Anda di halaman 1dari 3

Home » fotografi

Basic setting kamera yang wajib untuk dipahami


31 October 2009 33,819 views 8 Komentar

Percaya atau tidak,  banyak pemilik kamera digital yang masih belum
memahami setting dasar dari kameranya, sehingga dalam memotret dia hanya mengandalkan
mode Auto dan pasrah akan hasil akhir nantinya. Padahal kita tahu bahwa kamera punya banyak
setting dan kesalahan setting akan membuat hasil foto bisa mengecewakan sehingga ada saja
orang yang merasa ragu untuk mencoba berbagai setting yang ada di kameranya. Betul kalau
mode Auto pada kamera masa kini sudah amat cerdas dalam membuat foto yang aman, tapi
apakah anda tidak ingin menjajal berbagai setting yang ada di kamera anda? Setidaknya kita
harus mengenali dan pernah mencoba seluruh setting dasar yang ada pada kamera yang kita
miliki sehingga tahu apa yang harus dirubah saat berhadapan dengan situasi yang berbeda-beda.

Meski tampak sepele, tapi setting berikut ini bisa membantu anda menghasilkan foto yang lebih
baik, bila diatur dengan benar. Untuk lebih jelasnya, baca juga buku manual kamera anda karena
apa yang kami sampaikan berikut ini bersifat umum.

Ukuran foto (resolusi sensor)

Foto atau gambar format digital diukur dengan satuan piksel dan ini terkait dengan resolusi yang
dimiliki sensor kamera, dimana resolusi sensor menandakan ukuran maksimal foto yang bisa
dihasilkan (dinyatakan dalam mega piksel). Kamera masa kini telah mengalami peningkatan
dalam jumlah piksel pada keping sensornya dan kita tahu kalau semakin tinggi resolusinya maka
semakin detail foto yang dihasilkan.

Berapapun resolusi yang dimiliki oleh kamera digital, biasanya terdapat pilihan setting resolusi
yaitu :

 resolusi maksimum (large) : disini kamera akan menghasilkan foto dengan resolusi
penuh dan otomatis file foto yang dihasilkan juga akan berukuran besar. Gunakan
resolusi tertinggi ini bila anda memang sedang memotret sesuatu yang penting, kaya
detail, berencana banyak melakukan cropping atau akan mencetak ukuran besar.
 resolusi menengah (medium) : kamera akan menghasilkan foto dengan ukuran
menengah yang masih cukup detail namun ukuran filenya tidak terlalu besar. Setting ini
cocok dipakai untuk memotret sehari-hari.
 resolusi kecil (small) : bila anda hanya perlu foto berukuran kecil untuk ditampilkan di
web dan tidak berencana untuk dicetak ataupun melakukan cropping, resolusi kecil ini
bisa saja dipakai.

Kualitas foto (kompresi JPEG)

Banyak orang yang salah paham kalau kualitas foto itu ditentukan dari resolusinya. Padahal
resolusi menyatakan detail foto sementara kualitas ditentukan dari tingkat kompresi JPEG yang
bisa kita atur settingnya. Semakin tinggi kompresi JPEG maka kualitas foto akan makin rendah
karena preses kompresi ini bersifat lossy alias menurunkan kualitas. Foto berkualitas rendah akan
tampak adanya artifak atau kotak-kotak akibat proses kompresi yang tinggi, namun memiliki
ukuran file yang rendah.

Setting kualitas yang umumnya dijumpai di kamera :


 kualitas tertinggi (super fine, best atau high quality) : bila perlu foto berkualitas tinggi
dan minim artifak, pilih setting dengan kompresi terendah ini, namun ukuran file akan
sangat besar (sekitar 4-5 MB per foto).
 kualitas menengah (fine, better atau medium quality) : cocok untuk digunakan sehari-
hari, masih aman dari artifak yang mengganggu namun file foto tidak terlalu besar.
 kualitas dasar (normal, good atau basic quality) : bisa dipilih kalau sedang kondisi
darurat, misalnya kebetulan kartu memori yang ada kapasitasnya rendah, atau sisa ruang
simpan di kartu memori tinggal sedikit. Di setting ini kompresi JPEG sangat tinggi
sehingga sebuah file foto bisa berukuran kecil namun akan banyak mengalami efek
kompresi seperti artifak yang bakal terlihat di hasil foto.

