Anda di halaman 1dari 20

PENGERTIAN ISTISLAH/MASHLAHAH

- Menurut bahasa berarti ”mencari kemaslahatan”

- Menurut Ushul Fiqh adalah ”menetapkan hukum suatu masalah yang tak ada nasnya atau tidak ada
Ijma' terhadapnya dengan berdasarkan pada kemaslahatan semata (yang oleh syara' tidak dijelaskan

ataupun dilarang).

-Apabila suatu peristiwa tidak ada nasnya dan syara' tidak menunjukkan secara nyata adanya illahnya,
tetapi ada kemaslahatan yang dianggap sesuai untuk ditetapkan hukumnya, maka hal ini dinamakan
"Maslahah Mursalah".

-Imam al-Ghazali memandang bahwa suatu kemaslahatan harus sejalan dengan tujuan syara’

-Tujuan syara' yang harus dipelihara tersebut, menurut al-Ghazali, ada lima bentuk yaitu: memelihara
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

PEMBAGIAN ISTISLAH/MASHLAHAH

-Mashlahah al-Dharuriyyah, yaitu kemaslahatan yang berhubungan dengan kebutuhan pokok umat
manusia di dunia dan di akhirat. Kemaslahatan seperti ini ada lima, yaitu (1) memelihara agama, (2)
memelihara jiwa, (3) memelihara akal, (4) memelihara keturunan, dan (5) memelihara harta. Kelima
kemaslahatan ini disebut dengan almashalih al-khamsah.

-Mashlahah al-Hajiyah, yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan


pokok (mendasar) sebelumnya yang berbentuk keringanan untuk mempertahankan dan memelihara
kebutuhan mendasar manusia.

-Mashlahah al-Tahsiniyyah, yaitu kemaslahatan yang sifatnya pelengkap berupa keleluasaan yang dapat
melengkapi kemaslahatan sebelumnya.

CONTOH ISTISLAH/MASHLAHAH 1

-Pengumpulan Al Qur’an atas usulan Umar pasca terbunuhnya para penghapal al Qur’an di

Yamamah.

-Dilarangnya menikah dengan ahlul kitab karena untuk melindungi/kemaslahatan agama


keturunan/anak.

-Intervensi harga oleh Pemerintah pada saat terjadi distorsi harga.

-Pilihan sistem revenue sharing pada akad mudharabah, untuk menjaga kepercayaan nasabah bank
syariah.
CONTOH ISTISLAH/MASHLAHAH 2

-Larangan Praktik Talaqqi Rukban, pihak yang menemui penjual komoditas dan membelinya dari mereka
sebelum penjual memasuki pasar. Hal ini dilarang berdasarkan hadist Nabi disebabkan supply dan
demand tidak bertemu sehingga tidak terjadi harga yang sehat.

-Larangan gharar, ketidakpastian dalam jual beli. Hal ini dilarang karena adanya dharar/bahaya berupa
perselisihan/permusuhan antar pelaku bisnis karena objek/harga yang tidak pasti.

‘URF (KEBIASAAN)

-Menurut bahasa berarti “mengetahui”, kemudian dipakai dalam arti “sesuatu yang diketahui, dikenal,
dianggap baik dan diterima oleh pikiran yang sehat”.

-Menurut Fiqh ialah “sesuatu yang telah dikenal oleh manusia dan mereka menjadikannya sebagai
tradisi, baik berupa perkataan, perbuatan atau pun sikap meninggalkan sesuatu. Disebut juga adat
kebiasaan.

Ditinjau dari segi nilainya, ‘urf terbagi dua :

-AI-'Urf as-Sahih, yaitu 'urf yang baik dan dapat diterima, karena tidak bertentangan dengan nas syara'.
Misalnya dalam masa pertunangan pihak laki-laki memberikan hadiah kepada pihak wanita dan hadiah
ini tidak dianggap sebagai mas kawin.

-AI-'Urf al-Fasid, yaitu 'urf yang tak dapat diterima, karena bertentangan dengan nas syara’. Misalnya,
kebiasaaan yang berlaku di kalangan pedagang dalam menghalalkan riba, seperti peminjaman uang
antara sesama pedagang. Uang yang dipinjam sepuluh juta dalam satu bulan harus dibayar sebanyak
sebelas juta.

CONTOH ‘URF

-Al-'Urf al-Qauliy, ialah kebiasaan yang berupa perkataan, seperti kata terima kasih, sebagai

ungkapan ijab qabul.

-Al-'Urf al-Fi’liy. yaitu kebiasaan yang berupa perbuatan, seperti kebiasaan jual-beli yang terjadi di
supermarket/mini market tanpa mengucapkan ijab-qabul, hanya serah terima barang dan uang.

-Dibolehkannya jual beli dengan akad salam, walaupun barangnya akan diserahkan kemudian, tetapi
karena sudah menjadi adat/urf dalam sebuah masyarakat, maka akad ini diperbolehkan. Syaratnya jelas
kualitas, kuantitas, waktu penyerahan dan harga

-Taqabudh (serah terima) secara hukmi (hukum) diakui sebagai bagian dari taqabudh sesungguhnya,
walaupun barang tidak diserahkan secara hakiki (nyata).
SADD ADZ-DZARI’AH

-Menurut bahasa identik dengan wasilah (perantara) dan dengan demikian Sadd adz-Dzari'ah dapat
diterjemahkan dengan "menghambat atau menyumbat sesuatu yang menjadi perantara".

-Menurut Ushul Fiqih adalah “mencegah sesuatu yang menjadi perantara pada kerusakan, baik untuk
menolak kerusakan itu sendiri ataupun untuk menyumbat jalan sarana yang dapat menyampaikan
seseorang kepada kerusakan.

SIFAT LARANGAN ALLAH

-Dilarang secara langsung karena perbuatan itu jelas mendatangkan kerusakan, seperti melarang
meminum khamr, berbuat zina

-Dilarang sekalipun perbuatan itu sendiri tidak langsung mendatangkan kerusakan, tetapi perbuatan itu
menjadi jembatan terhadap perbuatan yang secara langsung menimbulkan kerusakan, misalnya
menyimpan khamr atau berdua-dua antara wanita dan laki-laki di tempat sunyi.

-Larangan terhadap sarana yang mendatangkan pada perbuatan yang dilarang itulah penetapan hokum
berdasarkan pada Sadd adz-Dzari'ah.

-Tujuan penetapan hukum atas dasar Saddadz-Dzari’ah ini ialah untuk menuju kemaslahatan.

-Karena tujuan umum ditetapkannya hukum pada mukallaf adalah untuk kemaslahatan mereka dan
menjauhkan kerusakan.

-Untuk sampai kepada tujuan itu adakalanya syara' memerintahkan sesuatu dan adakalanya melarang
sesuatu.

-Dalam memenuhi perintah atau larangan ada yang dapat dipenuhi dengan langsung dan ada pula yang
harus melalui sarana.

CONTOH SADD ADZ DZARI’AH

-Larangan Ba’i Inah, seseorang membeli barang secara tidak tunai, dengan kesepakatan akan
menjualnya kembali kepada penjual pertama secara tunai pada waktu yang bersamaan, akad jual beli ini
hanya sekedar rekayasa padahal yang sebenarnya terjadi adalah pinjam meminjam uang dengan
pengembalian lebih besar dari pinjaman/bunga, jual beli seperti ini dilarang karena adanya riba

-Larangan Bai’atain fii Bai’ah/Two in one, suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus, akad seperti
ini dilarang karena terjadi ketidakpastian (gharar).

ISTISHAB

- Menurut Ushul Fiqih adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan yang
bisa mengubahnya.
CONTOH ISTISHAB 1

-Hukum semua transaksi/muamalah adalah boleh, sampai ada dalil yang menyatakan keharamannya.

-Seseorang terbebas dari hutang, kecuali penagih membawa bukti yang otentik bahwa yang ditagih
benar-benar memiliki hutang

CONTOH ISTISHAB 2

-Muncul isu lemak babi yang dicampurkan ke dalam berbagai bahan makanan dan kosmetik tertentu,
tetapi akibatnya lesunya perekonomian Indonesia, padahal belum ada kepastian makanan apa saja yang
masuk ketegori bercampur dengan lemak babi, berhubung belum ada kepastian dan belum ada
pemberitaan hasil penelitian, maka makanan dan kosmetik tersebut kembali ke hukum asli (halal)

-Air yang ada di suatu wadah/tempat dihukumi suci, kecuali setelah jatuhnya sesuatu sehingga merubah
warna, bau atau rasanya

HAK MILIK

Pengertian Bahasa

Pemilikan manusia atas suatu harta dan kewenangan untuk bertransaksi secara bebas terhadapnya
sepanjang tidak ditemukan hal yang melarangnya.

Pengertian Istilah

Kepemilikan adalah keistimewaan atas suatu benda yang menghalangi pihak lain bertindak atasnya dan
memungkinkan pemiliknya untuk bertransaksi secara langsung di atasnya selama tidak ada halangan
syara’.

Dua keistimewaan yang diberikan oleh syara’ kepada pemilik harta:

-Keistimewaan dalam ber-tasharruf

-Keistimewaan dalam menghalangi orang lain untuk memanfaatkan harta tanpa kehendak atau izin
pemiliknya.

