Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TANIA SALSABILAH

NIM : 20334118
KELAS :2E
MATKUL : ANTROPOLOGI KESEHATAN

keperawatan transkultural

Keperawatan Transkultural
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional dan merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, bentuk
pelayanan bio-psiko-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat (Lokakarya Nasional,1983).
Keperawatan didefinisikan sebagai diagnosis dan tidakan terhadap
respons manusia pada masalah kesehatan aktual atau professional dan situasi
kehidupan (Nusing: A Social Policy Statement, 1985;NANDA,1990).
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi
ilmiah yang berorientasi pada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan
pengetahuan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan
pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan atau asuhan keperawatan yang bersifat
humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, standar
pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Peran perawat adalah melaksanakan pelayanan keperawatan dalam suatu
sistem pelayanan kesehatan sesuai dengan kebijakan umum pemerintah yang
berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah, yaitu:
1.      Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggungjawab dalam
mengelola asuhan keperawatan.
2.      Berperan aktif dalam kegiatan penelitian di bidang keperawatan dan
menggunakan hasil dari teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan atau asuhan keperawatan.
3.      Berperan aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian
untuk hidup sehat.
4.      Mengembangkan diri terus menerus untuk meningkatkan kemampuan
professional.
5.      Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai
dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai
anggota masyarakat yang berperan aktif, reproduktif, terbuka untuk menerima
perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.
Dibawah ini peran perawat secara umum, yaitu:
1.      Meyakinkan bahwa perusahaan memenuhi peraturan perundang-
undangan.
2.      Mengembangkan program surveillance kesehatan.
3.      Melakukan konseling.
4.      Melakukan koordinasi untuk kegiatan promosi kesehatan dan fitness.
5.      Melakukan penilaian bahaya potensial kesehatan dan keselamatan di
tempat kerja.
6.      Mengelola piñatalaksanaan akibat kerja dan pertolongan pertama pada
kecelakaan serta masalah primer di perusahaan
7.      Melaksanakan evaluasi kesehatan dan kecelakaan kerja.
8.      Konsultasi dengan pihak manajemen dan pihak lain yang diperlukan.
9.      Mengelola pelayanan kesehatan, termasuk merencanakan,
mengembangkan dan menganalisa program, pembiayaan, staffing serta
administrasi umum.
Selain itu, peran perawat menurut konsirsium ilmu kesehatan tahun 1989, terdiri
dari:
a.       Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
b.      Peran perawat sebagai advokat klien
c.       Peran perawat sebagai edukator
d.      Peran perawat sebagai koordinator
e.       Peran perawat sebagai kolaborator
f.       Peran perawat sebagai konsultan
g.      Peran perawat sebagai pembaruan

Transkultur
Transkultural terdiri atas dua kata dasar yaitu “trans” yang berarti
“berpindah” atau “suatu perpindahan” dan satu kata lagi yaitu “kultur” yang
berarti “kebudayaaan”.
Kultur atau keudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan
secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya juga merupakan suatu pola
hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek
budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini
tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Wikipedia bahasa
Indonesia).
Secara singkat keperawatan transkultural atau transkultural nursing dapat
diartikan sebagai keperawatan lintas budaya.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi. Labil diagnose keperawatan memberi format untuk
mengekspresikan bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan juga dapat diartikan sebagai penilaian klinis
tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan potensial aktual. Diagnosis keperawatan member
dasar untuk pemulihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
perawat bertanggung gugat (NANDA,1990).

Diagnosa Keperawatan Transkultural


Dari beberapa pengertian dari setiap komponen dalam definisi
keperawatan transkultural di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, diagnosa
keperawatan transkultural merupakan pengkajian dan penilaian tentang respon
klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau
dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
1.      Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur;
2.      Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural;
3.      Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Peran perawatan dalam hal ini adalah melakukan pengkajian terhadap
respon klien berdasarkan aspek latar belakang budaya mereka kemudian
menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam
dengan sistem perawatan prosfesional melalui asuhan keperawatan berdasarkan
ilmu pengetahuan dan dasar teori yang jelas dan telah terbukti.
Skema diatas adalah penjelasan dari alur utama fungsi dan proses pada
diagnose keperawatan transkultural.

Komponen Diagnosa Keperawatan Transkultural


Komponen diagnosa dan Pengkajian dalam keperawtan transkultural dirancang
berdasarkan 7  komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu:
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
e. Faktor ekonomi (economical factors)
f. Faktor pendidikan (educational factors)
g. Faktor tekhnologi
Model matahari terbit (sunrise model) ini melambangkan esensi
keperawatan dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas,
lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai
pandangan dunia (worldview) tentang dimensi dan budaya serta struktur sosial
yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat
dalam lingkup yang sempit.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger
dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor
sosial dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum,
ekonomi, dan pendidikan.
Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan
kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi pola/cara dan praktik
keperawatan. semua langkah perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan
kesehatan holistik, penyembuhan penyakit, dan persiapan menghadapi
kematian. Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat
sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing
faktor memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care
expression, pattern, and practices).
Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut besar kontribusinya terhadap
pencapaian kesehatan secara holistik atau kesejahteraan manusia, baik pada
level individu, keluarga, kelompok, komunitas, maupun institusi di berbagai
sistem kesehatan. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, ketujuh faktor
tersebut masuk ke dalam level pertama yaitu tahap pengkajian.
Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
b.       Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
c.       Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem
perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat
tersebut digambarkan oleh Leinenger  dengan gambar seperti di bawah ini. Oleh
karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan
proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan
keperawatan.
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural
pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care
health and well being, yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan
budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang
bermakna guna mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai