PDF Makalah Temu 12 Hiv Nursing Management Issues
PDF Makalah Temu 12 Hiv Nursing Management Issues
NAMA KELOMPOK 12 :
1. Ari Cendani Prabawati ( 17.321.2658 )
2. Ni Ketut Yuliana ( 17.321.2686 )
3. Ni Made Ayu Priyastini ( 17.321.2695 )
4. Ni Wayan Yuna Pratiwi ( 17.321.2705 )
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpah hidayah, rahmat dan lindungannya,
akhirnya makalah ini kami selesaikan dengan lancar.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kami. Selain itu kami menyusun
makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami tentang Nursing Managemen
Issues.
Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karna kami juga masih dalam
belajar, oleh karena itu kami menerima saran/kritikan pembaca supaya makalah selanjutnya
bisa lebih baik dari sebelumnya.
Dalam makalah ini kami membahas tentang Nursing Managemen Issues. Semoga
makalah kami buat ini bisa bermafaat bagi pembaca.
Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang
berkenan (sopan) kami mohon maaf sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat buat
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................ 2
Daftar Isi...................................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat.................................................................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Apa pengertian dari Manajemen Kasus ?.............................................................................5
2.2 Bagaimana Legal dan Etik dalam Nursing Managemen Issues ?.......................................10
3.2 Saran................................................................................................................................... 16
Daftar Pustaka............................................................................................................................ 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen issue adalah Sebagai sebuah alat yang dapat digunakan oleh perusahaan
untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola berbagai issue yang muncul ke
permukaan (dalam suatu masyarakat populis yang mengalami perubahan tanpa henti) serta
bereaksi terhadap berbagai issue tersebut SEBELUM issue-issue tersebut diketahui oleh
masyarakat luas.’ (Regester & Larkin, 2003:38).
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan
yang aman dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh
konsumen telah mengubah sistem pelayanan kesehatan. Kebijakan yang ada dalam institusi
menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan
pengobatan yang dilaksanakan.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
Model manajemen kasus merupakan generasi kedua dari model primary nursing.
Dalam model ini asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan pandangan, bahwa untuk
penyelesaian kasus keperawatan secara tuntas berdasarkan berbagai sumber daya yang ada.
Metode manajemen kasus keperawatan adalah bentuk pemberian asuhan keperawatan
dan manajemen sumber-sumber terkait yang memungkinkan adanya manajemen yang
strategis dari cost dan quality oleh seorang perawat untuk suatu episode penyakit hingga
perawatan lanjut.
Pengembangan metode ini didasarkan pada bukti-bukti bahwa manajemen kasus
dapat mengurangi pelayanan yang terpisah-pisah dan duplikasi. Di sisi lain, metode kasus
keperawatan ini akan memberikan kesempatan untuk komunikasi di antara perawat, dokter,
dan tim kesehatan lain, efisien dalam manajemen perawatan melalui monitoring, koordinasi
dan intervensi.
Dalam manajemen kasus keperawatan, seorang perawat akan bertugas sebagai case
manager untuk seorang (mungkin lebih) pasien, sejak masuk ke rumah sakit hingga pasien
tersebut selesai dari masa perawatan dan pengobatan. Sebagai case manager, perawat
memiliki tanggung jawab dan kebebasan untuk perencanaan, pelaksanaan, koordinasi, dan
evaluasi. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan metode manajemen kasus, case manager senantiasa mempertimbangkan dua
rangkaian dari quality-cost-access dan consumers- providers-funders.
standar.
2. Memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin
5
7. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan
Dalam hal ini manajer kasus terlibat identifikasi secara langsung dan
menyeleksi orang-orang yang menjadi tujuan pelayanan yang ingin dicapai, kualitas
hidup, atau berapa biaya untuk suatu perawatan dan pelayanan yang dapat
dipengaruhi dengan positif oleh manajemen kasus.
