Anda di halaman 1dari 26

MAKALA

BAHASA INDONESIA KEPERAWATAN

“ PSHYKOLOGI KESEHATAN AHLI GIGI”

DOSEN PEMBIMBING : Andi MuH . Ruum.Sya’baanS,pd,M.pd ( PJMK )

DI Susu Oleh:

NAMA : NURMAYANI

NIM : D.0021.P.013

PRODI : D3 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESELAMATAN KENDARI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kitai sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya saya dapat

Menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Kami juga menyampaikan

Terima kasih kami atas semua yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan yang telah

Menyampaikan aspirasi mereka sehingga makalah mengenai Pendekatan Psikologi Dalam

Kedokteran Gigi.Makalah ini telah sayai susun dengan baik dan dengan sedemikian rupadan

Kami berharap bahwa makalah ini dapat membantu para pembaca. Saya juga menyadari bahwa

Masih ada banyak kekurangan dari makalah yang telah sayai susun ini baik dari segi kalimat

Maupun dari bahasanya. Untuk itu, sayai dengan sangat terbuka menerima segala kritik dan

Saran yang membangun agar kamidapat mengembangkan dan memperbaikinya menjadi lebih

Baik.Akhir kata, saya ucapkan terima kasih dan sayai berharap semoga makalah mengenai

Pendekatan Psikologi Dalam Kedokteran Gigi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi para

Pembaca sekalian.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................ii

1.1 Latar belakang......................................................................................................1


1.2
1.3 Rumusan masalah ................................................................................................2
1.4

1.3 Tujuan penulisan..................................................................................................2

1.5 Manfaat.................................................................................................................2
1.6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 pendekatan psikologi...........................................................................................3

2.1.1 Definisi pendekatan psikologi.....................................................................3

2.2 pendekatan psikologi dalam kedokteran gigi.....................................................3

2.2.1 komunikasi.....................................................................................................4

2.2.2 modelling ........................................................................................................5

2.2.3 Desentisisasi....................................................................................................7

2.2.4 Behaviour shaping.........................................................................................8

2.2.5 Reinforcement...............................................................................................9
2.2.6 Kontrol suara ...............................................................................................10

2.2.7 Hipnosis.........................................................................................................10

2.2.8 Distraksi pengalihan perhatian...................................................................13

2.2.9 Sedasi..............................................................................................................13

BAB III PENUTUP

3.1 kesimpulan,.......................................................................................................14

3.2 Saran..................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15-16
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Psikologi berasal dari Bahasa Inggris “psychology”.”. Kata psychologi merupakan dua akar

Kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu ;psyche yang berarti jiwa dan logos

Yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau bisa disebut ilmu yang

Mempelajari kejiwaan atau hilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia

(FaridahHanum, 2017).Psikologi kesehatan adalah cabang ilmu psikologi yang

Mengaplikasikan prinsip psikologi untuk meningkatkan kesehatan dan prevensi penyakit.

Kondisi sosial (seperti dukungan keluarga dan teman, serta jaminan kesehatan), faktor biologis

(seperti faktor kerentanan dan keturunan), corak kepribadian (seperti optimisme), situasi

Psikologis, dan pengetahuan maupun edukasi, menjadi sorotan untuk menciptakan kesehatan

(Inge Wattimena,2018).Pendekatan psikologis dalam kedokteran gigi sangat berpengaruh

Terhadap kelancaran dan keberhasilan rencana perawatan yang akan dilakukan. Hal ini

Dikarenakan menghadapi seorang pasien yang tidak kooperatif, sering menyulitkan seorang

Dokter gigi dalam melakukan perawatan. Tidak semua dokter gigi dapat menghadapi hal ini
Dengan mudah, sementara penderita membutuhkan tindakan perawatan secepatnya. Pada saat

Melakukan perawatan gigi pada pasien, hal yang paling sulit dilakukan adalah pendekatan

Psikologis dan manajemen pada penderita, bukan pada prosedur perawatan itu sendiri.Dokter

Gigi harus selalu berusaha untuk melakukan perawatan gigi yang ideal, dan untuk

Memperolehnya ia harus mampu menyesuaikan teknik pendekatan psikologis terhadap pasien

Yang akan melakukan perawatan gigi.. Hal ini bertujuan agar dokter gigi mampu menangani

Kesulitan-kesulitan
Selama perawatan gigi dengan pasien tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis

Tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai pendekatan psikologis dalam kedokteran gigi.

