Anda di halaman 1dari 5

Pola Pengobatan Pada Pasien DM Tipe II…( Hastuti & Widiana) 9

GAMBARAN POLA PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI


INSTALASI RAWAT JALAN PUSKESMAS MLATI II SLEMAN YOGYAKARTA
PERIODE OKTOBER – DESEMBER 2016

DRUG PRESCRIBING PATTERNS IN PATIENTS WITH TYPE 2 DIABETES MELLITUS


IN OUTPATIENT INSTALLATIONS MLATI 2 SLEMAN YOGYAKARTA PUBLIC
HEALTH CENTER PERIOD OCTOBER – DECEMBER 2016
Dwi Hastuti, Endah widhiana
Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta
Kebrokan, Pandeyan, Umbulharjo, Yogyakarta. Telp. 0274 – 7104104
Email : dwiaptafina@gmail.com

INTISARI

Diabetes melitus merupakan salah satu ancaman kesehatan bagi manusia dan yang paling banyak di
derita adalah diabetes tipe II. Diabetes di Puskesmas Mlati II merupakan salah satu penyakit yang
masuk ke dalam sepuluh besar penyakit tahun 2016 dan menempati posisi ke tujuh dengan jumlah 1500
kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien penderita diabetes melitus tipe
II berdasarkan jenis kelamin dan usia serta untuk mengetahui pola peresepan obat diabetes pada pasien
rawat jalan. Metodologi dari penelitian ini adalah non eksperimenta l dengan pengumpulan data secara
retrospektif dari rekam medis Puskesmas Mlati II. Data yang diperoleh pada penelitian ini sejumlah 72 data,
kemudian akan dianalisa dengan teknik deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa gambaran karakteristik
penderita DM Tipe II di Puskesmas Mlati II berdasarkan jenis kelamin perempuan (72.22%) dan laki-laki
(27.78%). Sedangkan berdasarkan karakteristik usia, rentang usia 36-45 tahun sejumlah 13.89%, 46-55
tahun 26.39%, 56-65 tahun 36.11%, dan ≥66 tahun 23.61%. Pola peresepan obat DM Tipe II kombinasi
antara golongan sulfonilurea dan biguanida lebih banyak diresepkan (51.39%) dibandingkan obat tunggal
golongan biguanida (48.61%). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa penderita DM Tipe II
di Puskesmas Mlati II didominasi oleh perempuan (72.22%) dan rentang usia 56-65 tahun (36.11%).
Sedangkan pola peresepan obat DM Tipe II adalah kombinasi antara golongan biguanida dan
sulfonilurea sebanyak 51.39%.

Kata kunci : Diabetes Melitus Tipe II, pola peresepan, rawat jalan

ABSTRACT

Diabetes mellitus is one of the health threats for humans and the most widely suffered by the
community is type II diabetes. Mlati II Diabetes at the Health Center is one of the diseases that ent er into
the top ten diseases in 2016 and occupies the seventh position with 1500 cases. The purpose of this study
was to determine the characteristics of patients with type II diabetes mellitus by sex and age and to know
the pattern of prescribing diabetes medication in outpatients. The methodology of this study was non
experimental with retrospective data collection from medical records Mlati II Health Center. The data
obtained in this study are 72 data, then will be analyzed by quantitative descriptive.
Based on the results of research has done, known that the characteristics patients Type II DM at
Mlati II Health Center based on the sex 72.22% women and 27.8% men. As for the characteristics of age,
consists of age range 36-45 years 13.89%, 46-55 years 26.39%, 56-65 years 36.11%, and ≥66 years
23.61%. Drug prescribing patterns Type II diabetes combinations of sulfonylurea group and biguanide
group were more frequently prescribed (51.39%) than the single drug of the biguanide group (48.61%).
Based on the research, it can be concluded that the risk of Type II DM patients is more dominated by
women (72.22%) and age range 56-65 years (36.11%). While the pattern of drug prescription DM
Type II combination between sulfonylurea group and biguanide is the most frequently prescribed group to
the patient as much as 51.39%.

Keywords: Type II Diabetes Mellitus, prescribing pattern, outpatien

Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id


10 AKFARINDO Vol. 2 No. 2 2017: 9-13

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa (gula darah) dan merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan manusia. Diabetes
mempunyai dua tipe yaitu DM tipe I (diabetes juvenile) dan DM tipe II. Dari kedua jenis tipe tersebut, DM
yang paling banyak di derita oleh masyarakat adalah DM tipe II (Anonim, 2013).Menurut Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi DM di Indonesia sebesar 1,5% dan prevalensi tertinggi terdapat di
DIY yaitu sebesar 2,6%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sleman penderita DM tahun 2012 terdapat
18.131 kasus dan meningkat menjadi 23.806 kasus di tahun 2013 dari 25 Puskesmas yang terdapat di
Sleman. Salah satunya adalah Puskesmas Mlati II (Anonim, 2013). Diabetes di Puskesmas Mlati II
telah masuk ke dalam sepuluh besar penyakit tahun 2016 dan berada di posisi ke tujuh dengan jumlah 1500
kasus. Pada tahun 2016, kasus terbanyak terjadi pada bulan Oktober-Desember dengan jumlah kasus
sebanyak 249 dengan diagnosa utama DM Tipe II (Anonim, 2016).
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai karakteristik
pasien DM dan mengetahui tentang pola peresepan obat diabetes pada pasien rawat jalan di Puskesmas
Mlati II.

METODOLOGI

Rencana Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pengumpulan data secara retrospektif. Data
diperoleh dari rekam medis pasien diabetes dengan diagnosa utama DM Tipe II.

Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe II, dengan cara mengumpulkan
d ata rekammedis periode Oktober – Desember 2016.

Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk meperoleh data yaitu metode observasi. Peneliti
mengamati langsung data rekam medis pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Mlati II periode
Oktober – Desember 2016. Kemudian menghitung jumlah total resep obat diabetes melitus, serta melakukan
pencatatan.
Data yang diambil meliputi :
1. Nomor rekam medis
2. Karakteristik pasien (usia, jenis kelamin)
3. Diagnosa
4. Jenis obat yang digunakan
5. Frekuensi penggunaan obat

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif. Teknik ini mempunyai ciri-ciri yang
berkaitan dengan angka. Dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menghitung
persentase obat yang digunakan dalam peresepan obat diabetes melitus tipe II dalam bentuk diagram.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Pasien
1) Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Mlati II ditemukan sebanyak 72 kasus dengan diagnosa
utama DM Tipe II, dimana sebanyak 72.22% (52 pasien) kasus terjadi pada perempuan dan 27.78% (20
pasien) kasus terjadi pada laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa penderita DM lebih di dominasi oleh
permempuan dikarenakan fluktuasi hormonal pada saat siklus bulanan (PMS), bahkan pada perempuan
menopause cenderung lebih tidak peka terhadap hormon insulin (Karinda, 2013) (Irawan D., 2010).
Kondisi ini mengakibatkan menurunnya sensitifitas kerja insulin pada otot dan hati (Fatimah, 2015)

Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id


Pola Pengobatan Pada Pasien DM Tipe II…( Hastuti & Widiana) 11

Gambar 1. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin.

2) Berdasarkan Usia

Persentase yang diperoleh berdasarkan usia pada rentang 36-45 tahun 13.89% (10 pasien), 46-55
tahun 26.39% (19 pasien), 56-65 tahun 36.11% (26 pasien), dan ≥66 tahun 23.61% (17 pasien). Pada
diagram diatas menunjukkanbahwa pasien yang menderita DM Tipe II lebih banyak ditemukan pada
pasien dengan rentang usia 56-65 tahun dengan persentase 36.11% (26 pasien). Hal ini dikarenakan
semakin bertambah usia organ tubuh yang bekerja maka semakin banyak juga sisa-sisa metabolit yang
tidak diperlukan di dalam tubuh yang menumpuk dan mengakibatkan kadar lemak mengalami peningkatan
(Karinda, 2013). Selain itu, usia >40 tahun akan mengalami penurunan kondisi fisiologis yang
mengakibatkan produksi insulin oleh sel-sel ß pankreas berkurang dan akan memicu terjadinya
resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

Gambar 2. Karakteristik berdasarkan usia

B. POLA PERESEPAN

Obat DM Tipe II yang sering diresepkan kepada pasien di Puskesmas Mlati II terdiri dari dua golongan.
Golongan yang pertama adalah sulfonilurea yang bekerja dengan merangsang sekresi insulin. Contoh dari
golongan ini adalah glimepirid dan glibenklamid. Golongan yang kedua adalah biguanida yang bekerja
dengan menurunkan kadar gula darah tanpa menyebabkan hipoglikemia. Golongan ini lebih dianjurkan
untuk pasien yang menderita obesitas (Zahara, 2012). Contoh dari golongan biguanida adalah metformin.

Gambar 3. Persentase Penggolongan Obat Diabetes

Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id


12 AKFARINDO Vol. 2 No. 2 2017: 9-13

Jenis dan jumlah obat yang sering diresepkan kepada pasien oleh Puskesmas Mlati II terdapat pada Tabel I.

Tabel I. Jenis Obat Diabetes yang Digunakan

NO Jenis Terapi Jumlah Resep Persentase


Terapi tunggal (biguanida)
1 35 48,61%
metformin
Terapi kombinasi (Biguanida + Sulfonilurea)
2 - Metformin + Glimepirid) 37 51,39%
- Metformin + Glibenklamid
total 72 100%

Berdasarkan hasil pada Tabel II, seluruh pasien dalam sampel penelitian diresepkan obat metformin.
Obat ini menjadi pilihan pertama dalam pengobatan DM Tipe II karena obat ini dapat dipakai sebagai obat
tunggal maupun diberikan secara kombinasi dengan golongan sulfonilurea. Metformin merupakan golongan
biguanida yang masih digunakan hingga saat ini. Menurut PERKENI obat metformin mempunyai
keuntungan efek samp ing yang minimal karena tidak menyebabkan hipoglikemia dan menurunkan kejadian
CVD (Anonim, 2015). Sehingga terapi tunggal metformin lebih ditujukan untuk pasien yang berhubungan
dengan berat badan karena rendahnya efek hipoglikemik dan dapat menurunkan produksi glukosa hati
dengan mengurangi glikogenolisis dan glukoneogenesis (Anonim, 2005). Kombinasi yang sering diresepkan
di Puskesmas Mlati II adalah kombinasi antara metformin dengan glimepirid dan metformin dengan
glibenklamid (51.39%). Terapi kombinasi ini diberikan apabila dalam pemberian terapi tunggal kadar gula
darah tidak kunjung membaik dalam kurun waktu tiga bulan. Menurut PERKENI, pemberian terapi OHO
kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang berbeda dan mekanisme yang berbeda
(Anonim, 2015). Golongan Sulfonilurea akan bekerja dengan cara merangsang sekresi pankreas sehingga
golongan biguanida dapat bekerja dengan efektif. Metformin bekerja dengan menekan produksi glukosa
hepatik yang berlebih dan dapat mengurangi absorbsi glukosa di usus. Selain itu juga dapat
memperbaiki resistensi insulin dan tidak dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Sedangkan glimepirid
dan glibenklamid, keduanya mempunyai efek antihiperglikemik dan dapat menstimulasi sel beta untuk
melepaskan insulin (Wijaya Indra, 2016). Tetapi jika dibandingkan antara glimepirid dengan glibenklamid,
glimepirid lebih jarang menimbulkan efek hipoglikemik pada awal pengobatan. Kedua kombinasi ini
mempunyai efek terhadap sensitivitas insulin. Sehingga kombinasi ini mempunyai efek yang saling
menunjang dan lebih efektif dan aman untuk diberikan kepada penderita DM Tipe II (Wijaya Indra., 2016)
(Anonim, 2005).

KESIMPULAN

1. Penderita DM Tipe II berdasarkan karakteristik jenis kelamin lebih didominasi oleh perempuan
sebanyak 72.22%. Sedangkan untuk karakteristik usia, rentang usia 56-65 tahun lebih rentan terkena
DM Tipe II dengan persentase 36.11%.
2. Pola peresepan obat DM Tipe II di Puskesmas Mlati II periode Oktober-Desember 2016
berdasarkan jenis dan golongan obat yang paling sering diresepkan adalah kombinasi antara biguanida
dengan sulonilurea sebesar 51.39%.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Departemen Kesehatan RI,
Diakses pada 15/7/2017.

Anonim., 2013, Riset Kesehatan Dasar, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Diakses pada 6/1/2017.

Anonim., 2015, KONSENSUS Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015,
PB Perkeni, Diakses pada 9/2/2017.

Anonim., 2016, Profil Puskesmas Mlati II, Yogyakarta.

Fatimah, N.R., 2015, Diabetes Melitus Tipe 2, Artikel Review, Volume 4 (5), Diakses pada 29/9/2016.

Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id


Pola Peresepan Obat Pada Pasien DM Tipe II …(Widiana & Hastuti) 13

Irawan, D., 2010, Prevalensi dan Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban
Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007), Thesis, Jakarta: Universitas Indonesia.

Karinda R.A., 2013, Pengaruh Senam Sehat Diabetes Mellitus Terhadap Profil Lipid Klien Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember, Skripsi, Jawa Timur:
Universitas Jember , Diakses pada 15/6/2017.

Trisnawati., 2013, Laporan Hasil Penelitian Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan
di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan Tahun 2013, Diakses pada 15/6/2017.

Wijaya, Indra., 2016, Manfaat Kombinasi Glimepirid dan Metformin Pada Tatalaksana DM Tipe 2,
Diakses pada 14/6/2017.

Zahara, Fazrina., 2012, Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, Diakses pada 23/11/2016.

Journal homepage: http://jofar.afi.ac.id

Anda mungkin juga menyukai