Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung
konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu,
proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling
pesat di dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di
Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.
Munculnya jumlah penduduk lansia dalam jumlah besar telah memberikan implikasi
khusus bagi keperawatan dan perawatan kesehatan. Dengan makin bertambahnya penduduk
usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan.
Berbeda dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu menunjukkan
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi lain. Tiga dari empat
penyebab kematian yang paling sering terjadi di kalangan lansia – penyakit jantung, kanker,
dan stroke – merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat.
Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan
yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang
keperawatan pun saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi
yang mulai berkembang.
Keperawatan lanjut usia dalam bahasa Inggris sering dibedakan atas Gerontologic
nursing (gerontic nursing) dan geriatric nursing sesuai keterlibatannya dalam bidang yang
berlainan. Gerontologic nurse atau perawat gerontologi adalah perawat yang bertugas
memberikan asuhan keperawatan pada semua penderita berusia diatas 65 tahun (di Indonesia
dan Asia dipakai batasan usia 60 tahun) tanpa melihat apapun penyebabnya dan dimanapun
dia bertugas. Secara definisi, hal ini berbeda dengan perawat geriatrik, yaitu mereka yang
berusia diatas 65 tahun dan menderita lebih dari satu macam penyakit (multipel patologi),
disertai dengan berbagai masalah psikologik maupun sosial.
Perhatian pemerintah terhadap keberadaan lansia sudah meningkat. GBHN 1993
mengamanatkan agar lansia yang masih produktif dan mandiri diberi kesempatan berperan
aktif dalam pembangunan.. Pemerintah juga menetapkan tanggal 29 mei sebagai Hari Lansia
Nasional, sedang DPR menerbitkan UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia.
1
B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah konsep dasar lanjut usia (lansia)?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui konsep dasar dari lanjut usia (lansia)

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian lanjut usia
b. Mengetahui batasan usia lanjut usia
c. Mengetahui tipologi lanjut usia
d. Mengetahui proses penuaan pada lanjut usia
e. Mengetahui tipe-tipe kepribadian lanjut usia
f. Mengetahui mitos-mitos yang terjadi pada lanjut usia
g. Mengetahui latar belakang demografi lanjut usia di Indonesia
h. Mengetahui tugas perkembangan lanjut usia

D.  MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengetahui pengertian dari lanjut usia
2. Mampu mengetahui batasan usia lanjut usia
3. Mampu mengetahui tipologi lanjut usia
4. Mampu mengetahui proses penuaan pada lanjut usia
5. Mampu mengetahui tipe-tipe kepribadian pada lanjut usia
6. Mampu mengetahui mitos-mitos yang terjadi pada lanjut usia
7. Mampu mengetahui latar belakang demografi lanjut usia di Indonesia
8. Mampu mengetahui apa saja tugas perkembangan lanjut usia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI LANSIA

 Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun,
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima
nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).

 Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian
(Hutapea, 2005).

 Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar, 2006).

 Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia
yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal
ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu (Tjokronegroho
Arjatmo dan Hendra Utama,1995).

 Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus
(berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).

B. BATASAN LANSIA

 Menurut WHO, batasan lansia meliputi:

1. Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia antara 45-59 tahun


2. Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun
3. Usia Lanjut Tua (Old), adalah usia antara 75-90 tahun
4. Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun keatas

Menurut Dra.Jos Masdani (psikolog UI)

3
 Mengatakan lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat
dibagi menjadi 4 bagian:

1. Fase iuventus antara 25 dan 40 tahun


2. Verilitia antara 40 dan 50 tahun
3. Fase praesenium antara 55 dan 65 tahun
4. Fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

C. TIPE-TIPE LANSIA

 Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

1. Tipe Arif Bijaksana: Yaitu tipe kaya pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi panutan.
2. Tipe Mandiri: Yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan.
3. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang
menyebabkan hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan,
jabatan, teman.
4. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik.
5. Tipe Bingung: Yaitu lansia yang kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
pasif, dan kaget.

D. TEORI-TEORI PROSES PENUAAN


(1). Teori Biologi

Teori genetic dan mutasi (Somatik Mutatie Theory)

 Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang terprogramoleh molekul-
molekul atau DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.

