DISUSUN OLEH :
NAMA : NURMAYANI
NIM. : D.0021.P.013
PRODI : D3 KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kitai sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami juga menyampaikan
terima kasih kami atas semua yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan yang telah
Kedokteran Gigi.Makalah ini telah sayai susun dengan baik dan dengan sedemikian rupadan
kami berharap bahwa makalah ini dapat membantu para pembaca. Saya juga menyadari bahwa
masih ada banyak kekurangan dari makalah yang telah sayai susun ini baik dari segi kalimat
maupun dari bahasanya. Untuk itu, sayai dengan sangat terbuka menerima segala kritik dan
saran yang membangun agar kamidapat mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih
baik.Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan sayai berharap semoga makalah mengenai
Pendekatan Psikologi Dalam Kedokteran Gigi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................ii
1.4 Manfaat.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.2.1 komunikasi.....................................................................................................4
2.2.3 Desentisisasi....................................................................................................7
2.2.5 Reinforcement...............................................................................................9
2.2.7 Hipnosis.........................................................................................................10
3.1 kesimpulan,.......................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15-16
BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi berasal dari Bahasa Inggris “psychology”.”. Kata psychologi merupakan dua akar
kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu ;psyche yang berarti jiwa dan logos
Yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa disebut ilmu yang
mempelajari kejiwaan atau hilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia
Kondisi sosial (seperti dukungan keluarga dan teman, serta jaminan kesehatan), faktor biologis
(seperti faktor kerentanan dan keturunan), corak kepribadian (seperti optimisme), situasi
psikologis, dan pengetahuan maupun edukasi, menjadi sorotan untuk menciptakan kesehatan
terhadap kelancaran dan keberhasilan rencana perawatan yang akan dilakukan. Hal ini
dikarenakan menghadapi seorang pasien yang tidak kooperatif, sering menyulitkan seorang
dokter gigi dalam melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat menghadapi hal ini
dengan mudah, sementara penderita membutuhkan tindakan perawatan secepatnya. Pada saat
melakukan perawatan gigi pada pasien, hal yang paling sulit dilakukan adalah pendekatan
psikologis dan manajemen pada penderita, bukan pada prosedur perawatan itu sendiri.Dokter
gigi harus selalu berusaha untuk melakukan perawatan gigi yang ideal, dan untuk
yang akan melakukan perawatan gigi.. Hal ini bertujuan agar dokter gigi mampu menangani
kesulitan-kesulitan
1
Selama perawatan gigi dengan pasien tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis
tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai pendekatan psikologis dalam kedokteran gigi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan serta wawasan para
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan dan psikologis. Pendekatan
adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu. Pengertian
pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian
untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian
” (Ahmadi, 2003).Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan
psikis (jiwani) manusia dengan lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata
yaitu psyche dan logos Yang memiliki arti “ ilmu tentang jiwa” . Sebagai kajian ilmiah,
psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan sistematik. Adapun secara umum
psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan
psikologis dapat diartikan sebagai suatu metode pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
keadaan jiwa seseorang baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku
seseorang.
Pendekatan psikologi dalam Kedokteran Gigi merupakan suatu metode yang dilakukan seorang
dokter gigi dalam aspek psikologis untuk mengetahui data mengenai usia, riwayat kesehatan
dan hal penting lainnya, agar dokter gigi dapat mengerti pola perilaku pasien dan dapat
mengatasinya, sehingga dokter gigi mampu melakukan penilaian dan penanganan tingkah laku
.Penanganan tingkah laku atau behaviour manajemen merupakan salah satu aspek penting dari
kedokteran gigi tanpa ada kerja sama yang baik antara dokter gigi dan pasien, maka
perawatan akan sulit dilakukan dan tidak berjalan baik. Kerja sama yang baik dari pasien
dapat didapatkan dengan melakukan penanganan tingkah laku melalui pendekatan psikologis
terhadap pasien. Pendekatan psikologis ini bertujuan untuk menenangkan pasien atau
menghilangkan rasa takut pasien saat akan dilakukan perawatan gigi, sehingga perawatan gigi
dapat berlangsung dengan baik. Beberapa pendekatan psikolgis yang dapat diterapkan oleh
2.2.1 Komunikasi
Komunikasi dengan pasien sangat berperan penting untuk mengurangi rasa takut pasien.
