Anda di halaman 1dari 32

MMOODDUU

LL

KONSEP
AKSEUBHIDAAN NA
N KEBIDANAN
PEREMPUAN DAN
ANAK DALAM
KONDISI RENTAN

DOSEN PENGAMPU: Fitriyani


Pulungan,SST,M.Kes

Vaginal birth after caesar


Persiapan persalinan dan
kelahiran pada kebutuhan
khusus POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


MEDAN
OlehOKLeEloHm:pok
12
Eflin tresia manik P07524419100
Tim
K P07524419104 TA. 2021/202
epo n s
Lesrtari

Wa ri dh atul ashla P07524419117


keb id a n a n
K E L A S :DIV-3C
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat, ridho dan hidayah dari Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan modul kami ini yang
berjudul “Vaginal birth after caesar,persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan khusus”
Tak lupa sholawat beriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang
telah membawa kita semua ke zaman yang terang benderang seperti sekarang. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyelesaian modul ini. Terutama kepada dosen pembimbing kami Ibu Fitriyani Pulungan
,SST,M.Kes. Kami menyadari betul bahwa memang modul ini belum sempurna seutuhnya.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat dimanfaatkan.

Medan, 29 januari 2022

Penulis

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI...........................................................................................................................2

PENDAHULUAN 3

RELEVANSI 3

TUJUAN 4

PETUNJUK BELAJAR 5

Uraian Materi 5

Rangkuman 26

Soal Formatif 28

Daftar Pustaka 31

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

Modul ini berjudul Vaginal birth after caesar,persiapan persalinan dan kelahiran
pada kebutuhan khusus bahan kajian dari mata kuliah Asuhan kebidanan perempuan dan
anak dalam kondisi rentan

RELAVASI

Materi dalam modul ini berkaitan dengan mata kuliah Asuhan Kebidanan perempuan dan anak
dalam kondisi rentan

Tujuan umum

Mahasiswa mampu menguraikan Vaginal birth after caesar,persiapan persalinan dan kelahiran
pada kebutuhan khusus

Tujuan khusus

3
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

PETUNJUK BELAJAR

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar membaca do’a
terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar mendapat keberkatan ilmu.

1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara global. Tujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi uraian ini,
baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat bertujuan untuk
mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok bahasan
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip dan konsep
essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting. Kemudian anda cari hubungan
antara konsep tersebut,sehingga anda memiliki konsep
4. Bila anda merasa belum yakin dalam membaca uraian pada kegiatan belajar ini,ulangi
lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan pada
kegiatan belajar ini,caranya adlah sebagiai berikut ini :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa-apa saja yang diketahui
dalam soal ini
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut
d. Buat kerangka rencana penyelesaian soal tersebut dengan menuliskan konsep
yang diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal

4
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI RENTAN

2.1.1 Vaginal Birth After Caesar (VBAC)


1. Pengertian VBAC
(Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan pervaginam
setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC telah diperkenalkan dan dilakukan
untuk menjadi pilihan bagi wanita dengan riwayat persalinan SC ( Sectio Cesarean)
sejak tahun 1980. (NIH Development Program, 2010)

2. Kandidat VBAC
Kandidat baik yang dapat diterima sebagai pasien oleh pelayanan kesehatan
bagi ibu dengan riwayat SC yang ingin melahirkan normal adalah ibu yang
memiliki keseimbangan risiko (risiko rendah) dan kesempatan sukses (sukses
tinggi).
Keseimbangan risiko dan manfaat yang layak akan berbeda antara ibu yang
satu dengan ibu yang lain. Karena keputusan persalinan diambil selama kehamilan
pertama setelah persalinan SC yang akan mempengaruhi rencana kehamilan yang
akan datang (ACOG, 2010).
Berikut adalah pertimbangan kandidat VBAC menurut Ness (2012):
a. Potensial VBAC
a) Kehamilan tunggal
b) Pelvis adekuat
c) Riwayat 1 kali SC segmen bawah rahim
d) Tidak ada parut uteri lain atau riwayat ruptur sebelumnya

5
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

b. Kontraindikasi absolut VBAC


a) Adanya riwayat luka uteri karena insisi klasik T
b) Adanya riwayat histerektomi atau miomektomi kavum uteri
c) Adanya riwayat ruptur uteri
d) Adanya kontraindikasi persalinan seperti plasenta previa, malpresentasi
atau panggul sempit absolut
e) Wanita menolak VBAC dan meminta untuk SC elektif
f) Ketidakmampuan untuk melakukan SC emergensi

c. Kontraindikasi relatif
a) Parut uteri multipel, seperti riwayat SC 2 kali
b) Faktor lain yang berhubungan dengan risiko ruptur uteri > 1% .

d. Bukti klinis yang kurang memadai


a) Hamil kembar
b) Parut luka yang tidak diketahui

3. Angka Keberhasilan VBAC


Angka keberhasilan VBAC bervariasi, menurut American Congress of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG) keberhasilan VBAC sekitar 60–80%.
Sedangkan Society of Obstetricians and 14 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Gynaecologists of Canada (SOGC) menyatakan bahwa keberhasilan VBAC
bervariari antara 50-85%. Perbedaan ini tentunya disebabkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, apakah klien tersebut memiliki faktor risiko tinggi yang lebih
banyak ataupun lebih rendah.

4. Keuntungan VBAC
Menurut Queensland Clinical Guideline (2015), berikut adalah keuntungan
VBAC:
a. Masa perawatan di RS yg lebih pendek

6
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

b. Rendahnya tingkat kejadian trombosis vena


c. Meningkatkan bonding ibu dan anak, yang mengakibatkan kesejahteraan bayi
jangka panjang
d. Rendahnya morbiditas maternal
e. Bayi dengan mikrobiota tubuh akan memiliki proteksi besar akan penyakit
alergi.