Teori radikal bebas

4
 Tidak setabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan organik yang
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

Teori autoimun

 Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada keseimbangan


regulasi system imun (Corwin, 2001). Sel normal yang telah menua dianggap benda asing,
sehingga sistem bereaksi untuk membentuk antibody yang menghancurkan sel tersebut.
Selain itu atripu tymus juga turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu
melawan organisme pathogen yang masuk kedalam tubuh.Teori meyakini menua terjadi
berhubungan dengan peningkatan produk autoantibodi.

Teori stress

 Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, dan stres
menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

Teori telomer

 Dalam pembelahan sel, DNA membelah denga satu arah. Setiap pembelaan akan
menyebabkan panjang ujung telomere berkurang panjangnya saat memutuskan duplikat
kromosom, makin sering sel membelah, makin cepat telomer itu memendek dan akhirnya
tidak mampu membelah lagi.

Teori apoptosis

 Teori ini disebut juga teori bunuh diri (Comnit Suitalic) sel jika lingkungannya
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada perkembangan persarapan
dan juga diperlukan untuk merusak sistem program prolifirasi sel tumor. Pada teori ini
lingkumgan yang berubah, termasuk didalamnya oleh karna stres dan hormon tubuh yang
berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis diberbagai organ tubuh.

(2). Teori Kejiwaan Sosial

5
 Aktifitas atau kegiatan (Activity theory)

 Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan ikut bnyak kegiatan social.

Keperibadian lanjut (Continuity theory)

 Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi tipe personality yang dimilikinya.

Teori pembebasan (Disengagement theory)

 Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur melepaskan diri dari


kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan
interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.

(3). Teori Lingkungan

 Exposure theory: Paparan sinar matahari dapat mengakibatkat percepatan proses


penuaan.
 Radiasi theory: Radiasi sinar y, sinar xdan ultrafiolet dari alat-alat medis
memudahkan sel mengalami denaturasi protein dan mutasi DNA.
 Polution theory: Udara, air dan tanah yang tercemar polusi mengandung subtansi
kimia, yang mempengaruhi kondisi epigenetik yang dpat mempercepat proses penuaan.
 Stress theory: Stres fisik maupun psikis meningkatkan kadar kortisol dalam darah.
Kondisi stres yang terus menerus dapat mempercepat proses penuaan.

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

 Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung rambut
sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut
Nugroho (2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

(1) Perubahan Fisik

6
Sel

 Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.

Sistem Persyarafan

 Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive terhadap
sentuhan.

Sistem Penglihatan.

 Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.

Sistem Pendengaran.

 Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

Sistem Cardiovaskuler.

 Katup jantung menebal dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap


tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah:
kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke
duduk (duduk ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan
tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.

7
Sistem pengaturan temperatur tubuh

 Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang mempengaruhinya
yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun, keterbatasan reflek
menggigildan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot.

Sistem Respirasi.

 Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih


berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas turun. Kemampuan
batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2
arteri tidak berganti.

Sistem Gastrointestinal.

 Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik lemah,
dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.

Sistem Genitourinaria.

 Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering,
elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek
pada seks sekunder.

Sistem Endokrin.

 Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.

8
Sistem Kulit.

 Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.

System Muskuloskeletal.

 Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi serabut
otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

(2) Perubahan Mental

 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:

1. Perubahan fisik.
2. Kesehatan umum.
3. Tingkat pendidikan.
4. Hereditas.
5. Lingkungan.
6. Perubahan kepribadian yang drastis namun jarang terjadi misalnya kekakuan sikap.
7. Kenangan, kenangan jangka pendek yang terjadi 0-10 menit.
8. Kenangan lama tidak berubah.
9. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, berkurangnya
penampilan, persepsi, dan ketrampilan, psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan dari factor waktu.

(3) Perubahan Psikososial

 Perubahan lain adalah adanya perubahan psikososial yang menyebabkan rasa tidak
aman, takut, merasa penyakit selalu mengancam sering bingung panic dan depresif.
 Hal ini disebabkan antara lain karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi.

9
 Pensiunan, kehilangan financial, pendapatan berkurang, kehilangan status, teman atau
relasi
 Sadar akan datangnya kematian.
 Perubahan dalam cara hidup, kemampuan gerak sempit.
 Ekonomi akibat perhentian jabatan, biaya hidup tinggi.
 Penyakit kronis.
 Kesepian, pengasingan dari lingkungan social.
 Gangguan syaraf panca indra.
 Gizi
 Kehilangan teman dan keluarga.
 Berkurangnya kekuatan fisik.

Menurut Hernawati Ina MPH (2006) perubahan pada lansia ada 3 yaitu perubahan biologis,
psikologis, sosiologis.
(1). Perubahan biologis meliputi :

 Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah mengakibatkan jumlah
cairan tubuh juga berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering, wajah keriput
serta muncul garis-garis yang menetap.
 Penurunan indra penglihatan akibat katarak pada usia lanjut sehingga dihubungkan
dengan kekurangan vitamin A vitamin C dan asam folat, sedangkan gangguan pada indera
pengecap yang dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn dapat menurunkan nafsu makan,
penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya kemunduran fungsi sel syaraf
pendengaran.
 Dengan banyaknya gigi geligih yang sudah tanggal mengakibatkan ganguan fungsi
mengunyah yang berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.
 Penurunan mobilitas usus menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti
perut kembung nyeri yang menurunkan nafsu makan usia lanjut. Penurunan mobilitas usus
dapat juga menyebabkan susah buang air besar yang dapat menyebabkan wasir .
 Kemampuan motorik yang menurun selain menyebabkan usia lanjut menjadi lanbat
kurang aktif dan kesulitan untuk menyuap makanan dapat mengganggu aktivitas/ kegiatan
sehari-hari.

10
 Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak yang menyebabkan penurunan daya
ingat jangka pendek melambatkan proses informasi, kesulitan berbahasa kesultan mengenal
benda-benda kegagalan melakukan aktivitas bertujuan apraksia dan ganguan dalam
menyusun rencana mengatur sesuatu mengurutkan daya abstraksi yang mengakibatkan
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia atau pikun.
 Akibat penurunan kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga
berkurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran nutrisi sampai dapat terjadi hiponatremia
yang menimbulkan rasa lelah.
 Incotenensia urine diluar kesadaran merupakan salah satu masalah kesehatan yang
besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut yang mengalami IU sering kali
mengurangi minum yang mengakibatkan dehidrasi.

(4) Kemunduran psikologis

 Pada usia lanjut juga terjadi yaitu ketidak mampuan untuk mengadakan penyesuaian–
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya antara lain sindroma lepas jabatan sedih yang
berkepanjangan.

(3). Kemunduran sosiologi

 Pada usia lanjut sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman usia
lanjut itu atas dirinya sendiri. Status social seseorang sangat penting bagi kepribadiannya di
dalam pekerjaan. Perubahan status social usia lanjut akan membawa akibat bagi yang
bersangkutan dan perlu dihadapi dengan persiapan yang baik dalam menghadapi perubahan
tersebut aspek social ini sebaiknya diketahui oleh usia lanjut sedini mungkin sehingga dapat
mempersiapkan diri sebaik mungkin.

Perawatan Lansia

 Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu:

Pendekatan Psikis.

11
 Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai
support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.

Pendekatan Sosial.

 Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan
untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus
mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.

Pendekatan Spiritual.

 Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.

E. TIPE-TIPE KEPRIBADIAN LANJUT USIA


1. Tipe Kepribadian Konstruktif : memiliki integritas baik, menikmati hidupnya, toleransi
tinggi dan fleksibel.
2. Tipe Kepribadian Mandiri : post power sindrome.
3. Tipe Kepribadian tergantung : lansia senang mengalami pensiun, tidak punya inisiatif,
pasif, tetapi masih tahu diri dan diterima di masyarakat.
4. Tipe Kepribadian bermusahan ( hostile Personality);  merasa tidak puas dengan
kehidupannya, banyak keinginan yang tidak diperhitungkan yang menyebabkan
kegagalan,selalu mengeluh dan curiga
5. Tipe Kepribadian Defensive : menolak bantuan, emosi tidak terkontrol, merasa takut
menjadi tua
6. Tipe Kepribadian Kritik Diri : Terlihat sengsara, membuat susah dirinya dan menyalah
diri.

F. MITOS-MITOS LANJUT USIA

1. Kedamaian dan Ketenangan : Sering ditemui stress karena kemiskinan, depresi,


kekawatiran.