Sehingga dapat memberikan dukungan verbal dan kepastian dengan strategi yang digunakan.
Komunikasi maksimal yang efektif dengan pendekatan harus dilakukan oleh staf maupun
tenaga kesehatan yang berinteraksi siapa saja dengan pasien.Komunikasi yang terjadi selama
transaksi terapeutik adalah komuniksasi interpersonal. Pada proses pelayanan medik gigi
terjalin suatu hubungan kerja sama antara dokter gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan
terjadi tanpa melalui media komunikasi, sehingga dalam proses komunikasi interpersonal
mempunyai ciri pesan dari komunikator tidak terbatas pada pesan verbal tetapi juga pesan
nonverbal seperti ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, sehingga pesan tersebut mempunyai
memiliki peran untuk membantu pasiendalam menangani masalah yang dihadapinya dan dapat
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
2. . Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalamhal peningkatan
derajat kesehatan.
4. Mempererat hubungan dan interaksi antara pasien dan terapis (tenaga kesehatan) secara
(Paisal, 2017)
2.2.2 modelling
Tujuan pendekatan modeling adalah untuk mengurangi rasa takut atau cemas yang tinggi agar
terjadi proses peniruan, maka model harus mempunyai syarat sebagai berikut:
c. Ada hubungan yang hangat antara model dan pengamat.Bandura (1969) mengemukakan
a. memperhatikan
Sebelum melakukan anak akan memperhatikan model yang akanditiru. Keinginan ini timbul
b. .Merekam
Setelah memperhatikan anak akan mengamati model maka pada saat lain anak akan
memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model yang dilihat. Dalam hal ini anak sudah
Untuk menghasilkan sesuai apa yang dilakukan model atau mengulang apa yang dilihatnya
terhadap model.
Sehingga anak dapat mengulangi dan mempertahankan tingka laku model yang dilihatnya.
Dokter gigi juga dapat bertindak sebagai model yang menunjukkan sifat tenang, tidak ragu,
dan rapi.Seorang dokter gigi dapat pula bertindak sebagai model, yaitu dengan sikap yang
tenang, santai dan penuh percaya diri. Tidak boleh memperlihatkan keragu-raguan, sehingga
pasien juga akan tenang. Modeling adalah teknik lain yang digunakan dalam menghilangkan
rasa takut. Teknik sederhana ini dapat diterapkan pada berbagai situasi perawatan gigi, tetapi
penggunaannya yang paling sering adalah pada pasien yang cemas terhadap pemeriksaan mulut
di kursi perawatan gigi.Pasien lain diminta untuk bertindak sebagai model untuk dilakukan
pemeriksaan dan profilaksis; diharapkan tingkah laku yang kooperatif dan relaks dari model,
Tell-Show-Do dan penguatan harus digunakan untuk melengkapi prosedur modeling bersama
dengan desensitasi, ini adalah pendekatan yang efektif terhadap masalah memperkenalkan
perawatan sederhana pada pasien yang takut. Teknik pemodelan (modeling) tidak akan
berguna apabila pasien datang ke dokter gigi pertama kalinya dengan pikiran negatif yang
didapat dari informasi yang salah dari teman sebaya ataupun saudaranya; pasien seperti ini,
akan lebih baik untuk dirawat di sebuah ruang praktek pribadi, bukan di klinik terbuka atau
ruang dengan beberapa di mana perilakunya akan dapat terangsang dari pendengaran yang
tidak perlu dan kemudian menirukan apa yang terjadi pada orang lain. Pemodelan(modeling)
telah terbukti menjadi teknik yang efektif baik pemodelan yang difilmkan.
2.2.3 Desensitisasi
Cara lain yang dipakai untuk merubah tingkah laku adalah dengandesensitisasi, yaitu suatu
cara untuk mengurangi rasa takut dan cemasseorang anak dengan memberikan rangsang yang
membuat cemas sedikit demi sedikit. Wolpe (1969) menamakan cara ini dengan istilah
- Pengeboran
Melalui pengenalan bertahap yang berlangsung sampai beberapa kali kunjungan, pasien akan
terbiasa dengan hal-hal yang membuat pasien pada mulanya merasa takut dan cemas di
lingkungan klinik gigi.Desensitisasi adalah cara yang paling sering digunakan untuk.
Mengatasi rasa takut dengan pertama kali menghadirkan rangsangan yang menimbulkan suatu
respon yang ringan. Desensitasi meliputi melatih pasien melemaskan otot, menyusun hierarki
rasa takut, dan mengerjakan berdasarkan hierarki rasa takut. Ikatan antara rangsangan dan rasa
takutdiperlemah perlahan-lahan dengan relaksasi rasa takut dan relaksasi ototyang dalam hal
ini adalah hal yang bertentangan dan tidak akan terjadi bersama-sama. Bagi kebanyakan pasien
pemeriksaan visual akandidahului dengan penggunaan kaca mulut dan probe, diikuti
denganradiografi, karet poles profilaksis, fisura sealing kemudian anestesi lokal, rubber dan
penambalan.
Behaviour shaping adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk mencapai tingkah
laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan. Indikasi behavior shaping adalah
untuk pasien yang kurang dipersiapkan pada kunjungan pertama, pasien yang mempunyai
pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap dokter gigi pada perawatan sebelumnya dan
pasien yang takut terhadap perawatan gigi akibat informasi orang tuanya.
Pengulangan behavior shaping adalah Tell-show- do . Cara ini dikemukakan pertama kali
.oleh Adellson (1959). CaranTell- show- Do juga menggunakan beberapa konsep teori belajar
yaitu pendekatan dilakukan secara perlahan-lahan. Cara Tell- show- Do dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu :
- Langkah pertama adalah Tell di mana dokter gigi menerangkan mengenai perawatan
yang dilakukan pada pasien dan bagaimana seharusnya pasien tersebut bersikap.
. Terkadang langkah ini perlu diulang-ulang sampai dapat dimengerti oleh pasien.
Semuanya diterangkan secara singkat, jelas dan padatagar terjadi komunikasi yang lancar.
yang akan dilakukan terhadap dirinya. Deling dapat dilakukan pada tahap ini.
. Cara lain dengan menggunakan alat peraga atau menunjukkan cara kerjaalat yang di
- Langkah ketiga adalah Do itu pasien dilakukan perawatan gigi sesuai dengan yang telah
dijelaskan sebelumnya.Teknik perawatan ini adalah salah satu cara pendekatan yang
biasa dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien.
Dengan kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran gigi,
dapat mengenalkan pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat
menimbulkan rasa sakit,terutama pada pasien berkebutuhan khusus yang mengalami
gangguanmental. Hal yang utama pada Tell- show- Do menceritakan mengenai
2.2.5 Reinforcement
Reinforcement merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai, agar prestasi
tersebut diulang biasanya pada pasien penderita cacat fisik dan psikososial yang cenderung
merasa terabaikan oleh lingkungan sosialnya. Penghargaan atas prestasi yang telah dicapainya
dalam perawatan giginya dapat meningkatkan kekooperatifan pasien sehingga dapat
memperlancar tindakan perawatan gigi. Imbalan dapat berbentuk materi atau imbalan sosial
misalnya dengan senyuman, belaian atau pujian. Perlu juga dihindari penguatan pada tingkah
laku yang buruk. Jika seorang pasien tidak mau bekerja sama sehingga rencana perawatan tidak
bisa diselesaikan, hentikan perawatan, karena bujukan akan memperkuat tingkah laku buruk
tersebut. Lebih baik bersikap tidak mengacuhkan tingkah laku tersebut dan bertindak seolah-
olah perawatan telah selesai.Ada berbagai macam hukuman yang dapat dipakai dokter gigi
untuk tingkah laku buruk, misalnya tidak memberikan pengakuan atau penghargaan. Dokter
gigi tidak boleh mencemooh tingkah lakunya yang buruk atau memperlihatkan kemarahan;
tetapi hanya memperlihatkan kekecewaan. Istilah penguatan dan umpan balik sering keliru
digunakan secara sinonim. Umpan balik positif dimaksudkan untuk memperkuat perilaku, hal
ini serupa dengan penguatan positif. Umpan balik negatif dimaksudkan untuk melemahkan
perilaku, sedangkan perilaku yang telah diperkuat negatif secara negattif ( Negatively reinforce
) akan mengalami perbedaan lain adalah bahwa umpan balik dijabarkan pada saat hal itu
terjadi,
sedangkan penguatan ( Reinforce ) didefinisikan secara retrospektif dalam hal efek sebenarnya
pada perilaku anak.
Perubahan dalam nada dan kekerasan suara dalam kata-kata telah lama digunakan dalam
kedokteran gigi. Dokter gigi harus memperhatikan intonasi saat berinteraksi dengan pasien.
Suara dokter harus lembut, tegas, serta tidak membuat pasien merasa dibentak melainkan kita
harus berbicara selayaknya pasien yang nyaman berbicara dengan keluarga maupun
kerabatnya. Kontrol suara dapat dengan cepat membangun kembali hubungan antara dokter
gigi dan pasien terhadap pola kerja sama yang diinginkan (Hawari, 2017).
2.2.7 Hipnosis
Hipnosis adalah metode efektif dari pengaturan mengenai kecemasan dan ketakutan
kedokteran gigi. Teknik ini membuat pasien lebih merasa nyaman, dan pasien diperintahkan
untuk berkonsentrasi dan memfokuskan pikiran. Keuntungan dari hipnosis ini adalah
memberikan rasa nyaman, tidak mahal, dan bisa digunakan kapan saja (Amalia,ET al,2015)
Dengan menggunakan teknik hipnosis, dokter membantu pasien untuk dapat mengelola rasa
cemas dan takut ketika sedang melakukan pengobatan gigi dan mulut. Adapun beberapa
kegunaan hipnosis bagi pasien adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi ketegangan, kecemasan atau rasa takut, rasa sakit dan ketidaknyamanan
pasien.
2. Pembiasaan pasien untuk peralatan Ortodonti setelah pasien telah setuju untuk
menerimanya
.3. Agar pasien nyaman selama periode yang panjang dan sulit dalam perawatan gigi.
6.Substitusi untuk atau dalam kombinasi dengan obat untuk anestesi umum.
:- Deepening membimbing pasien menuju ketidak sadaran ( Trance) yang lebih dalam
Tahap akhir dari tahap terminasi dokter akan mengakhiri sesi hipnosis yang sudah dilakukan
terhadap pasien. Pada tahap ini, dokter akan membangunkan pasien atau mengembalikannya
dari pikiran bawah sadar menuju alam sadar kembali. Dalam membangunkan pasien pun harus
dengan secara perlahan-lahan. Saat membangunkan pasien dari pikiran bawah sadar,dokter
tidak lupa memberikan sugesti agar pasien merasa lebih segar, bugar, nyaman, dan lebih baik
keadaannya dibandingkan sebelum dilakukan hipnosis.Terdapat beberapa faktor penunjang
saat melakukan hipnodonsia dalam pengobatan gigi dan mulut ini. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah:
- Adanya kerjasama (kooperatif) antara dokter dan pasien-Suasana ruangan praktik yang
mendukung
- -Keterampilan dokter gigi dalam berkomunikasi
Namun juga terdapat beberapa hambatan yang ditemui oleh dokter gigiketika melakukan
hipnodonsia. Hambatan tersebut bisa timbul dari pasien ataupun dokter gigi itu sendiri.
