Anda di halaman 1dari 11

6.

1 Sumber Penemuan Masalah

Sumber penemuan masalah dalam penelitian akuntansi keprilakuan dapat ditelusuri dari berbagai
aspek. Secara umum, sumber penemuan masalah pada bidang ini dikelompokkan ke dalam dua faktor.

Jurnal merupakan salah satu tempat yang menjadi media publikasi tulisan-tulisan ilmiah dan hasil-hasil
penelitian. Hasil-hasil tulisan ilmiah maupun hasil-hasil penelitian dapat dijadikan rujukan awal untuk
memperkuat masalah penelitian yang kita rumuskan. Publikasi tersebut dapat berupa kajian tentang
akuntansi keuangan, sistem informasi akuntansi, akuntansi keprilakuan, audit, pasar modal,
penganggaran, etika, perpindahan karyawan, rasio keuangan, sector publik dan sebagainya.

Buku merupakan gudang ilmu dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti dalam
menemukan masalah penelitian. Buku biasanya dijadikan acuan/panduan bagi kalangan akademik dalam
menjalan proses pendidikan. Kandungan/isi yang terdalam didalamnya merupakan hasil dari kompilasi
tulisan-tulisan maupun hasil penelitian dari berbagai ahli di setiap bidang serta tidak kalah pentingnya
juga merupakan hasil pengalaman-pengalaman si pengarang selanjutnya diolah sedemikian rupa untuk
menghasilkan buku tersebut.
Skripsi merupakan hasil penelitian mahasiswa Strata -1 (S-1)

Tesis merupakan hasil penelitian mahasiswa Strata -2 (S-2)

Disertasi merupakan hasil penelitian mahasiswa Strata -3 (S-3)

6.2 Kesalahan Umum Dalam Penemuan Masalah


Ketika berada dalam proses penemuan masalah peneliti sering menemukan masalah atau
hambatan-hambatan. Kendal aini terkadang mengakibatkan stres. Jika ditelusuri lebih
terperinci, terdalam kesalahan yang dilakukan peneliti dalam menemukan masalah. Berikut
beberapa kesalahan umum yang dilakukan.

6.3 Memahami Teori


Suatu teori mengenai konsep-konsep, defenisi maupun proposisi disusun secara sistematik,
selanjutnya dijelaskan untuk memperbaiki fenomena. Teori bisa berbeda dengan hipotesis
karena kekeliruan. Perbedaan tersendiri yang membedakan teori dan hipotesis adalah satu
dari tingkatan yang kompleks, abstrak, dan melibatkan berbagai variabel. Sebaliknya
hipotesis cenderung lebih sederhana variabel proposisinya terbatas dan melibatkan contoh
yang konkrit. Peneliti harus mengetahui nilai-nilai teori.

Teori memberikan manfaat berikut dalam beberapa hal.


Ketika kita melakukan penelitian, kita mencari jawaban untuk mengetahui “apakah” yang
harusnya dipahami, dijelaskan, dan gejala yang diprediksi. Kita ingin menjawab pertanyaan
“bagaimana reaksi karyawan jika kita menerapkan skedul kerja yang baru?”. Pertanyaan
tersebut menghendaki penggunaan konsep, konstruksi, dan defenisi.

*Konsep

Jika seseorang memahami komunikasi informasi tentang objek dan peristiwa diperlukan
landasan umum untuk melakukannya. Landasan tersebut adalah konsep dan konstruksi
yang memliki kemiripan arti. Suatu konsep mengungkapkan abstraksi yang terbentuk oleh
generelalisasi dari hal-hal khusus. Konsep mempunyai karakteristik yang berhubungan
dengan kejadian-kejadian, objek, kondisi, situasi, dan perilaku. Klasifikasi dan kategori objek
ataupun kejadian mempunyai karakteristik umum diluar observasi tunggal yang
menciptakan konsep. Misalnya prestasi kerja merupakan konsep mengungkapan abstraksi
dari kemampuan karyawan, antara lain mempromosikan produk, menjual produk, mencari
pangsa pasar baru, memenuhi target, meningkatkan laba, atau menurunkan biaya. Prestasi
akademi merupakan abstraksi dari kemampuan belajar mahasiswa. Berbagai perilaku yang
teramati digolongkan menjadi satu dan diungkapkan dengan satu kata yaitu prestasi,
intelengensi, agresivitas, dan kejujuran merupakan konsep-konsep yang digunakan untuk
mengungkapkan keragaman prilaku manusia.

*Konstruksi

Suatu kontruksi adalah konsep dengan pengertian tambahan. Konstruksi diciptakan untuk
digunakan dengan kesenjangan dan kesadaran penuh untuk maksud ilmiah yang lebih
khusus. Konstruksi dalam penelitian tidak hanya diartikan lebih abstrak, tetapi juga
menyangkut persepsi orang. Misalnya istilah intelengensi dapat dikatakan sebuah konsep
yang menerangkan suatu abstraksi dari observasi tentang ihwal yang dianggap atau diduga
sebagai perilaku cerdas atau tidak cerdas. Akan tetapi sebagai suatu konstruksi ilmiah arti
intelegen lebih dan kurang dari arti intelegensi sebagai konsep. Sebagaimana digunakan
dalam penelitian sosial, konstruksi merupakan suatu gambaran atas ide khusus yang
diciptakan untuk tujuan penelitian membangun teori berdasarkan konsep-konsep
sederhana, khususnya Ketika ide atau gambaran yang kita maksud untuk diberitahukan
bukan merupakan subjek langsung untuk diobservasi. Konstruksi sengaja digunakan secara
sistematik untuk penelitian ilmiah melalui dua acara :

1.       Mengoperasionalisasikan konstruksi kedalam konsep-konsep yang dapat diamati dan


diukur menjadi variabel penelitian.
2.       Menghubungan konstruksi yang satu dengan yang lain menjadi konstruksi teori.

6.4 Variabel Penelitian


V a r i a b e l merupakan suatu sifat yeng memiliki berbagai macam nilai. Kalau di
ekspresikan secara berlebihan, variabel adalah suatu yang bervariasi. Variabel dapat
diekspresikan dalam bentuk simbol/lambang (umumnya digunakan simbol x dan y) yang
padanya dilekatkan bilangan atau nilai. Akan tetapi, suatu variabel biasanya hanya memiliki
dua nilai. Apabila konstruksi yang sedang kita kaji adalah gender maka nilainya dilekatkan
pada x adalah 1 dan 0, dimana nilai 1 untuk salah satu jenis kelamin, sementara nilai 0
adalah untuk jenis kelamin lainnya. Nilai variabel tergantung pada konstruksi yang
mewakilinya.

 Variabel Independent dan Variabel Dependen

 Cara paling bermanfaat dalam menggolongkan variabel adalah membedakan


menjadi variabel independen dan dependen. Variabel independen disebut juga
variabel bebas yang merupakan jenis variabel yang dipandang sebagai penyebab
munculnya variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya. Oleh karena itu
variabel dependen atau variabel terikat dapat dikatakan variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi variabel independen.

 Variabel Moderasi

 Dalam setiap hubungan, setidaknya terdapat satu variabel dependen dan satu
variabel independen. Variabel tersebut biasanya diungkapkan dengan berbagai cara
yang menyebabkan variabel dependen terjadi. Untuk hubungan yang sederhana,
seluruh variabel lain dipertimbangkan dari faktor luar dan tidak diketahui. Dalam
penelitian, hubungan sederhana membutuhkan syarat untuk memperbaiki penyebab
dari variabel-variabel lain. Satu jenis variabel sering kali digunakan terhadap variabel
penjelas. Dalam hal ini variabel tersebut dikatakan sebagai variabel moderasi yaitu
variabel independen kedua yang dipercaya mempunyai konstribusi yang signifikan
atau mempunyai pengaruh ketidakpastian terhadap keaslian hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen.

 Variabel Intervensi

 Variabel intervensi (intervening variable) merupakan suatu mekanisme konseptual


dimana mekanisme konseptual dimana variabel independen dan variabel moderasi
mempengaruhi variabel dependen. Variabel intervensi diartikan sebagai faktor yang
teoritis memengaruhi fenomena yang diobservasi, tetapi tidak bisa dilihat, diukur
atau dimanipulasi. Variabel tersebut terletak diantara variabel independen dan
variabel dependen.

6.5 Penggunaan Proposisi dan Hipotesis


Pada kebanyakan tinjauan terhadap literatur penelitian, para ahli tidak sependapat
mengenai penyamaan penggunaan istilah proposisi dan hipotesis karena keduanya
digunakan dengan pendekatan yang berbeda.
Ketika merumuskan sebuah hipotesis peneliti harus mempertimbangkan beberapa kriteria :

6.6 Sumber dan Metode Pengumpulan Data


Data diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan. Proses pengumpulan data tidak dapat terlepas dari alat-alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data tersebut. Dalam hubungan ini terdapat banyak ragam alat
pengumpulan data.

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan terstandarisasi untuk


memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data
dan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan memengaruhi
metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa terpecahkan
karena metode yang digunakan untuk memperoleh data tidak mungkin diterapkan, atau
karena metode yang tidak dapat menghasilkan data seperti yang diinginkan.

Adapun metode pengumpulan data penelitian yang dibahas dibagi menjadi data primer
dan data sekunder.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yang akan dibahas
di bawah ini.

1. pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan


pengamatan langsung kepada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan. Dimana kegiatan ini dilakukan dengan mencatat informasi yang dilihat, selain
melihat juga bisa mendengarkan dan merasakan yang kemudian dicatat seobyektif
mungkin. Dalam pengamatan atau observasi ini terdapat peranan yang ada dalam
pengamatan atau observasi, yang didasarkan pada hubungan partisipatifnya dengan
kelompok yang diamatinya, yaitu:

a. partisipan penuh. Artinya, menyamakan diri dengan orang yang diteliti.


b. Partisipan sebagai pengamat. Artinya, pada masing-masing pengamat dan yang diamati
menyadari peranannya.
c. Penngamatan sebagai partisipan. Artinya, peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang
dibutuhkan dalam penelitiannya.
d. Pengamat sempurna (complete observer). Artinya, peneliti hanya menjadi pengamat
tanpa partisipasi dengan yang diamati.

Terdapat proses yang dilakukan dalam pengamatan ini, antara lain:

2. Survei

Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta
tanggapan dari responden tentang sampel. Cirri-ciri dari metode ini antara lain:

a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya probabilistic sampling.


b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden.
c. Penggunaan survei melibatkan banyak responden, dan mencakup area yang lebih luas
dibandingkan dengan metode lainnya.
d. Survei dilaksanakan dalam situasi alamiah.

Pada dasarnya survei terdiri atas wawancara dan kuesioner. Keuntungan wawancara terletak
pada fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden.

6.7 Validitas dan Keandalan


Validitas berhubungan dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi
sebenarnya yang diukur.

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang
digunakan dalam suatu hal, mengukur apa yang diukur. Dikatakan pula bahwa uji validitas
digunakan untuk mengukur sah  atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mengungkapkan apa yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut.

Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi
ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang  tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dilakukannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.

Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut antara
lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau validitas isi, secara konstruk,
atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara kriteria, atau dikenal dengan validitas
kriteria. Berikut penjelasan selengkapnya;

 Validitas Konten

Validitas konten atau validitas isi fokus memberikan bukti pada elemen-elemen yang ada
pada alat ukur dan diproses dengan analisis rasional. Validitas konten dinilai oleh ahli. Saat
alat ukur diuraikan dengan detail maka penilaian akan semakin mudah dilakukan. Beberapa
contoh elemen yang dinilai dalam validitas konten adalah sebagai berikut;

1.      Definisi operasional variabel 


2.      Representasi soal sesuai variabel yang akan diteliti
3.      Jumlah soal
4.      Format jawaban
5.      Skala pada instrumen
6.      Penskoran
7.      Petunjuk pengisian instrumen
8.      Waktu pengerjaan
9.      Populasi sampel
10.  Tata bahasa
11.  Tata letak penulisan (format penulisan)

 Setelah melakukan uji validitas konten kepada ahli, kemudian instrumen direvisi sesuai
saran/masukan dari ahli. Instrumen dinyatakan valid secara konten tergantung dari ahli. Ahli
bebas memberikan penilaian apakah instrumen ini valid atau tidak.
Indikator bahwa suatu instrumen telah valid adalah ahli sudah menerima instrumen, baik
secara isi maupun formatnya, tanpa ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih
meminta ada perbaikan, maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar
menerima instrumen tanpa perbaikan lagi.

  Validitas Konstruk

Validitas konstruk fokus pada sejauh mana alat ukur menunjukkan hasil pengukuran yang
sesuai dengan definisinya. Definisi variabel harus jelas agar penilaian validitas konstruk
mudah. Definisi tersebut diturunkan dari teori.
Jika definisi telah berlandaskan teori yang tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal
telah sesuai, maka instrumen dinyatakan valid secara validitas konstruk 

 Validitas Kriteria

Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah dikembangkan dengan
instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa yang akan dinilai oleh instrumen yang
telah dikembangkan. Instrumen lain ini disebut sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas
kriteria:

1.  Validitas Kriteria Prediktif, dan


2. Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent).

Perbedaan kedua cara uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian instrumen
dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan pada waktu yang
berbeda, maka disebut dengan validitas kriteria prediktif, sedangkan jika pengujian
instrumen dengan kriterianya dilakukan pada waktu yang bersamaan maka disebut dengan
validitas kriteria bersamaan (concurrent). Hasil dari uji instrumen dan kriterianya kemudian
dihubungkan dengan uji korelasi.

Anda mungkin juga menyukai