12
2. Mitos konservatisme dan kemunduran : Tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi masa
silam, susah berubah.
3. Mitos berpenyakitan : degenerasi biologis dan rawan penyakit.
4. Mitos senilitas ( Pikun)  : Kerusakan bagian otak.
5. Mitos tidak jatuh cinta : Perasaan cinta tidak berhenti karena lanjut usia.
6. Mitos aseksualitas : hubungan seks menurun, minat, dorongan, gairah dan kebutuhan  daya
seks berkurang.
7. Mitos Ketidakproduktifan : banyak lansia mencapai kematangan, kemamtapan dan
produktifitas mental dan material.

G. LATAR BELAKANG DEMOGRAFI LANJUT USIA DI INDONESIA


Demografi lanjut usia atau kelompok umur 50-64 tahun di Indonesia di prediksi
meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan dunia setelah tahun 2050
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, hlm. 4). Perkembangan penduduk
tersebut, turut denagn penyakit degenerative yang menyertainya. Salah satu penyakit
degenerative yang dialami ialah demensia (sindrom penurunan kemampuan daya ingat).
Alzheimer’s Disease International (ADI) memperkirakan, bahwa ada sekitar 30 juta jiwa di
dunia yang mengalami demensia dengan 4,6 juta yang memiliki kasus-kasus baru di setiap
tahunnya. Hal tersebut diperkuat oleh Hernanta (2013, hlm. 174) menurutnya jumlah lansia
akan meningkat lebih dari 100 juta jiwa pada tahun 2050. Lebih lanjut menurut data statistic
Federal Interagency Forum on Aging-Related (dalam Gallahue, Ozmun, dan Goodway, 2012,
hlm. 353) menyebutkan bahwa “peningkatan penduduk usia diatas 65 tahun akan meningkat
dimulai pada tahun 2010 sampai dengan 2050”.
Demensia memengaruhi beban ketergantungan lansia menjadi meningkat terhadap
penduduk usia produktif. Sedangkan penduduk usia produktif atau kelompok umur 0-14
tahun dan 15-49 tahun berdasarkan proyeksi tahun 2010-2035 akan mengalami penurunan
(Kementerian Kesehatan RI, 2013, hlm. 4). Demensia merupakan penyakit degenerative
karena proses penuaan, sehingga cukup sering dijumpai pada para lansia (Turana, 2014, hlm.
3). Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Lee, Hsiao, dan Wang (2013, hlm.1) bahwa “elderly
people complain of inpaired memory, in diagnostic definitions addressing mild cognitive
impairment (MCI), this is termed age-associated memory impairment or age associated
cognitive decline”. Artinya, lansia mengeluh akan penurunan daya ingat. Menurut diagnose
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dan daya ingat terhadap menurunnya
daya ingat atau kognitif seseorang. Dengan demikian, penuaan beserta penyakitnya tidak bisa
13
dihentikan namun dapat diperlambat. Upaya untuk memperlambat dan mencegah penyakit
degenerative ialah dengan melakukan aktivitas fisik, sebagaimana Turana (2014, hlm. 57)
menjelaskan bahwa “aktivitas fidik (olahraga) telah diindikasikan sebagai salah satu strategi
untuk mempromosikan kesehatan tubuh. Selain itu, aktivitas fisik juga berperan dalam
mempertahankan fungsi organ-organ tubuh serta mencegah munculnya penyakit degenerative
maupun infeksi”

H. TUGAS PERKEMBANGAN LANJUT USIA


Tugas perkembangan lansia merukapan tugas perkembangan akhir dilihat dari rentang
kehidupan. Orang tua (lansia) diharapkan untuk menyesuaikan diri dnegan menurunnya
kesehatan secara bertahap. Mereka diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengganti
tugas-tugas terdahulu yang menghabiskan sebagian besar waktu kala mereka masih muda.
Bagi beberapa ornag berusia lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang
menyangkut kegiatan sosial sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka
menurun setelah pension, mereka sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial. Disamping
itu, sebagian besar orang berusia lanjut, perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan
peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun ikatan dengan anggota dari kelompok usia
mereka untuk menghadiri kesepian dan menerima kematian dengan tentram. Mereka
diharapkan untuk mencari kegiatan untuk mengisi waktu tua mereka.
Tugas-tugas perkembangan lansia menurut Havighurst adalah :
1. Menyesuaikan diri dnegan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya income (penghasilan)
keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
5. Membentuk pengaturan kehidupan yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Menurut Robert Peck, tahap akhir dari perkembangan dari Erickson yaitu integritas versus
keputusasaan dapat digambarkan dengan tiga tugas perkembangan dan isu-isu yang dihadapi
mereka saat tua, yaitu :
1. Diferensiasi versus kesibukan dengan peran (Differentiation versus preoccupation)
Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu dewasa lanjut harus
mendefenisikan nilai diri dalam istilah yang berbeda dari peran-peran kerja. Peck
percaya individu dewasa lanjut perlu mengejar serangkaian aktivitas yang bernilai
14
sehingga dapat mengisi waktu yang sebelumnya diisi dengan pekerjaan dan mengasuh
anak.
2. Kekhawatiran pada tubuh versus kesibukan pada tubuh (Body Transcendence versus
Body preoccupation)
Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu dewasa lanjut harus
mengatasi penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan proses menua, individu dewasa
lanjut mungkin menderita penyakit kronis dan tentu saja penurunan kapasitas fisik.
Bagi pria dan wanita yang identitasnya berkisar disekitar kesehatan fisik, penurunan
kesehatan dan kerusakan kapasitas fisik akan menghadirkan beberapa ancaman bagi
identitas diri dan perasaan akan kepuasan hidup. Namun, beberapa individu lansia
menikmati hidup melalui hubungan-hubungan antar manusia yang member
kesempatan untuk keluar dari kesibukan dengan tubuhnya.
3. Melampaui ego versus kesibukan dengan ego (Ego Transcendence versus Ecgo
Preoccuption)
Merupakan tugas perkembangan dari Peck dimana individu lanjut usia harus
menyadari bahwa saat kematian tidak dapat dihindari dan mungkin waktunya tidak
terlalu lama, merasa tentram dengan dirinya dengan menyadari individu lansia telah
memberikan sumbangan untuk masa depan melalui pengesuhan yang kompeten
terhadap anak-anak atau melalui pekerjaan dan ide-ide yang dimiliki oleh lansia.

15
BAB III
PENUTUP

B. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari berbagai definisi lanjut usia, bahwa lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai umur > 55 tahun dan mengalami proses penuaan dimana saraf dan fungsi-
fungsi organ didalam tubuhnya pun ikut mengalami penuaan atau kemunduran fungsi, serta
mengalami kemunduran akan daya ingat.
Batasan usia lanjut usia menurut WHO yaitu Usia Pertengahan (Middle Age), adalah usia
antara 45-59 tahun, Usia Lanjut (Elderly), adalah usia antara 60-74 tahun, Usia Lanjut Tua
(Old), adalah usia antara 75-90 tahun, Usia Sangat Tua (Very Old), adalah usia 90 tahun
keatas.
Menurut Nugroho W (2000) tipe lansia dibagi menjadi, tipe arif bijaksana: yaitu tipe kaya
pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, ramah, rendah hati, menjadi
panutan, tipe mandiri: yaitu tipe bersifat selektif terhadap pekerjaan, mempunyai kegiatan,
tipe tidak Puas: yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan yang menyebabkan
hilangnya kecantikan, daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, jabatan, teman, tipe pasrah:
yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib baik., tipe bingung: yaitu lansia yang
kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, pasif, dan kaget. Teori –teori yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi di kelompokkan kedalam dua
kelompok besar, yaitu teori biologis dan psikososial.
Kesejahteraan individu lansia tergantung pada faktor fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian total meliputi evaluasi sistem tubuh utama, status social  dan mental, dan
kemampuan individu untuk berfungsi secara mandiri meskipun menderita penyakit kronis.

B. SARAN
1.     Mahasiswa Keperawatan mampu memahami tentang konsep dasar lanjut usia
2.     Mahasiswa Keperawatan dapat bekerja sama dengan perawat kesehatan komunitas dan
populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan lansia.
3.     Semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan mengenai
konsep dasar lanjut usia

16
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.


Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2006. Panduan Pengalaman Belajar Lapangan: Keperawatan
Keluarga, Keperawatan Gerontik, Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.
Tamher, S. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Salemba.
http://estube-komunitas2.blogspot.com/2013/09/makalah-komunitasii-konsep-dasar.html
diakses pada tanggal 24 Januari 2019, pukul 19,25 WIB
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-lanjut-usia-lansia.html diakses pada
tanggal 24 Januari 2019, pukul 19.50 WIB
http://celanacingkrang.blogspot.com/2014/04/konsep-dasar-lanjut-usia-lansia.html diakses
pada tanggal 25 Januari 2019, pukul 19.30 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai