Anda di halaman 1dari 10

BAB III

TINJAUAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. HASAN SADIKIN

3.1 Sejarah Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin


Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin dibangun oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1920 dan selesai pembangunan pada tahun 1923. Pada tanggal 15 Oktober
1923 diresmikan dan diberi nama “Het Algemeene Bandoengsche Ziekenhuis”.
Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1927 nama rumah sakit berubah
menjadi “Het Gemeente Ziekenhuis Juliana”. Tenaga dokter pada waktu itu hanya
ada enam dokter berkebangsaan Belanda dan dua orang dokter berkebangsaan
Indonesia, yaitu dr. Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah. Diantara
keenam dokter Belanda itu ada seorang ahli bedah yang tidak bekerja penuh.
Rumah sakit ini berkapasitas 300 tempat tidur dan pada waktu itu pengisian
tempat tidur selalu rendah yang berarti kebutuhan tempat tidur melebihi
kebutuhan akan perawatan yang diperlukan oleh masyarakat. (4)
Pada tahun 1942, pecah perang Pasifik dan rumah sakit ini oleh Belanda
menjadi rumah sakit militer yang pengelolaanya diselenggarakan oleh dinas
kesehatan militer. Kemudian, masih pada tahun 1942 bala tentara Jepang
menduduki pulau Jawa dan pemerintahan dikuasai Jepang. Fasilitas rumah sakit
dijadikan rumah sakit militer Jepang dan rumah sakit berganti nama menjadi
Rigukun Byoln sampai tahun 1945. (4)
Setelah Jepang kalah perang dan menyerah kepada sekutu, Bung Karno
pada tanggal 17 Agustus 1945 memproklamasikan kemerdekaan Indonesia akan
tetapi rumah sakit masih tetap dikuasai oleh Belanda dengan peruntukan untuk
rumah sakit militer di bawah pimpinan W.J.Van Thiel. (4)
Pada tahun 1948, fungsi rumah sakit diubah kembali menjadi
diperuntukkan untuk umum. Dalam perkembangan selanjutnya, rumah sakit
masuk kebawah naungan kota praja Bandung dan diberi nama rumah sakit Ranca
Badak (RSRB). Sesuai dengan sebutan nama kampung lokasi berdirinya rumah
sakit ini yaitu Ranca Badak. Pimpinan masih tetap oleh W.J.Van Thiel sampai

18
19

tahun 1949, setelah itu rumah sakit dipimpin oleh dr. Paryanto Suriodipuro
sampai tahun 1953. (4)
Pada tahun 1954, oleh Menteri Kesehatan Rumah Sakit Ranca Badak
ditetapkan menjadi rumah sakit propinsi langsung di bawah Departemen
Kesehatan. Pada tahun 1956, Rumah Sakit Ranca Badak ditetapkan menjadi
rumah sakit umum pusat dengan kapasitas perawatan menjadi 600 tempat tidur.
Pada tahun 8 Oktober 1967, rumah sakit Ranca Badak diganti menjadi rumah
sakit sebagai penghormatan terhadap almarhum direktur rumah sakit yang
meninggal dalam masa jabatan sebagai direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin dan
dekan fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD). Beliau meninggal
dunia pada tanggal 16 Juli 1967. (4)
Saat ini status Rumah Sakit Hasan Sadikin
sudah berubah menjadi badan layanan umum.

3.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin


3.2.1 Visi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Visi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin adalah ”Menjadi Rumah Sakit yang
PRIMA dalam pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang kesehatan tingkat
regional pada tahun 2011”.

3.2.2 Misi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin


Misi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin adalah:
1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan.
2. Menyiapkan sumber daya manusia profesional yang menunjang pelayanan
kesehatan melalui pendidikan dan penelitian.
3. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien, dan
akuntabel (Good Governance).
4. Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan karyawan.
20

3.3 Tujuan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin


Tujuan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin adalah:

1. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi sesuai standar,


berorientasi pada kepuasan pelanggan menuju persaingan di tingkat regional.

