Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FILSAFAT PANCASILA

Tema :

(Perbudakan anak di bawah umur)


DR. AGUSTINUS W. DEWANTARA, S.S., M.HUM.

UNIVERSITAS WIDYA MANDALA MADIUN

DIMAS HARYA KUSUMA


NIM : 41418002
PRODI : TEKNIK INDUSTRI
PABRIK PEKERJAKAN ANAK DI BAWAH UMUR

ABSTRAK
Mempekerjakan anak dibawah umur merupakan kejahatan yang melanggar hak asasi
manusia, hal ini juga melanggar undang-undang tentang perlindungan anak dengan cara
memperkerjakan anak yang belum semestinya belajar seusia itu malah diperbudak oleh
perusahaan untuk menjadi robot produksi yang bertujuan mencapai kelancaran produksi
perusahaan dengan biaya seminimal mungkin untuk menggaji pekerjanya.

Padahal pada masa sedemikian notabennya anak berkewajiban untuk sekolah dan tinggal
di rumah seperti anak-anak pada umumnya dan masih dalam pelindungan orang tuanya. Hal
ini sangat tidak baik karena hak asasi anak yang semestinya belum waktunya untuk bekerja
malah diperbudak untuk menjalankan ego petinggi-petinggi perusahaan dengan cara
mengekang, memaksa dan menekan anak-anak di bawah umur sebagai karyawannya.

Kebanyakan perusahaan mempekerjakan anak dibawah umur dengan cara kekerasan yang
juga tidak sewajarnya, dengan cara menyiksa dan menekan anak tersebut layaknya binatang.
Dari pihak perusahaan sendiri tidak peduli bagaimana dengan hak asasi anak yang seharusnya
dilindungi malah disiksa untuk menjalankan produksi perusahaannya. Bagaimanapun
perusahaan tersebsut telah melanggar hak asasi perlindungan anak dengn mempekerjakan
anak dibawah umur. Sebagai sanksinya maka petinggi-petinggi yang mempekerjakan anak
tersebut harus dihukum dan perusahaan harus diberi sanksi berupa denda.

Di Negara kita ini kekerasan penyiksaan dan penganiayaan rawan sekali terjadi karena
manusianya sendiri tidak bisa mengendalikan hawa nafsu dan egonya. Sudah banyak dari
kalangan anak kecil dan wanita-wanita yang menjadi korban dari kekerasan penganiayaan
yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran manusia terhadap hak asasi yang harus diterima
dan dimiliki orang lain.
KEYWORD

Perbudakan, Kekerasan, Pemaksaan , dan Anak dibawah umur

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kasus perbudakan pada masa sekarang sering sekali dijumpai. Perusahaan fabrikasi
banyak yang mempekerjakan anak dibawah umur untuk menjadi bagian dari robot
produksinya, tidak hanya dijadikan budak oleh penyalur tenaga kerja, tetapi juga dianiaya.

Perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab itu sengaja mempekerjakan anak


dibawah umur untuk memperlancar tujuan produksi perusahaan dengan upah kerjanya yang
juga sangat minim. Tidak hanya upahnya yang sangat kecil, dari pihak perusahaan juga
menekan anak-anak untuk bekerja layaknya orang dewasa dan dilarang untuk meninggalkan
tempat kerjanya dengan unsur pemaksaan.

Hal tersebut melanggar norma-norma yang ada pada PANCAILA sila ke-2 yang berbunyi
“Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Pada sila kedua ini diharapkan masyarakat bisa
hidup dengan adil dan sesuai dengan hakikat manusia. Dan menjalankan kehendak bebasnya
sesuai masyarakat pada umumnya tanpa ada unsur paksaan dan tekanan yang membelenggu
pada diri manusia.

Merupakan suatu hal yang lazim dilakukan demi mendapatkan sebuah upah untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Namun, terkadang ada pula yang melakukan demi kepuasan
dalam minat, bakat dan hobi. Untuk mendapatkan suatu pekerjaan, tak sedikit menghalalkan
segala cara. Baik melalui kolusi atau nepotisme. Bahkan, hal demikian dilakukan bukanlah
dari kalangan rakyat biasa, justru datang dari aparatur atas. Lebih lagi, sanak keluarga atau
kerabat yang belum memenuhi kriteria kelayakan menjadi tenaga kerja. Sebenarnya, lupa
atau berpura – pura lupa akan adanya syarat dalam peraturan perundang – undangan yang
harus ditaati untuk mempekerjakan anak ? Sudahkah kini anak dibawah umur ditekan dalam
ketenagakerjaan ? Anak – anak dibawah umur yang berasal dari rakyat biasa justru dipaksa
menjadi gelandangan untuk mengemis bahkan melakukan kriminalitas. Memang sih bukan
disuruh tetapi secara tak langsung menjadi sebuah keharusan demi menopang hidup.
Negara-negaara yang fasilitas perekonomian dan pendidikannya belum dikembangkan
secara mema dai dapat menetapkan usia minimum 14 tahun untuk bekerja pada tahap
permulaan, Umur minimum yang lebih tua yaitu 18 tahun ditetapkan untuk jenis pekerjaan
yang berbahaya “ yang sifat maupun situasi dimana pekerjaan tersebut dilakukan
kemungkinan besar dapat merugikan kesehatan, keselamatan atau moral anak-anak ”. Umur
minimum yang lebih rendah untuk pekerjaan ringan ditetapkan pada umur 13 tahun. Lantas,
masih ada peraturan lainnya, Undang-Undang No. 1 tahun 2000 tentang Ratifikasi Konvensi
ILO No. 182 Tahun 1999 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-
bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.

Adapun Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan ringan harus memenuhi
beragam persyaratan. Diantaranya izin tertulis dari orang tua atau wali, perjanjian kerja antara
pengusaha dengan orang tua atau wali, waktu kerja maksimum 3 ( tiga ) jam, dilakukan pada
siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah, menjamin keselamatan dan kesehatan kerja,
adanya hubungan kerja yang jelas dan menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam Kepmenakertrans No. Kep. 115/Men/VII/2004 dijelaskan bahwa pekerjaan untuk
mengembangkan bakat dan minat, harus memenuhi kriteria layaknya pekerjaan bisa
dikerjakan anak sejak usia dini, pekerjaan diminati anak, pekerjaan berdasarkan kemampuan
anak dan pekerjaan menambahkan kreativitas dan sesuai dengan dunia anak. Demikian
mempekerjakan anak untuk mengembangkan bakat dan minat yang berumur kurang dari 15
tahun, Pengusaha wajib memenuhi beberapa persyaratan. Membuat perjanjian kerja secara
tertulis dengan orang tua / wali yang mewakili anak dan memuat kondisi dan syarat kerja
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mempekerjakan diluar waktu sekolah. Memenuhi
ketentuan waktu kerja paling lama 3 jam/hari dan 12 jam/minggu. Melibatkan orang tua /
wali di lokasi tempat kerja untuk melakukan pengawasan langsung. Menyediakan tempat dan
lingkungan kerja yang bebas dari peredaran dan penggunaan narkotika, perjudian, minuman
keras, prostitusi dan hal-hal sejenis yang memberikan pengaruh buruk terhadap
perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Menyediakan fasilitas tempat istirahat selama
waktu tunggu. Melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Bentuk
pekerjaan terburuk untuk anak menurut pasal 74 ayat 2 UU. No 13/ 2003, meliputi segala
pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya, segala pekerjaan yang memanfaatkan,
menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan
porno atau perjudian, segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan
anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras, narkotika , psikotropika dan zat adiktif
lainnya dan atau semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral
anak. Oleh karenanya, diharapkan para orang tua bisa lebih selektif memilah pekerjaan yang
akan ditempuh oleh sang anak dibawah umur bekerja untuk perkembangan diri di masa
mendatang.

BAB II DASAR TEORI

KASUS PENGANIAYAAN ANAK SEBAGAI PEKERJA DIBAWAH UMUR


PEKANBARU, RIAU
Kasus perbudakan terjadi di Pekanbaru, Riau, Sumatera. Seorang anak di bawah umur
Arnelia (14 tahun) di Pekanbaru, Riau, dipekerjakan dan dianiaya setelah dipekerjakan
sebagai karyawan pabrik.

Dia dipekerjakan pada suatu perusahaan untuk menjadi buruh pabrik, padahal di umurnya
yang masih belia harusnya dia bersekolah layaknya anak-anak yang semestinya. Pada saat dia
bekerja di pabrik dia seringkali dianiaya dengan cara dibanting dan juga seringkali dimarahi
serta juga kekerasan-kekerasan lainnya saat berada di pabrik tempat ia bekerja. Setelah
berjalan lama dengan keadaan Arnelia sebagai buruh pabrik yang merasa tertekan dengan
penyiksaan dari perusahaan kepada dirinyanya kemudian saat pegawai-pegawai pabrik
lainnya mulai lengah dan ada kesempatan buat kabur maka dia melarikan diri dari
perusahaannya.