5. Rekomendasi VBAC
Berbagai panduan VBAC yang merekomendasikan baik itu ACOG, SCOG,
maupun Royal College of Obstetricians and Gynaecologist memiliki rekomendasi
yang tidak jauh berbeda, yaitu konseling oleh tenaga kesehatan (bidan maupun
dokter) kepada wanita dengan riwayat SC (terutama SC low segment) mengenai
VBAC (tingkat keberhasilan, faktor risiko, kontraindikasi, keuntungan serta
kerugiannya), tersedianya fasilitas yang mampu mengakomodasi jalannya VBAC,
bahkan mampu melakukan SC emergensi secara efektif dan efisien (Cunningham,
2015).

6. Faktor- Faktor Yang Berpengaruh Dengan VBAC


a. Faktor Medis atau Obstetri Ibu
1) Faktor Medis
(a) Umur
Menurut Ariffin (2010), umur ibu yang aman untuk melahirkan
adalah sekitar 20 tahun sampai 35 tahun. Usia melahirkan dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun digolongkan resiko tinggi. Dalam studi
prospective controlled study pada tahun 2013, sebanyak 77% ibu yang
berhasil melakukan VBAC berusia 20-35 tahun (Zaiton, 2013).
Pada umur ibu yang meningkat diatas 35 tahun keberhasilan dari
VBAC menurun signifikan (Haresh, 2010).
(b) Indeks Massa Tubuh (IMT)

7
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

Maternal Ibu hamil yang memiliki IMT tinggi, sehingga dikatakan


obesitas menurunkan keberhasilan VBAC. Dimana pada ibu hamil
dengan IMT normal memiliki keberhasilan 85%, IMT 30-40 memiliki
keberhasilan 70%, sedangkan IMT > 40 memiliki keberhasilan 61%
(Cunningham, 2014).
Penatalaksanaan SC cenderung dilakukan pada ibu dengan obesitas
karena dapat menurunkan morbiditas infeksi sebanyak 50% (Ness,
2012).
(c) Tinggi Badan
Tinggi badan ibu < 145 cm merupakan satu risiko dalam
kehamilan sehingga memerlukan rujukan atau kerjasama dalam
penanganan persalinannya. Hal ini disebabkan karena dapat
meningkatkan kejadian DKP, sehingga nantinya sulit untuk dilakukan
partus pervaginam (Wiknjosastro, 2005).
(d) Penyakit Kronik ataupun Infeksi
Adanya penyakit kronik maupun infeksi seperti diabetes,
hipertensi, TBC, jantung, ginjal, HIV, dll pada ibu hamil menunjukkan
peningkatan risiko dalam kehamilan dan persalinan (Kemenkes, 2013).
Menurut Regan (2015), ibu dengan riwayat SC yang memiliki
risiko tinggi dalam kehamilan sesungguhnya tidak mungkin untuk
dilakukan VBAC, namun ternyata hasil studinya memiliki angka
keberhasilan VBAC yang tinggi sekitar 68%.
(e) Pemeriksaan Antenatal
Keputusan dalam melakukan VBAC adalah pilihan dari ibu hamil
dengan riwayat SC setelah mendapatkan konseling dan pemeriksaan
antenatal yang adekuat dari tenaga kesehatan (Ness, 2011).
Keberhasilan VBAC terjadi lebih sering pada ibu yang melakukan
pemeriksaan antenatal secara rutin, dimana kondisi kehamilan ibu lebih
terpantau serta menambah keyakinan ibu untuk dapat melakukan
VBAC (Obeidat, 2013).

8
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

2) Riwayat Obstetri Yang Lalu


(a) Indikasi Riwayat SC Lalu
Perbedaan indikasi persalinan SC yang lalu tentunya akan
mempengaruhi persalinan berikutnya. Bila indikasi SC lalu adalah
karena presentasi bokong, maka ibu tersebut memiliki kemungkinan
hampir 90% untuk bisa lahir normal. Sedangkan untuk indikasi fetal
distress , keberhasilannya sekitar 80%. Namun bila karena indikasi SC
lalu adalah disporposi kepala panggul (DKP), maka akan menjadi
kontraindikasi VBAC.
Angka keberhasilan itu terjadi bila indikasi riwayat SC lalu tidak
terjadi kembali pada kehamilan saat ini (Cunningham, 2014).

(b) Teknik Operasi Sebelumnya


Teknik operasi berkaitan dengan jenis insisi, dimana wanita dengan
jenis insisi klasik (insisi vertikal hingga ke fundus) ataupun insisi “T”
menjadi kontraindikasi VBAC. Hal ini disebabkan pada beberapa
wanita dengan insisi tersebut, luka insisi biasanya akan ruptur sebelum
onset persalinan, bahkan dapat terjadi beberapa minggu sebelum umur
kehamilan aterm. Sehingga teknik operasi segmen bawah rahim yang
lebih direkomendasikan untuk dilakukan VBAC (Cunningham, 2014).
(c) Jumlah Riwayat SC Sebelumnya
Dalam studi terkini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah
SC yang lalu, maka semakin rendah kesempatan untuk melahirkan
pervaginam. Kesempatan itu menurun 10- 15% perSC, sedangkan
keberhasilan VBAC pada single riwayat SC sebesar 75-77% (Ness,
2012).
Hal ini disebabkan, pada wanita dengan 2 atau lebih riwayat SC
akan meningkatkan morbiditas maternal, seperti ruptur uteri
(Cunningham, 2014).
(d) Riwayat Persalinan Pervaginam

9
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

Adanya riwayat persalinan pervaginam menjadi indikator positif


dalam VBAC. Kesempatan untuk VBAC berhasil meningkat seiring
dengan jumlah persalinan pervaginam sebelumnya (Brill, 2003).
Riwayat persalinan pervaginam juga menurunkan secara signifikan
kejadian ruptur uteri, yaitu sebanyak 1,1% dibandingkan dengan ibu
tanpa riwayat persalinan pervaginam (Ness, 2012).
3) Faktor Obstetri Saat Ini
(a) Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik
yang hidup maupun mati. Menurut Wiknjosastro (2005), paritas
digolongkan menjadi 3 bagian yaitu;
(1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1
(2) Golongan multipara adalah ibu dengan paritas 2-4
(3) Golongan grande multipara yaitu paritas lebih dari 4
Ibu yang multipara justru lebih banyak mengalami keberhasilan
VBAC, dan sebagian ibu yang grande multipara juga mengalami
VBAC. Ibu dengan persalinan pertama biasanya mempunyai resiko
tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian resiko ini menurun pada paritas
kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan
seterusnya (Obeidat, 2013).
Menurut Wiknjosastro (2005), paritas yang paling aman adalah
paritas 2-3. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kematangan
dan penurunan fungsi organ-organ persalinan.
(b) Interval Persalinan
Interval persalinan pada ibu riwayat SC berhubungan dengan
kejadian ruptur uteri. Dari studi MRI (Magnetic Resonance Imaging),
diketahui proses penyembuhan miometrial membutuhkan waktu paling
cepat 6 bulan.

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

Interval persalinan yang kurang dari 18 bulan akan meningkatkan


1/3 risiko ruptur uteri dibandingkan yang lebih dari 18 bulan
(Cunningham, 2014).
Namun menurut Rochyati (2005), jarak persalinan < 2 tahun
merupakan faktor risiko tinggi kehamilan. Kesehatan fisik dan rahim
ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih
menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian
orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain:
1) Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah
2) Bayi prematur/ lahir belum cukup bulan
3) Bayi dengan berat badan lahir rendah
(c) Besar Berat Bayi
Lahir Faktor yang paling konsisten dari bayi baru lahir (BBL) yang
berhubungan dengan peningkatan keberhasilan VBAC adalah berat
badan bayi lahir ≤4000 gram. Dimana tingkat keberhasilannya dapat
turun dibawah 50% pada berat badan bayi lahir > 4000 gram (Ness,
2012).
Diketahui pula bahwa berat bayi yang besar adalah faktor utama
penyebab disproporsi kepala panggul (DKP) yang dapat mengakibatkan
penurunan keberhasilan bahkan menjadi kontraindikasi VBAC (Ji,
2009).
Selain itu, menurut Cunningham (2014), bayi yang lahir besar juga
dapat meningkatkan risiko ruptur uteri.

(d) Keadaan Serviks


Pada Saat Partus Semua penelitian faktor serviks menunjukkan
bahwa faktor serviks yang baik (favorable) secara signifikan
berhubungan dengan keberhasilan partus percobaan. Terdapat
hubungan yang positif antara pendataran serviks dan kemungkinan
VBAC. Pendataran serviks yang lebih dari 25% berhubungan secara

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

signifikan dengan kemungkinan yang lebih besar untuk persalinan


vaginal (Ataillah, 2006).
(e) Umur Kehamilan
Ibu bersalin pretem dengan riwayat SC akan meningkatkan
keberhasilan VBAC lebih sedikit dibandingkan dengan ibu bersalin saat
aterm. Hal ini disebabkan karena berat janin yang lebih kecil.
Sedangkan pada umur kehamilan > 40 minggu akan menurunkan
keberhasilan VBAC terutama bila dilakukan induksi persalinan karena
akan meningkatkan risiko ruptur uteri. Namun jika VBAC masih
diharapkan setelah umur kehamilan 40 minggu, maka menunggu
tandatanda persalinan menjadi lebih baik dibandingkan induksi sebelum
40 minggu (Ness, 2012).
Menurut Kemenkes RI (2013), keputusan cara persalinan pada
pasien dengan riwayat parut uterus disetujui oleh pasien dan dokternya
sebelum waktu persalinan yang diperkirakan/ditentukan (ideal pada usia
kehamilan 36 minggu).
(f) Induksi atau Augmentasi
Persalinan Induksi persalinan diperbolehkan dalam VBAC, namun
ibu yang mendapat induksi dengan oksitosin atau augmentasi memiliki
tingkat keberhasilan VBAC yang lebih rendah (sekitar 10%)
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan secara spontan (Ness, 2012).
Akan tetapi tidak semua jenis induksi diperbolehkan, seperti
misoprostol yang menjadi kontraindikasi diberikan dalam VBAC
(Cunningham, 2014).

b. Faktor Sosial
1) Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi tingkat pengetahuan invidu. Semakin
tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Menurut Ness (2011), pendidikan yang kurang

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

dari 12 tahun berhubungan dengan tingkat keberhasilan VBAC yang


rendah.
2) Pekerjaan
Jenis pekerjaan tertentu akan mempengaruhi lingkungan kerja,
interaksi sosial, serta ekonomi seseorang yang tergantung pada
keterpaparan seseorang tersebut dari risiko jenis pekerjaannya.
(Notoatmojo, 2007). Sebanyak 53,6% ibu bekerja berhasil melakukan
VBAC dibandingkan dengan ibu rumah tangga (Zaiton, 2013).
3) Status Ekonomi
Sosial ekonomi juga memiliki peranan penting dalam
meningkatkan status kesehatan masyarakat karena dengan status
ekonomi yang tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan
pencegahan penyakit meningkat dibandingkan dengan status ekonomi
lemah (Zacler cit Notoatmodjo, 2007).

4) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain/ranah yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour)
(Notoatmodjo, 2007).

c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah tempat tinggal dan
sanitasi, dimana jarak tempat tinggal membatasi kemampuan dan kemauan
wanita untuk mencari pelayanan kesehatan, terutama jika sarana
transportasi yang tersedia terbatas, komunikasi sulit, dan di daerah tersebut
tidak terdapat rumah sakit. Meskipun wanita mungkin dapat mengatasi
kendala pada saat yang gawat, keadaan kegawatan itu sendiri menambah
kesulitan-kesulitan yang ada, sehingga mengakibatkan kemampuan itu
menjadi berkurang (Kusumawati, 2006).

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

d. Faktor Lain
Faktor lain yang dimaksud adalah penolong persalinan ataupun
health provider, dimana jenis persalinan bergantung pada kelengkapan
sarana prasarana, serta keilmuan adekuat untuk merespon
kegawatdaruratan obstetri dari penolong persalinan (Ness, 2012).
Faktor legal juga dapat berpengaruh dengan VBAC, dimana praktik
VBAC adalah penyebab penting gugatan obstetrik bagi provider pelayanan
terutama bila terjadi outcome yang tidak sesuai harapan (Guise et. al.,
2010)

7. Persalinan Pervaginam pada Parut uterus (Vaginal Birth After Cesarean/


VBAC atau Trial Of Labor After Cesarean/TOLAC
Dengan berkembang nya Teknik Pertolongan persalinan, tindakan
persalinan pervaginam pada parut uterus meningkat. Dahulu di takutkan
terjadinya ruptur uteri. Di Amerika serikat angka kejadian VBAc meningkat dari
18,9% menjadi STIKes Elisabeth Medan 32 28,3% dalam kurun Waktu 90-an.
Gambaran ini memperlihatkan bahwa penanganan persalinan pervaginam lebih di
utamakan pada saat ini.
8. Prosedur Persalinan Pervaginam dengan Parut Uterus (Menurut
ALARM Internasional )
1. Hal-hal yang perlu di perhatikan:
a. Identifikasi Pasien Apakah memenuhi syarat untuk di lakukan
pertolongan pervaginam.
b. Jelaskan dengan cermat mengenai rencana pertolongan persalinan
dengan di akhiri penandatanganan persetujuan pasien /keluarga
(informed consent) .
c. Persiapkan pemantauan Ibu dan janin dalam persalinan secara
terusmenerus termasuk pencatatan denyut jantung tiap 30 menit.
d. Persiapkan sarana operasi segera untuk menghadapi kegagalan
VBAC/TOLAc
2. Pemilihan Pasien

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

a. Kenali Jenis operasi terdahulu


b. Bila mungkin mengenal kondisi operasi terdahulu dari laporan
operasinya (kesulitan atau komplikasi nya)
c. Di anjurkan VBAC di lakukan hanya pada uterus dengan luka sayatan
transversal segmen bawah rahim.
3. Kontraindikasi VBAC:
a. Kontraindikasi di lakukan persalinan pervaginam secara umum
b. Luka parut uterus jenis klasik
c. Jenis luka T terbalik atau jenis parut yang tidak di ketahui
d. Luka parut pada otot rahim di luar segmen bawah rahim
e. Bekas uterus ruptur
f. Kontraindikasi relatif, misalnya panggul sempit relatif
g. Dua atau lebih luka parut transversal di segmen bawah rahim
h. Kehamilan ganda Pertolongan persalinan di lakukan sesuai dengan
standar prosedur tetap yang di buat sesuai dengan kondisi sarana
pelayanan persalinan setempat. Pada persalinan pervaginam dengan
parut uterus perlu mendapat perhatian :
a) Observasi proses persalinan dengan baik termasuk kondisi ibu dan
kesejahteraan janin.
b) Bila perlu berikan Analgesi.
c) Ingat kemungkinan terjadi uterus ruptur.

9. Pengertian Lotus Birth


Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung
dilakukan pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan
placenta hingga puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi
sekitar 3-10 hari pasca persalinan. Lotus birth meskipun tidak dianjurkan secara
medis karena belum ada bukti ilmiahnya, namun menjadi tren diantara ibu-ibu
yang ingin melahirkan terutama home birth.

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

Bukti ilmiah memang belum ditemukan informasinya, namun dapat


ditemukan dalam penuturan para ibu yang telah melahirkan dan di publis secara
online dapat juga dalam berbagai buku yang telah ditulis oleh mereka yang telah
berpengalaman sebagai praktisi kesehatan maupun di tulis oleh ibu bersalin itu
sendiri.
Implikasi dari Lotus Birth sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi
misteri kuno, dikembangkan di tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina,
dan Mesir. Melalui disiplin kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah
mengembangkan pemahaman tentang totalitas manusia yang masih absen dari
ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka mengartikulasikan dimensi di mana
manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana ketidakharmonisan atau trauma
dalam satu efek yang lain.

10. Sejarah Lotus Birth


Lotus Birth pertama kali dirintis di Negara Amerika Serikat. Meskipun
demikian, praktik ini sebenarnya sudah ada dalam budaya Bali, Aborigin
Australia.
Sumber lain mengatakan bahwa praktik ini dimulai dengan Claire Day
yang sadar akan karya Jane Goodall seorang primatology mengamati proses
persalinan simpanse. Dia mencatat bahwa simpanse istirahat dan bergerak naik
turun di pohon-pohon dengan bayi mereka beserta plasenta yang tetap melekat
pada bayi hingga puput secara alami. Claire menyadari ini adalah sikap makluk
sosial, hewan yang cinta damai dan tetap terhubung bersama-sama. Dia juga
membaca banyak tulisan yang menunjukkan bahwa banyak orang suci, seperti
kisah Buddha dan Kristus tidak diceritakan memotong tali pusat mereka saat
dilahirkan. Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis
bagi bayi, dan bahwa kita sebagai manusia akan menghabiskan terlalu banyak
tahun mencoba untuk pulih dari ini.
Dr. Sarah Buckley, ibu dari 3 anak dengan metode persalinan Lotus Birth
mengatakan bahwa ketika tali pusat dipotong, akan menyebabkan stress pada bayi

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

sehingga bayi menjadi trauma. Meskipun tali pusat pada dasarnya adalah bukan
organ yang hidup, namun sebenarnya masih terjadi komunikasi dengan bayi.
Informasi mengenai Lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha,
Hindu, Kristen serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran
teratai" digunakan untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha
Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk ke
dunia sebagai satu kesatuan yang utuh, anak-anak kudus. Kelahiran teratai juga
ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Di Indonesia dr. I. Nyoman Hariyasa Sanjaya dalam seminar tentang Lotus
Birth di Malang mengatakan bahwa “kalau pohon saja, dengan sendirinya
menggugurkan daunnya mengapa kita memaksanya dengan cara memetik
daunnya? Nah begitulah sama halnya dengan Plasenta. Kalau tali pusat saja, bisa
terlepas dengan sendirinya…mengapa kita harus mengklem/ memotongnya…”
Praktik persalinan dengan Lotus birth telah dipraktikan oleh beberapa praktisi
khususnya bidan di tanah air diantaranya ibu Robin Lim di Bali, namun dari
informasi yang penulis dapatkan, preferensi untuk persalinan dengan metode
Lotus Birth masih sangat jarang sekitar 2-3 persalinan setiap bulannya.

11. Penghormatan Terhadap Plasenta di Berbagai Budaya


Praktik untuk tetap mempertahankan placenta agar tetap berada dekat bayi
dilakukan karena alasan kepercayaan dan keyakinan dari berbagai kepercayaan
dan kebudayaan. Budaya yang sebenarnya sudah mempraktikan Lotus Birth
sebelum booming di Amerika antara lain : India, Cina, Mesir, Indonesia (Bali) dan
suku Aborigin di Australia dan beberapa Negara lainnya Keyakinan yang
mendasari penghormatan terhadap placenta adalah:
a. Hawai : Plasenta adalah bagian dari bayi yang harus ditanam di dekat pohon
yang bertumbuh seiring dengan pertumbuhan bayi
b. Suku Navajo Indian Barat Daya menguburkan plasenta bayi di keempat sudut
kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur
dan masyarakat.

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

c. Suku Maori di Selandia Baru menguburkan plasenta di tanah yang masih


belum tercemar.
d. Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta
memiliki spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus
memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada
tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan
secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau
bahkan bisa mati.
e. Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan placenta sebagai kembaran
dari bayi yang hidup, sementara placenta tersebut adalah kembaran sudah
meninggal terlebih dahulu.
f. Nepal : Plasenta adalah teman bayi sehingga harus selalu dekat dengan bayi
sampai terlepas dengan sendirinya, tandanya bayi sudah siap.
g. Malaysia : Plasenta sebagai saudara tua/sibling bayi sehingga perlu dihormati.
h. Di Filipina placenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya.
Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang
pintar.
i. Di Vietnam dan China placenta disiapkan untuk di konsumsi oleh ibu yang
habis melahirkan. Masyarakat China dan Vietnam meyakini bahwa ibu yang
baru melahirkan seharusnya merebus sendiri placenta bayinya, kemudian
dijadikan kaldu dan meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.
j. Perlakuan Masyarakat Bali (Beragama Hindu) Terhadap Plasenta
a) Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah dibelah,
sebagai lambang dunia dan isinya.
b) Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan
rempah-rempah, dan diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.
c) Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan
sebelah kanan untuk laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
d) Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta
tersebut diberikan susu juga.
k. Perlakuan masyarakat Jawa Terhadap Ari-ari

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

a) Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.


b) Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi
tersebut pintar.
c) Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.
d) Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari,
dan di belakang rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
e) Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan
dianggap suka merantau.
l. Perlakuan Masyarakat Nusa Tenggara Timur Terhadap Plasenta
a) Di taruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.
b) Ada juga dengan mencuci plasenta hingga bersih
c) Selanjutnya di tanam di sertai doa benda lain sesuai dengan harapan orang
tua seperti alat tulis supaya pintar, alat jahit bagi bayi perempuan supaya
terampil dan lain sebagainya.