Sebab-sebab Kepemilikan :

-Ihraz al-mubahat -Akad -Al-khalafiyyah -At-tawallud minal mamluk

Di lihat dari unsur harta (benda dan manfaat) :

-Milk at-Tamm -Milk an-Naqish


Karakteristik milk at-Tamm :

-Tanpa dibatasi waktu

-Tidak bisa digugurkan kecuali dengan jalan yang dibenarkan oleh syara’

-Kewenangan mutlak

-Jika ia merusaknya maka ia tidak berkewajiban menggantinya

Milk an-Naqish dikategorikan kepada kepemilikan salah satu dari 3 hal di bawah ini :

-Kepemilikan benda (milk raqabah)

-Milik manfaat/hak guna pakai (haq intifa’)

-Haq al-Irtifaq

-Kepemilikan benda : bentuk fisik harta dimiliki oleh seseorang, namun manfaat benda tersebut dimiliki
oleh orang lain

-Kepemilikan manfaat : hak untuk memanfaatkan harta benda orang lain melalui sebab-sebab yang
dibenarkan oleh syara’

-Haq irtifaq : hak yang berlaku atas suatu benda tidak bergerak untuk kepentingan benda tidak bergerak
milik pihak lain.

5 Sebab yang menimbulkan hak intifa’ :

-I’ara -Ijarah -Waqf -Wasiat -Ibahah

Karakteristik milk an-Naqish :

-Dibatasi waktu, tempat atau persyaratan lain

-Menurut hanafiyah, milk an-naqish tidak bisa diwariskan.

-Orang yang menerima manfaat berhak menerima barang yang akan diambil manfaatnya.

-Biaya perawatan aset menjadi tanggungjawab peneriman manfaat jika akadnya I’arah tetapi menjadi
tanggung jawab pemilik aset jika akadnya ijarah

-Jika sudah selesai diambil manfaatnya, maka aset harus dikembalikan

Berakhirnya haq al-Intifa’ :

-Berakhirnya jangka waktu yang disepakati

-Rusaknya aset yang akan diambil manfaatnya atau terdapat aib sehingga menghalangi lahirnya manfaat
-Menurut hanafiyah : meninggalnya orang yang menikmati manfaat

-Meninggalnya pemilik aset, jika menggunakan akad I’arah

Karakteristik haq irtifaq :

-Melekat pada benda-benda tidak bergerak yang saling berdampingan

-Tidak tergantung pada perubahan pemiliknya

Jenis-jenis haq irtifaq :

-Haq syurbi : hak untuk memanfaatkan air untuk kepentingan pengairan tanaman. Jika digunakan untuk
hewan atau manusia disebut haq syuf’ah.

-Haq majraa : hak pemilik tanah yang jauh untuk menggunakan tanah tetangganya yang lebih dekat
untuk mengalirkan air dari sumbernya.

-Hak al-masil : hak memanfaatkan tanah orang lain untuk menyalurkan air limbah keluarga ke tempat
pembuangan umum.

-Haq al-murur : hak bagi pemilik tanah yang lebih jauh untuk melewati tanah orang lain yang

lebih dekat.

-Haq al-Jiwar : hak tetangga yang dindingnya bersebelahan atau bersatu.

-Haq at-Ta’ali : hak tetangga pada rumah susun di mana atapnya yang di bawah menjadi lantai bagi
bangunan di atasnya

Perbedaan haq al-Irtifaq dengan haq al-Intifa’ :

Haq al-Irtifaq

-Selalu melekat pada harta ‘iqar atau

-Melekat secara permanen

-Bisa diwariskan

Haq al-Intifa’

-Bisa pada harta ‘iqar ataupun manqul

-Melekat secara temporer

-Diperdebatkan (hak) pewarisannya


KONSEP AKAD

Tasharruf

-Setiap prilaku (yang dilakukan oleh seseorang atas dasar keinginannya) yang melahirkan hak dan
kewajiban dengan landasan syara’

-Tasharruf lebih umum daripada akad, maka setiap akad itu termasuk tasaharruf, tetapi tidak setiap
tasharruf itu akad

Wa’ad

-Janji

-Misalnya dalam kontrak murabahah di perbankan syariah nasabah berjanji kepada bank untuk membeli
mobil BMW apabila bank telah membelikannya. Janji (wa’ad) menurut pendapat yang kuat/rajih adalah
mengikat dan jika nasabah menolak atau membatalkan maka bank berhak menuntut

AKAD

-Akad berasal dari kata al-‘aqd

-Secara Bahasa : mengikat, menyambung atau menghubungkan (ar-rabt)

-Akad memiliki sinonim dengan iltizam (kewajiban)

-Secara Terminologis :

1. Menurut Mustafa az-Zarqa : “ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa
pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri.”

2. menurut Syamsul Anwar : “pertemua ijab dan kabul sebagai penyataan kehendak dua pihak
atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.”

DEFINISI AKAD

-Pertemuan atau ikatan ijab dan Kabul yang berakibat timbulnya akibat hukum

-Ijab = Penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak

-Qabul = Jawaban persetujuan yang diberikan mitra akad terhadap penawaran pihak yang pertama

-Maudhu’ aqd = akibat hukum

Pembentukan Akad

-Rukun Akad :

1. ‘Aqidayn (para pihak yang berakad)


2. Ma’qud ‘alaih (obyek / benda yang diakadkan)

3. Maudhu’ul aqad (tujuan/akibat akad)

4. Shighat akad (ijab dan qabul)

Syarat* Terbentuknya Akad :

-Syarat Rukun Pertama:

1. Tamyiz

2. Berbilang (ta’addud)

-Syarat Rukun Kedua:

1. Objek harus dapat diserahkan

2. Tertentu atau dapat ditentukan

3. Objek itu dapat ditransaksikan

-Syarat Rukun Ketiga :

1. Tidak bertentangan dengan syara’

-Syarat Rukun Ke empat :

1. Adanya persesuaian ijab dan Kabul (tercapainya kata sepakat)

2. Kesatuan majelis akad

1. Syarat* ‘Aqidayn

-Tamyiz -Berbilang (ta’addud)

Tamyiz

-Kelayakan seseorang untuk menerima hak dan kewajiban dan diakui tindakannya secara hukum syariah.
Sekitar umur 18 tahun

-Dari definisi di atas bahwa kecakapan hokum terbagi kepada 2 macam :

1. Ahliyyatul wujub 2. Ahliyyatul ada’

2. Ma’qud ‘alaih (obyek / benda yang diakadkan)

1. Objek harus dapat diserahkan 2. Tertentu atau dapat ditentukan

3. Objek itu dapat ditransaksikan


Objek harus dapat diserahkan

Hal ini didasari dari hadist Nabi :

-Jangan engkau menjual barang yang tidak ada padamu. (HR An-Nasai)

-Rasulullah melarang jual beli lempar kerikil dan jual beli gharar (HR Muslim)

Tertentu atau dapat ditentukan

Hal ini didasari dari hadist Nabi :

-Rasulullah melarang jual beli lempar kerikil (HR Muslim)

-Disebabkan adanya ketidakjelasan objek

Objek itu dapat ditransaksikan

Hal ini didasari dari hadist Nabi :

-Rasulullah melarang mengambil harga anjing, upah pelacur, dan upah tukang tenung. (HR Ahmad)

3. Mawdhu’ul aqad (tujuan akad)

-Tidak bertentangan dengan syara’

2. Tujuan akad

-Jual beli = memindahkan barang dengan adanya (Bay’) penggantian

-Hibah = memindahkan barang tanpa penggantian

-Sewa = memberikan manfaat dengan (Ijarah) penggantian

-Pinjam = memberikan manfaat tanpa (I’arah) penggantian

-Dan lain-lain

4. Shighat akad (ijab dan qabul)

-Adanya persesuaian ijab dan Kabul (tercapainya kata sepakat)

-Kesatuan majelis akad

Kesatuan majelis akad

-Majelis akad adalah tempat dan waktu di mana kedua belah pihak berada saat negosiasi, dimulai saat
diajukannya ijab dan berakhir dengan berpalingnya mereka dari negosiasi
- Majelis akad dianggap bubar jika seseorang mengajukan ijab kepada pihak lain, sementar pihak lain tak
segera menjawab ijab itu dan kemudian mereka (salah seorang) pergi atau melakukan hal yang sifatnya
memalingkan mereka dari proses perundingan.

- Adanya perbedaan ini didasari oleh hadist Nabi : dua orang yang melakukan jualbeli masing-masing
mempunyai hak khiyar terhadap yang lain selama mereka belum berpisah. (HR Muslim)

Konsep kesatuan majlis

-Tidak harus dipahami secara kaku dalam batas dimensi ruang dan waktu

-Perlu dikembangkan sejalan dengan konteks perkembangan dan kemajuan media komunikasi

Proses ijab-qabul

PENJUAL PEMBELI PENJUAL PEMBELI STATUS


Ijab Qabul - OK
Ijab Ijab Qabul - OK
Ijab Ijab Ijab Qabul OK

PENJUAL PEMBELI PENJUAL PEMBELI STATUS


1.000 1.000 - - OK
1.000 900 900 - OK
1.000 900 950 950 OK

Metode akad

-Dengan lisan -Dengan tulisan -Dengan isyarat -Dengan perbuatan

-Ta’athi atau mu’athah (saling memberi dan menerima). Contoh jual beli di supermarket, sewa naik bis
kota, jual beli otomatis, dll.

-Lisanul hal (kondisi tertentu yang menunjukkan kepada suatu ungkapan)

-Dengan lisan : Pernyataan kehendak secara lisan, di mana para pihak mengungkapkan kehendaknya
dalam bentuk perkataan secara jelas. Ijab dan qabul dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga
dilakukan dengan tidak berhadapan langsung, melalui telepon misalnya.

