Anda di halaman 1dari 5

Nama: Gigantara Giovani Ngantung

NIM: 183112700550010

UAS Desain Instrumentasi

1. a. Termokopel
-Prinsip Kerja: Termokopel mempunyai dua buah kawat logam konduktor beda jenis yang
kemudian digabungkan ujungnya. Logam yang satu mempunyai fungsi sebagai referensi
dengan suhu konstan atau tetap, kemudian logam satunya lagi berfungsi sebagai pendeteksi

panas.

Dari keterangan gambar di atas bahwa junction atau persimpangan mempunyai suhu yang
sama.
Maka dari itu perbedaan potensial atau tegangan listrik yang ada pada persimpangan terjadi
suhu panas, maka peebedaan suhu diantara pesimpangan tersebut bisa mengakibatkan
terjadinya listrik.
Nilai beda potensial atau tegangan listrik yang dihasilkan sebanding dengan suhu yang
diterima oleh logan v1 – v2. Kisaran tegangan yang muncul yaitu 1 µV sampai 70µV setiap
derajat.
-Karakteristik: pengukuran presisi tinggi. Karena termokopel langsung dengan benda yang
diukur kontak, dari tengah medium. Beragam pengukuran. Termokopel biasa dari -50 ~ +600
℃ dapat terus diukur, beberapa termokopel khusus dapat diukur pada -269 ℃ (seperti emas
dan besi nikel krom), sampai +2800 ℃ (seperti tungsten-renium). Sederhana strukturnya,
mudah digunakan. Termokopel biasanya terdiri dari dua kabel yang berbeda, dan tidak
dibatasi oleh ukuran dan awal, lengan pelindung luar, dengan sangat mudah digunakan.
-Tipe Termokopel:
1. Tipe K
Terbuat dari bahan Ni-Cr (+) dan Ni-Al(-). Sering digunakan untuk ruang bakar seperti
boiler, reformer, high temperature steam dll.
kabelnya berwarna kuning untuk positif dan merah untuk negative dengan range -260 degC
hingga 1200 degC.
2. Tipe E
Terbuat dari bahan Chromel (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy). Biasanya digunakan untuk
temperature rendah dengan output (68 µV/°C). mempunyai tipe lain yaitu non magnetic.
3. Tipe N
Terbuat dari Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy). Mempunyai kelebihan yang stabil
dan tahanan tinggi terhadap oksidasi, menjadikanya cocok untuk mengukur suhu tinggi tanpa
platinum.
Mampu mengukur suhu di atas 1200°C. sensitifitasnya sekitar µV/°C pada 900 °C, sedikit di
bawah tipe K.
4. Tipe J
Tipe ini bisa dibilang kurang popular dibandingkan tipe K. rentangnya terbatas kisaran -40
hingga 750°C.
5. Tipe T
Tipe ini cocok digunakan untuk suhu antara -200 hingga 350°C. Bahan yang digunakan
untuk konduktor positif adalah tambaga sedangkan yang negative dari constan.
Sering dipakai untuk penelitian kawat tembaga. Sensitifitasnya adalah ~43 µV/°C.

2. a. Fungsi Analyzer: Melakukan Analisis kimia(atau serupa) pada sampel atau aliran
sampel.
Jenis Analyzer: OXYGEN ANALYZERS, ZIRCONIA OXYGEN ANALYZERS,
PARAMAGNETIC OXYGEN ANALYZERS, INFRA-RED GAS ANALYZER.
b. Prinsip Gas Chromatography:
Penjelasan Prinsip Kerja Gas Chromatography
1. Merupakan ilustrasi tabung gas, atau material gas yang yang digunakan pada proses
chromatography. Gas tersebut merupakan fase gerak. pada poin pengertian gc sudah
disebutkan beberapa jenis gas carrier, yakni : helium, nitrogen dan lainnya. Tabung
gas akan terhubung ke pipa atau selang yang menghubungkannya ke flow controller.
2. Flow controller merupakan sebuah komponen yang digunakan untuk mengatur jumlah
keluaran gas carrier. Secara umum ilustrasi flow controller itu seperti keran air yang
bisa di buka atau tutup. Bentuk aslinya mungkin seperti solenoid valve yang bisa di
atur dengan microcontroller.
3. Gas carrier atau fase gerak akan menuju ke kolom. Pada instrument gc tidak terdapat
pompa seperti pada HPLC. Sample injector atau sering disebut auto sampler akan
mengeluarkan sample sesuai dengan algoritma yang telah di program dengan
komputer.
4. Kolom oven merupakan fase diam gas chromatography. Pada bagian ini suhu dapat
dikendalikan, maksudnya bisa di naik atau turunkan sesuai dengan kebutuhan. Nah,
proses menaik-turunkan suhu pada kolom oven akan membuat material sample
menguap dan terbawa oleh fase gerak(gas carrier).
5. Ketika proses senyawa volatile pada sample menguap, maka detektor akan
menangkapnya sebagai signal-signal data. Signal tersebut kemudian diterjemahkan
menjadi data yang mudah dipahami dalam bentuk diagram.
6. Chromatograph merupakah hasil akhir yang keluar di layar komputer yang
menampilkan data hasil analisa sample.

3. Karena untuk menjaga kondisi alat ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya, jika tidak
dilakukan maka nilai ukuran yang di ukur tidak memenuhi standar. Dan juga pada Metering
System yang digunakan tidak akurat.

4. Hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan kecepatan dan momen putar dengan baik,
arah putaran mudah dikendalikan, tidak peka terhadap debu, air, panas dan dingin, serta aman
terhadap ledakan.
Aktuator elektrik merupakan aktuator yang mempunyai prinsip kerja mengubah sinyal
elektrik menjadi gerakan mekanik. Sedangkan Aktuator pneumatic adalah aktuator yang
memanfaatkan udara bertekanan menjadi gerakan mekanik.
Kegunaan Actuator Pneumatik:
 medis,
 pengemasan,
 penanganan material,
 hiburan,
 dan bahkan robotika.
Kegunaan Actuator Elektrik:
pembangkit listrik, metalurgi, pembuatan kertas, petrokimia, perlindungan lingkungan dan
industri ringan.

5. a. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang memiliki
sistem pendeteksi kebakaran baik manual maupun otomatis secara lengkap. Fungsi sistem
proteksi kebakaran adalah untuk memadamkan api, mengendalikan kebakaran, atau
menyediakan pengendalian paparan sehingga efek domino dapat dikendalikan. Sistem
proteksi kebakaran ada yang beroperasi secara otomatis seperti sprinkler air dan ada juga
yang beroperasi secara manual seperti APAR.
Adapun beberapa contoh lain dari sistem proteksi kebakaran aktif antara lain, pertama,
detektor, yang merupakan alat pendeteksi tanda-tanda api. Kedua, alarm, yaitu alat yang
berfungsi untuk memberikan pemberitahuan adanya api. Ketiga, sprinkler, yaitu alat yang
dapat menyemburkan air dari langit-langit ketika terdeteksi kebakaran. Keempat, alat
pemadam api ringan (APAR), yaitu alat pemadam api portable berisi berbagai macam zat
yang dapat memadamkan api. Terakhir, sistem pengendalian asap, alat yang dapat
mengendalikan asap ketika terjadi kebakaran.
b. Selanjutnya, sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan struktur bangunan. Sistem proteksi
kebakaran pasif dapat memberikan alternatif yang efektif terhadap sistem proteksi aktif untuk
melindungi fasilitas dari kebakaran. Sistem proteksi kebakaran pasif ini cocok untuk
bangunan yang berada di area terpencil atau yang kesulitan untuk mendapatkan sumber air.
Sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari pelapisan material tahan api kepada permukaan
tembok, mesin, atau bagian lain. Adapun contoh sistem proteksi kebakaran pasif antara lain
adalah pintu dan jendela tahan api untuk menahan kebakaran, bahan pelapis interior untuk
meningkatkan kemampuan permukaan untuk menahan api, penghalang api untuk membentuk
ruangan tertutup, dan partisi penghalang asap untuk membagi-bagi ruangan guna membatasi
gerakan asap.
c. Cara Kerja Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran
seperti gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas
yang berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka
alat ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell
menyalakan lampu, dan lainnya sehingga orang sekitar dapat mengetahui kalau ada potensi
kebakaran di tempat tersebut.
Standalone Gas Detector adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kebocoran gas berbahaya seperti LPG dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus
menggunakan panel controller. Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat ini akan membunyikan
built-in sirine.Alat ini dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran
gas. Disamping sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system. Alat
ini juga memiliki output 12 VDC yang dapat digunakan untuk men-trigger external valve.
6. a. pengukuran dimensi dan pengumpulan deskripsi dari gambar dan sepesifikasi, tahapan
ini disebut taking off
b. penyiapan RAB yang mencakup kalkulasi volume, luas dan jumlah, kemudian diikuti
dengan memasukkan deskripsi dan hasil kalkulasi ke dalam RAB sesuai dengan item
pekerjaannya, tahapan ini disebut dengan billing.

Anda mungkin juga menyukai