Anda di halaman 1dari 1

Hidup Itu Selalu Bersyukur

Perasaan bosan itu selalu menghampiriku setiap kali sedang berkumpul dengan pengurus pemuda
desa yang lain. Seperti halnya hari ini, kami membahas tentang acara yang akan kami laksanakan
dalam 2 minggu ke depan.

Hari ini adalah jadwal kumpul untuk pemuda desa angkatan 25 dan sudah bisa dipastikan, kumpul
hari ini akan sangat membosankan. Dengan pembicaraan yang agak ngalor ngidul, para pengurus
yang asik sendiri dengan dunianya, ditambah suasana yang Membuatku membelai lembut pipiku,
membuatku merasa suntuk dan mengantuk.

Beginilah setiap kali kami berkumpul rutin untuk membahas sesuatu yang khusus untuk angkatan
kami saja. Menurutku kumpul pemuda selalu saja menjadi kegiatan yang paling membosankan dan
hanya membuang-buang waktu. Apalagi jika sudah saling membicarakan sesuatu yang bersifat
pribadi atau berubah menjadi tempat untuk ajang curhat.

Yah, beginilah aku. Selalu menjadi orang dengan kepribadian yang tertutup dimanapun aku berada.
Dari kecil hingga sekarang aku menginjak dewasa, kehidupan monotonku selalu saja terjadi.

Pernah sekali waktu aku membayangkan mempunyai sahabat sejati yang bisa mengerti tanpa harus
aku bercerita. Memahami meski lewat tatapan mata dalam kebisuan. Teman yang selalu ada di saat
aku membutuhkannya dan dia juga membutuhkanku, bukan untuk saling memanfaatkan. Tapi itu
semua hanya impian yang entah sampai kapan hanya menjadi angan-anganku saja.

Sejak kecil, aku memang dididik untuk tidak pernah bercerita tentang apapun kepada siapapun.
Apalagi menangis. Memang aku di ajarkan untuk menjadi orang yang mandiri dan kuat tanpa harus
mempunyai perasaan yang mendalam terhadap siapapun. Bahkan untuk menanam perasaan
rindupun tak boleh. Tapi aku juga manusia yang seorang makhluk sosial. Masih membutuhkan orang
lain. Dan aku sadar bahwa selama ini, hakku sudah dilanggar. Hak asasi manusiaku yang malang.

Sampai saat ini, aku merasa benar-benar tidak mempunyai teman dekat. Teman dekat menurutku
adalah teman yang selalu berbagi kenangan, berbagi cerita, bahkan berbagi hari-hari bersama.
Pernah ada seorang teman sesama satu desa yang berkata, aku menganggap kamu sahabat, kamu
juga kan? Katanya. Waktu itu aku terdiam membisu dan mengangguk pelan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen2 halaman
    Dokumen
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cerita
    Cerita
    Dokumen2 halaman
    Cerita
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Cerita Pendek
    Cerita Pendek
    Dokumen2 halaman
    Cerita Pendek
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Jurnal
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Mencipta Puisi
    Mencipta Puisi
    Dokumen6 halaman
    Mencipta Puisi
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Esai
    Esai
    Dokumen2 halaman
    Esai
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen5 halaman
    Dokumen
    Amalia
    Belum ada peringkat
  • Editor Buku Barok
    Editor Buku Barok
    Dokumen92 halaman
    Editor Buku Barok
    Amalia
    Belum ada peringkat