2. Terwujudnya RSHS sebagai Model Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia.

3. Terwujudnya rumah sakit berbasis penelitian (research based hospital).

4. Meningkatnya cost recovery rumah sakit untuk menuju kemandirian.

3.4 Motto Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin


Motto Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin adalah ”kesehatan anda adalah
kepedulian kami”.

3.5 Struktur Organisasi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1673/MENKES/PER/XII/2005, susunan organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung terdiri dari: (4)
i) Direktorat Medik dan Keperawatan
Direktorat Medik dan Keperawatan dipimpin oleh seorang Direktur yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Tugas
Direktorat Medik dan Keperawatan melaksanakan pengelolaan pelayanan
medik dan keperawatan serta peningkatan mutu layanan Kesehatan rumah
sakit.
Fungsi Direktorat Medik dan Keperawatan:
a. Penyusunan sistem pelayanan medik dan pelayanan keperawatan.
b. Koordinasi pelaksanaan pelayanan medik dan pelayanan keperawatan,
utilisasi peralatan medik dan keperawatan serta sarana penunjang.
c. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi mutu pelayanan medik,
pelayanan keperawatan dan sarana penunjang secara berkesinambungan.
21

Direktorat Medik dan Keperawatan terdiri dari:


a. Bidang Medik
Bidang Medik terdiri dari: Seksi Pelayanan Medik, Seksi Penunjang
Medik, Seksi Rekam Medik.
b. Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan terdiri dari: Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat
Jalan dan Gawat Darurat; Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap, Seksi
Pelayanan Keperawatan Rawat.
c. Unit-unit Non Struktural
Unit Non Struktural yang terdiri dari: Instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap Khusus Paviliun Parahyangan,
Instalasi Rawat Inap Paviliun Anggrek, Instalasi Pelayanan Jantung,
Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Intensif, Instalasi Teknologi
Reproduksi Berbantu, Instalasi Hemodialisa dan Instalasi Farmasi.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.

ii) Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan


Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dipimpin oleh seorang
Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan mempunyai tugas
rnelakukan pengelolaan sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Direktorat Sumber Daya
Manusia dan Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia,
pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
rumah sakit.
b. Koordinasi rencana dan pengembangan sumber daya manusia,
pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan
rumah sakit.
c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya
manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan rumah sakit.
22

Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan terdiri dari:


a. Bagian Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia terdiri dari: Sub Bagian Pengadaan dan Mutasi
Pegawai; Sub Bagian Pengembangan dan Pembinaan Pegawai; Sub
Bagian Kesejahteraan dan Informasi Pegawai.
b. Bagian Pendidikan dan Penelitian
Bagian Pendidikan dan Penelitian terdiri dari: Sub Bagian Pendidikan dan
Penelitian Medik; Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Keperawatan dan
Non Medik.
d. Kelompok Jabatan Fungsional

iii) Direktorat Keuangan


Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Keuangan
mempunyai tugas melakukan pengelolaan keuangan rumah sakit yang
meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi
dana serta akuntansi dan verifikasi. Direktorat Keuangan menyelenggarakan
fungsi:
a. Penyusunan rencana kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana,
penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
b. Koordinasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana,
penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
c Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pembendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran
serta akuntansi dan verifikasi.
Direktorat Keuangan terdiri dari:
a. Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran; terdiri dari: Sub Bagian
Penyusunan Anggaran; Sub Bagian Evaluasi Anggaran.
b. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana; terdiri dari: Sub Bagian
Perbendaharaan; Sub Bagian Mobilisasi Dana.
23