Faktor-faktor penghambat tersebut adalah:
Setelah pasien relax Dan dalam keaadaan hipnotis, keaadaannya diperdalam, sesekali
diperdalam, pasien dapat memperlihatkan tugas yang diinginkan dan diperlukan oleh dokter
gigi. Sugesty post-hypnotic diberikan pada titik ini. Hal ini ini dilakukan dengan memberi
perintah untuk menghilangkan kecemasan. Hal ini berperan penting jika dokter gigi
menginginkan pasien untuk relaks dan tidak cemas diantara kunjungan dental saat porsedur
Dental Diselesaikan dengan tujuan hipnosis, pasien menjadi lebih terorientasi (Amalia,et-al
2015)
Pada pendekatan ini tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian pasien dari situasi
perawatan gigi ke situasi lain. Bila pasien memikirkan sesuatu yang lain dari perawatan gigi
kecenderungan menjadi cemas akan berkurang. Ini berarti bahwa semakin jauh perhatian
dialihkan semakin efektif dalam melakukan perawatan. Relaksasi dan pengalihan perhatian
sama-sama efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan pada pasien yang cemas. Pengalihan
perhatian umumnya lebih efektif dalam mengurangi kecemasan pada pasien pria sedangkan
relaksasi lebih baik bagi pasien wanita (Amalia,Et-al .,2015)
2.2.9 Sedasi
Jika rasa takut tetap berlangsung setelah kunjungan pertama dapat dilakukan sedasi untuk
menghilangkan kecemasan pasien dalam keadaan sadar. Sedasi dapat diberikan melalui cara-
cara berikut :
a. Oral
Di berikan obat-obatan dan kombinasinya yang telah digunakan untuk sedasi pasien
yang cemas
b. . B. Intramuskular
Kerjanya lebih cepat dibandingkan dengan cara sedatif oral. Namun bagi anak yang
nervous dan tidak kooperatif akan merasakan prosedur tersebut tidak menyenangkan
c. Intravena
Obat yang diinjeksikan mempunyain efek yang sangat cepat dansedasi ini biasanya
diberikan secara bertahap hingga tingkat sedasiyang diinginkan
d.. Inhalasi
Penggunaan sedasi inhalasi dengan oksida nitrogen dan oksigensemakin popular saat-saat ini.
Pasien yang mengalami sedasi dapat berkomunikasi secara bebas dengan dokter gigi dan relaks
karena rasatakutnya telah dikurangi dan dihilangkan. Ambang rasa sakit jugaditingkatkan
sehingga anak tidak takut, dan terkadang pasien jugamengalami kantuk yang
ringan,euphoria,dan sensasi menyenangkan (hawari,2017)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan psikologis merupakan suatu metode pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
keadaan jiwa seseorang baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku
perlahan, reinforcement dengan memberi penghargaan terhadap hal-hal positif, kontrol suara,
3.2 Saran
Pendekatan psikologi dalam kedokteran gigi dapat sangat bermanfaat dalam menunjang
keberhasilan perawatan yang dilakukan. Oleh karena itu,dokter gigi dan tenaga kesehatan yang
terlibat disarankan dapat menguasai dengan baik berbagai macam pendekatan psikologi agar
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.Dentamedia.
• Faridah. 2017. Psikologi Layanan Terhadap Pemustaka dan Kualitas Layanan Prima.
padahttps://id.scribd.com/document/355768023/Peran-Psikologi-Dalam-Kedokteran-
approaches
• . Journal of Minimum Intervention in Dentistry, Vol. 2
Kecemasan terhadap Perawatan Gigi dengan Indeks DMF-T pada Anak Usia 10-12
vol.38.No.3.page:124-129