12. Langkah-langkah Dalam Proses Lotus Birth Prosedur pertolongan


persalinan dengan metode Lotus Birth adalah sebagai berikut:
a. Ketika bayi lahir , biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat melingkari leher
bayi, cukup di keluarkan melalui kepala.
b. Tunggu kelahiran placenta secara alamiah. Jangan gunakan oksitosin kaerena
oksitosin akan memaksa darah terlalu banyak terlalu cepat ke bayi dan
kompromi plasenta .
c. Ketika plasenta lahir, tempatkan ke dalam mangkuk bersihdi samping ibu .
d. Tunggu transfusi melalui tali pusat ke bayi sebelum menangani plasenta .
e. Basuhlah plasenta dengan air hangat dan keringkan .
f. Tempatkan plasenta ke dalam saringan saringan selama 24 jam untuk
memungkinkan drainase .
g. Bungkus plasenta dalam bahan penyerap, popok atau kain dan dimasukkan ke
dalam kantong plasenta. Ganti pembungkusnya setiap hari atau lebih sering
jika terjadi rembesan.Plasenta dapat diletakkan di tempat tidur yang telah

1
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

ditaburi garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat pula dengan herbal yang
mengandung Echinacea, Calendula dan Arnica serta minyak Lavender .
h. Bayi di gendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang
diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya.
i. Bayi di beri pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali pusat
masih menempel.
j. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, plasenta dibiarkan seperti itu.
k. Batasi pergerakan selama tali pusat belum puput.

13. Kerugian Lotus Birth


Secara logika dapat disimpulkan bahwa metode ini rentan terjadi infeksi
karena port de entry antara tali placenta, tali pusat dan bayi masih ada.
Akibatnya metode STIKes Elisabeth Medan 40 ini belum dapat sepenuhnya
diadopsi dalam praktis medis. Kontroversi ini terjadi di berbagai belahan dunia,
namun pilihan untuk menggunakan metode ini adalah hak ibu dan keluarga
sehingga efek samping jika terjadi komplikasi seperti infeksi merupakan
tanggung jawab ibu dan keluarga. Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain
dari metode Lotus birth adalah:
a) Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh
keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
b) Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang
kompeten.
c) Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput
agar tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus. karena tindakan yang tidak
di sengaja karena terburu-buru atau tidak hati-hati.

Beberapa alasan seorang ibu menentukan Lotus birth sebagai pilihan


antara lain:
a) Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali pusat

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

b) Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada
waktu yang tepat.
c) Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
d) Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh
e) Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
f) Alasan rohani atau emosional.
g) Tradisi budaya yang harus dilakukan.
h) Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat
tali pusat.
i) Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya
luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan sedangkan jika tidak ada
luka, waktu penyembuhan akan minimal).

2.1.2 Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Pada Kebutuhan Khusus.


1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membrane
dari dalam janin melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada system
reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai
(Bobak, Lowdermild, Jensen 2004).

2. Persiapan Persalinan
Persiapan diartikan sebagai suatu program instruksi yang bertujuan
tertentu dan berstruktur (Matterson, 2001). Persiapan persalinan bertujuan untuk
menyiapkan semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan.
Persiapan persalinan adalah segala sesuatu yang disiapkan dalam hal menyambut
kelahiran anak oleh ibu hamil. Persiapan persalinan 10 pada trimester III meliputi
faktor resiko ibu dan janin, perubahan psikologi dan fisiologi, tanda tanda bahaya

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

dan bagaimana meresponnya, perasaan mengenai melahirkan dan perkembangan


bayi, tanda-tanda saat hendak melahirkan, respon terhadap kelahiran, ukuran-
ukuran kenyamanan situasi kelahiran cesar dan perawatan yang terpusat pada
keluarga (Matterson, 2001).
Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga yaitu
desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana
para bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan
membantu persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan
pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).
Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal, menurut Bobak,
Lowdermild, Jensen (2004) ada 4 hal,yaitu : fisik, psikologis, finansial, kultural.

3. Persiapan Persalinan Dan Kelahiran Dalam Permasalahan

Budaya
A. Proses Persalinan.
Persalinan dapat terjadi secara alami dengan atau tanpa pertolongan,
narnun banyak ha1 mungkin terjadi dalam proses persalinan yang dapat
membahayakan jiwa ibu dan bayi misalnya perdarahan, partus lama, eklamsi,
infeksi dan lain-lain . Salah satu contohnya, Lima tema budaya yang menjadi
akar perilaku ibu-ibu Suku Amungme dan Suku Kamoro dalam penanganan
persalinannya adalah sebagai berikut.
Tema budaya pertama, penduduk mempercayai bahwa darah dan
kotoran persalinan dapat menimbulkan penyakit yang mengerikan bagi laki-
laki dan anakanak, karena itu ibu bersalin harus dijauhkan atau
disembunyikan. Pada penduduk yang masih tinggal di pedalaman lokasi
penyingkiran ibu bersalin ini berada di luar radius 500 meter dari
perkampungan. Di desa pemukiman baru ini meskipun mereka sudah tinggal
selama lebih dari 10 tahun, masih tetap ada akar budaya jijik atau takut
terhadap perempuan yang sedang bersalin. Hal ini terlihat dari tempat ibu-ibu

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

melakukan persalinan di rumah bisa; di dalam kamar mandi, di dapur, di


bawah rumah, atau di tempat khusus yang dibuat di belakang rumahlhutan
(bivak). Ini menunjukkan bahwa meslupun sudah tinggal di pemukiman baru,
ibu tetap tidak berani melanggar tradisi dengan mengurung diri di bagian
belakang rumah sementara suami dan anak-anak menunggu di ruang depan
rumah.
Kepercayaan ini sangat memojokkan posisi perempuan dan sangat
merugikan kesehatannya, saat perempuan yang berjuang untuk tugas
reproduksi yang berbahaya tidak mendapat perhatian dari suaminya. Cara
penanganan persalinan juga sering bertentangan dengan cara pelayanan
kesehatan modem misalnya posisi jongkok di toilet, pemotongan dan
pengikatan tali pusat dengan tali rafia atau akar pohon.
Tema budaya kedua, perempuan tabu membuka auratlpaha di depan
orang yang belum dikenal meski untuk pengobatan atau persalinan.
Kepercayaan ini makin memperkuat ibu-ibu untuk tidak berani meminta
melakukan persalinan di rumah sakit, klinik, Puskesmas meskipun jaraknya
dekat dan tidak membayar sama sekali. Dia khawatir disalahartikan oleh
suami bahwa dia mau melanggar tradisi memanjakan diri makan tidur
sementara dirumah, tetangga atau suami yang mencarikan makanan bagi diri
dan anak-anaknya. Bila ada indikasi yang mengharuskan untuk rninta bantuan
pihak lain, maka perlu dirembukkan dulu atau minta izin suami dan
keluarganya karena ini merupakan tanggung jawab semua kerabat. Bagisuku
Kamoro prinsip ini merupakan prinsip Iwoto (kasih sayang atau kepedulian
terhadap keluarga).
Tema budaya ketiga, penduduk meyakini bahwa asap kayu bakar
membawa kekuatan bagi orang yang sakit atau lemah terrnasuk ibu yang
sedang melahirkan. Untuk prinsip iwoto itu juga maka suami membantu
dalam proses persalinan istrinya dengan menghidupkan dan menjaga api kayu
bakar apinya selalu hidup dan asapnya bertiup mengarah ke tempat ibu dan
bayi. Dalam proses persalinannya ibu berusaha mendapat kekuatan dengan
rnenghirup asap sebanyak-banyaknya, karena yakin asap membawa kekuatan

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

dari roh atau mbii untuk melancarkan persalinan. Keyakinan ini secara fisik
merugikan kesehatan ibu dan bayi yang memungkinkan terjadinya sesak dan
infeksi saluran nafas.
Tema budaya keempat, kematian ibu dipercayai karena ibu tersebut
mendapat kutukan dari tuan tanah (teheta) atau roh nenek moyang.
Kemalangan yang menimpa ibu karena ketidaktahuan dan tidak adanya
bantuan pelayanan yang seharusnya rnenjadi hak kesehatan reproduksinya
dianggap wajar karena kesalahannya sendiri. Prinsip ini membuat nasib kaum
perempuan Papua makin terpinggirkan. Peristiwa kematian ibu kurang
mendapat perhatian selayaknya bagi banyak penduduk pedesaan, mereka
menganggap itu peristiwa yang wajar dianggap mati syahid bahkan akan
masuk syurga. Ada pula masyarakat menganggap persalinan suatu peristiwa
yang mengerikan, misalnya arwah ibu dapat menjadi kuntilanak atau leak.
Karena itu sering kematian itu disembunyikan atau tidak dilaporkan.
Tema budaya kelima, adanya larangan bagi ibu untuk mandi sebelum
pesta kerabat yang biasanya diadakan 1-2 minggu setelah persalinan. Dalam
kesempatan ini ibu boleh mandi sendiri atau dimandikan ibu-ibu lain sambil
bernyanyi beramai-ramai. Setelah itu diberikan kebebasan bagi ibu untuk
melakukan hubungan seksual dengan suami. Selama belum diadakan pesta
suami dilarang makan minum dan tidur di rumah, hams di rumah keluarga
yang lain atau di rumah tetangga. Akibat negatif bagi kesehatan ibu dari
larangan mandi ini yaitu akan timbul berbagai macam penyakit infeksi yang
juga dapat menular kepada bayinya. Hubungan seksual 1-2 minggu setelah
persalinan bagi tubuh ibu yang belum pulih sempurna dapat menyebabkan
kerusakan dan infeksi pada alat kelamin ibu. Ibu memaksakan diri, tegang
dan nyeri sehingga tidak bisa menikmati hubungan seks aman dan
menyenangkan yang merupakan hak reproduksinya.
Dari penjelasan diatas diketahui masih banyak tema budaya penduduk
suku Amungme dan suku Kamoro yang merugikan kesehatan ibu karena
masih sarat dengan diskriminasi gender dan mengabaikan hak-hak reproduksi
perempuan. Cara cara pengobatan tradi-sional kadang kadang bertentangan

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

dengan pengobatan ilmiah dan perilaku ibu-ibu dalam masa kehamilan,


persalinan dan setelah persalinan dilandasi oleh beberapa tema budaya yang
sangat diskriminatif dan kurang mendukung kesehatan ibu.
Untuk mengubah budaya yang merugikan menjadi menguntungkan
kesehatan ibu bukan suatu ha1 yang mudah. Penggalian tema budaya yang
diikuti dengan pendekatan etnografi secara perlahan-lahan yang dilakukan
tanpa menyinggung perasaan penduduk dan tanpa mereka merasa
dipersalahkan akan lebih berhasil daripada pelaksanaan program program
yang seragam bagi semua etnis di Indonesia yang sering tidak sesuai dengan
budaya setempat sehingga bisa mengalami kegagalan.