-Dengan tulisan : Dalam fungsinya sebagai pernyataan kehendak, tulisan mempunyai fungsi dan
kekuatan yang sama dengan akad secara lisan. Akad dalam bentuk ini sangat tepat untuk akad yang
dilaksanakan secara berjauhan dan berbeda tempat. Akad ini dapat juga digunakan untuk perikatan-
perikatan yang lebih sulit seperti perikatan yang dilakukan oleh suatu badan hukum. Dalam hal ini
terdapat kaidah fiqih: “tulisan bagi orang yang hadir sepadan dengan pembicaraan lisan orang yang
hadir.
-Dengan isyarat : Suatu perjanjian tidak hanya dapat dilakukan oleh orang yang normal, akan tetapi bisa
juga dilakukan oleh orang yang cacat melalui isyarat dengan syarat jelas maksudnya dan tegas
menunjukkan kehendak untuk membuat perjanjian. Bila yang berakad adalah orang yang mampu untuk
berakad secara lisan, maka akadnya tidak dianggap terwujud.

-Dengan perbuatan (ta’athi) : Pernyataan kehendak secara diam-diam. Adanya perbuatan memberi dan
menerima dari para pihak yang telah memahami perbuatan perjanjian tersebut dengan segala akibat
hukumnya.

Macam-macam Khiyar :

-Khiyar (opsi) adalah hak untuk memilih antara meneruskan akad atau membatalkannya.

1. Khiyar Syarat 3. Khiyar ar-Ru’yah (opsi setelah melihat)

2. Khiyar at-Ta’yin (opsi penentuan) 4. Khiyar al-’aib (opsi cacat)

Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Keberadaan Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Pada Tahun 1999 berdirilah DSN melalui SK MUI No.Kep-754/MUI/II/1999

-Keberadaan DSN tidak terlepas dari munculnya LKS (Lembaga Keuangan Syariah), khususnya Perbankan
Syariah)

-DSN adalah dewan yang dibentuk oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia)

-Fatwa DSN menjadi pegangan bagi DPS (Dewan Pengawas Syariah) untuk mengawasi apakah lembaga
keuangan syariah menjalankan prinsip syariah dengan benar

Latar Belakang Berdirinya Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam mengenai masalah perekonomian dan mendorong
penerapan ajaran Islam dalam bidang perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan
tuntunan syariat Islam

-Sebagai antisipasi atas kekhawatiran munculnya perbedaan fatwa di kalangan DSN

Fungsinya Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan

-Bertugas dan memiliki wewenang untuk menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan
usaha bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
Tugas Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Menumbuh-kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya,


dan keuangan syariah pada khususnya

-Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan

-Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah

-Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan

Kewenangan Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS (Dewan Pengawas Syariah) di masing-masing LKS (Lembaga
Keuangan Syariah) dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait

-Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi peraturan/ketentuan yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang seperti Departemen Keuangan, BI dan OJK

-Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut rekomendasi nama-nama yang duduk sebagai DPS di
LKS

-Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam pembahasan ekonomi
syariah, termasuk otoritas moneter dalam dan luar negeri

-Memberikan peringatan kepada LKS untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah
dikeluarkan DSN

-Mengusulkan kepada instansi berwenang untuk mengambil tindakan apabila peringatan tidak
diindahkan

Proses Penetapan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

-Badan Pelaksana Harian (BPH) DSN-MUI menerima usulan atau pertanyaan hukum mengenai suatu
produk lembaga keuangan syariah. Usulan atau pertanyaan hukum ini bisa dilakukan oleh praktisi
lembaga perekonomian

-Sekretariat yang dipimpin oleh sekretaris paling lambat 1 hari kerja setelah menerima
usulan/pertanyaan harus menyampaikan permasalahan kepada ketua

-Ketua BPH DSN-MUI bersama anggota selambat-lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum
khusus yang berisi telaah dan pembahasan terhadap suatu pertanyaan atau usulan hokum tersebut

-Ketua BPH DSN-MUI selanjutnya membawa hasil pembahasan ke dalam rapat pleno DSN-MUI untuk
mendapat pengesahan

-Memorandum yang sudah mendapat pengesahan dari rapat pleno DSN-MUI ditetapkan menjadi fatwa
DSN-MUI
Dewan Pengawas Syariah (DPS)

-DPS adalah suatu dewan yang dibentuk untuk mengawasi jalannya bank syariah/LKS agar di dalam
operasionalnya tidak menyimpang dari prinsip-prinsip syariah

-DPS berfungsi sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada LKS

-Proses pengangkatan DPS diajukan oleh LKS dan harus mendapat persetujuan dari OJK dan DSN

-Kedudukan DPS dalam struktur LKS berada pada posisi Dewan Komisaris

Fatwa DSN

-Sampai tahun 2019 sudah ada 130 fatwa yang telah diterbitkan oleh DSN terkait industri keuangan
syariah, bisnis syariah dan ekonomi syariah

-Pertama kali fatwa DSN terbit pada tahun 2000 sebanyak 18 Fatwa

-Fatwa DSN berlaku untuk semua LKS, kecuali jika fatwa ditujukan secara khusus sesuai dengan bidang
kegiatan opersionalnya, misalnya perbankan dan perasuransian

-Di antara terbitnya fatwa ada yang disebabkan pertanyaan atau usulan dari LKS atau ada juga yang
muncul karena dianggap perlu adanya fatwa tersebut

Contoh Fatwa DSN

-Fatwa pertama, Fatwa DSN No 1/DSN-MUI/IV/2000 tentang Giro

-Sampai dengan tahun 2019 yaitu Fatwa DSN No 130/DSN-MUI/X/2019 tentang Pedoman Lembaga
Penjaminan Simpanan

-Di antara fatwa ada yang diterbitkan berasal dari pertanyaan yang diajukan LKS kepada DSN dalam
bentuk permohonan fatwa, misalnya

-Fatwa DSN No. 22/DSN-MUI/IX/2002, tentang Potongan Pelunasan dalam Murabahah, mustafti (yang
meminta fatwa) ini adalah Pimpinan Unit Usaha Syariah BNI (skrg BNI sudah menjadi Bank Umum
Syariah) No UUS/2/878/2002

Contoh Isi Komponen Fatwa DSN

-Pendekatan Qath’i (Al Qur’an dan Hadist)

-Pendekatan Manhaji (ijma,Qiyas)

-Pendekatan ….. (Pendapat para ulama)


Fatwa sebagai Khazanah Hukum Islam

Pengertian Fatwa

-Dalam kitab Mafahim Islamiyyah arti Fatwa adalah : “Jawaban atas persoalan-persoalan syariat”

-Sedangkan menurut syara’, Fatwa bermakna: “Menjelaskan hukum syara’ yang terkait masalah-masalah
atau pertanyaan.” Kalau dibandingkan dengan ijtihad, bahwa ijtihad lebih umum daripada fatwa

Istilah-istilah

-Mufti : orang yang memberikan fatwa

-Istifta : pertanyaan tentang ketentuan hokum masalah yang terjadi atau akan terjadi

-Mustafti : pihak yang mengajukan pertanyaan

-Fatwa : materi jawaban hukum syara’ yang disampaikan oleh mufti kepada mustafti

-Contoh yang menjadi mufti dalam lingkup Lembaga Keuangan Syariah dilakukan oleh Dewan Syariah
Nasional/DSN

Fatwa pada Masa Rasulullah:

-Pertama, ada peristiwa atau pertanyaan yang melatarbelakangi, kemudian Rasulullah menjelaskan
hukum tentang masalah tersebut

-Kedua, penjelasan Rasulullah tidak dilatarbelakangi oleh pertanyaan atau peristiwa, tetapi karena
hukum ini sudah saatnya disyariatkan untuk membentuk masyarakat

Sumber rujukan Fatwa

-Sumber hukum primer, yaitu Al Qur’an & Sunnah

-Sumber hukum pendukung, yaitu istihsan istihlah/maslahah mursalah, sadd adz dzari’ah, istishab, ‘urf,
dll

Syarat Mufti

-Mukallaf, yaitu muslim, dewasa dan sempurna akalnya

-Seorang yang ahli dan mempunyai kemampuan untuk berijtihad

-Seorang yang adil dan dapat dipercaya

-Bersikap tenang, mempunyai niat dan i’tikad baik, kuat pendirian dan dikenal di tengah umat
Kedudukan Fatwa

-Fatwa mempunyai kedudukan yang tinggi dalam agama Islam, karena fatwa menjadi alternatif untuk
menjawab persoalan yang berkembang seiring zaman

-Fatwa merupakan salah satu institusi dalam hukum Islam untuk memberikan jawaban dan solusi
terhadap problem yang dihadapi umat Islam

Karakteristik Fatwa

Manhajnya : Fiqh Taysir (menyampaikan hokum kepada masyarakat dengan bahasa dan substansi

hukum yang mudah dipahami dan mudah dilaksanakan) Alasannya:

1. Syariat Islam bercirikan mudah (taysir)


2. Sesuai dengan kemampuan

Bentuk-bentuk Fiqh Taysir

-Pertama, Fatwa yang mudah dipahami

-Kedua, Memberikan penjelasan yang lengkap dan alternatif hukum

-Ketiga, Menjelaskan hikmah dari hukum

-Keempat, hanya menjawab pertanyaan yang bermanfaat

Kaidah Fiqh dalam ber-Fatwa di Era Modern

-Al Muhafazah bil Qadim ash shalih wal Akhdzu bil jaded al aslah (memelihara warisan intelektual (fiqh)
klasik yang masih relevan dan menggali terus praktik/ketentuan baru selama tidak bertentangan dengan
dalil yang mengharamkan).

-Al Ashlu fil muamalah al ibahah hatta yadullad dalilu ‘ala tahrimihi (pada dasarnya semua aktivitas
muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang melarangnya).

-Taghayur al Ahkam wa al fatawa bitaghayuri al amkan wa al azman wa al ahwal wa niat wa al ‘awa’id

(perubahan hukum dan fatwa sesuai dengan perubahan tempat, zaman, kondisi sosial, niat, adat
kebiasaan) (HES di Indonesia, 2011).

3 Metode/pendekatan yang digunakan komisi Fatwa MUI

-Pendekatan Qath’i, yaitu pendekatan dengan berpegang kepada nash Al Qur’an dan Hadist untuk suatu
masalah apabila masalah yang ditetapkan terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist secara jelas

-Pendekatan Qauli, yaitu pendekatan dalam proses penetapan fatwa dengan mendasarkannya pada
pendapat para imam mazhab dalam kitab-kitab fiqih terkemuka (al-kutub al-mu’tabarah)
-Pendekatan Manhaji, adalah pendekatan dalam proses penetapan fatwa dengan mempergunakan
kaidah-kaidah pokok (al-qowaid al-ushuliyah) dan metodologi yang dikembangkan oleh imam mazhab
dalam merumuskanh ukum suatu masalah

Pendekatan Manhaji

Pendekatan manhaji dilakukan dengan menggunakan metode :

1. Al-Jam’u wa al-Taufiq 3. Ilhaqi

2. Tarjihi 4. Istinbathi

(qiyas, istishlah, istihsan dan sadd al-dzari’ah.)

Proses Fatwa

-Penanya mengajukan pertanyaan kepada mufti tentang masalah yang dihadapi

-Otoritas fatwa mendalami masalah yang ditanyakan

-Otoritas fatwa mengkaji legalitas hukumnya

-Otoritas fatwa menyusun draft fatwa/jawaban secara lengkap

-Otoritas fatwa menyampaikan fatwa kepada penanya

MANHAJ DALAM PENETAPAN HUKUM BISNIS SYARIAH

Sumber Hukum Islam

Al-Qur’an dan Al-Hadits

Metode Penetapan Hukum Ijtihad

-Ijtihad yaitu, cara untuk melakukan/mengambil kesimpulan hukum/fiqh menggunakan metode-metode


atau pendekatan tertentu untuk mendapatkan suatu ketetapan hukum

Metode Penetapan hukum

-Qiyas, -istihsan

-Mashlahah mursalah/istishlah -‘urf

-Sadd adz-dzariah -Istishab


Al-Qur’an

-Al Qur’an dari segi bahasa berasal dari kata qara’a-yaqra’u qira’atan, yang artinya sesuatu yang di baca
atau di bacakan .

-Alqur’an secara istilah adalah Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat jibril dengan lafaz berbahasa arab untuk menjadi undang-undang dan petunjuk bagi manusia,
serta menjadi sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya, yang diawali
dengan al-fatihah dan diakhiri surah an-nas, yang disampaikan secara mutawatir.

-Al Qur’an memiliki kedudukan yang sangat tinggi , sehingga Al-Qur’an menjadi sumber utama dan
rujukan hukum Islam

Artinya : Wahai orang-orang beriman ! Taatilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya ( Muhammad ) .
Dan Ulil Amri ( Pemegang Kekuasaan ) diantara kamu . Kemudian jika kamu berbeda pendapat
tentang sesuatu maka kembalikannya kepada Allah SWT . (al-Quran ) dan Rasul-Nya (sunnah)
Jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian . Yang demikian itu lebih utama ( bagimu )
dan lebih baik akibatnya .” (Q.S An-Nisa : 59 )

Kandungan Al Qur’an dan Hadist

-Aqidah -Syariah (Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghair Mahdhah/Muamalah)

-Akhlak

AL-HADIST

Istilah :

-Sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun persetujuan
beliau yang berkaitan dengan hukum.

-Hadist sebagai sumber hukum yang kedua adalah jika suatu perkara tidak begitu jelas dalam Al-Quran
atau belum ada dalam Al-Quran maka yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadist

-Sebagaimana firman Allah berikut :

“ dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah . Dan apa-apa yang dilarangnya

maka tinggalkanlah.” ( Q.S al-Hasyr : 7 )

ISLAM

AQIDAH SYARIAH AKHLAK

IBADAH MUAMALAH

HUKUM PIDANA/PERDATA EKONOMI&FINANSIAL POLITIK


-ASURANSI -BANK -PASAR MODAL -LEASING

-PEGADAIAN -SEKTOR RIEL -Halal Industri

Jenis Ibadah

-Ibadah Mahdhah ( ‫)العبادت المحضة‬

1. arti : murni/tidak bercampur

2. Definisi : segala bentukaktivitas yang cara, waktu,atau kadarnya telah ditetapkan Allah SWT
dan Rasulullah SAW

-Ibadah Ghairu Mahdhah ( ‫( العبادت غير المحضة‬Muamalah)

1. Arti : Tidak murni/berampur hal lain

2. Definisi : segala bentuk amal kegiatan yang tujuannya untuk mencari keridhoan Allah

FIQH IBADAH & FIQH MUAMALAH

-Mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT.