1.2 Rumusan Masalah

.1 Apakah yang dimaksud dengan pendekatan psikologi

.2.Bagaimana pendekatan psikologi dalam kedokteran gigi

1.3 Tujuan Penulisan

.1 Untuk mengetahui pengertian pendekatan psikologis

2 Untuk mengetahui pendekatan psikologis dalam kedokteran gigi


3

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan serta wawasan para

Pembaca mengenai pendekatan psikologis dalam kedokteran gigi.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Psikologi

2.1.1. Definisi Pendekatan Psikologi

Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan dan psikologis. Pendekatan

Adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu. Pengertian

Pendekatan adalah proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian

Untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris disebut“approach”

” (Ahmadi, 2003).Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan

Psikis (jiwani) manusia dengan lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata

Yaitu psyche dan logos Yang memiliki arti “ ilmu tentang jiwa” . Sebagai kajian ilmiah,

Psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan sistematik. Adapun secara umum

Psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang berkaitan dengan pikiran (kognisi), perasaan

( Emotion ) dan kehendak ( Ahmadi, 2003 ). Dengan demikian, pendekatan

Psikologis dapat diartikan sebagai suatu metode pendekatan yang digunakan untuk mengetahui
Keadaan jiwa seseorang baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap perilaku

Seseorang.

2.2 Pendekatan Psikologi dalam Kedokteran Gigi

Pendekatan psikologi dalam Kedokteran Gigi merupakan suatu metode yang dilakukan seorang

Dokter gigi dalam aspek psikologis untuk mengetahui data mengenai usia, riwayat kesehatan

Dan hal penting lainnya, agar dokter gigi dapat mengerti pola perilaku pasien dan dapat

Mengatasinya, sehingga dokter gigi mampu melakukan penilaian dan penanganan tingkah laku

Pasien, berdasarkan tipe kepribadian dan tingkah laku pasien (nirwesti,2009)

.Penanganan tingkah laku atau behaviour manajemen merupakan salah satu aspek penting dari

Kedokteran gigi tanpa ada kerja sama yang baik antara dokter gigi dan pasien, maka

Perawatan akan sulit dilakukan dan tidak berjalan baik. Kerja sama yang baik dari pasien

Dapat didapatkan dengan melakukan penanganan tingkah laku melalui pendekatan psikologis

Terhadap pasien. Pendekatan psikologis ini bertujuan untuk menenangkan pasien atau

Menghilangkan rasa takut pasien saat akan dilakukan perawatan gigi, sehingga perawatan gigi

Dapat berlangsung dengan baik. Beberapa pendekatan psikolgis yang dapat diterapkan oleh

Dokter gigi adalah sebagai berikut :


2.2.1 Komunikasi

Komunikasi dengan pasien sangat berperan penting untuk mengurangi rasa takut pasien.

Sehingga dapat memberikan dukungan verbal dan kepastian dengan strategi yang digunakan.

Komunikasi maksimal yang efektif dengan pendekatan harus dilakukan oleh staf maupun

Tenaga kesehatan yang berinteraksi siapa saja dengan pasien.Komunikasi yang terjadi selama

Transaksi terapeutik adalah komuniksasi interpersonal. Pada proses pelayanan medik gigi

Terjalin suatu hubungan kerja sama antara dokter gigi dengan penderitanya yang dikenal dengan

Komunikasi interpersonal. Karakteristik komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi

Terjadi tanpa melalui media komunikasi, sehingga dalam proses komunikasi interpersonal

Mempunyai ciri pesan dari komunikator tidak terbatas pada pesan verbal tetapi juga pesan

Nonverbal seperti ekspresi wajah, gerakan anggota tubuh, sehingga pesan tersebut mempunyai

Makna yang beragam (Soelarso, et.al.2005 )

.Pendekatan komunikasi lainnya yaitu komuniasi terapeutik,dimana komunikasi terapeutik

Memiliki peran untuk membantu pasiendalam menangani masalah yang dihadapinya dan dapat

Mempengaruhitingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan


Dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien (Kusumo M,

2017).Adapun tujuan komunikasi terapeutik diantaranya :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta

Dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi menjadi lebih baik.

2. . Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan

Mempertahankan kekuatan egonya.

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalamhal peningkatan

Derajat kesehatan.

4. Mempererat hubungan dan interaksi antara pasien dan terapis (tenaga kesehatan) secara

Professional proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.

(Paisal, 2017)

2.2.2 modelling

Tujuan pendekatan modeling adalah untuk mengurangi rasa takut atau cemas yang tinggi agar

Terjadi proses peniruan, maka model harus mempunyai syarat sebagai berikut:

a. Model harus memperihatkan kelebihan atau kekurangan.


b. Tingkah laku model jelas terbukti memberi kepuasan.

c. Ada hubungan yang hangat antara model dan pengamat.Bandura (1969) mengemukakan

Empat komponen dalam proses belajar melalui model, yaitu

a. Memperhatikan
Sebelum melakukan anak akan memperhatikan model yang akanditiru. Keinginan ini timbul

Karena model memperlihatkan sifat dan kualitas yang baik.

b. .Merekam

Setelah memperhatikan anak akan mengamati model maka pada saat lain anak akan

Memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model yang dilihat. Dalam hal ini anak
sudah

Merekam dan menyimpan hal-hal yang dilakukan model.

c..Memproduksi gerak motorik

Untuk menghasilkan sesuai apa yang dilakukan model atau mengulang apa yang dilihatnya

Terhadap model.

d..Ulangan penguatan dan motivasi

Sehingga anak dapat mengulangi dan mempertahankan tingka laku model yang dilihatnya.

Dokter gigi juga dapat bertindak sebagai model yang menunjukkan sifat tenang, tidak ragu,

Dan rapi.Seorang dokter gigi dapat pula bertindak sebagai model, yaitu dengan sikap yang

Tenang, santai dan penuh percaya diri. Tidak boleh memperlihatkan keragu-raguan,
sehingga

Pasien juga akan tenang. Modeling adalah teknik lain yang digunakan dalam menghilangkan

Rasa takut. Teknik sederhana ini dapat diterapkan pada berbagai situasi perawatan gigi,
tetapi
Penggunaannya yang paling sering adalah pada pasien yang cemas terhadap pemeriksaan
mulut

Di kursi perawatan gigi.Pasien lain diminta untuk bertindak sebagai model untuk dilakukan

Pemeriksaan dan profilaksis; diharapkan tingkah laku yang kooperatif dan relaks dari model,

Dikemudian hari akan ditiru oleh anak yang cemas tersebut .

Tell-Show-Do dan penguatan harus digunakan untuk melengkapi prosedur modeling


bersama
Dengan desensitasi, ini adalah pendekatan yang efektif terhadap masalah memperkenalkan

Perawatan sederhana pada pasien yang takut. Teknik pemodelan (modeling) tidak akan

Berguna apabila pasien datang ke dokter gigi pertama kalinya dengan pikiran negatif yang

Didapat dari informasi yang salah dari teman sebaya ataupun saudaranya; pasien seperti ini,

Jika tidak kooperaif atau cemas,

Akan lebih baik untuk dirawat di sebuah ruang praktek pribadi, bukan di klinik terbuka atau

Ruang dengan beberapa di mana perilakunya akan dapat terangsang dari pendengaran yang

Tidak perlu dan kemudian menirukan apa yang terjadi pada orang lain.
Pemodelan(modeling)

Telah terbukti menjadi teknik yang efektif baik pemodelan yang difilmkan.

2.2.3 Desensitisasi

Cara lain yang dipakai untuk merubah tingkah laku adalah dengandesensitisasi, yaitu suatu

Cara untuk mengurangi rasa takut dan cemasseorang anak dengan memberikan rangsang
yang

Membuat cemas sedikit demi sedikit. Wolpe (1969) menamakan cara ini dengan istilah

Systemic desensitization, cara ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

- .Pertama : latihlah pasien agar santai atau relaks

- .-Kedua : susunlah secara berurutan hal-hal yang membuat pasien cemas atau takut,

Yaitu dari hal yang paling menakutkan sampai ke hal yang tidak begitu menakutkan.
- Ketiga : memberi rangsang dari hal yang tidak begitu menakutkan sampai pasien
tidak

Merasa takut lagi dan rangsang ini ditingkatkan menurut ukuran yang telah disusun

Tersebut diatas.Hal yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah pasien harus dalam

Keadaan sangat relaks. Hal itu diperlukan dalam beberapa kali kunjungan untuk melatih

Agar dapat tenang atau relaks pada saat berada di klinik gigi. Demikian pula lebih baik

Mengulang beberapa kali sampai pasien tidak merasa takut lagi. Cara desentisasi dapat