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

(Vaginal Birth After Cesarean-section) adalah proses melahirkan pervaginam


setelah pernah melakukan seksio sesarea. VBAC telah diperkenalkan dan dilakukan
untuk menjadi pilihan bagi wanita dengan riwayat persalinan SC ( Sectio Cesarean)
sejak tahun 1980. (NIH Development Program, 2010) Berikut adalah pertimbangan
kandidat VBAC menurut Ness (2012):
e. Potensial VBAC
a) Kehamilan tunggal
b) Pelvis adekuat
c) Riwayat 1 kali SC segmen bawah rahim
d) Tidak ada parut uteri lain atau riwayat ruptur sebelumnya

f. Kontraindikasi absolut VBAC


g) Adanya riwayat luka uteri karena insisi klasik T
h) Adanya riwayat histerektomi atau miomektomi kavum uteri
i) Adanya riwayat ruptur uteri
j) Adanya kontraindikasi persalinan seperti plasenta previa, malpresentasi
atau panggul sempit absolut
k) Wanita menolak VBAC dan meminta untuk SC elektif
l) Ketidakmampuan untuk melakukan SC emergensi

g. Kontraindikasi relatif
c) Parut uteri multipel, seperti riwayat SC 2 kali
d) Faktor lain yang berhubungan dengan risiko ruptur uteri > 1% .

h. Bukti klinis yang kurang memadai

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

c) Hamil kembar
d) Parut luka yang tidak diketahui

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

1. Siapa saja yang boleh melahirkan lewat vaginal after caesar?


a. Ibu yang memiliki sayatan operasi caesar berbentuk garis horizontal
dan terletak rendah dibawah perut
b. Sedang mengandung satu bayi dan hanya pernah 1 kali operasi caesar
sebelum (tapi bukan dengan sayatan vertikal)
c. Sedang hamil bayi kembar dan pernah operasi caesar sebelumnya tapi bukan
dengan sayatan vertikal
d. Belum pernah mengalami rahim robek (ruptur uteri di kehamilan sebelumnya
e. Semua jawaban benar
2. Dokter pada umumnya tidak menganjurkan ibu hamil menjalani prosedur vaginal after
caesar juka memiliki kondisi?
a. Preeklampsia
b. Obesitas
c. Janin yang dikandung sangat besar
d. Persalinan macet
e. Semua jawaban benar
3. Resiko apa yang timbul melahirkan normal setelah caesar?
a. Rahim robek atau pecah
b. Pengangkatan rahim
c. Bayi beresiko mengalami komplikasi
d. Jika persalinan tidak berjalan lancar resiko terjadinya
komplikasi persalinan akan emakin tinggi
e. Semua jawaban benar
4. Menyiapkan semua kebutuhan selama kehamilan maupun proses persalinan adalah tujuan
dari….
a. Persiapan persainan
b. Persiapan kehamilan
c. Persiapan menjadi ibu
d. Kesiapan fisik
e. Kesiapan Finansial

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

5. Persiapan persalinan mempunyai beberapa hal menurut bobak,lowdermild,jensen


(2004) ada 4 hal yaitu kecuali?
a. Fisik
b. Finansial
c. Kultural
d. Psikologi
e. Kendaraan
6. Penduduk mempercayai bahwa darah dan kotoran persalinan dapat menimbulkan
penyakit yang mengerikan bagi laki laki dan anak anak karena itu ibu bersalin harus
dijauhkan atau disembunyikan merupakan permasalahan pada tema budaya yang
ke….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
e. Lima
7. Penduduk menyakini bahwa asap kayu bakar membawa kekuatan bagi orang yang sakit
atau lemah termasuk ibu yang sedang melahirkan adalah permasalahan pada tema
budaya yang ke….
a. Satu
b. Dua
c. Tiga
d. Empat
e. Lima
8. Kematian ibu dipercayai karena ibu tersebut mendapat kutukan dari tuan tanah atau reh
nenek moyang kemalangan yang menimpa ibu karena ketidaktahuan dan tidak adanya
bantuan pelayanan yang seharusnya menjadi hak kesehatan reproduksinya dianggap
wajar karena kesalahannya sendiri adalah permasalahan budaya pada tema …..
a. Satu
b. dua
c. tiga
d. empat
e. lima
9. apa saja persiapan prosedur melahirkan normal setelah caesar …..
a. mempelajari semua hal menganai VBAC
b. Pastikan memilih pelayanan kesehatan atau rumah sakit dengan
fasiitas melahirkan yang lengkap
c. Persiapan kemungkinan
d. Semua jawaban benar
10. Apa saja kontra indikasi VBAC
a.adanya riwayat luk uteri

2
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

b.adanya riwayat histerektomi


c. adanya riwayat rupture uter
d. adanya kontra indikasi

3
MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONDISI

Agustina, Rika. 2017. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kesiapan Persalinan Di
Puskesmas Kasihan I Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun 2017.

http://digilib.unisayogya.ac.id/2845/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20RIKA%20AGUSTINA%
201610104287.pdf

Ariffin, M. 2010. “Tingkat Keberhasilan Vaginal Birth After Cesarean (VBAC) di Rumah Sakit
Adam Malik Medan Tahun 2007-2009”. Medan: Karya Tulis Ilmiah FK USU

Birara, M dan Gebrehiwot, Y. 2013. “Factors Associated With Succes Of Vaginal Birth After
One Caesarean Section (VBAC) At Three Teaching Hospitals In Addis Ababa,
Ethiopia : A Case Control Study”. UK: BMC pregnancy & Childbirth

Djami. Moudy. 2013. Lotus Birth Isu Terknik Dan Evidence Based Dalam Praktek Kebidanan.
Jurnal Ilmiah Permata Medika. Volume 2. No. 2.

Guise, J.M et. al. 2010. “Evidence-based Practice Center Presentation II in National Institutes of
Health (NIH) Consensus Development Conference: 58 Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta Vaginal Birth After Cesarean: New Insights: Maternal Benefits and
Harms, and Relevant Factors”. USA: Evidence Report/Technology Assessment
Number 191

Lianawati. 2017. Hubungan Persalinan yang Pertama dengan Persalinan Berikutnya. Jurnal
Universitas Aisyiyah Yogyakarta. 5 (3).

Kusmiyati, Y., Wahyuningsih, H. P., Sujiyatini. 2009. Perawatan Ibu Hamil.


Fitramaya,Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai