Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TERAPI KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

DOSEN PENGAMPUH : IBIHAM SAMI`UN, S.Si., M.Kes

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK III :

1. AMBAR MALAWAT ( 1420119011)


2. DANIL TUNY (1420119019)
3. DEWI SARTIKA TAMHER (1420119020)
4. ELVIRANI RUMAU (14201190080
5. FATIMA PATIKALOBA (1420119025)
6. FIRDHA SAFIRA SANUSI (1420119082)
7. HAUN ABD BASIR (14201190 )
8. ISRI A RAMINU (1420119031)
9. MAHDALIA DUILAH (1420119040)
10. MASYANTI RUMBIA (14201190 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA AMBON

TAHUN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Terapi Keluarga Pada Pasien
Gangguan Jiwa”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperwatan Jiwa 2.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penerapan Terapi   Keluarga Pada Pasien Gangguan Jiwa, semoga
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat  berguna untuk
kami sendiri maupu  berguna untuk orang yang membaca.

Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata ataupun ada kata-kata yang kurang  berkenan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...

2.1 Defenisi Terapi Keluarga dalam Keperawatan Jiwa……………………………..


2.2 Kerangka Teoritis Terapi Keluarga………………………………………………
2.3 Tujuan Terapi Keluarga………………………………………………………….
2.4 Manfaat Terapi Keluarga………………………………………………………...
2.5 Peran Keluarga dalam Terapi……………………………………………………
2.6 Peran Perawat dalam Terapi Keluarga…………………………………………..
2.7 Bentuk-bentuk Terapi Keluarga………………………………………………….
2.8 Proses dan Tahapan Terapi keluarga…………………………………………….

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………

3.2 Saran…………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang relatif  baru.
Muncul di sekitar 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas psikoanalisa yang ditemukan
oleh Sigmund Freud. Para pionir terapi keluarga melihat ini sebagai suatu kelemahan
(terutama juga karena  pengaruh sistem berpikir, yang melihat individu sebagai bagian dari
suatu sistem yang namanya keluarga). Sekalipun terapi keluarga diawali dengan kesamaan
pola pandang tadi, dalam  perkembangannya   muncul berbagai aliran dalam terapi keluarga.
Berikut ini contoh dari beberapa model yang ada seperti Family Systems Therapy oleh
Murray Bowen. Bowen  percaya   bahwa keluarga mempunyai pengaruh sangat besar (lebih
dari yang kita ketahui) terhadap hidup kita. Penanganan klien gangguan jiwa inilah yang
dimaksud dengan terapi modalitas yang   bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa
dengan perilaku maladaptifnya menjadi  perilaku yang adaptif. Terapi Modalitas adalah
terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan .
Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat pada  pasien dengan masalah
kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga. Terapi Aktivitas Kelompok
adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk meningkatkan
kematangan emosional dan psikologis pada pasien yang mengidap gangguan  jiwa pada
waktu yang lama.
Didalam kelompok terjadi dinamika dimana setiap anggota kelompok saling bertukar
saling bertukar informasi dan berdiskusi tentang pengalaman serta membuat kesepakatan
untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu
psikoterapi modalitas dengan fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam
pelaksanaannya membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang tidak
konstruktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
2. Bagaimana kerangka teoritis terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
3. Apa tujuan dari terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
4. Apa manfaat dari terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
5. Bagaimana peran perawat dalam terapi keluarga

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
2. Untuk mengetahui bagaimana kerangka teoritis terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari terapi keluarga dalam keperawatan jiwa
4. Untuk mengetahui manfaat dari terapi keluarg dalam keperawatan
5. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Terapi Keluarga dalam Keperawatan Jiwa


A. Terapi Modalitas
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif ( Prabowo,2014). Terapi modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk
terapi non-farmakologis yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap
klien agar mampu bertahan dan  bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar
dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga,
teman, dan sistem  pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits,
2011).
B. Terapi keluarga
Terapi keluarga adalah pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam kon
individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan  pada
proses interpersonal. Tetapi keluarga merupakan intervensi spesifik dengan tujuan
membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara sehat (Nasir dan
Muhits, 2011).
2.2 Kerangka Teoritis Terapi Keluarga
A. Model Terapi Keluarga
1. Experiential/Humanistic
Tujuan dari terapi ini adalah insight, kematangan psikoseksual, penguatan fungsi
ego, pengurangan gejala patologis, dan memuaskan lebih banyak relasi obyek.
Kerangka umumnya adalah sejadian saat ini yaitu data terkini dan dari pengalaman
yang diobservasi secara langsung. Fungsi utama dari terapis adalah sebagai fasilitaor
aktif pada potensi- potensi untuk pertumbuhan dan menyediakan keluarga pada
pengalaman baru.
Jenis-tenis terapi yang digunakan dalam pendekatan experiential/ humanistic adalah
sebagai berikut:
a) Terapi pengalaman pengalaman (Experiential or symbolic terapi keluarga)
Menggunakan pendekatan non-teoritis dalam terapi tetapi lebih menekankan
pada  proses, yaitu sesuatu yang terjadi selama tahapan terapi keluarga dan
bagaimana setiap orang mengalami perasaan –  perasaan dan perubahan pada
perilakunya.
b) Gestalt terapi keluarga
Menekankan pada pengorganisasian diri secara menyeluruh. Focus utamanya
adalah membantu individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu
oleh lingkungan ke keadaan mandiri (self support).
c) Humanistik
Terapis berperan dalam memperkaya pengalaman keluarga dan memperbesar
kemungkinan setiap anggota keluarga untuk menyadari keunikan dan potensi
mereka yang luar biasa.
d) Pendekatan proses/komunikasi
Terapis dan keluarga bekerjasama untuk menstimulasi proses healting-
promoting. Pendekatan yang digu akan adalah mengklarifikasi adanya
ketidaksesuaian dalam  proses kemunikasi diantara anggota keluarga.
2. Bowenian
Tujuan terapi adalah memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing anggota
keluarga. Kerangka umumnya dari Bowen adalah mengutamakan masa kini dan
tetap memperhatikan latar belakang keluarga. Atauran dari ketidak sadaran adalah
konsep terkini yang menyatakan konflik yang tidak disadari meskipun saat ini
tampak pada masa interaktif. Fungsi utama dari terapis adalah langsung tapi tidak
konfrontasi dan dilihat melalui penyatuan keluarga.
Bowen menggunakan 8 konsep dalam sistem hubungan emosional dalam keluarga
yang digunakan Bowen untuk menganalisis kasus adalah sebagai berikut:
a) Pebedaan individu  
b) Triangulasi
c) Sistem emosional keluarga
d) Proses proyeksi keluarga
e) Pemutusan emosional
f) Proses penularan multigenerasi
g) Posisi saudara kandung
h) Regenerasi masyarakat
3. Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih  banyak
pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamikan memandang keluarga sebagai
system dari interaksi kepribadian, dimana setiap individu mempunyai sub-sistem
yang penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sistem dalam sebuah
komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk menentukan
tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah kelompok.
Kerangka umum adalah masa lalu, sejarah dari  pengalaman terdekat   yang perlu
diungkap. Fungsi utama dari terapis bersikap netral artinya membuat intepretasi
tehadap pola perilaku individu dan keluarga.
4. Behavioral
Tujuan dari terapi behavioral adalah merubah konsekuaensi perilaku anatar  pribadi
yang mengarah mengarah pada penghilangan perilaku maladaptif atau problemnya.
Kerangka umum dari pendekatan behavioral adalah masa kini yang lebih
memfokuskan pada lingkungan lingkungan interpersonal yang terpelihara dan
muncul terus dalam pola perilaku terkini. Fungsi utama dari terapis adalah direktif,
mengarahkan, membimbing atau model dari perilaku yang diinginkan dan negosiasi
kontrak Jenis terapi keluarga yang biasa digunakan dalam pendekatan behavioral guna
menyususn kembali sebuah keutuhan keluarga adalah:
a) Behavioral marital therapy  
b) Behavioral parent training
5. Struktural
Tujuan dari model pendekatan structural adalah perubahan pada konteks hubungan
dalam rangka rekonstruksi organisasi keluarga dan merubah pola disfungsi
transaksional. Kerangka umum pendekatan struktural adalah masa kini dan masa
lalu yaitu struktur keluarga dipandang dari pola transaksioanal permulaan, dengan
kata lain struktur keluatga masa kini dipengaruhi oleh pola-pola transaksional
sebelumnya. Fungsi dari terapis adalah direktur panggung, yaitu memanipulasi
struktur keluarga dalam rangka mengubah setting disfungsional.
Pendekatan yang biasa digunakan dalam terapi struktural untuk memanipulasi
struktur keluarga adalah:
a) Menyusun ulang kesatuan disfungsional  
b) Teknik intervensi structural
6. Komunikasi
Tujuan pendekatan komunikasi adalah mengubah perilaku disfungsional dan
rangkaian perilaku yang tidak diinginkan antara anggota keluarga serta
memperbanyak sekuensi perilaku diantara anggota keluarga untuk mengurangi
timbulnya masalah-masalah dan simptom- simptom kerangka umum dari
pendekatan komunikasi adalah masa kini yaitu problem terkini atau perilaku yang
sedang terjadi berulang secara konsisten atara . Fungsi dari terapis adalah aktif,
manipulative, problem fokus,  paradoksial dan memberikan petunjuk.

B. Kerangka teoritis Terapi Aktivitas Kelompok :


1. Model lokal konflik
Model Terapi Aktivitas Kelompok ini pimpinan kelompok harus memfasilitasi dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaaan untuk penyelesaian masalah atau konflik.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi
teraupetik. Dengan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif yang
bertujuan untuk membantu meningkatkan keterampilan intepersonal dan sosial
anggota kelompok.
3. Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok dapat belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui kesalahan
persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami. (Direja,2011).

2.3 Tujuan Terapi Keluarga


Tujuan Terapi Keluarga diantaranya adalah :
1. Menurunkan konflik kecemasan keluarga.
2. Meningkatkan kesadaran keluarga terhadap kebutuhan masing-masing anggota
keluarga.
3. Meningkatkan kemampuan penanganan terhadap krisis.
4. Mengembangkan hubungan peran yang sesuai
5. Membantu keluarga menghadapi tekanan dari dalam maupun dari luar anggota
keluarga
6. Meningkatkan kesehatan jiwa keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan anggota
keluarga.

2.4 Manfaat Terapi Keluarga


Fokus dari terapi keluarga adalah memperbaiki hubungan interpersonal anggota keluarga
yang bermasalah dengan anggota keluarga lain (Sadock & Sadock, 2009).
1. Untuk Pasien
a) Mempercepat proses penyembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga
b) Memperbaiki hubungan interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga
c) Memperbaiki sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya
d) Menurunkan angka kekambuhan
2. Untuk Keluarga
a) Memperbaiki fungsi dan struktur keluarga
b) Keluarga mampu meningkatkan pengertian terhadap klien sehingga lebih dapat
menerima, toleran dan menghargai klien sebagai manusia
c) Keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam membantu klien dalam  proses
rehabilitasi

2.5 Peran Keluarga dalam Terapi


Peran keluarga dalam terapi diantaranya :
1. Membuat suatu keadaan dimana anggota keluarga dapat melihat bahaya terhadap
diri klien dan aktivitasnya.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
3. Membanntu anggota bagaimana memandang orang lain
4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit, memudahkan dalam memberi
dan menerima informasi yang memudahkan bagi anggota keluarga untuk
melakukannya.
5. Membangun self esteem
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakan aturan atau interaksi
7. Menurunkan ancaman dengan struktur pembahsan yang sistematis
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertangung jawab.

2.6 Peran Perawat dalam Terapi Keluarga


1. Mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota keluarga
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuk mengubah
3. Mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan memberi
penyuluhan, perawatan di rumah psiko edukasi, dll.

Selain Peran perawat yang perlu diperhatikan juga adalah bantuan perawat yang
mendukung keluarga untuk membantu klien kambuh. Alasan keluarga dilibatkan
dalam pencegahan kekambuhan pada klien adalah:
1. Keluarga merupakan tempat individu pertama memulai hubungan interpersonal
dengan lingkungan
2. Keluarga merupakan suatu sistem yang utuh dan tidak terpisahkan
3. keluarga menurut Sullinger (1988) merupakan salah satu penyebab klien
gangguan jiwa menjadi kambuh lagi harus diharapkan jika keluarga ikut serta
dalam mencegah klien kambuh membantu klien untuk dapat mempertahankan
derajat kesehatan mentalnya karena keluarga mendukung
4. Bentuk-bentuk Terapi keluarga

2.7 Bentuk-bentuk Terapi Keluarga


Kecenderungan pelaksanaan konseling keluarga adalah sebagai berikut: Memandang
klien sebagai pribadi dalam konteks sistem keluarga. Klien merupakan  bagian dari
system keluarga, sehingga masalah yang dialami dan pemecahanya tidak dapat
mengesampingkan peran keluarga.
Berfokus pada saat ini, yaitu apa yang diatasi dalam terapi keluarga adalah masalah-
masalah yang dihadapi klien pada kehidupan saat ini, buakan kehidupan yang masa
lampaunya. Oleh karena itu, masalah yang diselesaikan bukan  pertumbuhan personal
yang bersifat jangka panjang. Dalam kaitanya dengan bentuknya, terapi keluarga
dikembangkan dalam  berbagai   sebagai pengembangan dari konseling kelompok.
Bentuk terapi keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak sebagai bentuk konvensionalnya.
Perubahan  pada sistem keluarga dapat dengan mudah diubah jika seluruh anggota
keluarga terlibat dalam konseling. Karena mereka tidak hanya berbicara tentang
keluarganya tetapi terlibat dalam penyusunan rencana.