Diterapkan di klinik gigi,yaitu dengan memperkenalkan pasien pada hal-hal yang

Menimbulkan rasa takut, seperti :

- -Ruang tunggu

- -Dokter gigi dan perawat

- -Alat-alat kedokteran gigi


- Kursi gigi
-
- - Pemeriksaan gigi dan mulut
-
- - Pembersihan gigi dan flouridasi
-
- - Pengeboran
-
- Melalui pengenalan bertahap yang berlangsung sampai beberapa kali kunjungan,
pasien akan
-
- Terbiasa dengan hal-hal yang membuat pasien pada mulanya merasa takut dan
cemas di
-
- Lingkungan klinik gigi.Desensitisasi adalah cara yang paling sering digunakan untuk.
-
- Mengatasi rasa takut dengan pertama kali menghadirkan rangsangan yang
menimbulkan suatu
-
- Respon yang ringan. Desensitasi meliputi melatih pasien melemaskan otot,
menyusun hierarki
-
- Rasa takut, dan mengerjakan berdasarkan hierarki rasa takut. Ikatan antara
rangsangan dan rasa
-
- Takutdiperlemah perlahan-lahan dengan relaksasi rasa takut dan relaksasi ototyang
dalam hal
-
- Ini adalah hal yang bertentangan dan tidak akan terjadi bersama-sama. Bagi
kebanyakan pasien
-
- Pemeriksaan visual akandidahului dengan penggunaan kaca mulut dan probe, diikuti
-
- Denganradiografi, karet poles profilaksis, fisura sealing kemudian anestesi lokal,
rubber dan
-
- Penambalan.
-
- 2.2.4 behavior shaping
-
- Behaviour shaping adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap untuk
mencapai tingkah
-
- Laku yang diinginkan oleh dokter gigi selama perawatan. Indikasi behavior shaping
adalah
-
- Untuk pasien yang kurang dipersiapkan pada kunjungan pertama, pasien yang
mempunyai
-
- Pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap dokter gigi pada perawatan
sebelumnya dan
-
- Pasien yang takut terhadap perawatan gigi akibat informasi orang tuanya.
-
- Pengulangan behavior shaping adalah Tell-show- do . Cara ini dikemukakan pertama
kali
-
- .oleh Adellson (1959). CaranTell- show- Do juga menggunakan beberapa konsep
teori belajar
-
- Yaitu pendekatan dilakukan secara perlahan-lahan. Cara Tell- show- Do dibagi dalam
tiga
-
- Tingkatan, yaitu :
-
- - Langkah pertama adalah Tell di mana dokter gigi menerangkan mengenai
perawatan
-
- Yang dilakukan pada pasien dan bagaimana seharusnya pasien tersebut bersikap.

Terkadang langkah ini perlu diulang-ulang sampai dapat dimengerti oleh pasien.
Semuanya diterangkan secara singkat, jelas dan padatagar terjadi komunikasi yang
lancar.

- Langkah kedua adalah show itu menunjukkan atau mendemonstrasikan kepada

Yang akan dilakukan terhadap dirinya. Deling dapat dilakukan pada tahap ini.

. Cara lain dengan menggunakan alat peraga atau menunjukkan cara kerjaalat yang
di

Pakai dan segalanya.

- Langkah ketiga adalah Do itu pasien dilakukan perawatan gigi sesuai dengan yang
telah

Dijelaskan sebelumnya.Teknik perawatan ini adalah salah satu cara pendekatan yang

Biasa dilakukan dengan membangun kepercayaan antara dokter gigi dan pasien.

Dengan kunjungan yang berulang dan pengenalan terhadap peralatan kedokteran


gigi,

Dapat mengenalkan pasien terhadap lingkungan. Hindari tindakan yang dapat

Menimbulkan rasa sakit,terutama pada pasien berkebutuhan khusus yang


mengalami

Gangguanmental. Hal yang utama pada Tell- show- Do menceritakan mengenai

Perawatan yang akan dilakukan, memperlihatkan padanya beberapa bagian

Perawatan, bagaimana itu akan dikerjakan, dan kemudian mengerjakannya. Teknik


ini

Digunakan secara rutin dalam memperkenalkan pasien pada perawatan profilaksis,


yang selalu

Dipilih sebagai prosedur operatif pertama.

2.2.5 Reinforcement

Reinforcement merupakan tindakan untuk menghargai prestasi yang telah dicapai,


agar prestasi

Tersebut diulang biasanya pada pasien penderita cacat fisik dan psikososial yang
cenderung
Merasa terabaikan oleh lingkungan sosialnya. Penghargaan atas prestasi yang telah
dicapainya

Dalam perawatan giginya dapat meningkatkan kekooperatifan pasien sehingga


dapat

Memperlancar tindakan perawatan gigi. Imbalan dapat berbentuk materi atau


imbalan sosial

Misalnya dengan senyuman, belaian atau pujian. Perlu juga dihindari penguatan
pada tingkah

Laku yang buruk. Jika seorang pasien tidak mau bekerja sama sehingga rencana
perawatan tidak

Bisa diselesaikan, hentikan perawatan, karena bujukan akan memperkuat tingkah


laku buruk

Tersebut. Lebih baik bersikap tidak mengacuhkan tingkah laku tersebut dan
bertindak seolah-

Olah perawatan telah selesai.Ada berbagai macam hukuman yang dapat dipakai
dokter gigi

Untuk tingkah laku buruk, misalnya tidak memberikan pengakuan atau penghargaan.
Dokter
Gigi tidak boleh mencemooh tingkah lakunya yang buruk atau memperlihatkan
kemarahan;

Tetapi hanya memperlihatkan kekecewaan. Istilah penguatan dan umpan balik


sering keliru

Digunakan secara sinonim. Umpan balik positif dimaksudkan untuk memperkuat


perilaku, hal

Ini serupa dengan penguatan positif. Umpan balik negatif dimaksudkan untuk
melemahkan

Perilaku, sedangkan perilaku yang telah diperkuat negatif secara negattif


( Negatively reinforce

) akan mengalami perbedaan lain adalah bahwa umpan balik dijabarkan pada saat
hal itu

Terjadi,

Sedangkan penguatan ( Reinforce ) didefinisikan secara retrospektif dalam hal efek


sebenarnya
Pada perilaku anak.

2.2.6 Kontrol Suara

Perubahan dalam nada dan kekerasan suara dalam kata-kata telah lama digunakan
dalam

Kedokteran gigi. Dokter gigi harus memperhatikan intonasi saat berinteraksi dengan
pasien.

Suara dokter harus lembut, tegas, serta tidak membuat pasien merasa dibentak
melainkan kita

Harus berbicara selayaknya pasien yang nyaman berbicara dengan keluarga maupun

Kerabatnya. Kontrol suara dapat dengan cepat membangun kembali hubungan


antara dokter

Gigi dan pasien terhadap pola kerja sama yang diinginkan (Hawari, 2017).

2.2.7 Hipnosis

Hipnosis adalah metode efektif dari pengaturan mengenai kecemasan dan ketakutan

Kedokteran gigi. Teknik ini membuat pasien lebih merasa nyaman, dan pasien
diperintahkan

Untuk berkonsentrasi dan memfokuskan pikiran. Keuntungan dari hipnosis ini


adalah

Memberikan rasa nyaman, tidak mahal, dan bisa digunakan kapan saja (Amalia,ET
al,2015)

Dengan menggunakan teknik hipnosis, dokter membantu pasien untuk dapat


mengelola rasa

Cemas dan takut ketika sedang melakukan pengobatan gigi dan mulut. Adapun
beberapa

Kegunaan hipnosis bagi pasien adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi ketegangan, kecemasan atau rasa takut, rasa sakit dan


ketidaknyamanan

Pasien.

2. Pembiasaan pasien untuk peralatan Ortodonti setelah pasien telah setuju untuk
Menerimanya

.3. Agar pasien nyaman selama periode yang panjang dan sulit dalam perawatan
gigi.

3. Dari kebiasaan gigi yang tidak diinginkan, seperti Bruxism .

.5.Pengurangan anestesi atau analgesia selama prosedur gigi.

6.Substitusi untuk atau dalam kombinasi dengan obat untuk anestesi umum.

7.Pencegahan muntah dan mual

.8. Mengontrol aliran saliva.

9.Mengontrol pendarahan.(Mc Murtrey A, 2010)Terdapat beberapa tahapan pada saat

Melakukan hipnodonsia ini.Tahapan-tahapan tersebut adalah :

- Prainduksi ( pre-intduction) membangun relasi dengan pasien

- Induksi (induction) membawa pasien menuju pikiran bawah sadar

:- Deepening membimbing pasien menuju ketidak sadaran ( Trance) yang lebih dalam

-Terminasi: tahap akhir dari hipnosis

Tahap akhir dari tahap terminasi dokter akan mengakhiri sesi hipnosis yang sudah dilakukan

Terhadap pasien. Pada tahap ini, dokter akan membangunkan pasien atau mengembalikannya
Dari pikiran bawah sadar menuju alam sadar kembali. Dalam membangunkan pasien pun harus

Dengan secara perlahan-lahan. Saat membangunkan pasien dari pikiran bawah sadar,dokter

Tidak lupa memberikan sugesti agar pasien merasa lebih segar, bugar, nyaman, dan lebih baik

Keadaannya dibandingkan sebelum dilakukan hipnosis.Terdapat beberapa faktor penunjang

Saat melakukan hipnodonsia dalam pengobatan gigi dan mulut ini. Faktor-faktor tersebut antara

Lain adalah:

- Adanya kerjasama (kooperatif) antara dokter dan pasien-Suasana ruangan praktik


yang

Mendukung

- -Keterampilan dokter gigi dalam berkomunikasi

Namun juga terdapat beberapa hambatan yang ditemui oleh dokter gigiketika melakukan

Hipnodonsia. Hambatan tersebut bisa timbul dari pasien ataupun dokter gigi itu sendiri.

Faktor-faktor penghambat tersebut adalah:

- Pasien yang tidak terbuka/ menutup diri

- -Tidak percaya dengan dokter gigi

- -Pasien yang sulit untuk fokus/ konsentrasi


- Dokter gigi tidak terampil dalam berkomunikasi dengan pasiennya

- -Dokter gigi merasa lelah


- Dokter gigi melakukannya dengan rasa terburu-buru
-
- - -Suasana ruangan praktik yang tidak menunjang.(Ernia A, 2012)
-
- Setelah pasien relax Dan dalam keaadaan hipnotis, keaadaannya diperdalam,
sesekali
-
- Diperdalam, pasien dapat memperlihatkan tugas yang diinginkan dan diperlukan
oleh dokter
-
- Gigi. Sugesty post-hypnotic diberikan pada titik ini. Hal ini ini dilakukan dengan
memberi
-
- Perintah untuk menghilangkan kecemasan. Hal ini berperan penting jika dokter gigi
-
- Menginginkan pasien untuk relaks dan tidak cemas diantara kunjungan dental saat
porsedur
-
- Dental Diselesaikan dengan tujuan hipnosis, pasien menjadi lebih terorientasi
(Amalia,et-al
-
- 2015)
-
- 2.2.8 Distraksi (pengalihan perhatian)
-
- Pada pendekatan ini tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian pasien dari
situasi
-
- Perawatan gigi ke situasi lain. Bila pasien memikirkan sesuatu yang lain dari
perawatan gigi
-
- Kecenderungan menjadi cemas akan berkurang. Ini berarti bahwa semakin jauh
perhatian
-
- Dialihkan semakin efektif dalam melakukan perawatan. Relaksasi dan pengalihan
perhatian
-
- Sama-sama efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan pada pasien yang cemas.
Pengalihan
-
- Perhatian umumnya lebih efektif dalam mengurangi kecemasan pada pasien pria
sedangkan
-
- Relaksasi lebih baik bagi pasien wanita (Amalia,Et-al .,2015)
-
- 2.2.9 Sedasi
-
- Jika rasa takut tetap berlangsung setelah kunjungan pertama dapat dilakukan sedasi
untuk
-
- Menghilangkan kecemasan pasien dalam keadaan sadar. Sedasi dapat diberikan
melalui cara-
-
- Cara berikut :
-
- A. Oral
-
- Di berikan obat-obatan dan kombinasinya yang telah digunakan untuk sedasi pasien
-
- Yang cemas
-
- B. . B. Intramuskular
- Kerjanya lebih cepat dibandingkan dengan cara sedatif oral. Namun bagi anak yang
-
- Nervous dan tidak kooperatif akan merasakan prosedur tersebut tidak
menyenangkan
-
- C. Intravena
-
- Obat yang diinjeksikan mempunyain efek yang sangat cepat dansedasi ini biasanya
-
- Diberikan secara bertahap hingga tingkat sedasiyang diinginkan
-
- D.. Inhalasi
-
- Penggunaan sedasi inhalasi dengan oksida nitrogen dan oksigensemakin popular
saat-saat ini.
-
- Pasien yang mengalami sedasi dapat berkomunikasi secara bebas dengan dokter gigi
dan relaks
-
- Karena rasatakutnya telah dikurangi dan dihilangkan. Ambang rasa sakit
jugaditingkatkan
-
- Sehingga anak tidak takut, dan terkadang pasien jugamengalami kantuk yang
-
- Ringan,euphoria,dan sensasi menyenangkan (hawari,2017)
-
- BAB III
-
- PENUTUP
-
- 3.1 Kesimpulan
-
- Pendekatan psikologis merupakan suatu metode pendekatan yang digunakan untuk
mengetahui
-
- Keadaan jiwa seseorang baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya terhadap
perilaku
-
- Seseorang.Ada beberapa macam pendekatan psikologi dalam kedokteran gigi, yaitu
-
- Komunikasi, modelling yang dilengkapi dengan tell-show-do dan
penguatan,desensitisasi
-
- Dengan memberikan rangsang secara bertahap, behavior shapingdengan
pendekatan secara
-
- Perlahan, reinforcement dengan memberi penghargaan terhadap hal-hal positif,
kontrol suara,
-
- Hinopsis, distraksi dengan pengalihan perhatian, dan sedasi.
-
- 3.2 Saran
-

Pendekatan psikologi dalam kedokteran gigi dapat sangat bermanfaat dalam menunjang

Keberhasilan perawatan yang dilakukan. Oleh karena itu,dokter gigi dan tenaga kesehatan yang

Terlibat disarankan dapat menguasai dengan baik berbagai macam pendekatan psikologi agar

Dapat mengatasi kondisi pasien yang berbeda – beda.

DAFTAR PUSTAKA

• Ahmadi,Abu.2003.psikologi umum..Rineka cipta.jakarta

• , Amalia ET -al,. 2015. PROSIDING TEMU ILMIAH DIES FORUM 55.

Bandung.Dentamedia.
• Ernia A. 2012. Komunikasi Terapeutik Hypnodontia Dalam Pengobatan Gigi

danMulut. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.Hanum,

• Faridah. 2017. Psikologi Layanan Terhadap Pemustaka dan Kualitas Layanan Prima.

Jurnal Iqra’ Volume 11 No.01 Mei 2017.

• Hawari, Shintia. 2017. Peran Psikologi dalam Kedokteran Gigi. Terdapat

Padahttps://id.scribd.com/document/355768023/Peran-Psikologi-Dalam-Kedokteran-

Gigi. Dilihat pada 06 Januari 2020.

• Hmud R.ET Al 2009 dental anxiety. Causes, complications and management

Approaches

• . Journal of Minimum Intervention in Dentistry, Vol. 2

• .Khasanah, Ulmatum. Gunawan, Paulina. Munayang, Herdy. 2018. Hubungan

Kecemasan terhadap Perawatan Gigi dengan Indeks DMF-T pada Anak Usia 10-12

Tahun di SD Negeri 27 Manado. Jurnal e-Gigi (eG), Volume6 , No. 2

• .Kusumo M. 2017. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap

KepuasanPasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen


Rumah Sakit, 6 (1) : 72-81.McMurtrey, A. 2010. Hypnodontics: hypnosis in a dental

Setting. Page 95-96.

• Nirwesti, Ratri. 2009. Aspek Psikologis Penatalaksanaan Tingkah Laku pada

Perawatan Gigi Anak. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia , Vol. 11 , No.1.

• Paisal, Al. 2017. Komunikasi Terapeutik. Terdapat pada

https://www.academia.edu/10079123/Komunikasi-terapeutik. Dilihat pada 06 Januari

2020.Soelarso ET Al ,2005. Komunikasi interpersonal dental journal,

Vol.38.No.3.page:124-129

• Wasilah, et al.2011. Penatalaksanaan Pasien Cemas pada Pencabutan Gigi Anak

Dengan Menggunakan Anestesi Topikal dan Injeksi stomatognatic jurnal kedokteran

Gigi universitas Jember.Vol.8 No.1.page 51-55.

• . -.Wattimena, Inge. 2018. Kedokteran Keluarga: Menumbuhkan Suasana Positif dalam

Keluarga Melalui Psikologi Kesehatan untuk Mencapai Kesejahteraan yang Optimal.

Jumal Widya Medika Surabaya Vo1.4 No. 1 April 2018.

Anda mungkin juga menyukai