c. Bagian Akuntansi dan Verifikasi terdiri dari: Sub Bayar, Akuntansi


Keuangari dan Verifikasi; Sub Bagian Akuntansi Manajemen.
iv) Direktorat Umum dan Operasional
Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat
Umum dan Operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan layanan
umum serta perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit. Direktorat Umum
dan Operasional menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan program layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan
rumah sakit.
b. Pelaksanaan Kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan
rumah sakit.
c. Koordinasi pelaksanaan kegiatan layanan umum, perencanaan dan
evaluasi kegiatan rumah sakit; pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
kegiatan layanan umum, perencanaan dan evaluasi kegiatan rumah sakit.
Direktorat Umum dan Operasional terdiri dari:
a. Bagian Umum; Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
ketatausahaan, perlengkapan dan kerumahtanggaan. Bagian Umum terdiri
dari: Sub Bagian Tata Usaha; Sub Bagian Rumah Tangga; Sub Bagian
Hukum dan Kemitraan.
b. Bagian Perencanaan dan Evaluasi; Bagian Perencanaan dan Evaluasi
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan perencanaan, evaluasi dan
pelaporan serta hubungan masyarakat dan protokoler Bagian Perencanaan
dan Evaluasi terdiri dari: Sub Bagian Perencanaan, Sub Sagian Evaluasi,
Sub Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokoler.
c. Unit-unit Non Struktural
Di lingkungan Direktorat Umum dan Operasional dibentuk Instalasi
sebagai Unit Non Struktural yang terdiri dari:
Instalasi Gizi, Instalasi Binatu, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit, Instalasi Pemeliharaan Gedung Terpadu, Instalasi Kesehatan
24

Lingkungan, Instalasi Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), Instalasi


Pengacaan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
v) Unit-unit Non Struktural.
Unit-unit non struktural terdiri dari dewan pengawas, komite, Instalasi, Satuan
Pemeriksa Intern, Unit Pelaksana Fungsional.
Gambar struktur organisasi rumah sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat
dlihat pada Lampiran 3, Gambar III.1

3.6 Sumber Daya Manusia


Berdasarkan data tahun 2010, jumlah SDM RSHS sebanyak 3700 orang :
1. Dokter spesialis 332 orang,
2. Dokter umum 43 orang,
3. Dokter residen 768 orang,
4. Dokter gigi umum, spesialis dan residen 73 orang,
5. Bidan 100 orang
6. Perawat berjumlah 1018 orang,
7. Jabatan fungsional lainnya 312 orang,
8. Tenaga strategis lainnya berjumlah 504 orang
9. Tenaga administrasi berjumlah 447 orang,
10. Satpam 63 orang.
Diagram komposisi SDM dapat dilihat pada Lampiran 4, Gambar III.2

3.7 Alur Pelayanan Penderita Rawat Jalan dan Rawat Inap


3.7.1 Pelayanan Penderita Rawat Jalan

Penderita rawat jalan dilayani oleh instalasi rawat jalan, yang terdiri dari
beberapa kegiatan spesialis dan subspesialis meliputi pelayanan medik spesialis,
yaitu bedah umum, bedah ortopedi, penyakit dalam, kebidanan dan penyakit
kandungan, penyakit anak, penyakit saraf, bedah syaraf, telinga, hidung dan
tenggorokan, kulit dan kelamin, penyakit jiwa, gigi dan mulut, poliklinik pegawai,
25

tempat pemeriksaan kesehatan pegawai (TPKP) dan “Medical Check Up” (MCU),
poliklinik kanker, poliklinik gizi, pelayanan medik pasien talasemia.
Alur pelayanan penderita rawat jalan meliputi penderita umum, Askes, dan
kontraktor. Alur pelayanan penderita umum dimulai dari pendaftaran penderita ke
loket pendaftaran pasien (loket 6 dan 7) untuk pelayanan poliklinik. Petugas di
loket akan meminta identitas penderita, dan penderita membayar biaya
pemeriksaan poliklinik di loket tersebut. Setelah itu petugas akan menyerahkan
tanda bukti pembayaran, kartu obat dan rekam medik yang diperoleh dari loket
pembayaran. Untuk penderita lama dapat mengambil kartu obat di loket 8 dan
berkas rekam medik penderita akan diserahkan oleh bagian administrasi, penderita
lalu diantar ke poliklinik yang bersangkutan.
Untuk penderita pemilik kartu Askes, proses pendaftaran dilakukan di
loket PPATRS (Program Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit) (loket
1,4 dan 5) dengan menunjukkan kartu asli Askes dan surat rujukan bila ada. Loket
PPATRS (2 atau 3) akan memberikan formulir kepada penderita peserta Askes
untuk diisi dan menyerahkan kartu berobat serta berkas rekam medik yang telah
berisi identitas lengkap penderita. Penderita mendatangi poliklinik tujuan untuk
menjalani pemeriksaan. Untuk penderita lama peserta Askes mendatangi loket 8
seperti penderita lama umum untuk memperoleh kartu berobat dan berkas rekam
medik.
Alur pelayanan penderita Gakin dimulai dari pendaftaran penderita bagian
verifikasi untuk mengecek persyaratan Gakin penderita, setelah disetujui
kemudian penderita ke loket pendaftaran penderita (6 dan 7) untuk mendapatkan
pelayanan poliklinik. Petugas di loket akan meminta identitas penderita, surat
rujukan bila ada, dan penderita bebas dari biaya pemeriksaan poliklinik. Petugas
di loket 8 akan menyerahkan tanda bukti bebas bayar dari poliklinik, kartu berobat
dan rekam medik kepada penderita. Untuk penderita lama dapat mengambil kartu
berobat di loket 8 dan berkas rekam medik penderita akan dicarikan oleh bagian
administrasi. Penderita lalu diantar ke poliklinik yang bersangkutan. Untuk
penderita kelompok kontraktor memiliki loket khusus, dengan membawa surat
pengantar dari dokter perusahaan. Keluaran dari poliklinik yaitu resep jika tingkat
26

kesakitan pasien ringan kemudian diperbolehkan pulang, permintaan rujukan ke


poliklinik lain yang sesuai dengan perkiraan diagnosis penyakit penderita atau
permintaan pemeriksaan di poliklinik lain untuk menunjang diagnosis penyakit
penderita.

3.7.2 Pelayanan Penderita Rawat Inap


Penderita rawat inap di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
diklasifikasikan menjadi Perawatan Kelas Utama A, Perawatan Kelas Utama B,
Perawatan Kelas I, Perawatan Kelas II, Perawatan Kelas III A dan B. Alur
pelayanan penderita rawat inap dimulai dari pendaftaran penderita baik lama
maupun baru di bagian administrasi penderita dan memperoleh pemeriksaan
kesehatan awal di poliklinik yang sesuai dengan kasus darurat proses pendaftaran
dilakukan di instalasi Gawat Darurat setelah penanganan awal terhadap penderita.
Hasil pemeriksaan dokter di poliklinik atau instalasi Gawat Darurat menjadi
keputusan perlunya penderita untuk di rawat inap di rumah sakit, maka dokter
yang bersangkutan memberikan surat pengantar dari klinik untuk rawat inap.
Petugas di loket penerimaan akan meminta surat pengantar dari klinik, tanda
pengenal penderita dan mencarikan ruangan perawatan yang sesuai dengan jenis
kasus penderita.
Untuk penderita baru, akan mempengaruhi nomor yang dicatat di kartu
berobat dan sampul berkas rekam medik. Keluarga penderita akan diwawancarai
mengenai identitas penderita yang dicatat pada berkas ringkasan masuk dan keluar
lalu diolah secara komputerisasi dan dilakukan pencatatan identitas penderita
dalam buku register pasien rawat inap. Berkas blangko rekam medik diserahkan
ke ruang perawatan penderita.
Untuk penderita lama, akan memperoleh lembar masuk dan keluar, lalu
diperiksa kelengkapan identitasnya serta dilakukan pencatatan pada register
penderita rawat inap. Data diolah secara komputerisasi, kemudian rekam medik
penderita tersebut dicari di ruang penyimpanan rekam medik. Untuk penderita
rujukan harus membawa surat rujukan dari dokter atau rumah sakit lain yang
27

menyatakan bahwa penderita tersebut memerlukan perawatan lebih intensif di


Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung.
Penderita rawat inap yang memerlukan perawatan di unit perawatan lain
harus menyelesaikan terlebih dahulu urusan administrasi ruang perawatan
penderita sebelumnya di bagian administrasi penderita. Rekam Medik penderita
rawat inap yang telah keluar dari rumah sakit dikembalikan ke bagian administrasi
penderita. Urusan rawat inap paling lambat dua kali 24 jam untuk diserahkan dan
disimpan seksi rekam medik.

Anda mungkin juga menyukai