Perbaikan Proposal Pak Mansyur
Perbaikan Proposal Pak Mansyur
Perbaikan Proposal Pak Mansyur
Oleh
ANIS
No.Stb. A 501 11 034
PENDAHULUAN
Layanan ini juga diberikan kepada siswa dalam membantu mengubah individu
yang baik. Perilaku menyimpang adalah sikap dan tingkah laku negatif yang
pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari perubahan perilaku yang
ditunjukkan siswa ke arah yang lebih positif, seperti menurunnya perilaku agresif
pada siswa.
dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain dengan sengaja
dimana makhluk hidup yang menjadi sasaran perilaku tersebut dengan sadar
untuk menghindar atau menyelamatkan diri. Akhir-akhir ini, banyak siswa yang
melakukan perilaku negatif atau kekerasan guna menyakiti orang lain atau
SMA Negeri 9 Palu, bahwa peneliti menemukan adanya siswa yang berperilaku
agresif non-verbal hal ini dapat dilihat dimana ketika proses belajar sedang
berlangsung terlihat jelas bahwa ada beberapa siswa yang mengganggu temannya
yang sedang belajar seperti melempari temannya dengan kertas, merampas paksa
barang milik temannya, memukul serta mendorong temannya. Selain itu ketika
jam istirahat berlangsung, ada beberapa diantara siswa yang berada didalam kelas
mencoret coreti dinding kelas, menendang kursi dan meja, dan menendang pintu
Palu diketahui bahwa ada beberapa siswa yang sering berurusan dengan guru
Pembimbing karena kasus berkelahi dan merusak fasilitas sekolah, seperti: papan
teguran dan hukuman dari guru di sekolah, siswa akan dijauhi atau terisolir dari
teman-temannya, sehingga dapat menyebabkan proses belajar dan perkembangan
sosial siswa di sekolah terganggu. Oleh karena itu, agar siswa dapat menjadi
pribadi yang lebih baik dan proses belajarnya berjalan dengan lancar, maka perlu
yang tepat untuk mengatasi perilaku perilaku yang maladaptif seperti perilaku
yang pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan dan segenap
tingkah lakunya itu dipelajari atau diperoleh karena proses latihan (Corey
adalah :
1) Manfaat teoritis
disekolah agar bisa ditangani lebih serius sehingga siswa dapat berperilaku
sesuai dengan norma yang ada dan aturan disekolah maupun dilingkungan
masyarakat.
2) Manfaat Praktis
2) Bagi guru bimbingan dan konseling, diharapkan dari penelitian ini dapat
siswa.
BAB II
oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan, dasar dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Marsellinus K. Toby pada tahun 2014 yang
Non-verbal Siswa Kelas XI SMA Katolik Santo Andreas Palu. Hasil penelitian
kelompok rata-rata skor siswa menjadi 30,5%, dari hasil perhitungan tersebut
mengikuti layanan konseling kelompok menurun sekitar 25%. Hal ini juga
penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari hasil analisis nilai rata-rata tes awal
dan tes akhir, diperoleh angka t hitung = 2,208. Pada taraf signifikan 5 % dengan dk
layanan konseling kelompok terhadap perilaku agresif siswa kelas VIII MTs At
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Dharsana pada tahun
Singaraja“. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian siklus I
siswa yang mengalami perilaku agresif dari kategori tinggi menjadi sedang.
perilaku agresif dari kategori sedang menjadi rendah dan sangat rendah.
dynamic).
menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis
yaitu berkaitan dengan tujuan yang secara umum dicapai melalui proses
dan masalah yang dihadapi siswa (konseli). Menurut Wolpe (dalam Willis
bahwa
Tujuan konseling kelompok behavioral adalah mencapai
kehidupan tanpa mengalami perilaku simptomatik, yaitu
kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan perilaku,
yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang
dan/atau mengalami konflik dengan kehidupan sosial. Dan
secara khusus, untuk mengubah perilaku salah dalam
penyesuaian dengan cara-cara memperkuat perilaku yang
diharapkan, dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan
serta membantu menemukan cara-cara berperilaku sehat.
tujuan terapi tingkah laku adalah untuk menghilangkan perilaku yang tidak
sesuai dan belajar berperilaku yang lebih efektif. Yakni memusatkan pada
suatu teknik konselingpun yang selalu harus digunakan, akan tetapi teknik
yang dirasa kurang baik dieliminasi dan diganti dengan teknik yang baru.
