Anda di halaman 1dari 2

PELAKSANAAN UPACARA KEAGAMAAN DI DESA PEKRAMAN GENTONG,

BAGAIMANA PENERAPAN PROTOKOL KESEHATANNYA?


Sudah 8 bulan lamanya sejak pandemi Covid-19 dinyatakan masuk ke indonesia.
Tentunya ddengan adanya pandemi bidang kesehatan terdampak buruk di setiap negara
termasuk Indoensia, tidak hanya itu peraturan-peraturan pemerintah yang diterapkan guna
menanggulangi perluasan penyebaran Covid-19 tentunya juga berdampak ke berbagai bidang
tertentu. Seperti bidang ekonomi, bidang pendidikan, bahkan berpengaruh buruk pada bidang
budaya. Seperti contohnya perayaan-perayaan upacara keagamaan di Bali, upacara-upacara
yang biasanya melibatkan banyak orang ini tidak bisa terlasana sebagaimana mestinya saat
sebelum adanya pandemi. Segala protokol kesehatan yang diwejangkan oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah harus juga ditaati oleh pengurus-pengurus pura di masing-
masing desa. Mulai dari physical distancing, anjuran untuk mencuci tangan, hingga
kewajiban untuk menggunakan masker saat berada di luar rumah. Namun apakah protokol
kesehatan yang diterapkan di pura di setiap desa itu terlaksana dengan baik atau hanya
peraturan sebagai formalitas belaka?
Dalam artikel ini saya akan membahas bagaimana penerapan protokol kesehatan
Covid-19 di Desa Pekraman Gentong, Tegallalang. Di Desa Pekraman Gentong selalu
melaksanakan Karya di Pura Dalem Bintang Kuning tepat setelah Hari Raya Kuningan,
dalam pelaksanakan Karya tersebut. Tentunya warga desa akan bersembahyang ke Pura
Dalem Bintang Kuning selama 2 hari berturut-turut, dan di puncak karya akan dilaksanakan
Calonarang. Begitulah biasanya rentetan acara Karya yang dilaksanakan disana. Biasanya
sebelum adanya pandemi pemedek yang bersembahyang ke Pura Dalem Bintang Kuning
dipersilahkan sembahyang Nyelid (bersembahyang lebih awal) dari jam 4 sore hingga jam 6
sore, dan malam harinya sekitar jam 8 malam biasanya akan dilaksanakan persembahyangan
bersama. Nah, dalam era new normal ini, pengurus desa memutuskan untuk menerapkan
peraturan persembahyangan secara bergilir. Jadi Pemedek sudah diijinkan untuk
bersembahyang Nyelid dari pukul 2 siang hingga jam 6 sore. Penambahan waktu ini
diterapkan agar peraturan persembahyangan bergilir tersebut dapat berjalan dan jumlah
Pemedek yang bersembahyang dapat dibatasi. Peraturan ini tampaknya berjalan dengan baik,
terlihat dari fakta bahwa memang Pemedek yang datang ke Pura tidak terlalu banyak seperti
biasanya (sebelum pandemi). Selain itu saat pelaksanaan Ngiring di Desa Pekraman Gentong,
tidak semua warga desa diizinkan untuk ikut Ngiring, tentunya hal ini diberlakukan untuk
mengurangi jumlah kerumunan seperti apa yang telah dianjurkan oleh pemerintah. Yang
diijinkan untuk Ngiring hanya Sekaa Tabuh, Pemangku Desa, dan Ceraki. Tentunya
pemberlakuan peraturan ini patut diapresiasi, karena penerapan peraturan ini sudah sesuai
dengan apa yang dianjurkana pemerintah
Namun bagaimanakah penerapan protokol kesehatan yang lainnya seperti Physical
Distancing, anjuran cuci tangan, dan Penggunaan masker yang diterapakan di Pura Dalem
Bintang Kuning? Jika dari fakta yang saya lihat di lapangan. Penerapan protokol kesehatan di
Pura Dalem Bintang KUning belum maksimal. Saya akan bahas satu persatu. Pertama
penerapan Physical Distancing, berdasarkan pengamatan saya dilapangan penerapan Physical
Distancing di Pura Dalem Bintang Kuning sama sekali belum diterapkan, karena tidak
adanya batas-batas yang dipasang guna mengatur jarak Pemedek saat melaksanakan
persembahyangan di dalam pura, sehingga sangat rawan terdapatnya kerumunan. Kedua
penerapan anjuran untuk mencuci tangan. Untuk menerapkan anjuranpemerintah yang satu
ini, pengurus desa dan pengurus pura telah menyediakan tempat bagi para Pemedek untuk
mencuci tangan lengkap beserta sabun, namun sayangnya tidak saya lihat adanya petugas
yang berjaga disana, sehingga tidak dapat dipastikan setiap Pemedek yamg datang ke pura
sudah mencuci tangan, jadi tampat cuci tangan yang disediakan oleh pengurus desa dan
pengurus pura hanya digunakan oleh para Pemedek yang peduli dan mau mengikuti anjuran
pemerintah saja. Yang ketiga, adalah penerapan wajib menggunakan masker. Pengurus Desa
Pekraman Gentong memang sudah mewajibkan setiap Pemedek yang datang ke pura wajib
menggunakan masker, dan tampaknya peraturan ini diikuti dan dilaksanakan oleh semua
Pemedek yang datang ke Pura Dalem Bintang Kuning, ini merupakan hal yang patut juga
diapresiasi, karena seluruh warga desa tampaknya mau sadar untuk melaksanakan peraturan
wajib yang telah diwacanakan oleh Pengurus Desa.
Memang pelaksanaan Upacara Keagamaan di era new normal dapat dikatakan susah-
susah gampang. Karena memang diperlukannya adaptasi dari seluruh bagian di Desa
Pekraman Gentong dengan kondisi yang baru ini. Selain itu penerapan protokol kesehatan
juga membutuhkan tenaga lebih agar dapat terlaksana dengan baik. Saya rasa pelaksanaan
Upacara Keagaaman di Desa Pekraman Gentong sudah cukup baik, hanya saja belum
sempurna, karena masih ada beberapa peraturan yang belum terlaksana secara maksimal.
Namun seiring dengan berjalannya waktu saya yakin, segala hal yang kurang dapat diperbaiki
sehingga menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai