SKRIPSI
PUPUT FEBRIANTO
120802070
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
SKRIPSI
PUPUT FEBRIANTO
120802070
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Kategori : Skripsi
Nama : Puput Febrianto
Nomor Induk Mahasiswa : 120802070
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, September 2017
Komisi Pembimbing:
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Diketahui/Disetujui oleh:
Departemen Kimia FMIPA USU
Ketua,
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengakui skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
PUPUT FEBRIANTO
120802070
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahirabbil‟alamin, puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan Penulis kemudahan dan jalan hingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam Penulis hadiahkan kepada Nabi
Muhammad saw yang telah membawa umatnya ke alam penuh ilmu pengetahuan.
Terimakasih Penulis ucapkan sebesar-besarnya kepada Bang Edi satrio dan Kak
Vika yang telah menjadi sesosok Abang dan kakak selama penulis menjalani
akademis di Departemen Kimia FMIPA USU. memberikan dukungan baik moril
dan materil untuk Membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi penulis.
Kepada teman – teman seperjuangan Kimia 2012 yang sangat membantu dalam
proses perkuliahan hingga skripsi Penulis, keluarga besar Laboratorium Biokimia
(Henri, Fitri, Nurul, Nikmah, Dian, hamdan, rifki, arwinda, erfi, ika, nur‟aini,
wike, adek-adek 2014) dan Vina Rahayu yang telah memberi masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi penulis serta terkhusus kepada Fadillah
Puspita Dewi yang sangat membantu dan memberikan dukungan kepada Penulis
sampai menyelesaikan skripsi ini, Penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ISOLASI JAMUR DARI TANAH BENGKEL MOTOR
SEBAGAI PENDEGRADASI LIMBAH
SENYAWA HIDROKARBON
ABSTRAK
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FUNGI ISOLATION FROM THE SOIL OF MACHINE SHOP
AS HYDROCARBON-COMPOUND WASTE
DEGRADATION AGENT
ABSTRACT
This research has been performed to isolate fungi from contaminated soil by oil in
sinar agung machine shop, setia budi. Fungi was reproduced gradually in Potato
Dextro Agar (PDA) medium and then using medium of Stone mineral salt
solution and added 2% diesel oil at room temperature incubation and 120 rpm
agitation. And isolation result obtained 5 fungi potentally degradation diesel oil
SP 1, SP 2, SP4 SP5, and SP 10. The 5 isolates tested its ability to degrade 5 ml
diesel oil in stone mineral salt solution (SMSS) medium as much 30 ml.the test
result showed that SP 1 isolate was able to degrade better than the other isolates
which was 100% for 3 day. While SP 5 isolates degraded 4,3 ml in the amount of
86%, SP 4 degraded 3,6% in the amount of 72%, SP 2 degraded 3ml in the
amount of 60 %, and at least is isolate of SP 10 degraded 2,4 ml in the amount of
48%. The ability of these fungi isolates to degrade varied diesel oil may be due to
their ability to produce biosurfactants an enzymes produced
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan ii
Penghargaan iii
Abstrak iv
Abstract v
Daftar Isi vi
Daftar Tabel viii
Daftar Gambar ix
Daftar Lampiran x
BAB 1 Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 4
1.3. Pembatasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 5
1.6. Lokasi Penelitian 5
1.7. Metodologi Penelitian 5
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2.4.Karakterisasi Jamur Secara Makroskopis 23
danMikroskopis
3.2.5. Uji Degradasi Minyak Solar 23
3.3. Bagan Penelitian
3.3.1.Isolasi Jamur dari tanah bengkel 24
3.3.2. Pembuatan Media Stone Mineral Salt Solution (SMSS) 24
3.3.3. Skrining Jamur Pendegradasi Solar 25
3.3.4. Karakterisasi Jamur Secara Makroskopis dan 25
Mikroskopis
3.3.5. Uji Degradasi Minyak Solar 26
Daftar Pustaka 36
Lampiran 40
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Isolat jamur yang diperoleh dari tanah bengkel motor 28
Tabel 4.2 karakteristik jamur secara makroskopis 29
Tabel 4.3 Hasil rataan penguraian kadar minyak solar 32
Table 4.4 Analisa gugus fungsi minyak solar 34
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Isolat jamur yang digunakan adalah jamur yang diperoleh dari tanah
bengkel di Sinar Agung Motor – Jl. Setia Budi
2. Isolasi jamur ditumbuhkan dengan menggunakan medium Stone Mineral
Salt Solution (SMSS)
3. Senyawa hidrokarbon yang digunakan adalah minyak solar
4. Waktu yang digunakan untuk uji degradasi adalah 7 hari
1. Untuk mengetahui cara isolasi jamur dari tanah yang terkontaminasi oleh
minyak
2. Untuk mengetahui potensi jamur sebagai pendegradasi minyak
3. Untuk mengetahui metabolit jamur pada proses bioremediasi senyawa
hidrokarbon
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Sacara umum tanah sering didefinisikan sebagai lapisan lapisan luar kulit bumi
(lithosphere: litho = batuan) dengan ketebalan berkisar dari beberapa cm hingga
lebih dari 3 meter (lewandowsky. 2000), tanah merupakan media alami tempat
hidup oleh tanaman dan biota lain, karena tanah dapat menyediakan sumber
nutrisi bagi tanaman dan biota yang lain baik itu berupa bahan organik maupun
anorganik (Baker dan Herson, 1994). Dalam tiap gram tanah yang subur
mengandung jutaan bahkan miliaran jasad mikro, dan ribuan hewan kecil
(Sullivan. 2004). Oleh karena itu tanah lebih tepat dipandang sebagai suatu
komunitas yang hidup dalam suatu tubuh alam yang inert (Rao, N.S. 1994).
Pengaruh biota tanah, baik itu secara mikro maupun makro terhadap
penyusunan tubuh tanah/ pembentukan tanah, kesuburan tanah, dan lingkungan
sangatlah penting. Biota yang hidup didalam tanah yang ditempatinya dapat
menyebabkan perubahan fisika- biokimia tanah. Hal ini termasuk reaksi- reaksi
yang dilakukan oleh organisme, baik itu interaksi yang terjadi antar organisme
dan interaksi antara organisme dengan lingkungannya (hanafiah,A.2009).
Biota tanah dapat dikelompokkan menjadi tumbuhan (flora) dan binatang
(fauna) tanah. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan
menjadi 3 golongan, yaitu (Wallwork,1974):
1. Mikrofauna, yaitu hewan tanah yang ukuran tubuhnya 20-200 μ, misal ;
Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera, dsb.
2. Mesofauna, yaitu hewan tanah yang ukuran tubuhnya 200 μ -1 cm, misal ;
Acarina, Collembola, Nematoda, Rotifera, Araneida, Larva serangga,
Isopoda, dsb
3. Makrofauna, yaitu hewan tanah yang ukuran tubuhnya ≥ 1 cm. Misal :
Megascolesidae, Mollusca, Insecta, Vertebrata kecil dsb.
2.3 Jamur
Jamur mendominasi semua jenis tanah dengan keragaman yang paling besar
diantara mikroba tanah. Umumnya jamur membutuhkan kondisi aerasi tanah yang
baik (aerob), hanya sedikit dari kelompok ini yang bersifat anaerob dan
Jamur begitu beragam sehingga sulit menggolongkan mereka atas dasar morfologi
atau sumber karbonnya. Genus yang dominan pada tanah dapat menggunakan
berbagai sumber karbon Peran jamur terhadap kualitas tanah antara lain dalam
proses dekomposisi bahan organik (hanafiah, K.2005).
1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel- sel dengan lingkungan, pembentukan
enzim – enzim untuk mengurai substrat
2. Fase akselerasi, yaitu fase dimana mulainya sel- sel membelah dan fase lag
menjadi fase aktif
3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat
banyak, aktivitas sel sangat meningkat dan fase ini merupakan fase yang
penting dalam kehidupan fungi. Pada awal dari fase ini kita dapat
memanen enzim- enzim.
4. Fase deselerasi (moore- lendecker, 1996), yaitu waktu sel- sel mulai
kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau senyawa-
senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel- sel.
5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang
mati relatif seimbang. Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang
horizontal. Banyak senyawa senyawa metabolit sekunder dapat dipanen
pada fase stasioner
6. Fase kematian, yaitu jumlah sel- sel yang mati atau tidak aktif sama sekali,
lebih banyak dari pada sel- sel yang masih hidup. Kurva pertumbuhan
suatu fungi dapat dilihat di gambar
4 5
6
3
2
1
2.5.1 Subtrat
Subtrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien baru dapat
diproses atau dimanfaatkan setelah fungi mengekskresikan enzim-enzim
ekstraseluler yang dapat mengurai senyawa- senyawa kompleks dari substrat
menjadi senyawa yang lebih sederhana (Waluyo.L. 2007). Petrolium dapat
2.5.2 Kelembapan
2.5.3 Suhu
2.5.4 PH
2.5.5 Oksigen
waktu yang lama. Dan laju biodegradasi akan menurun bila kandungan oksigen
berkurang (Andriany, 2001). Namun kebutuhan akan oksigen dapat disuplai
melalui pengadukan atau pembalikan secara berkala.
Minyak solar merupakan salah satu fraksi dari minyak bumi yang diperoleh
dengan cara destilasi, berwarna kuning kecoklatan yang jernih, berupa cairan
dalam suhu rendah, yang biasa disebut Gas Oil, Automotive Diesel Oil atau High
Speed Diesel (Pertamina, 2005). Minyak solar mengandung 38% n-alkana, 38%
alkana rantai cabang dan sikloalkana, 3% isoprenoid, 20% senyawa aromatik dan
1% senyawa polar (Calabrese, 1988 dalam Gaylarde et al., 1999). Jumlah atom
karbon permolekulnya 15-18 dan selang titik didihnya 300-400 C. Kegunaan
minyak solar pada umumnya adalah sebagai bahan bakar bagi mesin diesel
dengan rotasi medium atau rendah (300-1000 RPM) dan juga digunakan untuk
pembakaran langsung pada industri dapur kecil (Pertamina, 2005).
2.10 Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari dua asal kata, yaitu bio (organisme hidup) dan
remediasi (menyehatkan kembali), sehingga secara bersama bioremediasi
diartikan menjadi suatu cara penggunaan organisme dalam upaya penyehatan
kembali lingkungan yang sudah rusak atau tercemar. Proses bioremediasi
bergantung pada kemampuan mikroorganisme yang digunakan dan sistem yang
dioperasikan untuk mendegradasi zat kontaminasi (karwati. 2009).
Bioremediasi merupakan suatu proses pengolahan yang memanfaatkan
aktivitas mikroorganisme (seperti ragi, jamur, atau bakteri) untuk menguraikan
pencemar atau substansi-substansi toksik tersebut menjadi bentuk yang lebih
sederhana, tidak berbahaya dan memberikan nilai tambah bagi lingkungan,
pengurain berlangsung akibat aktivitas enzim yang di suplai oleh mikroorganisme
untuk mengkatalis pemusnahan bahan-bahan kontaminan (Leahy dan Rita, 1990).
Pada dekade terakhir, bioremediasi memegang peranan penting (US-EPA). Hal ini
disebabkan dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang sama, bioremediasi
diketahui lebih efektif dari segi pembiayaan dibandingkan dengan penerapan
teknologi lainnya seperti insinerasi dan containment (Cookson, 1995).
Selain itu, bioremediasi menarik untuk diaplikasikan karena dapat
memusnahkan hampir semua kontaminan organik serta tidak berdampak negatif
bagi kesehatan makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa tahun terakhir berbagai
cara dilakukan untuk mengendalikan pencemaran lingkungan dengan cara
penelitian bioteknologi yang fokus pada usaha remediasi lahan yang tercemar oleh
senyawa hidrokarbon minyak solar. (Bento dkk. 2007).
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Sentrifuge Fisher
Inkubator ESP
Neraca analitis Mettler
Hotplate Gallenkamp
Termometer 100oC YZ
Spatula
Cawan petri
Tabung reaksi
Mikropipet
Pipet serologi
Erlenmeyer
Beaker glass
Bunsen
Kockborror
Object glass
Tube sentrifuge
Rak tabung
Mancis
Mikroskop
3.1.3 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Tanah bengkel
Agar
Akuadest
Solar
Kloramfenikol
Kertas Label
Kertas saring
Clingwarp
Aluminium foil
Tanah Bengkel
Biakan
Isolat konsorsium
Isolat Jamur
Media SMSS
Strain jamur
Hasil
Dikarakterisasi jamur
Makroskopis Mikroskopis
Hasil Hasil
Hasil
Jamur Filtrat
Hasil
a b c d
Gambar 4.1 Sel jamur yang tumbuh dalam media PDA setelah 48 jam
(a).Pengenceran 10-2 (b).Pengenceran 10-3(c). Pengenceran 10-4 (d). Pengenceran
10-5
Setelah itu kultur dilanjutkan ketahap pemurnian dengan teknik biakan murni.
Dari hasil isolasi yang dilakukan, diperoleh isolat sebanyak 13 yang ditandai
dengan SP 1, SP 2, SP 3 dan seterusnya sampai SP 13 lampiran 1.
Isolat jamur yang diperoleh dilakukan skrining untuk mengetahui potensi jamur
dalam mendegradasi minyak solar dengan menggunakan media Stone Mineral
Salt Solution (SMSS) padat. Dari skrining diperoleh 8 isolat yang berpotensi
dalam mendegradasi minyak solar, hal ini dapat dibuktikan dengan jamur yang
tumbuh pada media SMSS, dapat dilihat pada lampiran 2 dan tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Isolat jamur yang diperoleh dari tanah bengkel motor
Waktu
Pengenceran MediaPDA Kode isolat Media SMSS
Tumbuh
10-2 + SP 1 + 48 jam
+ SP 2 + 73 jam
-2
10 + SP 3 + 48 jam
+ SP 4 + 73 jam
+ SP 5 + 48 jam
-3
10 + SP 6 + 53 jam
+ SP 7 - -
-3
10 + SP 8 - -
+ SP 13 + 63 jam
-4
10 + SP 9 - -
+ SP 10 + 91 jam
-4
10 + SP 11 - -
-5
10 + SP 12 - -
-5
10 - - - -
Keterangan: Media PDA + = jamur tumbuh, - = jamur tidak tumbuh
Media SMSS + = berpotensi sebagai pendegradasi minyak
- = tidak berpotensi sebagai pendegradasi minyak
Isolat SP 1 dan SP 3setelah 48 jam diinkubasi dengan media SMSS kedua
isolat menunjukan pertumbuhan yang lebih cepat dari pada isolat yang lainya, hal
ini ditandai dengan hifa yang mulai bermunculan dipermukaan media.
Kemungkinan karena jamur ini yang mula-mula menggunakan komponen minyak
yang mudah terdegradasi yaitu kelompok senyawa alkana sebagai sumber nutrisi.
Menurut Horowitz et al., (1975) dalam Pikoli et al., (2000) senyawa alkana adalah
komponen yang dominan dalam minyak solar, bersifat mudah larut dalam air dan
mudah terdifusi ke dalam membran sel mikroba. Oleh karena itu senyawa alkana
mudah dimanfaatkan oleh jamur sebagai sumber nutrien untuk pertumbuhan.
Sedangkan isolat SP 2, 4,5,6, dan SP 13 kemungkinan memerlukan waktu yang
sedikit lama untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru.
kelompok jamur yang mampu memanfaatkan komponen minyak solar yang masih
ada setelah pertumbuhan kelompok khamir pendegradasi senyawa alkana.
Identifikasi dilakukan terhadap isolat jamur yang mampu tumbuh pada medium
SMSS. Dari hasil pengamatan secara makroskopis diperoleh karakteristik jamur
yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Warna
Bentuk koloni Miselium Tepi koloni
(Surface and reverse)
S : Putih kehitaman
Kapas Irregular
R:hitam
S:tengah coklat,
Padat, tidak seperti
sekeliling krem Halus
kapas
R: kecoklatan
S:Putih kehitamam
Kapas Irregular
R: Hitam
S: Putih Susu
Padat, Tidak seperti
Halus
kapas
R: Putih kekuningan
S: krem
Padat, tidak seperti
Halus
kapas
R: krem
S:tengah hijau,
sekeliling putih Kapas Halus
R: putih kekuningan
Dari tabel diatas ada beberapa jamur yang memiliki karakteristik yang sama,yaitu
isolat SP 1 dan SP 3bentuk koloni yang dan warna spora hitam. isolat SP 5, SP 6
dan SP 13bentuk koloni sama dan warna spora krem, dan isolat yang berbeda
bentuk koloni dan warna cuman SP 4 warna spora kuning, hifa tidak bercabang,
dan tidak bersepta, SP 2 warna spora krem, dan SP 10 warna hitam.
a b c
d e
Gambar 4.2. (a) SP 1 warna spora hitam, hifa bersepta dan bercabang. (b) isolat
SP 2warna spora krem, hiofa tidak bersepta dan tidak bercabang, (c)
SP 4 warna spora krem, hifa tidak bersepta dan bercabang, (d) SP 5
warna spora kuning, hifa tidak bercabang, dan tidak bersepta, dan (e)
SP 10 warna hitam, hifa bersepta dan tidak bercabang
Sebanyak 5 isolat Jamur pendegradasi minyak solar yang telah diisolasi dan
diseleksi dari tanah bengkeldengan menggunakan media Stone mineral salt
solution (SMSS), selanjutnya dilakukan pengujian kemampuan isolat tersebut
dalam mendegradasikan minyak. Hal yang sama juga dilakukan pada perlakuan
isolat kontrol.
a b c d e
Gambar 4.3. Perubahan minyak solar sebelum dan setelah di degradasi oleh
jamur.
(a) minyak solar sebelum terdegradasi. (b= SP 2, c= SP 4, d= SP 5, e= SP 10)
adalah hasil dari minyak solar setelah terdegradasi oleh jamur
Minyak Solar
Kode isolat Terdegradasi Rendemen (%)
Awal Akhir
Kontrol 5 4,4 0,6 12
SP 1 5 0 5 100
SP 2 5 2 3 60
SP 4 5 1,4 3,6 72
SP 5 5 0,7 4,3 86
SP 10 5 2,9 2,1 42
permukaan sel mikroba. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga
lebih mudah masuk ke dalam sel. Ada tiga cara transport hidrokarbon ke dalam
sel mikroba yaitu pertama interaksi sel dengan hidrokarbon terlarut dalam fase
cair. Pada kasus ini umumnya rata-rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika
hidrokarbon yang lebih besar daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini
sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar
daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transport
partikel hidrokarbon yang lebih kecil daripada sel. Cara yang ketiga ini
substrat, maka daerah antar permukaan antara hidrokarbon dengan air akan
Selain melalui proses perubahan warna, tingkat degradasi senyawa minyak solar
oleh isolat jamur dapat dilihat melalui analisa gugus fungsi dari struktur minyak
solar. Analisa gugus fungsi minyak solar dapat dilihat melalui Tabel 4.4 dan
Gambar 4.5 dibawah ini:
Untuk menunjukkan gugus fungsi yang terdapat pada sampel kontrol dapat
diketahui melalui spektrum FT-IR minyak solar pada gambar 4.3 berikut :
Dari gambar 4.3 diketahui bahwa spektrum FT-IR dari minyak solar
menunjukkan adanya variasi puncak serapan. Pita serapan pada bilangan
gelombang υ 2928,49 cm-1 disebabkan oleh gugus C-H sp3. Puncak serapan pada
bilangan gelombang υ1752,84 cm-1 dan υ 1469 cm-1 masing-masing diberikan
oleh gugus C=O dan senyawa aromatik. Sedangkan puncak serapan pada bilangan
υ 1387 cm-1 disebabkan oleh adanya gugus nitro dari minyak senyawa
pembanding. Alkil dari minyak solar yang ditunjukkan pada bilangan gelombang
υ 732,90 cm-1.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 4.4. Spektrum FT-IR Isolat Jamur(a) SP1, (a) SP2,(b)SP4,(c) SP5,dan (d)
SP10
Sedangkan pada isolat jamur SP2,SP4,SP5 dan SP10 meskipun tidak terjadi
perubahan struktur secara signifikan, tetapi ke-4 isolat tersebut juga mampu
mendegradasi minyak solar yang ditunjukkan dengan hadirnya puncak serapan
pada bilangan 1387 cm-1 yang diberikan oleh -CH2- bending. Dari data diatas
diketahui bahwa isolat jamur SP1 lebih baik untuk mendegradasi senyawa
minyak solar dibanding SP2,SP4,SP5 dan SP10.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil isolasi dan uji potensi jamur asal tanah bengkel sebagai pendegradasi
minyak solar maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Isolasi jamur dari tanah bengkel motor dikembangbiakan secara bertahap
dalam media Potato Dextro Agar (PDA) dengan menggunakan metode cawan
sebar, Setelah itu dilakukan skrining dengan media stone mineral salt solution
(SMSS) untuk mengetahui kemampuan dari isolat jamur sebagai agen
bioremediasi. hasilnyadiperoleh 5 isolat yaitu SP 1,SP2, SP 4, SP 5, dan SP 10
Metabolit dari proses jamur dalam degradasi minyak solar yang paling
baik terdapat pada isolat jamur SP1. Hal ini ditunjukkan terjadinya perubahan
struktur yang signifikan dari minyak solar. Hal ini dibuktikan dengan hanya
munculnya puncak serapan pada bilangan gelombang υ 3330,42 cm-1 yang
diberikan oleh gugus fungsi hidroksi (O-H) dan υ 1640 cm-1 yang menunjukkan
gugus alkena (C=C). Data ini juga didukung dengan hilangnya puncak serapan
pada bilangan υ 2982,49 cm-1 yang diberikan oleh menunjukkan vibrasi streching
C-H sp3, υ1469 cm-1 dan υ1365 cm-1 yang menunjukkan vibrasi bending C-H
sp2, alkil pada senyawa hidrokarbon pada bilangan gelombang υ732 cm-1 dan
puncak serapan pada daerah bilangan gelombang υ 1744 cm-1 yang diberikan
oleh streching C=O (karbonil) yang seharusnya menjadi gugus fungsi dari minyak
solar
5.2 Saran
Hanafiah, K.A., Anas, I., Napoleon, A., Ghoffar, N. 2005. Biologi Tanah. Ekologi
dan Makrobiologi Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Lampiran 1. Hasil Isolasi jamur dari tanah bengkel motor dan hasil Skrining
jamur dari tanah bengkel motor dalam media SMSS padat
isolat Hasil Isolasi dari tanah bengkel Hasil Skrining dimedia SMSS
SP 1
SP 2
SP 3
SP 4
SP 5
SP 6
SP 7
SP 8
SP 9
SP 10
SP 11
SP 12
SP 13
Gambar FT IR control
Gambar FT IR Isolat SP 1
Gambar FT IR Isolat SP 2
Gambar FT IR Isolat SP 4
Gambar FT IR Isolat SP 5
Gambar FT IR Isolat SP 10