1. Initial Assesment
2. Riwayat Pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Screening Test
Pulse oxymetri, pengukuran kadar glukosa, penilaian mental status.
6. Resusitasi
7. Cardipulmonary Arrest
Outcome pasien jelek, kalo pun selamat mayoritas pasien memiliki kelainan
neurologi permanen
Tanda-tandanya:
1. Circulation
2. Airway
Kendala Saat airway: Adanya kelemahan tonus otot dikarenakan oleh
penghambatan pada jaringan mandibula, ex: lidah, jaringan sekitar, tulang
mandibula
Yang harus dilakukan: head thil chin lift jika ga ada trauma kepala atau leher
& Jaw Thrust jika ada trauma kepala dan leher.
Harusnya dilakukan intubasi tapi pada short period mask bag sama efektifnya
atau mask bag digunakan saat pertolongan awal sblm intubasi
Ketika udh dipasang intubasinya setelah itu dinilai apakah tempatnya sudah
tepat pergerakan dinding dada, simetris bilateral auscultasi.
Jika setelah intubasi ga membaik kemungkinan Kesalahan posisi tube, adanya
obstruksi, pneumothorax dan alatnya rusak.
3. Breathing
Pemberian 100% oksigen dlm 8-10x/min saat CPR atau 12-20x/min untuk pasien
yang sudah dalam perfsuion rhytem.
Penanganan ga boleh hiperventilasi
4. Drugs
Ketika Sudah CAB tidak membaik
Jika intravascular akses tidak terpasang pemberian obat dapat dilakukan melalui
intraoseus.
Epinefrin meningkatkan resistensi vascular dan meningkatkan aliran darah
coroner.
Sodium bikarbonat (penggunaan rutin tidak direkomendasikan) untuk
mengobati toxidromes atau hyperkalemic arrest. impaired cardiac function
Calcium digunakan apabila ada hypokalsemia, overdosis CCB, hypomagnesia
atau hypokalemia.
Pemberian glukosa apabila ada hipoglikemia
Defibrilasi dilakukan apabila ditemukan irama Ventrikel Fibrilasi atau Ventrikel
Takikardi (Disertai CPR)
Cardiovesi dilakukan apabila ditemukan irama SVT untuk menjaga agar irama
menjadi VT atau VF
Defib kedua dikasih epinefrin, kalo masih gagal kasih amiodarone.
Etiologi:
Hypoxemic Respiratory Failure Tidak berjalan baiknya mekanisme ventilasi
dan perfusi (Perfusi paru tidak adequate untuk melakukan pertukaran udara
darah yang tidak teroksigenasi yang terdapat pada alveoli).
Hypercarbic Respiratory Failure Tidak adequatnya alveolar ventilasi
menyebabkan berkurangnya waktu untuk terjadi pertukaran udara
Respiratory failure dapat terjadi dengan ARDS, Tandanya 7 hari dengan
mengetahui klinis yang buruk, kegagalan nafas tidak dapat di akibatkan oleh
cardiac failure atau overload cairan, rontgen dada didapatkan infiltrate baru
yang disertai dengan acute parenkymal disease, perbaikan apabila diberikan
oksigen.
Penyebab ARDS SEPSIS, BURN INJURY, INFLAMASI YANG MENYEBABKAN
PULMONARY EDEMA,SHOCK.
Manifestasi klinis:
Early sign: Tacypnea & Takikardi
Further progression: dypsneu, grunting, penggunaan nafas dengan otot dada,
diaporesis.
Late sign: sianosis, perubahan mental status.
Treatment:
Bag/mask ventilation untuk apnea
Nasal kanul pasien stabil di room air
Intubasi dan ventilasi mekanik klo saturasinya turun
Perbaiki underlying diseasenya
Komplikasi:
Multiple organ disfungsion karena terjadi hypoxia
Komplikasi yang berkaitan dengan ventilasi mekanik: Pneumomediastinum,
pneumothorax, lung injury (loss of functional residual capacity)
Prognosis:
Prognosis bergantung pada etiologynya klo karena bronkiolitis dan asma baik.
Mortality rate rendah 1%.
ARDS mortality rate 18-35%
Prevention:
Imunisasi untuk menghindari dari pertussis, influenza dll
Penanganan penyakit asma yg baik
Pasif imunisasi dengan immunoglobulin
Mencegah trauma pada dada.
9. SHOCK
Shock Hypovolemia
Konsep: kekurangan cairan pada intravascular karena pengeluaran cairan
yang banyak atau intake cairan yang sedikit. Muntah, diare, trauma
perdarahan, capillary leak syndrome)
Kompensasi: kekurangan cairan di intravascular preload, stroke volume,
cardiac output berkurang hearth rate meningkat & kontraktilitas myocardium
meningkat.
Akibat jika tak segera ditangani: peningkatan hearth rate tidak akan
meningkatkan coronary blood flow (darahnya ga ada), peningkatan resitensi
vascular meningkatkan myocardial oksigen consumption, sitokin dan vasoactive
peptide dapat mengubah vascular tone yang nantinya akan melepaskan
mediator inflamasi lain yang dapat merusak organ lebih jauh.
Symptom: dehidrasi, pallor,urine output berkurang, takikardi.
Shock Distributif
Konsep: abnormalitas distribusi darah ke tubuh meskipun cardiac outputnya
normal. Maldistribusi ini dipengaruhi oleh abnormalitas vascular tone.
Penyebab tersering: anaphylaxis, septic shock, neurogical injury & obat-obatan
Shock distributive biasanya disertai dengan SIRS (SOFA SSCORE)
Symptom: ekstremitas dingin, crt < 2s, hypotensi, biasanya ada demam,
lethargie, ptekie, purpura.
Cardiogenic Shock
Konsep: abnormalitas dari myocardium function pompa jantung tidak
adekuat jaringan tidak teraliri darah yg mengandung oksigen (perfusi jelek).
Kompensasi: cardiac output jelek Neurohormonal penyebab vasokonstrksi
meningkat Takikardi dapat mempengaruhialiran darah coroner yang mana
dapat menurunkan myocardial oxygen delivery
Penyebab cardiogenic shock pada anak: congenital hearth disease. Secondary:
myocarditis, metabolic abnormality, dysritmia.
Symptom: takikardi, takipneu, galop jantung, distensi vena jugular. Karena renal
blood flow rendah makan akan ada oliguria dan anuria.
Obstruction Shock
Konsep: adanya hambatan pada jalur penyebaran darah ke seluruh tubuh
hipoperfusi
Penyebab: congenital lesion (koartasio aorta, stenosis aortic valvular,
cardiomiopaty hypertropic)
Symptom: crt< 2s, pulse pressure sempit, pembesaran hati, terjadi distensi vea
jugularis
Disosiatif Shock
Konsep: Perfusi jaringan normal tapi sel-sel dalam jaringan tidak dapat
menggunakan oksigen karena ada kelainan pada afinitas hemoglobing
Symptom: takikardi, takipneu, perubahan mental status.
Laboratory and Imaging Studies Shock
Pemeriksaan arterial blood gas dan kadar laktat darah untuk melihat kadar
oksigen dalam jaringan
Penghitungan darah lengkap untuk menilai intravascular volume setelah
perdarahan
Kadar elektolit untuk mengidentifikasi abnormalities dari kehilangan cairan
Culture bakteri dan virus curiga shock distributive krn sepsis
EKG melihat kelainan jantung pada shock cardiogenik
Fluid Resucitation
Pemberian larutan kristaloid isotonik 20ml/kg bolus –-> dosis diulang hingga
pasien sadar klo ga membaik di kasih koloid (tapi ga boleh jangka Panjang)
Monitoring terapi cairan dengan melihat cardiac output dan central venous
pressure.
Cardiovascular therapy
Penggunaan obat inotropic, ketokolamin dan vasodilator.
Terapi awal kasih dopamine 5-20 micogram/kg per menit
Pada pasien shock yang ridak tekompensasi : epinefrin dan norepinefrin.
Respiratory support
Paru merupakan target utama media inflamasi apabila shock diikuti SIRS
Meningkatkan resiko gagal nafas
Penangan tersebut butuh ETT, Mechanical ventilation dgn sumplementasi
oksigen dan PEP
Pada pasien cardiopulmonal failure berat berikan nitric oxide inhalasi.
Komplikasi Shock
Karena jeleknya aliran darah menuju ginjal akan menyebabkan prerenal
azotemia (oliguria/anuria) Jangka panjang bisa jadi acute tubular nekrosis /
ATN(susah dibenerin)
ATN Perbandingan serum BUN : Creatinin = 10:1, sodium urine level <
20meq/L
Komplikasi mayor shock merusak multiple organ meningkatkan resiko
mortalitas yang lebih besar.
10. Trauma
2. Trauma Thorax
Paling sering : kontusio pulmonal, pneumothorax dan fraktur iga
Trauma tumpul pada anak dapat ditangani tanpa operasi dengan
pemberian supportive terapi yang tepat dengan okigenasi dan ventilasi
yang adekuat.
3. Spleen Injury
Harus di curigai apabila terjadi trauma pada bagian abdominal left upper
quadrant kehr sign (krn adanya iritasi diafragma)
Bisa dilakukan tatalaksana non operatif
Jika akan dilakukan splenektomi Harus diberikan profilaksis penicillin
4. Liver Trauma
Morbiditas tinggi
Manifestasi hampir sama kaya spleen injury tapi beda kuadran.
Bisa dilakukan tatalaksana non operatif tapi membutuhkan observasi
yang sangat ketat
5. Renal Injury
Biasanya di diagnosis dengan adanya Riwayat kencing darah atau
proteinuria saat anamnesis
Atau dengan pemeriksaan CT Scan
Low grade renal injury bed rest, kateter, monitoring proses
penyembuhan dengan USG atau CT Scan
Pembedahan dilakukan apabila terdapat urinary obstruction yg
disebabkan karena adanya cloth
6. Pancreatic Injury
Diagnosisnya susah adanya nyeri tekan abdominal, muntah-muntah
disertai dengan peningkatan enzim amilase dan lipase (terjadi setelah
beberapa hari mengalami cedera)
Adanya hemorraghic instability perdadarahan peritoneal
Terapi non operatif bisa dilakukan apabila terjadi kontusio tapi klo ada
ductal injury harus dilakukan operasi
7. Intestinal Injury
Perut yang penuh lebih mudah perforasi dibanding perut yang kosong
apabila terjadi cedera.
Biasanya perforasinya pada (ligamentum treitz, katup ileocecal,
ascending dan descending peritoneal)
Hematom organ non operatif, Pneumoperitoneum Operatif
11. Drowning
Manifestasi Klinis
Tacypnea, Tacycardia, Meningkatnya kerja nafas, menurunnya suara nafas,
perubahan status mental, hypotermia
Prognosis
Bergantung sama sukses atau tidaknya resusitasi dan adanya keparahan hypoxic
iskemic injury pada otak.
GCS 5 atau dibawahnya, adanya koma, kejang dan dilatasi pupil memiliki
prognosis yang buruk.
Etiologi
Adanya distrupsi dari 3 faktor utama yaitu fungsi kulit, regulasi heat
loss/ penjagaan cairan tubuh, dan barrier pada infeksi.
Luka bakar mengaktifkan media inflamasi dan media vasoaktif
meningkatkan permeabilitas kapiler, penurunan volume plasma, dan
penurunan cardiac output hypermetabolic (peningkatan pengeluaran
energi saat fase istirahat & peningkatan katabolisme protein)
Epidemiologi
Luka bakar lebih sering pada anak yang lebih muda di banding anak yg
lebih tua
Laki-laki lebih sering terkena luka bakar
Biasanya dapet dirumah terkena api, tersengat listrik dan chmical
burn
Manifestasi Klinis
Pada pasien luka bakar dalamnya luka harus dinilai melalui clinical
appearance
Derajat 1 (Superficial) lapisan epidermis Kemerahan, nyeri, dan
kering akan sembuh dalam 2-5 hari tanpa ada skar
Inhalation Injury harus di suspek klo ada luka bakar facia, rambut
hidung hangus, sputum berwarna hitam. Suara serak ada indikasi cedera
pada subglotis. Menyebabkan bronchospasm, inflamasi airway, &
terganggunya fungsi pulmonal & intake makan susah masuk.