2.8 Proses dan Tahapan Terapi keluarga


Pada mulanya seorang Konseli datang ke konselor untuk mengkonsolidasikan
masalahnya. Biasanya datang pertama kali ini lebih bersifat “identifikasi pasien”.
Tetapi untuk tahap penanganan (treatment) diperlukan kehadiran anggota keluarga
yang lain. Menurut Satir, tidak mungkin mendengarkan peran, status nilai, dan norma
keluarga atau kelompok jika tidak ada kehadiran anggota keluarga yang lain. Jadi
dalam pandangan ini, anggota keluarga yang lain harus datang ke konselor (Brammer
dan Shortromm, 1982).
Tahapan terapi keluarga secara garis besar proses dalam konseling keluarga adalah:
1. Pengembangan Rapport, merupakan suasana hubungan konseling yang akrab,
jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan dari konseli. Upaya
pengembangan rapport ini ditentukan oleh aspek-aspek diri konselor yakni kontak
mata; perilaku nonverbal (perilaku attending, bersahabat atau akrab, hangat, luwes,
ramah, jujur atau asli, penuh perhatian); dan bahas lisan atau verbal yang baik.
2. Pengembangan apresiasi emosional, dimana munculnya kemampuan untuk
menghargai perasaan   masing-masing anggota keluarga, dan keinginan mereka
agar masalah yang mereka hadapi dapat terselesaikan semakin besar. Muncul
dinamika interaksi dari semua individu yang terlibat dalam konseling.
3. Pengembangan alternatif modus perilaku. Dalam tahap ini, baik konseli maupun
anggota keluarga mengembangkan dan melatihkan perilakuperilaku baru yang
disepakati  berdasarkan hasil diskusi dalam konseling. Pada tahap ini muncul home
assignment, yaitu mempraktikan perilaku baru selama masa 1 minggu (misalnya)
di rumah, kemudian akan dilaporkan pada sesi berikutnya untuk dibahas,
dievaluasi, dan dilakukan tindakan selanjutnya.
4. Fase membina hubungan konseling. Adanya acceptance, unconditional positive
regard, understanding, genuine, empathy. Memperlancar tidakan positif. Terdiri
dari eksplorasi, perencanaan atau mengembangkan perencanaan bagi konseli
sesuai dengan tujuan untuk memecahkan masalah, kemudian penutup untuk
mengevaluasi hasil konseling sampai menutup hubungan konseling.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi keluarga adalah sesungguhya bagian dari cabang ilmu konseling yang relatif
baru. Terapi keluarga merupakan suatu  psikoterapi   modalitas dengan fokus pada
penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam  pelaksanaannya   terapis
membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan yang
maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubunganyang tidak
konstruktif. Terapi keluarga lebih menggunakan pendekatan terupeutik untuk
melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga dan proses
interpersonal. Terapi Modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana
perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau
penyembuhan. Ada beberapa terapi yang dapat yang dapat dilakukan oleh perawat
pada pasien   dengan masalah kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok dan terapi
keluarga. Terapi Aktivitas Kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama.

3.2 Saran
Diharapkan dari makalah ini agar mahasiswa, perawat dapat menerapakan terapi
keluarga dan mengaplikasikannya di lingkungan agar dapat memberikan pendidikan
yang mendalam mengenai terapi keluarga untuk mengatasi masalah masalah yang
ada dilingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Hamidah. (2016). Terapi keluarga Dalam Menangani Disharmonis  Keluarga Untuk
Mengembalikan Sistem Keluarga Di Perumnas Sukomulyo  Lamongan.  Undergraduate thesis.
UIN Sunan Ampel. Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/11958/ diakses pada tanggal 27
September 2019
Kertamuda, Fatchiach E. 2009. “Konseling Perkawinan Untuk Keluarga Indonesia”. Jakarta:
Salemba Humanika.

Latipun. 2013. “Psikologi Konseling”. Malang: UMM Press.

Willis, S Sofyan. 2013. Keluarga “Suatu Upaya Membantu Keluarga Memecahkan Masalah
Komunikasi Didalam Keluarga  Sistem Keluarga”. Bandung: PT. Alfebata.

Anda mungkin juga menyukai