2. Asesmen klien (Client Assessment)
Fungsi ini mengacu pada pengumpulan informasi dan perumusan suatu asesmen
dari kebutuhan-kebutuhan komprehensif klien, situasi kehidupan, dan sumber-
sumber.Dalam hal ini termasuk jua melakukan penggalian atas potensi klien, baik
kekuatan dan kelemahannya, mana yang memerlukan pelayanan dan mana yang
tidak.
a. Menyadari kebutuhan komprehensif kliennya, termasuk kekuatan dan
kelemahannya
b. Memahami hasil kontak dan pengkajian awal, walaupun belum tentu harus
terlibat secara langsung
c. Selalu dekat dengan tenaga pelayanan langsung untuk meyakinkan bahwa
informasi mereka menyeluruh (komprehensif) dan terkini (aktual)
d. Selalu kontak secara teratur dengan klien sehingga dapat memahami perubahan
kemampuan dan kebutuhannya.
3. Rencana Intervensi/Pelayanan.
6
4. Koordinasi hubungan dan pelayanan
Seorang manajer kasus membuat peraturan dan kontak tindak lanjut yang terus
menerus dengan klien dan penyedia pelayanan untuk menyaknkan baha pelayanan
yang diperlukan memang benar-benar diterima/diperoleh dengan baik, serta
digunakan oleh klien secara tepat.Apabila ditemukan adanya penyimpangan atau
ketidaksesuaian, manajer kasus harus segera mengambil tindakan perbaikan atau
memodifikasi rencana pelayanan.Manajer kasus juga menyelesaikan laporan
termasuk didalamnya dokumen klien, kemajuan yang dicapai dalam perkembangan
kasus klien, pelaksanaan pelayanan serta kesesuaian terhadap rencana yang telah
disusun.
6. Mendukung klien
7
c. Jenis lembaga yang mempekerjakan manajer kasus. Maksudnya adalah lembaga
apa atau siapa yang mempekerjakan manajer kasus (jenis, sifat dan sebagainya)
membawa implikasi bagi pelaksanaan peran manajer kasus.
d. Beban kasus. Jenis dan sifat kasus yang ditangani masing-masing klien juga
oleh suatu sumber, jenis, tujuan pelayanan, sistem dan cara penjangkauannya.
8
d. Menghubungkan dan Mengkoordinaksikan pelayanan
Seperti peranannya sebagai broker, manaer kasus harus menghubungkan klien dengan
sumber-sumber yang tepat. Peranan manager kasus dapat berbeda – b eda
walaupun
pekerja social yang utamanya sebagai partisipan aktif dalam menyampaikan
pelayanan kepada individu atau keluarga. Manager kasus menekankan pada
koordinasi dengan sumber sumber yang digunakan klien dengan menjadi saluran dan
berkomunikasi dengan sumber-sumber pelayanan.
e. Memberikan pelayanan tindak lanjut dan monitoring
Manager kasus secara regular menindaklanjuti hubungan dengan klien dan penyedia
pelayanan untuk menjamin bahwa pelayanan yang dibutuhkan dapat diterima dan
dimanfaatkan oleh klien.
f. Memberikan support pada klien
Selama pelayasnan berlangsung yang disediakan oleh berbagai sumber, manager
kasus membantu klien dan keluarganya yang meliputi pemecahan konflik pribadi,
konseling, menyediakan informasi, memberi dukungan emosional dan melakukan
pembelaan yang tepat untuk menjamin bahwa mereka menerima pelayanan yang
tepat.
tanggung jawab dalam perencanaan sampai dengan evaluasi pada episode tertentu
tanpa membedakan pasien itu berasal dari unit mana.
2. Dalam manajemen kasus menggunakan dua cara, yaitu:
a. Case Management Plan (CMP). Merupakan perencanaan bersama dari masing-
masing profesi kesehatan.
b. Critical Path Diagram (CPD). Merupakan penjabaran dari CMP dan ada target
waktunya.
3. Manager mengevaluasi perkembangan pasien setiap hari, yang mengacu pada tujuan
asuhan keperawatan yang telah ditetapkan. Bentuk spesifik dari manajemen kasus
ini tergantung dari karakteristik tatanan asuhan keperawatan.
9
Kekurangan dan Kelebihan Manajemen Kasus
1. Kekurangan
a. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga
tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
b. Membutuhkan banyak tenaga.
c. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
d. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab klien bertugas.
2. Kelebihan
Profesi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.(Kozier, 2009). Praktek keperawatan adalah
tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan system klien dan tenaga kesehatan lain
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok.
(Kozier, 2009)
Emergency Nursing (Perawat Gawat Darurat) adalah sebuah area khusus/ spesial dari
keperawatan profesional yang melibatkan integrasi dari praktek, penelitian dan pendidikan
profesional. Perawat gawat darurat mempunyai fokus untuk memberikan pelayanan secara
episodik kepada pasien-pasien yang mencari terapi baik yang mengancam kehidupan, non
critical illness atau cedera (Putra, 2010).
Pada Keperawatan Gawat Darurat diperlukan asuhan keperawatan yang merupakan
suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan
kepada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan
10
menggunakan metodologi pemecahan masalah melalui pendekatan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawabnya. Dalam hal ini aspek legal etik sangat diperlukan dalam
penerapan praktek keperawatan dimana tindakan mandiri perawat professional melalui
kerjasama dengan pasien baik individu, keluarga, kelompok atau komunitas dan
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan
sesuai lingkup dan tanggung jawabnya (Putra, 2010; Harif Fadillah, 2011).
11
dan Pasal 1366 BW. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut maka seorang perawat yang
melakukan kesalahan dalam menjalankan fungsi independennya yang mengakibatkan
kerugian pada pasien maka ia wajib memikul tanggungjawabnya secara mandiri.(b).
Pertanggungjawaban dengan asas respondeat superior atau vicarious liability atau let's the
master answer maupun khusus di ruang bedah dengan asas the captain of ship melalui Pasal
1367 BW. Bila dikaitkan dengan pelaksanaan fungsi perawat maka kesalahan yang terjadi
dalam menjalankan fungsi interdependen perawat akan melahirkan bentuk
pertanggungjawaban di atas. Sebagai bagian dari tim maupun orang yang bekerja di bawah
perintah dokter/rumah sakit, maka perawat akan bersama-sama bertanggung gugat kepada
kerugian yang menimpa pasien. (c). Pertanggungjawaban dengan asas zaakwarneming
berdasarkan Pasal 1354 BW. Dalam hal ini konsep pertanggungjawaban terjadi seketika bagi
seorang perawat yang berada dalam kondisi tertentu harus melakukan pertolongan darurat
dimana tidak ada orang lain yang berkompeten untuk itu. Perlindungan hukum dalam
tindakan zaarwarneming perawat tersebut tertuang dalam Pasal 10 Permenkes No. 148 Tahun
2010 (Budhiartie, 2011).
12
kemanfaatannya dan keamanannya. Sedang pasal 63 ayat 4, menyebutkan bahwa pelaksanaan
pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu. Disisi
lain secara teknis telah berlaku Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat serta Undang-
Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009.
Tujuan utama :
Memberikan landasan hukum terhadap praktik keperawatan untuk melindungi baik
masyarakat maupun perawat (Kozier, 2009).
Tujuan Khusus :
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kesehatan
yang diberikan oleh perawat.
Melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan perawat.
Menetapkan standar pelayanan keperawatan
Menapis ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Menilai boleh tidaknya perawat untuk menjalankan praktik keperawatan
Menilai ada tidaknya kesalahan dan atau kelalaian yang dilakukan perawat
dalam memberi pelayanan.
Dilihat dari sudut Hukum, rancangan UU keperawatan dapat menjadi payung hukum
perawat Indonesia dalam menjalankan praktik profesinya. Namun sampai sejauh ini,
rancangan UU keperawatan tersebut belum menjadi agenda yang harus disahkan oleh
Anggota DPR RI. RUU tentang Praktik Perawat telah menjadi Program Legislasi Nasional
13
(Prolegnas) Rancangan Undang-Undang Prioritas Tahun 2005-2009. Hal ini berdasarkan
14
Keputusan DPR-RI No. 01/DPR-RI/III/2004-2005 tentang Persetujuan Penetapan Program
Legislasi Nasional Tahun 2005-2009. Dalam Prolegnas 2005-2009 tersebut, telah ditetapkan
284 (duaratus delapan puluh empat) prioritas RUU untuk digarap selama lima tahun.
Masuknya RUU Praktik Perawat dalam Prolegnas 2005-2009 melalui proses yang amat
panjang. Proses penyusunan Prolegnas diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun
2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Nasional
(Pakiringan, 2009).
Perawat Indonesia (lebih dari 500.000) merupakan 60 % dari total tenaga Kesehatan
telah memberikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia dengan memberi pelayanan di daerah
terpencil, perbatasan, desa-desa tertinggal, pulau-pulau terluar dan seluruh tatanan pelayanan
kesehatan yang ada di Indonesia. Masyarakat perlu mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai oleh tenaga perawat yang berkualitas dengan dasar regulasi yang memadai.
Disamping itu bagi perawat juga terlindungi dari berbagai resiko kerja dan tuntutan hukum
(Pakiringan, 2009).
Selain dihadapkan pada masalah di atas dengan telah di tanda tanganinya Mutual
Recognition Agreement (MRA) di 10 negara ASEAN terutama bidang keperawatan yang
akan di berlakukan tahun 2010. Dimana diantara 10 negara Asean tersebut hanya 3 negara
yang belum memiliki Undang-Undang Keperawatan yaitu; Indonesia, Laos dan Vietnam.
Maka dapat dibayangkan bahwa masyarakat Indonesia akan menjadi sasaran empuk tenaga-
tenaga kesehatan asing, tenaga perawat dalam negeri terpinggirkan, pengakuan rendah dan
gaji yang tidak memadai (Pakiringan, 2009).
Peju Pria
15
Contoh : Laki-laki berhubungan badan tanpa kondom atau pengaman lainnya, oral seks, dsb.
-Cairan Vagina pada Perempuan
Contoh : Wanita berhubungan badan tanpa pengaman, pinjam-meminjam alat bantu seks, oral
seks, dll. -Air Susu Ibu / ASI
Contoh : Bayi minum asi dari wanita HIV+, Laki-laki meminum susu asi pasangannya, dan
lain sebagainya.
• Apabila tidak bisa menjauh dari seks, maka lakukanlah dengan satu orang saja
Selain itu, pemerintah harus meminimkan hiburanhiburan yang dapat memancing syahwat,
yang dimana dapat menyebabkan seks bebas.
• Pendidikan Seks, memberikan pengetahuan untuk orang tentang seks yang positif.
Pendidikan seks dapat diajarkan oleh orang tua, guru, dan teman-teman.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi
telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan
yang dilakukan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra dan Suryono. (2011). Penyelesaian Sengketa Kesehatan. Salemba Medika:
Jakarta
Budhiartie, arrie. (2011). Pertanggungjawaban hukum perawat.
Harif Fadillah, “Perlu Adanya Regulasi yang Kuat dalam UU Keperawatan” tahun 2011 Helm,
Ann. (2012). Malpraktek Keperawatan. EGC: Jakarta
Kozier, B., & Erb, G. (2012) .Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC.
Kelliat, Nudi Anna dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan. Aplikaediksi dalam PraktekKeperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika
Pakiringan, Junda. (2013). Undang-Undang Keperawatan: Hak Perawat Indonesia Untuk
Sitorus, R, Yulia. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan
Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian ASKEP di Ruang Rawat. Jakarta: EGC
18