Arnelia sendiri berhasil melarikan diri setelah diselamatkan warga sekitar. Ketika ditanya
mengapa dia sampai dipekerjakan di sana? bibinya mengaku bahwa keponakannya dijemput
seseorang yang mengaku teman ayah korban untuk suatu urusan. Namun kemudian Arnellia
malah dipekerjakan sebagai buruh.

Terkait kasus penganiayaan tersebut, pihak keluarga mengaku sudah melaporkan kasus ini ke
pihak kepolisian. "Namun sejauh laporan di Polsek Bukit Raya itu belum ada tindak
lanjutnya. Padahal, sejumlah alat bukti termasuk hasil visum sudah kita serahkan. Akhirnya
Arnelia dipulangkan ke kampung halamannya dan dikembalikan ke orangtuanya.
BAB III PEMBAHASAN

Betapa kejamnya manusia kaum pribumi di Negara kita sendiri, yang dengan sengaja
mempekerjakan anak dibawah umur sebagai robot produksi pabrik yang harus semestinya
menuntut ilmu di usianya. Pada kasus yang dialami Arnelia ini kita melihat bahwa orang-
orang perusahaan yang berpendidikan tinggi dan bepengalaman luas telah menunjukkan sikap
kekejamannya terhadap anak kecil dengan cara menganiayanya dan tidak manusiawi sama
sekali.

Bagaimana bisa perjuangan dari Ir. Soekarno dan pahlawan-pahlawan dulu yang
mengutarakan gotong royong dan sila-sila dari pancasila yang bermakna sangat besar telah
diacuhkan di masa sekarang, seperti mereka di masa modern tidak menjunjung tinggi rasa
kamanusiaan dan toleransi sesama manusia.

Pada kasus ini anak kecil yang berusia 14 tahun menjadi korban kejinya penganiayaan
dunia kerja di pabrik tanpa memandang pekerja sebenarnya sudah cukup atau belum usianya
untuk bekerja. Ini termasuk melanggar Pancasila sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang
adil dan beradab” mana sikap manusiawinya??? Apakah dengan mempekerjakan anak
dibawah umur itu adalah sikap manusiawi yang baik???. Harusnya pegawai yang
mempekerjakan anak dibawah umur itu berpikir lebih jauh lagi dan tidak mementingkan
egonya sendiri.

Beruntungnya Arnelia bisa melarikan diri dari pabrik, karena dengan perilaku nekat
tersebut akhirnya Arnelia terbebas dari jeruji tekanan dan penyiksaan yang dilakukan oleh
pegawai-pegawai senior perusahaan. Setelah warga juga ikut membantu menyelamatkan
Arnelia untuk kabur dari pabrik kemudian juga mereka melaporkan pihak pabrik kepada
pihak yang berwajib karena pihak pabrik juga telah melanggar undang-undang pelindungan
anak dan melakukan penganiayaan. Selanjutnya Arnelia bisa dipulangkan ke orang tuanya
dan hidup layaknya anak-anak remaja yang lain.
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN

Kembali lagi dengan menghormati jasa pahlawan-pahlawan kita terdahulu maka kita
sebagai warga negara yang baik dan meneruskan perjuangan pahlawan di masa sekarang
harus berbuat baik kepada sesama, tidak mementingkan kepentingan pribadi tanpa melihat
siapa yang dirugikan.

Maka kasus tersebut bisa kita buat contoh agar kedepannya kita lebih baik lagi dan tidak
meniru kejahatan seperti yang dilakukan perusahaan tersebut. Kita wajib menjunjung tinggi
nilai kehormatan, sikap toleransi dan sikap saling menghargai sebagai sesame manusia dan
sebagai warga bernegara.

Menurut pendapat dari saya kasus tersebut harus segara dituntaskan beserta akar-akarnya,
karena pihak yang mempekerjakan anak dibawah umur itu sangat tidak etis melakukan
kekerasan yang tidak sewajarnya, dia melanggar banyak pasal dalam hukum yang berlaku di
Indonesia. Dan saya harapkan para orang tua lebih detail mengawasi anaknya supaya tidak
terjerumus dan mendapati tindak kejahatan oleh pihak luar.

Daftar Pustaka

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai