَ˜ايِعُونِي˜ َعلَى َأ ْن اَل تُ ْش˜ ِر ُكوا بِاهللِ َش˜ ْيًئا َواَل ت َْزنُ˜وا َواَل ت َْس˜ ِرقُوا‬:‫س فَقَا َل‬ ٍ ِ‫ُول هللاِ فِي َمجْ ل‬˜ِ ‫ُكنَّا َم َع َرس‬
َ‫اب َش ˜ ْيًئا ِم ْن َذلِ˜˜ك‬
َ ‫ص‬ َ ‫ق فَ َم ْن َوفَى ِم ْن ُك ْم فََأجْ ُرهُ َعلَى هللاِ َو َم ْن َأ‬ ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هللاُ ِإاَّل بِ ْال َح‬
َ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
ُ‫ ِإ ْن َشا َء َعفَ˜ا َع ْن˜ه‬،ِ‫ك فَ َست ََرهُ هللاُ َعلَ ْي ِه فََأ ْم ُرهُ ِإلَى هللا‬
َ ِ‫اب َش ْيًئا ِم ْن َذل‬ َ ‫ص‬ َ ‫ارةٌ لَهُ َو َم ْن َأ‬ َ َّ‫ب بِ ِه فَه َُو َكف‬َ ِ‫فَعُوق‬
ُ‫َوِإ ْن َشا َء َع َّذبَه‬
“Kami pernah berada dalam sebuah majelis bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Beliau bersabda, ‘(Maukah) kalian memberikan baiat kepadaku untuk tidak
mempersekutukan Allah dengan apa pun, tidak berbuat zina, tidak mencuri, dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haknya. Barang siapa
menunaikannya di antara kalian ia mendapatkan pahala dari Allah. Adapun yang
melanggarnya lalu ia dihukum, (hukuman itu) adalah kafarat untuknya. Barang siapa
melanggarnya lalu Allah menutupinya, urusannya kembali kepada Allah. Jika Allah
menghendaki, Allah akan mengampuninya; dan jika Allah berkehendak, Allah akan
mengazabnya’.”

C. Larangan pembebasan hukum diakhirat


‫ي˜وم‬
ِ ‫ب ي˜ؤ ِخ ُر هللاُ منه˜ا م˜ا ش˜ا َء إلى‬ ِ ‫عَن َأبِي بَ ْك َرةَ َر‬
ٍ ‫ ك˜لُّ ذن˜و‬: ‫ ع َِن النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم ق˜ال‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
‫ت‬ َ ‫ُعج ُل لصاحبِها في ال ُّدنيا‬
ِ ‫قبل ال َمو‬ ِ ‫ ي‬،‫َّحم‬ َ ‫ وعقو‬،‫القيام ِة إاَّل البَغ َي‬
ِ ‫ أو قطيعةَ الر‬،̃‫ق الوالدَي ِن‬
Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat,
kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim,
Allah akan menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al
Mustadrak No 7345).

2. Syahid
Sunan tirmidzi
3334 - ،‫ َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬،‫صال ٍِح‬ َ ‫ َعنْ َأ ِبي‬،‫ِيم‬ ٍ ‫ْن َحك‬ ِ ‫اع ب‬ِ ‫ َع ِن ال َقعْ َق‬،‫ْن َعجْ الَ َن‬ ِ ‫ َع ِن اب‬،‫ْث‬ ُ ‫ َح َّد َث َنا اللَّي‬:‫' َقا َل‬،‫َح َّد َث َنا قُ َت ْي َب ُة‬
‫ َفِإ َذا ه َُو َن َز َع‬،ُ‫ت فِي َق ْل ِب ِه ُن ْك َت ٌة َس ْودَاء‬ ْ ‫ ِإنَّ ال َع ْب َد ِإ َذا َأ ْخ َطَأ َخطِ يَئ ًة ُن ِك َت‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ُول‬ ِ ‫َعنْ َرس‬
‫وب ِه ْم‬
ِ ُ ‫ل‬ ُ ‫ق‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ان‬ ‫ر‬
َ َ َ َ ْ
‫ل‬ ‫ب‬ َّ ‫ال‬ َ
‫ك‬ { ‫هَّللا‬
ُ َ ‫ر‬ َ
‫ك‬ َ
‫ذ‬ ‫ِي‬
‫ذ‬ َّ ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ان‬ َّ‫الر‬ ‫ُو‬ ‫ه‬ ‫و‬
َ َ َ َ ،ُ
‫ه‬ ‫ب‬‫ل‬ْ َ
‫ق‬ ‫و‬ ُ ‫ل‬ ْ‫ع‬‫ت‬َ ‫ى‬ ‫ت‬َّ ‫ح‬ ‫ا‬
َ َ ‫ه‬‫ِي‬ ‫ف‬ ‫د‬
َ ‫ي‬‫ز‬ ‫د‬
َ ‫ا‬
ِ َ ‫َ ِإ‬‫ع‬ ْ‫ن‬ ‫و‬ ،ُ
‫ه‬ ‫ب‬
ُ ‫ل‬ْ َ
‫ق‬ َ ِ َ َ ‫َواسْ َت ْغ َف َر‬
‫ل‬ ‫ق‬ ‫س‬
ُ ‫اب‬ ‫ت‬َ ‫و‬
}‫ُون‬ َ ‫ َما َكا ُنوا َي ْكسِ ب‬.
‫صحِي ٌح‬ ٌ ‫ َه َذا َحد‬.
َ ٌ‫ِيث َح َسن‬
Sunan al kabir linnasai
10179 - ،‫ َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬،‫صال ٍِح‬ َ ‫ َعنْ َأ ِبي‬،‫اع‬ ْ
ِ ‫ َع ِن ال َقعْ َق‬،‫ْن َعجْ اَل َن‬
ِ ‫ َع ِن اب‬،‫ْث‬ ُ ‫' َح َّد َث َنا اللَّي‬،‫َأ ْخ َب َر َنا ُق َت ْي َب ُة بْنُ َسعِي ٍد‬
ٌ ْ ً ‫َأ‬ ‫َأ‬ ْ
َ ‫ " إنَّ ال َع ْب َد ِإ َذا ْخ َط َخطِ يَئ ة ُنك‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬
‫ َفِإنْ ه َُو َن َز َع َواسْ َت ْغ َف َر‬،‫ِت فِي َقل ِب ِه ُن ْك َتة‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ُول‬ ِ ‫َعنْ َرس‬

8
َ ‫ َفه َُو الرَّ انُ الَّذِي َذ َك َر هللاُ { َكاَّل َب ْل َر‬،ُ‫ َوِإنْ َعا َد ِزي َد فِي َها َح َّتى ُت ْغل َِق َق ْل َبه‬،‫ت‬
ِ ُ‫ان َعلَى قُل‬
‫وب ِه ْم َما َكا ُنوا‬ ْ َ‫صقِل‬ َ ‫َو َت‬
ُ ‫اب‬
]14 :‫ُون} [المطففين‬ َ ‫َي ْكسِ ب‬
shahih ibnu hibban

- ،‫ْن َعجْ اَل َن‬ ِ ‫ َع ِن اب‬،‫ْث‬ ُ ‫ َأ ْخ َب َر َنا اللَّي‬:‫ َقا َل‬،ٍ‫ َح َّد َث َنا عِ ي َسى بْنُ َحمَّاد‬:‫ َقا َل‬،‫َان ِبمِصْ َر‬ َ ‫ْن َورْ د‬ ِ ‫َأ ْخ َب َر َنا ِإسْ مَاعِ ي ُل بْنُ دَاوُ َد ب‬
َ‫ «ِإنَّ ْال َعبْد‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأ َّن ُه َقا َل‬ ِ ‫ َعنْ َرس‬،‫ َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة‬، ]‫صال ٍِح‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ َ ‫ [ َعنْ َأ ِبي‬،‫ِيم‬ ٍ ‫ْن َحك‬ِ ‫اع ب‬ ْ
ِ ‫َع ِن ال َقعْ َق‬
‫ َفِإنْ َعا َد ِزيدَ فِي َها‬،‫ َفِإنْ َعا َد ِزي َد فِي َها‬،‫ت‬ ْ َ‫صقِل‬
ُ ‫اب‬َ ‫ َفِإنْ ه َُو َن َز َع َواسْ َت ْغ َف َر َو َت‬،‫ِت فِي َق ْل ِب ِه ُن ْك َت ٌة‬َ ‫ِإ َذا َأ ْخ َطَأ َخطِ يَئ ًة ُنك‬
[ . ]14 :‫) [المطففين‬1( » }‫ُون‬ ِ ُ‫ان َعلَى قُل‬
َ ‫وب ِه ْم َما َكا ُنوا َي ْكسِ ب‬ َ ‫ { َكاَّل َب ْل َر‬:ُ ‫ َفه َُو الرَّ انُ الَّذِي َذ َك َر هَّللا‬،ِ‫َح َّتى َتعْ لُ َو فِيه‬
]65 :3

C.Terjemah Dan Maksud Lafadz

1.Terjemah
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Sofwan bin 'Isya mengabarkan kepada
kami Muhammad bin 'Azlan dari Qo'qo'i bin hakim dari Abi Sholih dari Abi Hurairah
berkata : Rasulullah Saw Bersabda : Sesungguhnya seorang mukmin jika berbuat dosa
maka akan ada satu noda hitam dihatinya, jika ia bertaubat dan berlepas dari dosanya,
maka hatinya akan menjadi bersih. Namun jika dosanya bertambah maka noda hita
tersebut akan semakin bertambah, hingga menutupi hatinya, itulah noda yang
disebutkan Allah Azza Wa Jalla dalam Al-Qur'an, "Sekali-kali tidak (demikian)
sebenarnya dosa yang mereka perbuat itu menutupi hati mereka." (HR. AHMAD.
7611).

