KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
Setiap orang menjadi cemas dalam waktu ke waktu saat ujian, pertandingan
olahraga, pertemuan dengan orang penting, dan kekawatiran akan hubungan baru
dapat menciptakan perasaan yang tidak menentu. Orang yang mengalami gangguan
kecemasan dilanda ketidak mampuan menghadapi perasaan cemas yang kronis dan
intens, perasaan tersebut sangat kuat sehingga tidak mampu berfungsi dalam
tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Kecemasan adalah suatu keadaan
tertentu, yaitu menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuaanya menghadapi objek tertentu. Hal tersebut berupa emosi yang kurang
menyenangkan yang dialami oleh individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang
berasal dari bahasa latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata
Adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu yang dirasakan
situasi(gambaran kepribadian). Ini merupakan ciri atau sifat yang cukup stabil
demikian.
perpaduan empat komponen, yaitu kognitif, somatik, emosi, dan perilaku. Komponen
fisiknya, yang ditandai tekanan darah dan kecepatan detak jantung meningkat,
keringat bertambah, aliran darah pada ototutama meningkat, dan fungsi sistem
kekebalan dan pencernaan tersumbat, kulit pucat, keringat, gemetar dan biji mata
takut atau panik yang ditandai dengan perasaan muak atau sikap dingin. Secara
dan ingin melepaskan diri dari sumber kecemasan, yang ditandai dengan sikap yang
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan khawatir yang timbul
sebagaian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990 dalam Pri’e
2009).
yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktiftas sistem
syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan
dan sering merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma 1997, dalam Pri’e, 2009).
dalam pengembangan kecemasan. Teori tersebut (Pri’e, 2009) adalah sebagai berikut:
1) Teori Psikodinamika
psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil
aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurunkan dan
rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan
ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti
timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang
pertamakali. Saat itu masih dalam kondisi sangat lemah. Sehingga belum mampu
pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka
terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan id yang ingin pelepasan dan sangsi dari
alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap berpengaruh oleh waktu, seiring tidak
realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga
peristiwa, yaitu: sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress
2) Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus
khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk
stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan
3) Teori Interpersonal
(2) Emosionalitas, sebagai rekasi diri terhadap rangsanga saraf otonomik, seperti
didefinisikan sebagai konsep yang terdiri dari 2 dimensi utama, yaitu kekhawatiran
dan emosionalitas. Dimensi emosi merujuk pada reaksi fisiologis dan sistem saraf
otonomik yang timbul akibat situasi atau obyek tertentu. Juga merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang tidak
menyenangkan. Dan reaksi emosi terhadap hal buruk yang dirasakan yang mungkin
terjadi terhadap sesuatu yang akan terjadi, seperti ketegangan bertambah, jantung
berdebar keras, tubuh berkeringat, dan badan gemetar saat mengerjakan sesuatu.
Khawatir merupakan aspek kognitif dari kecemasan yang dialami berupa pikiran
harapan mendapat sesuatu sesuai yang diharapkan, kritis terhadap diri sendiri,
menyerah terhadap situasi yang ada, dan merasa khawatir yang berlebihan tentang
1. Komponen fisik, seperti pusing, sakit perut, tangan berkerigat, perut mual,
oleh beberapa hal, diantaranya karena adanya pengalaman negatif perilaku yang telah
dari teori psikoanalisis dapat disebabkan oleh adanya tekanan perilaku masa lalu serta
adanya gangguan mental. Ditinjau dari teori kognitif kecemasan terjadi karena adanya
evaluasi diri yang negatif. Perasaan negatif tentang kemampuan yang dimilikinya dan
orientasi diri yang negatif. Berdasarkan pandangan teori humanistik maka kecemasan
merupakan kekhawatiran tentang masa depan, yaitu kekhawatiran pada apa yang akan
dilakukan.
kecemasan.
kecemasan sebagai contoh dari pikiran yang tidak rasional yang disebut sebuah
1) Threat (ancaman) baik ancaman terhadap tubuh, jiwa atau psikisnya (seperti
bertolak belakang, hampir tiap dua konflik, dua alternatif atau lebih yang
3) Fear (ketakutan), kecemasan timbul karena takut akan sesuatu, takut akan
adalah adanya rasa ketakutan dan ketegangan yang timbul pada keadaan tertentu
terhadap ketidak kemampuan individu dalam menghadapi ancaman dan konflik yang
ada, seperti kecemasan para atlet taekwondo yang merasa cemas dengan
aspek yang mendasari terjadinya kecemasan pada individu yaitu aspek psikologis dan
aspek fisiologis. Aspek psikologis ini berupa suasana hati atau emosi yang kurang
menyenangkan seperti rasa takut dan panik, kemudian mental atau kognitif yang
Sedangkan aspek fisiologis yang nampak seperti terasa pusing, jantung yang
berdebar-debar, gangguan pencernaan, tidak bisa tidur dengan nyenyak, dan selera
kekhawatiran akan kegagalan, frustasi pada hasil tindakan yang lalu, evaluasi diri
yang negatif, perasaan diri yang negatif tentang kemampuan yang dimilikinya, dan
seseorang merasa terbatas atau ragu-ragu dalam melakukan sesuatu dan sama halnya
dengan ketakutan yang merupakan penyebab kecemasan yang dimana ketakutan ini
membuat seseorang tidak mampu melakukan sesuatu dengan optimal seperti dalam
kenaikan tingkat dengan optimal. Kemudian dalam hal target atau sesuatu yang ingin
dicapai, bila keinginan ini tidak terpenuhi maka seseorang akan merasa cemas karena
belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu klien untuk
maladatif. Pendekatan ini merupakan satu jenis konseling yang berorientasi perilaku,
tujuannya untuk menghilangkan perilaku yang tidak betul dan membantu konseli
dihapuskan sesudah itu konseli akan diajar untuk menguasai perilaku baru yang
sesuai untuk menggantikan perilaku yang tidak sesuai itu. Menurut konselor,
konseling perilaku masa kini, tujuan yang hendak dituju sebenarnya ditentukan oleh
konseli sendiri di dalam suasana hubungan yang hangat. Peran konselor adalah
membantu konseli memilih tujuan yang hendak dituju, agar sesuai untuk dirinya dan
tujuan itu.
konseli atau. (3) Untuk merujuk konseli pada konselor lain agar
keinginan dan hasrat konseli tidak kosong dan konselor sendiri tidak
bagian lain seperti emosi. Dalam konseling perilaku hal yang ingin diubah adalah
perilaku yang dapat diarahkan menjadi lebih baik, dan perubahan itu sesuai dengan
melalui metode ilmiah. Dalam terapi perilaku, teknik-teknik spesifik yang beragam
bisa digunakan secara sistematis dan hasil-hasilnya bisa dievaluasi. Teknik-teknik ini
bisa digunakan jika saatnya tepat untuk menggunakannya, dan banyak diantaranya
lain.
Menurut Loekmono (2003), ada tiga hal yang menarik mengenai teknik dan
mempunyai banyak teknik dan strategi yang telah diusahakan dan diketahui efektif.
(2) Konseling perilaku mengutamakan perilaku yang nyata atau overt, maka dengan
mudah dapat diketahui keberhasilannya atau kegagalan suatu teknik atau strategi
tertentu. (3) Konselor perilaku tidak membelenggu seorang konselor. Konselor dapat
efektif.
Beberapa teknik dan strategi yang dipakai dalam konseling perilaku sebagai
berikut: (1) Latihan Relaksasi. (2) Desentisasi Sistematik. (3) Konseling Impulsif. (4)
Aversif. (5) Latihan Asertif. (6) Teknik-teknik kognitif. Dalam penelitian yang akan
dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir dan perilaku, serta melibatkan
penerimaan dan bantuan. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan dipelihara dalam
wadah kelompok kecil melalui sumbangan (saling berbagi) dari tiap anggota
kelompok dan konselor. Konseling kelompok adalah suatu proses interpersonal yang
menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan
bantuan yang diberikan pada individu dalam suasana kelompok yang bersifat
tiga tahapan yang harus dilakukan oleh konselor yaitu Tahap awal merupakan tahap
Tahap akhir merupakan tahap penutupan konseling kelompok, ini merupakan sat
perlunya konselor merangkumkan semua yang telah dilakukan pada fase terdahulu
(tahap awal dan tahap pertengahan). Pada tahap nilah dilakukan reviu terhadap
5 tahapan yang perlu dilakukan dalam konseling yaitu yang pertama adalah
pembukaan. Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi yang baik,
berkaitan dengan materi diskusi. Kemudian tahap ketiga yaitu penggalian latar
belakang masalah, para konseli pada tahap sebelumnya biasanya belum menyajikan
keempat yaitu penyelesaian masalah, berdasarkan apa yang sudah digali dalam fase
analisis kasus, konselor dan para konseli membahas bagaimana persoalan dapat
diatasi. Lalu tahap yang kelima yaitu penutup, proses konseling dapat diakhiri dan
yaitu:
Tahap 1: Dapat diberi label pembentukan kelompok (forming the group).
Tahap 4: Membangun suatu kerangka kerja behavioral untuk seluruh peserta yang
perubahan.
bahwa tahapan konseling kelompok behavior dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1. Dari tahap awal, dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok, lalu setelah
kerja bagi semua anggota kelompok sehingga kelompok dapat memulai apa
3. Tahap akhir, generalisasi dan transfersi yang nyata di dalam sebuah lingkungan
Relaksasi adalah suatu teknik konseling yang lahir dari tradisi konseling
1996) latihan relaksasi diutamakan untuk beberapa kecemasan tetapi lebih mudah
diaplikasikan pada stimulus yang menyebabkan kecemasan. Model yanng paling awal
dikembangkan oleh Jacobson (dalam Abimanyu, 1996) yang merupakan teknik dalam
keadaan semula (istirahat) setelah kontraksi.atau suatu keadaan tegang yang rendah
dengan tanpa emosi yang kuat. Benson (dalam Abimanyu, 1996) melaporkan hasil
penelitian Porter dan Peters terhadap 120 subjek yang dibagi ke dalam tiga kelompok,
yakni kelompok yang melakukan relaksasi dengan prosedur biasa, kelompok yang
hanya diminta relaks sejenak, serta kelompok yang sama sekali tidak melakukan
kecemasan.
taekwondo yang akan menghadapi kejuaraan, bahwa relaksasi adalah suatu teknik
bentuk semula (istirahat) sehingga ketegangan dapat dikurangi tanpa emosi yang
berlebihan.
1) Merelaksasikan otot
2) Merileksasikan mental
3) Mengurangi kecemasan
Tujuan jangka panjang dari rilaksasi otot adalah agar tubuh dapat memonitor
(1) Relaksasi yang disajikan sebagai Active Coping Skill secara signifikan
Abimanyu, 1996).
(3) Relaksasi digunakan oleh konseli yang mengalami ganguan tidur, sakit
1996).
(4) Relaksasi juga dapat dipergunakan untuk membantu melahirkan bayi, agar
dapat lebih rileks dan mengurangi rasa sakit saat melahirkan, Lamaze
(5) Menurut Joseph Wolpe (dalam Abimanyu, 1996) relaksasi dapat meredam
kecemasan.
(6) Setelah melakukan relaksasi beberapa minggu 1atau dua kali sehari akan
1) Rasional
Dalam tahap ini konselor mengemukakan tujuan dan prosedur
menggunakan baju yang enak seperti slack, blouse, atau baju longgar,
atau pakaian apa saja yang tidak mengganggu selama relaksasi. Konseli
efektif. Lingkungan latihan hendaknya tenang dan bebas dari suara yang
tangan ke bawah.
secara singkat beberapa latihan otot yang akan dipakai dalam relaksasi.