Sensitivitas sensor (ISO)

ISO dalam fotografi digital menandakan seberapa sensitif sensor terhadap cahaya. Tiap kamera
punya ISO dasar (atau ISO terendah) yang umumnya diantara ISO 80 hingga ISO 200. Di ISO
terendah ini sensor memberikan hasil foto yang rendah noise sehingga umumnya kebanyakan
orang membiarkan kameranya selalu memakai ISO rendah. Padahal adanya pilihan nilai ISO
pada kamera disediakan tentu untuk kemudahan kita, dan kapan memakai ISO rendah dan kapan
harus menaikkan ISO tentu perlu kita pahami.

 ISO rendah (ISO 80 - 200) cocok untuk dipakai sehari-hari, selama cahaya sekitar cukup
terang seperti saat memotret di siang hari.  ISO rendah juga bisa dipilih bila kita ingin
fotonya terhindar dari noise atau saat sedang bermain slow speed.
 ISO menengah (ISO 400 - 800) bisa jadi nilai kompromi antara sensitivitas dan noise,
dalam arti di ISO menengah ini kita mendapat sensor yang lebih sensitif namun dengan
noise yang tidak terlalu tinggi. Gunakan ISO menengah bila cahaya sekitar sudah mulai
redup, atau saat memakai ISO dasar ternyata shutter speed terlampau lambat dan
berpotensi blur. Noise yang muncul akibat memakai ISO menengah ini masih bisa
dikurangi memakai software komputer.
 ISO tinggi (ISO 1000 - 6400) adalah peningkatan ekstrim dari sensitivitas sensor yang
akan membuat sensor sangat sensitif terhadap cahaya sekaligus membuat banyak noise
pada foto. Gunakan ISO tinggi bila cahaya yang ada tidak mencukupi bagi kamera untuk
mendapat eksposur yang tepat, atau bila kita ingin mendapatkan shutter speed yang
tinggi. Pada kebanyakan kamera digital, ISO tinggi umumnya memberi hasil foto yang
penuh noise dan kurang baik untuk dicetak.

Kompensasi Eksposur (Ev)

Setting yang satu ini kadang dipahami banyak orang sebagai kendali terang gelap, meski yang
lebih tepatnya adalah bagaimana kita memberikan instruksi pada kamera untuk merubah nilai nol
eksposur. Setting Ev menjadi setting dasar kamera digital mulai dari kamera kelas pro hingga
kamera ponsel, dan nyatanya setting ini sangat bermanfaat untuk mengatasi kendala terang gelap
yang tidak sesuai keinginan kita. Nilai default Ev adalah 0 (nol) dimana kamera berupaya
mencari nilai shutter dan aperture terbaik hasil pengukuran kondisi pencahayaan saat itu
(metering). Pada nilai Ev 0 biasanya area terang (highlight) dan gelap (shadow) berada pada
kondisi yang imbang, meski karakter tiap kamera bisa sedikit berbeda. Dalam kondisi tertentu,
adakalanya metering kamera tidak memberikan hasil yang sesuai dengan keinginan kita, entah
objeknya terlalu over atau terlalu under. Nah, bila sudah begitu kita bisa merubah nilai Ev ini ke
arah :

 Positif Ev (mulai dari +1/3 Ev hingga +3 Ev) dilakukan bila kita ingin membuat bagian
yang gelap menjadi lebih terang, meski dengan resiko bagian terang jadi terbakar
(blown). Biasanya di area yang kontrasnya tinggi seperti saat sinar matahari terik, atau
ada sinar dari belakang objek (backlight), maka foto perlu dikompensasi ke arah positif.
 Negatif Ev (mulai dari -1/3 Ev hingga -3 Ev) dilakukan bila kita ingin mengurangi area
yang terang jadi lebih gelap, seperti saat memotret sunset. Tanpa menurunkan Ev, foto
sunset akan terlalu terang dan niscaya momen indah saat matahari terbenam itu tidak
akan terekam dengan baik.

Mode lampu kilat (flash)


Lampu kilat yang ada pada kamera tampaknya cukup sepele karena hanya berfungsi sebagai
lampu tambahan. Namun adakalanya pemilik kamera masih sering mengabaikan setting flash
saat memotret. Umumnya setting flash ini dibiarkan di posisi Auto dimana flash akan menyala
hanya kalau suasana sudah cukup gelap. Padahal seringkali kita perlu flash di siang hari, dan bisa
saja kita justru tidak boleh menyalakan flash di malam hari. Untuk itu inilah setting dasar lampu
kilat kamera secara umum yang perlu dipahami :

 Auto : menyala otomatis saat mulai gelap. Biasakan untuk tidak memakai mode flash
Auto.
 Flash on : selalu menyala setiap memotret. Gunakan setting ini bila ingin memotret
dengan lampu kilat seperti saat tidak ada sumber cahaya apapun selain dari lampu
kamera, atau saat siang hari tapi objek yang akan difoto terhalang bayangan sehingga
gelap. Flash di siang hari juga bisa dipakai untuk melawan backlight.
 Flash on plus red-eye : sama seperti di atas, namun lampu kilat akan menyala dua kali
untuk mencegah mata merah. Ada saja orang yang memakai setting ini tanpa memahami
mode ini untuk apa, sehingga dia memakai setting ini setiap kali memotret, siang atau
malam. Padahal dengan dua kali lampu kilat menyala, potensi kehilangan momen cukup
tinggi karena ada jeda saat memotret dan hingga saat gambar diambil. Lagi pula dengan
seringnya lampu kilat menyala akan membuat baterai cepat habis.
 Flash off : kebalikan dengan flash on, setting flash off tentu mencegah lampu kilat
menyala saat memotret. Pertama, gunakan setting ini saat cahaya sekitar sudah cukup
banyak. Kedua, matikan flash saat kita perlu memotret dengan available light (sumber
cahaya alami) seperti memotret lilin, night shot atau ruangan yang sangat luas. Ketiga,
setting ini berguna saat penggunaan lampu kilat dilarang seperti saat konser di panggung
pertunjukan atau di rumah ibadah. Keempat, jangan pakai lampu kilat bila hasil foto akan
mengalami pantulan lampu seperti memotret dari balik jendela mobil, memotret ikan di
akuarium dan memotret benda yang mengkilat.

White balance

Terakhir, setting dasar yang kerap diabaikan adalah pengaturan karakter warna white balance.
Alasan umum mengapa jarang ada yang suka mencoba bermain-main dengan setting ini adalah
karena di posisi Auto WB, hasil foto sudah cukup aman dan warnanya jarang meleset. Hanya
saja apakah kita akan pasrah pada mode Auto saat berhadapan dengan sumber cahaya putih yang
berbeda-beda? Di alam ini sumber cahaya putih sangat banyak mulai dari matahari, lampu neon,
lampu pijar hingga lampu kilat. Bila kamera salah dalam mengenali sumber cahaya yang ada,
hasil foto akan jadi kebiruan atau kemerahan sehingga merusak mood dari sebuah foto. Bila pada
kamera sudah tersedia preset WB untuk berbagai sumber cahaya tersebut, cobalah untuk
memakai setting yang sesuai supaya karakter warnanya lebih tepat.

Itulah setting dasar kamera digital yang perlu dikenali, dipahami dan dicoba. Masih banyak
setting lain yang tingkatnya lebih advanced, namun dengan mengoptimalkan setting dasar saja
diharap kita sudah bisa menjaga hasil foto supaya tidak mengecewakan.

Anda mungkin juga menyukai