Anda di halaman 1dari 2

LATARBELAKANG

Berita mengenai pelanggaran HAM atau Hak Asasi Manusia bukanlah hal yang asing. Di berbagai
negara, kasus pelanggaran HAM baik yang ringan maupun berat sering terjadi . Penyelesaian kasus
pelanggaran HAM pun banyak disoroti oleh publik karena hal tersebut berkaitan dengan kredibilitas
lembaga negaranya dalam menegakkan keadilan.
Menurut Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik yang
dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu
lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.
Tragedi Trisakti merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang selalu dikenang.
Pada 12 Mei 1998, terjadi peristiwa penembakan terhadap mahasiswa demonstran di Trisakti yang
menuntut Soeharto turun dari jabatan presiden. Awal tahun 1998, perekonomian di Indonesia
tengah terganggu. Hal ini dipengaruhi oleh adanya krisis finansial Asia sepanjang tahun 1997
sampai 1999. Mahasiswa kemudian melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung
Nusantara, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

KRONOLOGIS

Tragedi Trisakti ini bermula dari aksi demonstrasi di jalan raya. Sejak Maret 1998, mahasiswa dari berbagai
kampus dan elemen masyarakat prodemokrasi turun ke jalan.
Mereka menuntut pemerintah melakukan tindakan atas merebaknya KKN yang menyeret negara ke jurang krisis
moneter bertepatan krisis finansial Asia.
Sebelum terjadinya penembakan, para mahasiswa Universitas Trisakti memulai aksi damai dari kampus Trisakti
di Grogol, Jakarta Barat menuju Gedung Nusantara.
Merujuk laman humas Trisakti, kronologi tragedi Trisakti bermula saat para mahasiswa bergerak menuju
Gedung Nusantara pukul 12.30 dan mendapat pengadangan blokade dari Polri dan militer. 
Beberapa mahasiswa kemudian mencoba untuk bernegosiasi dengan pihak Polri. Akhirnya pukul 17.15, para
mahasiswa bergerak mundur. Pergerakan ini diikuti dengan majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun
mulai menembakkan peluru mereka ke arah para mahasiswa. Karena panik, mereka tercerai berai, sebagian
besar melarikan diri dan berlindung di Universitas Trisakti. Aparat keamanan tidak berhenti melemparkan
tembakan peluru mereka. Satu per satu korban mulai berjatuhan dan dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras.
Penembakan yang terjadi terhadap mahasiswa diketahui tidak hanya dilakukan oleh aparat keamanan yang
berada di hadapan para demonstran. Dalam berbagai dokumentasi televisi, juga terlihat adanya tembakan yang
berasal dari atas fly over Grogol dan jembatan penyebrangan. Aparat keamanan tidak hanya menembaki mereka
dengan peluru karet, tetapi juga menggunakan peluru tajam. Wakil Ketua Komnas HAM, Marzuki Darusman,
yang turut hadir di kampus Trisakti menyatakan adanya serangan terhadap kemanusiaan dalam menangani
massa. Mahasiswa yang menjadi korban dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras. Suasana memilukan pun
sangat terasa di Unit Gawat Darurat RS Sumber Waras. Dari aksi penembakan ini terdapat enam korban yang
tewas.  Kemudian beberapa hari kemudian dipastikan ada empat mahasiswa Trisakti yang juga menjadi korban
tewas dalam tragedi tersebut, yakni Elang Mulia Lesmana, Hafidhin Royan, Hendriawan Sie, dan Hery
Hartanto..

Penyelesaian Hukum Kasus Trisakti


Setahun setelah kejadian, penyelidikan kasus ini menyeret enam terdakwa yang mendapatkan
hukuman 2-10 bulan pada 31 Maret 1999. Tiga tahun kemudian, sembilan terdakwa lain
disidangkan di Mahkamah Militer, yang kemudian dihukum 3-6 tahun penjara pada Januari 2002.
Namun Komnas HAM menyebutkan bahwa terdakwa yang diberi hukuman hanya pelaku
lapangan saja, dan bukan komandannya yang memberikan intruksi.

Terjadi pada 12 Mei 1998 jelang runtuhnya Orde Baru. Kasus ini menewaskan 4 orang
mahasiswa. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis 2 orang terdakwa
dengan hukuman 4 bulan penjara, 4 orang terdakwa divonis 2-5 bulan penjara, dan 9 orang
terdakwa divonis penjara 3-6 tahun.

KESIMPULAN

Kasus penembakan mahasiswa Trisakti merupakan kasus pelanggaran HAM berat, karena
menyebabkan korban jiwa, mengambil hak berpendapat dan menganiaya korban sampai
meninggal. Meskipun penyelesaian hukum telah diambil dan pelaku telah divonis hukuman
penjara, namun mereka bukanlah pelaku utama. Sebagian besar pelanggaran HAM di Indonesia
belum bisa diselesaikan sampai tuntas.

Anda mungkin juga menyukai