Konselor mulai dengan tangan kiri atau kanan: mengepalkan tangan,
trasinya. Misalnya: “Jika saya memegang otot bisep saya seperti ini,
saya merasakan tegangan pada otot bisep saya dan sekarang, jika saya
tidak merasa janggal kok seperti latihan olahraga saja. Dalam memberi
(dua kali bagi tiap kelompok otot dalam latihan awal). Ketujuhbelas
kelompok otot itu yaitu: kepalan tangan kanan, kepalan tangan kiri,
pergelangan tangan, otot bisep, bahu, dahi, mata, lidah atau rahang
bibir, kepala belakang, leher punggung, dada, perut, pantat, kaki, dan
tegang.
mengalaminya.
7) Pekerjaan rumah dan tindak lanjut
Relaksasi
yaitu tahap awal, tahap pertengahan, dan tahap akhir. Dalam tahap awal terdapat
aspek seperti pembukaan yang perlu dilakukan untuk memulai sebuah kegiatan
konseling kelompok, lalu penjelasan masalah yang akan dibahas dalam konseling
kelompok. Tahap pertengahan atau tahap inti terdapat aspek pembahasan masalah
yang sudah diutarakan dalam tahap sebelumnya, dan aspek penyelesaian masalah
merupakan penyelasaian masalah yang sudah dibahas besama kelompok. Tahap akhir
Tahapan konseling kelompok behavior dibagi menjadi tiga yaitu awal, inti,
dan akhir. Tahap awal, dapat dilakukan dengan pembentukan kelompok, setelah
kelompok terbentuk dilakukan interaksi antar anggota kelompok agar tercipta tujuan
yang ingin dicapai oleh kelompok. Kemudian tahapan inti dimana kegiatanya berupa
membangun kerangka kerja bagi semua anggota kelompok, sehingga kelompok dapat
memulai apa yang akan dilakukan dalam konseling kelompok. Setelah kerangka kerja
lebih baik.
yang akan dipakai dalam konseling kelompok behavior. Tahap akhir, generalisasi dan
latihan relaksasi dapat dilakukan kepada atlet taekwodo. Latihan relaksasi tersebut
memberi gambaran bagaimana para atlet dapat membuat dirinya nyaman dan dapat
Berdasarkan tahapan yang ada, langkah relaksasi di bagi menjadi tiga yaitu langkah
awal, langkah inti, kemudian langkah akhir. Dalam langkah awal dapat disimpulkan
bahwa membuat kondisi terasa nyaman perlu dilakukan untuk mawal kegiatan
relaksasi. Kemudian memasuki tahap inti, para peserta relaksasi mulai memasuki
latihan relaksasi dengan bimbingan sesuai prosedur yang ada. Lalu tahap selanjutnya
adalah tahap akhir, di tahap ini peserta diharapkan mampu mengutarakan perasaan
dan keadaan tubuhnya setelah melakukan latihan relaksasi ini. Dalam tahap akhir
juga perlu di tekankan agar latihan relaksasi tidak hanya dilakukan di tempat latihan
melakukan konseling behavior melalui teknik relaksasi yaitu tahap awal, tahap
a. Tahap awal
mengatasi permasalahan.
b. Tahap pertengahan
c. Tahap akhir
kelompok dengan teknik relaksasi. Penulis memberi post test kepada anggota
Dari hasil analisis tersebut nilai hitung uji wilcoxon Z=-2,371a dan mempunyai
signifikansi hitung kurang dari 0,018< 0,05 maka dapat dikatakan bahwa terdapat
Kecemasan Pada Atlet Karate”. Dari hasil U-test diperoleh nilai U sebelum pelatihan
(pre-test) sebesar 135,500 dengan p>0,05, sedangkan nilai U setelah pelatihan (post-
test) sebesar 59,500 dengan p<0,05, hal ini dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang
pelatihan, dimana rerata kelompok eksperimen sebelum pelatihan sebesar 19,97 dan
sesudah pelatihan sebesar 12,81. Dengan demikian kecemasan setelah pelatihan pada
kelompok kontrol diperoleh rerata pretest 17,03 dan posttest 24,19 sehingga ada
perbedaan kecemasan pada kelompok kontrol pada awal pengetesan dan akhir
pengetesan, hal ini dapat diartikan bahwa pada kelompok kontrol tingkat
2.6 Hipotesis