Dimana teknik teknik konseling itu harus disesuaikan dengan kebutuhan
yaitu:
beberapa teknik yang ada sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh
klien karena tidak semua teknik yang ada dapat digunakan untuk kasus atau
perilaku yang tampak. Perilaku yang tidak tampak dan bersifat umum,
harus cermat, jelas dan dapat dicapai dengan prosedur tertentu. Menurut
terapeutik.
Menurut Thoresen (dalam Corey 2010:88) adapun ciri-ciri konseling
behavioral yakni :
konselor dan klien dalam memilih prosedur perlakuan yang tepat, dan
konseling.
kesengajaan.
tersebut”.
cenderung untuk merugikan orang lain atau pun objek pengganti lainnya.
menyakiti orang lain, yang didasari oleh sikap emosi atas reaksi terhadap
terganggu.
hal. Menurut Buss dan Perry (1992:58), terdapat empat aspek perilaku
agresif yang didasari dari tiga dimensi dasar yaitu motorik, afektif, dan
adalah aspek pertahanan, aspek egosentris, aspek agresi fisik, aspek otoriter
faktor pendorong. Seperti yang diungkapkan oleh Taylor, Peplau, & Sears
karena pembawaan secara alami. Faktor internal atau dari dalam diri
induvidu itu sendiri seperti rasa iri hati dengan orang lain, perasaan
berburuk sangka dan keinginan untuk ditakuti. Faktor eksternal atau dari
luar diri induvidu seperti stres, pengaruh alkohol dan obat-obatan dan
bahwa “Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak disukai oleh
bahwa dampak dari perilaku agresif non-verbal bagi anak adalah anak
teman sebayanya.
orang atau benda yang menjadi sasaran dengan unsur kesengajaan. Seperti halnya
yang dikemukakan oleh Supriyo (2008:67) perilaku agresi adalah suatu cara
menghukum orang lain yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak
dikalangan siswa tingkat SLTP maupun SLTA, seperti yang saat ini terjadi di
sekolah SMA Negeri 9 Palu, bahwa sebagian besar siswa memiliki kebiasaan
mendorong temannya dari kursi dan selalu memulai perkelahian. Selain itu
dinding kelas, menendang kursi dan meja, dan bahkan sampai membanting pintu.
Perilaku yang diekspresikan oleh siswa tersebut termasuk dalam kategori perilaku
dan konseling, serta wali kelas selama melakukan penelitian kurang lebih dua
bulan di SMA Negeri 9 Palu bahwa perilaku agresif non-verbal siswa terjadi
dengan frekuensi yang sering. Menurut Etty (2002 : 15) menyatakan bahwa “
sayang dari orang tuanya, pengaruh alkohol dan penggunaan obat-obatan, film-
film yang bertemakan kekerasan, frustasi dan meniru agresif yang dilakukan oleh
namun menurut guru pembimbing hal itu sama sekali belum membuat siswa
berubah dan berhenti melakukan tindakan agresif nya. Hal demikian jika
dibiarkan berlarut-larut tentu akan berdampak buruk pada pribadi atau psikis
siswa itu sendiri baik siswa yang menjadi pelaku agresif non-verbal maupun
verbal siswa.
Salah satu cara penanganan ataupun bantuan yang dapat diberikan peneliti
diinginkan serta memperkuat perilaku tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
ataupun guru yang bertugas sebagai tenaga pendidik disekolah , seharusnya lebih
memperhatikan perkembangan intelektual, spiritual, dan emosi yang ada pada diri
siswa. Jika tidak, anak bisa saja melakukan tingkah laku yang menyimpang
seperti kecenderungan pada perilaku agresif non verbal yang dilakukan oleh
beberapa orang siswa SMA Negeri 9 Palu. Perilaku tersebut jika dibiarkan maka
tidak jarang bagi siswa yang lain baik secara individual atau kelompok akan
meniru tindakan agresif tersebut dan setidaknya siswa akan menganggap perilaku
tindakan agresif tersebut akan dijauhi atau terisolir oleh teman-temannya sehingga
Palu.
2.3 Hipotesis
dapat mengurangi perilaku agresif non-verbal siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu.
BAB III
METODE PENELITIAN
adalah penelitian dimana ada perlakuan terhadap variabel dependen yaitu perilaku
agresif non-verbal siswa SMA Negeri 9 Palu. Peneliti hanya mengontrol sebagian
dari variabel yang berpengaruh dan mengambil permasalahan sosial yang terjadi
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-
kelompok tersebut diberikan pretest (O1) dan kemudian setelah perlakuan atau
dari kedua test ini kemudian dibandingkan untuk mengetahui apakah dengan
siswa.
behavioral
kelompok behavioral.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 9 palu, yang
terdaftar pada tahun pelajaran 2015/2016 yang memiliki perilaku agresif non-
terlebih dahulu dengan guru bimbingan dan konseling sehingga dari hasil
wawancara dan catatan guru bimbingan dan konseling serta hasil pengamatan
peneliti selama melaksanakan penelitian pada mata kuliah studi kasus di SMA
Negeri 9 Palu. Maka diperoleh subyek dalam penelitian ini berjumlah 5 orang
tahap, yaitu : tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap
3.6.2 Perilaku agresif non-verbal adalah tindakan menyakiti orang lain atau pun
objek lainnya secara fisik dengan cirri-ciri adanya unsur kesengajaan, adanya
menggunakan skala.
3.7.1 Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (subjek
penelitian). Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
peneliti melakukan penelitian pada mata kuliah studi kasus di SMA Negeri 9
Palu.
3.7.2 Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sabagai tangan kedua). Data
penelitian serta wawancara langsung dengan guru mata pelajaran dan wali
Negeri 9 Palu.
kelas dan teman sebaya (subjek dalam penelitian). Dari hasil wawancara
Sugiyono (2008: 102) bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat untuk
Instrument yang digunakan pada penelitian ini adalah alat yang digunakan
observasi tentang perilaku agresif non-verbal yang dilakukan siswa pada jam
sekolah, dan memberikan tanda check (√) pada kolom kode siswa yang
subjek penelitian), aspek yang diamati (tindakan atau perilaku yang dilakukan
bersama).
siswa yang akan dilibatkan dalam konseling kelompok, serta menentukan waktu
tersebut.
sebagai berikut
lebih lanjut.
(c) Selanjutnya, mengenali suasana apabila anggota secara
dialaminya.
berikutnya.
Data yang telah diperoleh melalui alat pengumpul data dalam penelitian
yaitu:
f
P= x 100% ( Sudijono, A 2005: 43)
N
Keterangan :
P : Angka persentase
f : Frekuensi
N : Jumlah responden
40 % -59 % : Sedang
Hipotesis 0 (H0) yang diuji dalam penelitian ini adalah tingkat perilaku
agresif non-verbal pada siswa kelas X SMA Negeri 9 Palu sesudah mengikuti
analisis secara statistik dengan rumus wilcoxon signed rank test. Perhitungan
Djarwanto (1999: 28) yang menyatakan bahwa untuk sampel < 25 dapat
berikut:
No X Y D Rd Rd Positif Rd Negatif
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah T wilcoxon
Keterangan:
konselingkelompok behavioral.
Rd : Ranking 1-10
Selanjutnya untuk menguji apakah hipotesis nol (H0) ditolak atau tidak,
maka nilai T hitung selanjutnya dikonsultasikan pada nilai T tabel dengan taraf
signifikan 95% (α = 0,025). Apabila nilai T hitung < nilai T tabel maka
hipotesis nol (H0) ditolak, sebaliknya jika nilai T hitung≥ nilai T tabel maka
DAFTAR PUSTAKA
Yogjakarta : Kanisus
Alfiati, I.N. (2002). Kecenderungan Perilaku Agresif Anak ditelaah dari Pola Asuh
Orang Tua. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung : tidak diterbitkan
Baron, R.A dan Byrne, D.E. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
Buss & Perry.(1992) The Agression Questionaire. Dalam journal of Personality and
Corey, G. (2010). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika
Aditama.
Dharsana, I.K (2014). Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Modeling
Maret 2016].
Hasan, I.M. (2003). Pokok-pokok Materi Statistik 2 (statistic infensif). Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Agresif Pada Siswa Kelas Viii Mts At Taqwa Jatingarang Bodeh Pemalang
Reni dan Hawadi. (2001). Psikologi Perkembangan Anak, Mengenal sifat, Bakat, dan
mulia.
Surya, H. (2004). Kiat Mengatasi Perilaku Penyimpangan Anak. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo.
Taylor E, Shelley, Dkk. (2009). Psikologi social. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Willis, S.S. (2013). Konseling Induvidual, Teori dan Praktek. Bandung: CV.
Alfabeta