Referat Mata, Bab 1
Referat Mata, Bab 1
individu, keluarga, dan masyarakat, karena mata merupakan bagian yang terpenting pada
manusia. Namun gangguan penglihatan juga bisa saja terjadi, salah satunya yaitu katarak
yang menjadi penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya. Kekeruhan
lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-
abu (Ilyas, 2015). Katarak adalah salah satu penyebab kebutaan reversibel, yang memiliki
insidensi sekitar 33% dari seluruh kasus gangguan penglihatan di seluruh dunia. Angka
harapan hidup semakin meningkat, maka diperkirakan tingkat insidensi katarak akan semakin
meningkat hingga 20 tahun mendatang (Crispim J et al, 2014).
Etiologi katarak besifat multifaktorial dan sering kali berhubungan dengan proses
penuaan, meskipun pada beberapa kasus katarak juga dapat terjadi pada saat bayi baru lahir,
dan dapat juga terjadi karena proses trauma, atau inflamasi (WHO, 2015).
Katarak senilis merupakan salah satu jenis katarak yang terjadi akibat proses penuaan,
biasanya mulai terjadi pada usia 50 tahun keatas. Katarak senilis merupakan jenis katarak
yang paling banyak ditemukan. Pasien katarak senilis diperkirakan mencapai 90% dari
seluruh kasus katarak (Ilyas, 2013).
Terjadinya katarak senilis berkaitan dengan faktor lingkungan seperti sinar ultra
violet, obat-obatan (kortikosteroid, thiazid, dan penotiazin), penyakit sistemik seperti diabetes
melitus, dan makanan. Katarak senilis pada penyakit sistemik misalnya hipertensi dapat
disebabkan oleh karena terjadinya perubahan formasi struktur protein kapsul lensa sehingga
menyebabkan peningkatan permeabilitas membran dan akhirnya terjadi peningkatan tekanan
intraokular. Katarak yang terjadi pada diabetes melitus disebabkan karena adanya perubahan
glukosa menjadi sorbitol melalui jalur poliol, sehingga sorbitol menumpuk di dalam lensa
dan menyebabkan kekeruhan pada lensa (Pollreisz, 2010).
Prevalensi katarak di Indonesia semua umur tahun 2013 adalah 1,8% sedangkan di
provinsi Jawa Timur prevalensi katarak adalah 1,6%. Sebagian besar penduduk dengan
katarak di Indonesia belum menjalani operasi katarak karena beberapa faktor yaitu
ketidaktahuan penderita mengenai penyakit katarak yang diderita, tidak mengetahui bahwa
buta katarak bisa dioperasi atau direhabilitasi, tidak memiliki biaya untuk operasi, serta takut
untuk menjalani operasi (Kemenkes RI, 2013).
Di Provinsi Jawa Timur, dari beberapa alasan penduduk belum menjalani operasi
katarak tertinggi adalah ketidaktahuan kalau katarak (51,3%). Alasan lain adalah
ketidakmampuan membiayai operasi dan ketakutan untuk menjalani operasi masing-masing
memiliki persentase sebesar 12,1% dan 11,3% (Riskesdas 2013). Jumlah penyandang
kebutaan di Jawa Timur tahun 2013 diperkirakan 141.132 orang, jumlah tersebut merupakan
jumlah kebutaan terbanyak kedua menurut provinsi di Indonesia setelah provinsi Jawa
Tengah (Kemenkes, 2014).
Katarak dapat diatasi dengan tindakan operasi, namun berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa belum semua katarak dapat diatasi karena beberapa faktor. Katarak yang
tidak disembuhkan akan menyebabkan kebutaan sehingga kebutaan akibat katarak menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat. Karena alasan tersebut maka penulis membuat tinjauan
ilmia ini untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang katarak.
World Health Organization. 2015. Blindness: Vision 2020 - The Global Initiative for the
Elimination of Avoidable Blindness. [Diakses 15 September 2017]. Diunduh dari URL:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs213/en/#/.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. http://www.depkes.go.id.[Diakses pada
tanggal 15 September 2017]
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. http://www.depkes.go.id.[Diakses pada
tanggal 15 September 2017]
Ilyas S, Yulianti SR. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. h.9-210.
Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Pollreisz, A., Ursula Schmidt Erfurt. 2010. Diabetic Cataract Pathogenesis, Epidemiology
and Treatment. Journal of Opthamology. Dalam www. ncbi. nlm. nih. gov/ pmc/ articles/
PMC2903955/ diakses tanggal 9 September 2017.
Crispim J, Jung LS, Paz L, Allemann N, Schor P. 2014. The surgical challenges dense
brunescent cataracts present. Expert Rev. Ophthalmol.10(1):13–22.