Area yg beresiko terkena luka bakar: wajah, mata, telinga, telapak kaki,
telapak tangan dan perineum.
Fluid Management
o Cedera luka bakar yang signifikan Bolus 20ml/kgbb Ringer
laktat
o Formula resusitasi cairan bergantung oleh berapa persen luka
bakar pada tubuh. Total Fluid 2-4ml/kgbb/%luka bakar cairan
dibagi 2 8 jam & untuk 16 jam setelahnya.
o Marker klo perfusi sudah adekuat 1ml/kgbb/jam.
Nutrisi
o Untuk merespon hypermetabolic
o Nutrisi masuk tergantung klinis enteral atau parenteral
o Untuk memperbaiki hyperkatabolik pain control, glukosa
control dan penggunaan obat anabolic sterois (oxandrolone dan
propranolol)
Wound Care
o Untuk mencegah kolonisasi bakteri pada luka yg menyebabkan
infeksi sekunder, mengurangi evaporasi cairan tubuh, dan
sebagai pain control.
o Macam2 skin graft Cadaver allograft, porcine xenograft
o Graft skin untuk full thickness burn injury skin autograft dan
skin subtitutes.
Etiologi Poisoning
Kosmetik
Sabun pembersih
Personal care product
Analgesik
Anak usia di bawah 13 tahun laki-laki lebih banyak kena exposure
poison. Tapi anak perempuan usia remaja lebih banyak terkena
exposure poison.
Manifestasi Klinis
Perubahan mental status
Kejang
Cardiovascular Compromise
Abnormalitas metabolic
MK berdasarkan bahan penyebab keracunan:
Komplikasi poisoning
Koma
o Gejala yg paling sering tapi harus di diagnosis lain dengan
penyebab lain seperti kelainan cerebrovascular, asfixia &
meningitis
Direct Toxicity
o Keracunan hydrocarbon: pneumonia aspirasi pulmonary
toxicity. Ketika tertelan kelambung: bikin mual.
o Alkali liquid: nekrosis esofagus atau orofaring jika sembuh
akan jadi striktur resiko jangka Panjang jadi esophageal
carcinoma.
o Keracunan baterai bisa menyebabkan mucosal damage injury
pada esofagus esophageal burn & erosion baterai diambil
fengan endoskopi.
o Keracunan asam : menyebabkan proses koagulasi nekrosis
organ (paru, oral organ, esophagus & lambung)
menyebabkan terbatasnya kerusakan mukosa yg rusak jadi
jika keracunan ga lebih parah dari keracunan alkali
Metabolic Asidosis
o Assesment pada keracunan
Dysritmia
o QT Interval memanjang: Keracunan phenotiazine atau
antihistamin
o QRS lebar: keracunan antidepresan dan quinidine
o Sinus bradikardi: Digoxin, cyanide, chlorgenic agent atau beta
blocker
Gastrointestinal Symptoms
o Emesis, Nausea, Abdominal cramp dan diare
Seizure
GastroIntestinal Decontamination
o Bilas Lambung lack of efikasi (ga dilakukan rutin)
o Single dose activated charcoal menurunkan absorbsi racun.
Charcoal ga efektif untuk keracunan (corrosive agents,
hydrocarbon, heavy metals, glycol.
o Cathartic (Sorbitol atau magnesium sulfat) dengan kombinasi
charcoal.
o Irigasi dengan polyethylene glycol berguna untuk toxic
ingestion (iron, zink dan illicit drugs)
Enchanced elimination
o Multiple dose activated charcoal harus dipertimbangkan jika
pasien teracuni carbamazepine, dapsone, phenobarbital,
theopiline
o Alkalinisasi Urine untuk keracunan salisilat atau metrotrexat
o Dialisis untuk keracunan methanol, ethy glycol, bromide,
lithium, salisilat, theopiline.
Spesifik Antidotes
14. Sedasi dan Analgesia