2.Mufrodat dan Maksud Lafadz


Lafadz Terjemah Makna
‫نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء‬ Noda Hitam Tanda/ciri bahwa sudah
melakukan perbuatan dosa
‫قُلُوْ بِ ِه ْم‬ Hati Mereka Hati orang mukmin

D.Esensi Hadist Ta’rif Istilah Dan Dilalah


1. Ta’rif istilah
Secara istilah (terminologi) difahami bahwa Hadits adalah setiap yang idhafah
kepada Nabi Muhammad SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir dan sebagainya.
‫سلَّ َم قَ ْوالً اَ ْو فِ ْعالً اَ ْو تَ ْق ِر ْي ًرا اَ ْو نَ ْح َوهَا‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ضيْفَ اِلَى النَّبِ ِّي‬
ِ ُ‫َما ا‬

9
Yang idhafah kepada Nabi SAW disebut Hadits Marfu', yang idhafah kepada
shahabat disebut Hadits Mauquf, yang idhafah kepada tabi'in disebut Hadits Maqthu',
dan yang idhafah kepada Allah SWT yang bukan Al-Qur'an disebut Hadits Qudsi.
(Al- Khathib : 1975 : 17).
Nabi SAW maksudnya adalah Nabi Muhammad SAW yang lahir pada tahun 571
M dan wafat tahun 632 M atau 11 H. Shahabat adalah yang hidup sezaman dengan
Nabi SAW, sempat berjumpa (liqa), dan meninggal dalam Islam. Tabi’in adalah yang
hidup sezaman dengan shahabat, lahir setelah Nabi SAW wafat (11 H) dan meninggal
dalam Islam. Adapun yang idhafah kepada Allah yang bukan Al-Qur’an adalah yang
nisbah kepada Allah secara ma’na dan lafazhnya dari Nabi SAW.
Hadits ini dikatakan Hadits secara istilah karena idhafah kepada Nabi SAW,
sebab secara istilah Hadits adalah setiap yang idhafah kepada Nabi SAW, shahabat,
tabi’in, dan kepada Allah SWT yang bukan Al-Qur’an; tandanya adalah sighah :

‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫َر‬

2.Ta’rif Dilalah
Hadits secara dilalah adalah semua Hadits yang termaktub pada kitab Hadits,
yakni diwan atau al-mashadir al-ashliyah hasil dari proses riwayah dan tadwin yang
ditekuni oleh para Muhadditsin sampai abad kelima Hijriyah, yang terdiri dari kitab
Musnad dan kitab Mushannaf. Kitab Musnad adalah kitab yang disusun dengan
sistem tasnid, yakni susunannya berdasarkan urutan rawi shahabat, disebut Musnad
dan Mu’jam. Kitab Mushannaf adalah kitab Hadits yang disusun dengan sistem
tashnif, yakni susunannya berdasarkan urutan bab-bab tematik (maudhu’i), disebut :
Muwatha’, Jami’, Mushannaf, Sunan, Shahih, dan Mustadrak. (Al-Khuli : 147, Al-
Thahhan, Taisir : 30-60).
Kitab Musnad dan Mu’jam meliputi Kitab Hadits susunan : Zaid, Hanafi, Syafi’i,
Ahmad, Ya’qub, ‘Ubaidillah, Humaidi, Musaddad, Thayalisi, Abu Khaitsamah, Abu
Ya’la, Abu Ishaq, Yahya, As’ad, Ibn Humaid, Hamim, Al-Umawi, Nu’aim, Ibn
Yahya, Ishaq, Ibnu Mani’, Al-Harits, Al-Bazzar, A’id, Thabrani. Kitab Mushannaf
meliputi kitab Muwatha’, Mushannaf, dan Jami’ : Malik, Al-Madani, Al-Marwazi,
Syu’bah, Ibnu Abi Syaibah, Al-Laits, Sufyan, ‘Abd al-Razaq, Hammad, Baqi’, Ibnu
‘Ashim, Abu Nu’aim. Kitab Mushannaf Sunan : Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu
Majah, Darimi, Sa’id, Al-Tsauri, Ibnu ‘Uyainah, Ma’mar, Daruquthni, Ibn ‘Adi,
Baihaqi, Dailami. Kitab Mushannaf Shahih dan Mustadrak : Bukhari, Muslim, Ibnu

10
Hibban, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Jarud, Abu ‘Awanah, Ibnu Al-Sakin, Hakim, Al-
Harawi.

Perhatikan Hadist Tentang Taubat dan Konsekwensinya Berikut :

َ ˜‫ع ْب ِن َح ِكي ٍْم ع َْن َٔا بِ ْي ه َُر ْي‬


‫˜رةَ قَ˜˜ا َل‬ ِ ‫ص ْف َوانُ بْنُ ِع ْي َسى َٔا ْخبَ َرنَ˜˜ا ُم َح َّم ُد بْنُ َعجْ الَنَ ع َِن ْالقَ ْعقَ˜˜ا‬ َ ‫َح َّد ثَنَا‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ب َونَ˜˜زَ َع‬ َ َ ‫َت نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فِ ْي قَ ْلبِ ِه فَاِ ْن تا‬
ْ ‫َب كاَن‬ َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِٕا َّن ْال ُمْؤ ِمنَ اِ َذ اَ ْذن‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُوْ ُ˜ل‬
‫رٔان‬ ‫هّٰللا‬
ٓ ُ‫ك ال َّريْنُ الَّ ِذيْ َذ َك َر ُ َع َّز َو َجلَّى فِي الق‬ َ ‫صقِ َل قَ ْلبُهُ َذا‬
ُ ‫َوا ْستَ ْغفَ َر‬
‫َكالَّ بَلْ َرانَ عَلى قُلُوْ بِ ِه ْم َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
Teks tersebut dikatakan Hadits secara dilalah karena termaktub pada kitab Hadits,
yakni kitab Shahih Bukhori, sebab Hadits secara dilalah adalah semua Hadits yang
termaktub pada kitab Hadits atau mashadir ashliyah; tandanya footnote : ‫رواه َٔاحمد‬

E.Unsur hadist : Ta’rif Arkan


Dengan kajian ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah melalui kajian teori sistem dari
riwayah dan dirayah tersebut, maka esensi Hadits difahami dari unsur-unsurnya, yang
terdiri dari rawi, sanad, dan matan.
Rawi adalah orang yang meriwayatkan Hadits, yakni yang menerima,
memelihara, dan menyampaikan Hadits, mulai dari rawi shahabat, tabi'in, dan
selanjutnya sampai rawi terakhir yakni mudawin yang mengkodifikasikan Hadits pada
Diwan.
Sanad adalah sandaran Hadits atau sumber pemberitaan (referensi/maraji') Hadits,
yakni keseluruhan rawi yang meriwayatkan Hadits tersebut mulai dari mudawin,
gurunya, gurunya, dan begitu selanjutnya sampai rawi yang pertama kali menerima
Hadits dari Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan matan adalah redaksi (lafazh/teks) Hadits yang letaknya setelah atau
di ujung sanad.
Ketiga unsur rawi, sanad, dan matan tersebut merupakan arkan yang
menunjukkan eksistensi atau keberadaan Hadits. (Soetari : 2008 : 22).
Perhatikan hadits tentang taubat dan konsekwensinya
‫ح َّد ثَنَا ص ْفوانُ بْنُ ع ْيسى َٔا ْخبرنَا محم ُد بْنُ َعجْ الَنَ َعن ْالقَ ْعقَا ع ْبن حكيْم ع َْن َٔا بي هُر ْيرةَ قَال قَال رسُوْ ُل هّٰللا‬
ِ َ َ َ َ َ ْ ِ ٍ ِ َ ِ ِ ِ َّ َ ُ َ َ َ ِ َ َ َ
َ ‫صقِ َل قَ ْلبُهُ َذا‬ ‫هّٰللا‬
ُ‫ك ال َّريْن‬ ُ ‫ب َونَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر‬ َ َ ‫َت نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فِ ْي قَ ْلبِ ِه فَا ِ ْن تا‬ َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِٕا َّن ْال ُمْؤ ِمنَ اِ َذ اَ ْذن‬
ْ ‫َب كاَن‬ َ
‫رٔان َكالَّ بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوْ بِ ِه ْم َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬ ‫هّٰللا‬
ٓ ُ‫الَّ ِذيْ َذ َك َر ُ َع َّز َو َجلَّى فِي الق‬

11
Teks tersebut dikatakan hadits secara Arkan karena terdapat rawi, sanad dan
matan. Rawinya adalah orang yang meriwayatkan Hadits, yakni yang menerima,
memelihara, dan menyampaikan Hadits yaitu : (1) Sofwan Ibn Isya (2) Muhammad
ibn 'Ajlan (3) Qo'qo'i bin hakim (4) Abu Hurairah (5) Ahmad
Sanadnya adalah keseluruhan rawi yang menjadi sandaran Hadits mulai dari : (1)
Abu Hurairah (2) Sofwan Ibn Isya (3) Muhammad ibn Ajlan (4) Qo'qo'i bin hakim
Ahmad

Matannya adalah teks :


‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫'ز َع َوا ْس' َت ْغ َف َر‬
َ '‫ب َو َن‬َ َ ‫ت ُن ْك َت ٌة َس ْو َدا ُء فِيْ َق ْل ِب' ِه َف' ِا نْ ت'ا‬ َ ‫صلَّى ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِٕانَّ ْالمُْؤ م َِن ا َِذ اَ ْذ َن‬
ْ ‫ب كا َ َن‬ َ ِ ‫َقا َل َقا َل َرس ُْو ُل‬
‫ك الرَّ يْنُ الَّذِيْ َذ َك َر هّٰللا ُ َع َّز َو َجلَّى فِي القُرٔآن‬ َ ‫صقِ َل َق ْل ُب ُه َذا‬
ُ

F.Jenis Hadist
1. Jumlah Rawi
Jenis Hadits berdasarkan jumlah rawi terbagi menjadi dua yaitu Mutawatir dan
Ahad. Hadits Mutawatir adalah Hadits yang jumlah rawinya banyak, dengan syarat
mahsus (inderawi), tidak ada kesan dusta, minimal 4 (empat) orang rawi setiap
thabaqah. Hadits Ahad adalah Hadits yang jumlah rawinya tidak banyak : 3 (tiga) per
thabaqah (Masyhur), 2 (dua) per thabaqah (‘Aziz), 1 (satu) per thabaqah (Gharib).
Berdasarkan kriteria tersebut, hadis riwayat Imam Ahmad digolongkan ke dalam
hadits Ahad Gharib karena hanya terdapat satu perawi di setiap thabaqah.

No. Nama Perawi Urutan Tabaqah

1. Abu Hurairah (w.59H) 1


Sahabat

2. Imam Ahmad (780M) 2


Tabi’in kalangan Tua

3. Muhammad bin ajlan (1395) 3


Tabi’in Kalangan Pertengahan

4. Al- Qa'qa bin Hakim 5


Tabi'ut Tabi'in kalangan pertengahan

5. Shofwan bin Isya 7


Tabi'in kalangan biasa

12
2. Matan

Dari segi idhafah matan, Hadits terbagi pada : Marfu’ (idhafah kepada Nabi SAW),
Mauquf (idhafah kepada Shahabat), Maqthu’ (idhafah kepada Tabi’in), dan Qudsi
(idhafah kepada Allah SWT yang bukan Al-Qur’an). Berdasarkan bentuk matan,
Hadits terbagi pada : Qauli (ucapan), Fi’li (perbuatan), Taqriri (ketetapan). Dari segi
tanda idhafah dan bentuk matan, Hadits terbagi pada : Haqiqi (eksplisit) dan Hukmi
(implisit).
Berdasarkan kriteria tersebut, Hadits tentang “Taubat dan Konsekwensinya " adalah
termasuk Hadits Marfu’ Qauli Taqriri, yakni Hadits yang matannya idhafah kepada
Nabi SAW, bentuknya berupa perkataan Nabii, dengan tanda idhafah dan bentuk
matannya jelas eksplisit :

Idhofah matan :
‫" قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
Bentuk matannya:

‫˜ر هّٰللا ُ َع˜ َّز‬ َ ‫صقِ َل قَ ْلبُهُ َذا‬


َ ˜‫ك ال َّريْنُ الَّ ِذيْ َذ َك‬ َ َ ‫َت نُ ْكتَةٌ َسوْ دَا ُء فِ ْي قَ ْلبِ ِه فَا ِ ْن تا‬
ُ ‫ب َونَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر‬ َ ‫ِٕا َّن ْال ُمْؤ ِمنَ اِ َذ اَ ْذن‬
ْ ‫َب كاَن‬
ٓ ُ‫َو َجلَّى فِي الق‬
‫رٔان‬

Dari segi persambungan sanad, Hadits terbagi pada muttashil dan munfashil.
Hadis Muttashil adalah Hadits yang sanadnya bersambung, yakni rawi murid dan guru
yang ada pada sanad bertemu (liqa), karena hidup sezaman, setempat, dan seprofesi
Hadits. Hadits Munfashil adalah Hadits yang sanadnya terputus; putus rawi pertama
(Mursal), putus mudawin dan gurunya (Mu’allaq), putus 1 rawi (Munqathi’), putus
dua rawi dalam dua thabaqah yang berturut-turut (Mu’dhal).
Berdasarkan kriteria tersebut, maka Hadits tentang “Pentingnya Taubat dan
Konsekwensinya” termasuk Hadits Muttashil, sebab rawi guru dan rawi murid yang
adapada sanad tersebut termasuk liqa, yang hidup sezaman, setempat, dan seprofesi
muhaditsin.

Mengenai Hadits tentang “Pentingnya Taubat dan Konsekwensinya” ini yang


diriwayatkan oleh Imam Ahmad berdasarkan jenisnya termasuk kedalam Hadits
Shahih karena Hadits tersebut telah memenuhi syarat untuk termasuk ke dalalm
hadits shahih yakni:

13
a) Rawi :
1) 'Adil yakni rawi yang taqwa (wiqayah dalam ta’at dan bu’di dari ‘uqubah) dan
muru'ah.
2) tam dhabth yakni rawi yang sempurna keterpeliharaan shudur dan kitabnya,
yakni kuat daya hafal, daya ingat dan daya fahamnya (qawy al-hifzh qawy al-
dzikr, qawy al-fahm) serta tertib dalam memelihara catatan dan kitabnya.
b) Sanad yang muttashil adalah sanad yang bersambung yakni rawi murid bertemu
(liqa) dengan rawi guru karena hidup sezaman, setempat, dan seprofesi Hadits.
c) Matan :
1) Marfu' artinya yang idhafah kepada Nabi SAW, baik haqiqi maupun
hukmi.
2) Tidak ber'illat artinya tidak cacat karena sisipan, pengurangan dan
perubahan.
3) Tidak syadz atau tidak janggal artinya tidak bertentangan dengan Al-
Qur'an, Hadits yang lebih kuat, dan akal sehat.

G. Kualitas Hadist : Maqbul Mardud


Kualitas Hadits terbagi pada : Maqbul (diterima sebagai hujjah) dan
Mardud (ditolak sebagai hujjah). Sebutan Hadits Maqbul adalah Shahih dan Hasan,
sedangkan sebutan Hadits Mardud adalah Dha’if. Hadits Maqbul Shahih : rawinya
‘adil (taqwa dan muru’ah) dan tam dhabith (shudur dan kitab), sanadnya muttashil
(liqa), matannya marfu’ (idhafah kepada Nabi SAW), tidak ada ‘illat (penambahan,
pengurangan, penggantian), dan tidak janggal (tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan akal sehat). Hadits Maqbul Hasan syarat dan kriterianya adalah sama dengan
Maqbul Shahih, kecuali rawinya hanya sampai qalil dhabith (agak dhabith dari
kekuatan daya hafalnya). Hadits Mardud Dha’if adalah bila satu atau lebih dari
syarat Hadits Maqbul Shahih atau Hasan tidak terpenuhi. Apabila Hadits terdapat
Syahid dan atau Muttabi’, maka kualitasnya naik dari Mardud Dha’if menjadi Maqbul
Hasan Lighairihi, sepanjang bukan Hadits Dha’if Maudhu’, Matruk, dan Munkar; bila
Hadits tersebut merupakan Hadits Maqbul Hasan Lidzatihi naik menjadi Hadits
Maqbul Shahih Lighairihi.
Hadits ini merupakan hadits yang telah memenuhi semua kriteria hadits
shahih. Oleh karena itu hadits ini tergolong hadits Maqbul Shahih Lidzatih yang

14
artinya dapat diterima atau dapat dijadikan hujjah. Yakni dapat dijadikan sebagai
pedoman amal, digunakan sebagai alat istinbath dan bayan Al-Qur‟an serta dapat
diistinbath oleh kaidah ushul fiqih. Adapun hadits yang digolongkan Maqbul adalah
jenis hadits sahih dan hasan.

H. Tashhih dan I’tibar


1. Tashih
Kehujjahan hadits dari segi tashih kualiatas. Hadits ini merupakan hadits shahih
yang bisa diterima oleh kalangan ulama hadits. Sebab telah memenuhi syarat dan
kriteria hadits shahih yaitu:
a. Rawi yang adil yakni rawi yang taqwa dan muruah. Juga rawi yang sempurna
keterpeliharaan shudur dan kitabnya (tam dhabit).
b. Sanad hadits di atas muttasil karena bersambung dan bertemu (liqa)
Abu Hurairah (T1 Sahabat), Imam Ahmad (T2 Tabi’in Kalangan Tua),
Muhammad bin Ajlan (T3 Tabi’in Kalangan pertengahan) Al Qa'qa bin Hakim
(T5 Tabi’ut Tabi’in Kalangan pertengahan), Shofwan bin Isya (T7 Tabi’in
kalangan biasa).
c. Matan hadits di atas marfu’ haqiqi yakni idhafah kepada Nabi saw, tidak
ber’illat setelah dibandingkan dengan matan hadits yang lain yakni Shahih
Muslin hadits tentang Dosa besar dan tidak syadz (janggal) karena tidak
bertentangan dengan Al-Qur’an.
Dalam hadits Riwayat Imam Bukhori tentang “Taubat dan Konsekwensinya”
dilihat dari segi sanad, sanad nya muttasil atau bersambung. Dilihat dari segi matan,
matan haditsnya tidak mengandung illat maupun syadz dan tidak bertentangan dengan
Al-Quran dan hukum syar’i. Dilihat dari rawinya adalah rawi yang adil, dlabit dan
tidak ditemukan kecacatan.
2. I’tibar
Kaidah untuk mencari muttabi’ dan syahid yang dapat menaikkan kualitas dari
Mardud Dha’if Lidzatihi menjadi Maqbul Hasan Lighairihi, dan dari Maqbul Hasan
Lidzatihi menjadi Maqbul Shahih Lighairihi disebut kaidah I’tibar. Untuk mencari
muttabi’ dan syahid dua shahabat digunakan I’tibar al-Sanad, untuk mencari syahid
matan lain digunakan I’tibar al-matan. (Fathurrahman : 1991 : 114)
Sementara itu terdapat ka’idah I’tibar al-Matan untuk menentukan kualitas Hadits
dengan I’tibar Diwan, I’tibar Syarah, dan I’tibar Fan.

15
a. I’tibar Diwan adalah menentukan kualitas Hadits berdasarkan petunjuk jenis
kitabnya, sebab menurut konvensi (pandangan) Muhadditsin, jenis kitab
menentukan kualitas Haditsnya. Kitab Shahih : Haditsnya shahih, Kitab Sunan :
Haditsnya mungkin shahih, hasan, atau dha’if, namun tidak sampai maudhu’,
matruk, dan munkar. Kitab Musnad dan Mushannaf : Haditsnya mungkin shahih,
hasan, dan dha’if, bahkan bisa maudhu’, matruk, dan munkar.
b. I’tibar Syarah adalah menentukan kualitas Hadits berdasarkan penjelasan kitab
Syarah, di mana kitab diwan semuanya ada syarahnya.
c. I’tibar Fan adalah menentukan kualitas Hadits berdasarkan pembahasan kitab
ilmu yang menggunakan Hadits sebagai dalil; apalagi yang bersifat muqaranah,
seperti kitab Bidayah al-Mujtahid, kitab Madzahib al-Arba’ah, dan lain-lain.
Hadits tentang Taubat dan Konsekwensinya dengan I’tibar diwan dapat dikatakan
sebagai Hadits Shahih, karena termaktub pada kitab Shahih, yakni Kitab Al-Jami’
Ahmad, tandanya ada footnote : ‫ رواه احمد‬menurut konvensi Muhadditsin kitab Shahih
Haditsnya shahih.

I.Ta’ammul Hadits
Tathbiq atau aplikasi Hadits Maqbul terbagi pada :
a. Maqbul yang ma'mul bih : dapat diamalkan, meliputi :
1) Hadits yang muhkam : yang jelas tegas;
2) Hadits mukhtalif : yang dapat dikompromikan;
3) Hadits rajih : lebih unggul;
4) Hadits nasikh : wurud belakangan.
b. Maqbul yang ghair ma'mul bih : tidak dapat diamalkan, melputi :
1) Hadits yang mutasyabih : tidak jelas;
2) Hadits marjuh : tidak unggul;
3) Hadits mansukh : wurud duluan;
4) Hadits mutawaqqaf fih : tidak bisa dikompromikan, ditarjih, dan dinasakh.
Hadits Maqbul, yakni Hadits yang berkualitas diterima sebagai hujjah dengan
sebutan Shahih atau Hasan, baik Lidzatihi atau Lighairihi, ada yang ma’mul bih
(dapat diamalkan) dan ada juga yang ghair ma’mul bihi (tak dapat diamalkan).
Kaidahnya adalah :

16
1. Bila Hadits maqbul itu hanya satu atau banyak namun sama (lafzhi atau ma’nawi),
maka yang muhkam (jelas, tegas) ma’mul, dan yang mutasyabih (tidak jelas) ghair
ma’mul.
2. Bila Hadits maqbul itu banyak dan tanaqudh (berbeda) atau ta’arudh
(berlawanan), maka ditempuh thariqah jam’u, tarjih, nasakh, dan tawaquf.

Berdasarkan kriteria tersebut, Hadits tentang “Taubat dan Konsekwensinya" ini


dikategorikan sebagai hadits maqbul shahih lidzatih dan termasuk hadits ma’mul bih
(dapat diamalkan) sebab lafazhnya muhkam, yakni matan dan kandungannya tegas
dan jelas.

J.Munasabah Dan Asbabul Wurud


1.Munasabah
Firman Allah SWT :

َ‫َكاَّل بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوبِ ِه ْم َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka.” (QS. Al Muthoffifin: 14)
Sumber https://rumaysho.com/1257-maksiat-menggelapkan-hati.html
Dalam ayat diatas "Ma Kaanu Yaksibuun" merujuk kepada perbuatan apa yang
mereka usahakan disini bermakna perbuatan tidak baik atau maksiat. Hal ini selaras
dengan hadits yang sudah dicantumkan, bahwa orang beriman ketika bermaksiat akan
memiliki noda hitam dihatinya sehingga akan menutupi mereka dalam ketaatan
kepada Allah. Dengan taubat, orang mukmin dapat menghilangkan noda hitam
tersebut dan Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya. Tetapi jika orang mukmin
tetap melakukan dosa maka noda hita itu akan terus bertambah hingga akan tertutup
seluruh hatinya.
2.Asbabul Wurud
Dalam ayat 14 ini, Allah membantah tuduhan orang-orang kafir Mekah yang
mengatakan bahwa Alquran itu dongengan orang dahulu. Sama sekali bukan
demikian. Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
Kebiasaan mereka berbuat dosa telah menyebabkan hati mereka jadi keras, gelap, dan
tertutup laksana logam yang berkarat. Oleh karena itu, mereka tidak dapat
membedakan antara dusta yang berat dengan kebenaran yang terang benderang. Hati
yang demikian hanya bisa dibersihkan dengan tobat yang sempurna.

17
K. Istinbath Ahkam dan Hikmah
1.Istinbath Ahkam

‫هّٰللا‬
ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ِإ َّن هَّللا َ َع˜ َّز َو َج˜ َّل يَب‬
ُ‫ْس ˜ط‬ َ ‫ض َي ُ َع ْنهُ َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ ‫ي َر‬ ِّ ‫ع َْن َأبِي ُمو َسى اََأْل ْش َع ِر‬
‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ ِم ْن َم ْغ ِربِهَا‬ْ ‫وب ُم ِسي ُء اللَّي ِْل َحتَّى ت‬ َ ُ‫ار لِيَت‬ ِ َ‫ار َويَ ْب ُسطُ يَ َدهُ بِالنَّه‬
ِ َ‫وب ُم ِسي ُء النَّه‬ َ ُ‫يَ َدهُ بِاللَّي ِْل لِيَت‬
Dari Abu Musa al Asy’ari semoga Allah meridhainya bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan
senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat
orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah senantiasa akan membuka tangan-
Nya pada siang hari untuk menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari,
dan yang demikian terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim
nomor 2759)
Dari Ibnu Umar semoga Allah meridhai mereka berdua bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat
seorang hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.” (HR. Tirmidzi
nomor 3847 dan Imam Tirmidzi serta Ibnu Hibban menghasankannya)
Dari Al Aghar bin Yasar al Muzaniy semoga Allah meridhainya, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Wahai manusia, bertaubatlah
kepada Allah, karena aku bertaubat seratus kali dalam sehari.’ (HR. Muslim nomor
2702)
Dari Anas bin Malik semoga Allah meridhainya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda; “Sungguh kegembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya
melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di
sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di
atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk
menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu,
tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera
mengambil tali kekangnya kemudian berkata; ‘Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini
Tuhan-Mu.’ Dia telah salah berdo’a karena terlalu senang.’ (HR. Muttafaqun ‘alaih
dan ini adalah lafadz Imam Muslim nomor 2747)
Sesuai dengan istinbath diatas bahwa taubat adalah wajib hukumnya bagi orang-orang
mukmin. Bahkan Allah sangat menyenangi orang-orang yang senantiasa bertaubat
setelah melakukan perbuatan maksiat. Rasulullah Saw pun yang sudah dijamin Allah
masuk surga dan diampuni dosa yang lalu dan yang akan datang, tetapi beliau
senantiasa mengucap istighfar setiap hari 100 kali dan meminta ampunan kepada
Allah SWT.

2.Hikmah
Berdasarkan hadits tersebut , hikmah yang dapat di ambil adalah :

18
1. Akan senantiasa disenangi Allah SWT karena taubatnya dan taubat yang dakukan
senantiasa taubat yang sungguh-sungguh.
2. Allah akan menghapus dosa setiap yang dilakukan dengan taubat. Minimal dengan
mengucap istighfar setiap hari.
3. Allah akan menerima taubat dari seorang hamba selama nyawanya belum sampai
tenggorokan/ Allah cabut nyawanya.
4. Manusia tidak akan putus asa dengan pernyataan bahwa tidak akan diterima dan
diampuni taubat kita,karena Allah akan mengampuni dosa-dosa yang sudah
dilakukan.
Syarat-syarat taubat
1. Benar-benar menyesal
2. Memperbanyak perbuatan baik
3. Tidak meninggalkan shalat lima waktu
4. Banyak berdzikir.

L.Problematika Tafhim dan Tathbiq


Setiap perbuatan yang dilakukan manusia khususnya orang mukmin. Tidak
terlepas dari yang namanya maksiat atau perbuatan buruk, terkadang apa yang
dilakukan atau yang diperbuat membuat orang lupa akan konsekwensi atau hukuman
yang akan mereka hadapi nanti di akhirat. Orang-orang terlalu sering menyepelekan
dosa-dosa kecil dengan beralasan tuhan maha pengampun. Padahal setiap perbuatan
orang mukmin ada batasan dan ada peraturan yang mereka jalani dan patuhi tanpa
terkecuali serta ada hukuman yang harus mereka terima. Oleh karenanya orang
mukmin dituntut untuk selalu beristighfar dan selalu memohon ampun atas apa yang
mereka perbuat. Adapun hal-hal maksiat yang sering diperbuat tanpa disadari bahwa
hal tersebut adalah perbuatan maksiat. Diantaranya :
1. Berzina, pasti hal ini sudah tidak asing lagi bagi orang-orang mukmin.
Berzina tidak hanya melakukan hubungan intim, tetapi zina disini dalam arti luas.
Yakni zina mata dan zina hati. Tidak banyak orang yang menyadari jika bertatap mata
dengan lawan jenis sudah termasuk kedalam kategori zina mata.
2. Meminum-minuman keras, hal ini sering terjadi pada anak muda dikalangan
orang mukmin khususnya di Indonesia sendiri, sudah banyak anak muda yang salah
pergaulan karena mengikuti teman sejawatnya yang meminum minuman keras.
Karena zaman ini adalah zaman modern, banyak anak muda yang menganggap bahwa
jika tidak meminum khamr maka termasuk orang yang kuno.
3. Mencuri, perbuatan ini sudah tidak asing kita dengar. Apalagi di masa
pandemi yang mana banyak orang yang kehilangan pekerjaannya. Dan banyak juga
orang yang melakukan tindakan mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Perbuatan-perbuatan diatas termasuk kedalam perbuatan maksiat yang sudah
seharusnya bagi yang melakukan perbuatan tersebut hendaknya mereka segera

19
bertaubat. Bahkan masih banyak perbuatan dosa lain yang sering dilakukan tanpa
disadari. Sebagai orang muslim hendaknya selalu mengikuti apa yang sudah
terkandung dalam Al-Qur'an dan hadits. Perbuatan-perbuatan maksiat dizaman
modern ini sudah menjadi tren, hendaknya bagi orang mukmin tidak mengikuti tren-
tren yang merugikan apalagi membuat kita menerima azab dan hukuman dari Allah
SWT.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat taubat yaitu perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang
sudah terjadi, lalu mengarahkan hati kepada Allâh Azza wa Jalla pada sisa usianya
serta menahan diri dari dosa. Melakukan amal shaleh dan meninggalkan larangan
adalah wujud nyata dari taubat. Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba
kepada Rabbnya, inabah (kembali) kepada Allâh Azza wa Jalla dan konsisten
menjalankan ketaatan kepada Allâh. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa,
namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allâh Azza wa Jalla , maka itu
belum dianggap bertaubat.
Seseorang dianggap bertaubat jika ia kembali kepada Allâh Azza wa Jalla dan
melepaskan diri dari belenggu yang membuatnya terus-menerus melakukan dosa. Ia
tanamkan makna taubat dalam hatinya sebelum diucapkan lisannya, senantiasa
mengingat apa yang disebutkan Allâh Azza wa Jalla berupa keterangan terperinci
tentang surga yang dijanjikan bagi orang-orang yang taat, dan mengingat siksa neraka
yang ancamkan bagi pendosa. Dia berusaha terus melakukan itu agar rasa takut dan
optimismenya kepada Allâh semakin menguat dalam hatinya.

B. Saran

Penulis tentunya menyadari bahwa makalah ini terdapat banyak kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar pembuatan makalah yang akan datang menjadi lebih
baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maktabah Asy-Syamilah, Versi I 1442.004(Versi Terbaru)

https://hadits.in/ahmad/7611
https://rumaysho.com/1257-maksiat-menggelapkan-hati.html
https://tafsiralquran.id/tafsir-surah-al-muthaffifin-ayat-14-24/amp/
https://abuubaidillah.com/dalil-dalil-taubat-dalam-al-quran-dan-hadits
https://cirebon.ayoindonesia.com/explore/pr-94826034/Syarat-Taubat-dan-Tanda-
Diterimanya?page=2
https://asysyariah.com/berkah-allah-dalam-hukum-hadd/
https: https://almanhaj.or.id/7192-taubat-pengertian-hakikat-syarat-dan-
keutamaan.html

https://almanhaj.or.id/7192-taubat-pengertian-hakikat-syarat-dan-keutamaan.html

22

Anda mungkin juga menyukai