-Asalnya Terlarang (Haram) kecuali ada keterangan (dalil) yang memerintahkannya

-Ketentuan hukumnya dari dalil qath’i (qath’idilalah)

-Mengatur hubungan antar sesama manusia.

-Asalnya Boleh kecuali ada keterangan (dalil) yang mengharamkannya

-Ketentuan hukumnya dari dalil zanni (zanni dilalah)

FIKIH IBADAH MUAMALAH KEUANGAN DAN BISNIS SYARIAH

LANDASAN - FIQH

-Hukum atau aturan yang ditetapkan Allah bagi Hamba-Nya untuk diikuti yang terkait dengan hubungan
manusia dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia.

-Dijadikan sebagai penghubung antara dirinya dengan Allah SWT dan antara dirinya dengan manusia
(lainnya)

- Penafsiran Ulama atas Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai Primary Source dari Hukum Islam

Syariah Fiqh Sumber Hukum Islam : Al-Qur’an danHadits


KENAPA DIPERLUKAN FIQH ??

-Al-qur’an dan As-sunah tidak berkembang lagi setelah Rasullah SAW meninggal, sementara persoalan
baru senantiasa yang muncul seiring dengan perkembangan dan perbedaan zaman, situasi, kondisi,
tempat serta teknologi.

-Tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an dan As-sunnah dapat dipahami secara jelas (muhkam) dan pasti (qat’i)
tetapi banyak ayat-ayat yang secara samar (mutasyabih) dan tidak pasti (dhanny) sehingga bisa
dipahami berbeda-beda.

Sumber Hukum

-Syari'ah tersusun dari nash qat‘I -Sedangkan fiqh tersusun dari nash zanni.

Perbedaan Nash

-Nash Qoth’i : 1. Qoth’I Tsubut 2. Qoth’I Dilalah

-Nash Zanni : 1. Zanni Tsubut 2. Zanni Dilalah

-Qath'i al-tsubut : semua ayat Al-Qur'an dan Hadis mutawatir

-Qath'i al-dilalah: tidak semua ayat al-Qur'an dan tidak semua hadis mutawatir

-zanni al-wurud : selain hadis mutawatir (hadist mursal, hadist ahad)

-zanni al-dilalah : lafaz yang ada dalam Al Qur’an maupun hadist yang memiliki arti beragam/multi tafsir

Akibat Hukum:

-Dari dalil yg Qath’i Dilalah (Tsawabit/Konstan) : tidak pernah berubah (aqidah, akhlak, syariah, prinsip
ekonomi, prinsip politik, misalnya hukum riba

-Dari dalil yg Dzanni Dilalah (Mutaghayyirat/Fleksibel) : yang bisa berubah seperti masalah muamalah
(bisnis syariah); menjadi kewenangan para ahli ijtihad untuk mengatur ketentuannya dengan fatwa
sesuai dengan kondisi dan maslahat manusia

Tsawabit/Konstan Mutaghayyirat/Fleksibel

-Tidak ada ruang untuk diijtihadkan -Ijtihad diperlukan

-Kebenaran bersifat pasti -Kebenaran bersifat nisbi (relatif)

-Bersifat Tetap -Berkembang

-Satu -BeragaM
FIQH MU’AMALAH

-Secara etimologi (bahasa) fiqih : pengetahuan’, ‘pemahaman’, dan ‘kecakapan’ tentang sesuatu

-Menurut istilah fiqih berarti hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh dari
dalil-dalil yang rinci.

-Secara bahasa kata muamalah adalah masdar dari kata 'amala-yu'amilu -mu'amalatan yang berarti
saling bertindak, saling berbuat dan saling beramal.

-Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam hidup dan kehidupan

-“Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan sesama manusia dalam
urusan kebendaan dan hak-hak kebendaan serta penyelesaian perselisihan di antara mereka”.

Ruang Lingkup Fiqh Mu’amalah

-Al-mu’amalah al-madiyah, yaitu muamalah yang mengkaji objek muamalah (bendanya).

-Al-muamalah al-adabiyah, yaitu muamalah yang mengkaji bagaimana cara tukar menukar benda.

4 Prinsip Muamalah

-Keberadaannya didasarkan atas tidak ada dalil yang melarang

-Tata laksananya tidak berpola kepada teks nash

-Bersifat rasional

-asasnya adalah manfaat

Anda mungkin juga menyukai