Anda di halaman 1dari 27

am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
PUTUSAN

a
No.37/Pdt/G/2015/PN.Kwg.

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
Pengadilan Negeri Karawang yang memeriksa dan mengadili perkara
perdata dalam peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan putusannya

do
gu
sebagaimana tersebut dibawah ini dalam perkara antara :

1. GUNAWAN : Beralamat di Desa Pucung RT. 02/RW.ll, Nomor 6,

In
A
Kec. Kota Baru, Kab. Karawang, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Firma Hukum Margono
ah

Surya & Partners, yang beralamat di City Lofts

lik
Sudirman Unit 720 lantai 7 Jalan KH. Mas Mansyur
No. 121, Jakarta Pusat 10220, berdasarkan Surat
am

ub
Kuasa Khusus tanggal 2 Juli 2015, dan untuk
selanjutnya disebut sebagai Penggugat;
ep
k

M e l a w a n :
ah

si
1. dr Raya Hendri Batubara : Lahir di Pematang Siantar, tanggal 18 April 1971,
Surat Ijin Praktek Khusus (PPDS Ilmu Bedah

ne
ng

4715/2008 tanggal 13 Agustus 2008) Alamat tidak


diketahui Selanjutnya disebut sebagai Tergugat ;

do
gu

Pengadilan Negeri tersebut :

− Setelah membaca berkas perkara yang bersangkutan


In
A

− Setelah memperhatikan bukti bukti surat yang diajukan

Menimbang bahwa Penggugat dengan surat gugatannya yang telah


ah

lik

didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan Negeri Karawang pada tanggal 2 Juli 2015


dengan memakai nomor register No.37/Pdt/G/2015/PN.KRW telah mengemukakan
m

ub

hal hal sebagai berikut :


ka

I. KEDUDUKAN DAN KEPENTINGAN HUKUM PENGGUGAT.


ep

1. Bahwa PENGGUGAT adalah Ayah dan Wali Pengampun dari Nina Dwijayanti
ah

(22 tahun) yang untuk selanjutnya disebut PASIEN sesuai dengan ketetapan
es

Pengadilan Negeri Karawang Nomor : 08/Pdt./2011/Pn.Krw.


M

ng

on

Hal. 1 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
2. Bahwa berdasakan hal diatas, PENGGUGAT memiliki hak untuk mengajukan

a
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh TERGUGAT yang

si
dalam melakukan upaya tindakan medis penyembuhan, kesehatan,
keamanan, kenyamanan serta keselamatan jiwa Pasien, TANPA ADA

ne
ng
PERSETUJUAN DAN TANPA PEMBERITAHUAN TERLEBIH DAHULU
(informed consent). DAN PADA FAKTANYA JUSTRU MENIMBULKAN

do
gu KERUGIAN DENGAN MENAMBAH KONDISI PASIEN MENJADI CACAT
PERMANEN, YAITU BOCORNYA KANTONG KEMIH DAN TIDAK DAPAT
BERKEMIH DENGAN NORMAL SEUMUR HIDUP. Dengan demikian,

In
A
berdasarkan doktrin Rep ipsa liquitor (fakta membuktikan sendiri)
bahkan orang awampun dapat membuktikan timbulnya kerugian akibat
ah

lik
perbuatan TERGUGAT ;
am

ub
II. FAKTA – FAKTA HUKUM.

1. Bahwa Gugatan ini diajukan di Pengadilan Negeri Karawang sesuai dengan


ep
k

domilisi dari PENGGUGAT karena TERGUGAT tidak diketahui tempat tinggal


maupun tempat kediaman sekarang atau domilisinya. Hal ini sudah sesuai
ah

R
dengan apa yang dimaksud pasal 118 ayat (3) HIR ;

si
2. Bahwa pada tanggal 15 Februari 2009, pukul 21;29 WIB atau setidak –

ne
ng

tidaknya pada bulan Februari tahun 2009 Pasien dibawa ke Instalasi Gawat
Darurat RSCM yang pada waktu itu merupakan tempat kerja / praktek

do
gu

TERGUGAT, dengan keluhan tidak bisa buang air kecil dan buang air besar ;

3. Bahwa, berdasarkan informasi yang didapatkan oleh PENGGUGAT, Pasien


In
A

dikatakan menderita AppendixPerforasi (usus buntu) dan hal tersebut juga


dituangkan dlam Surat Pengantar Permintaan Dirawat ;
ah

lik

4. Bahwa sebagai tambahan informasi, PENGGUGAT mengetahui TERGUGAT


yang menangani Pasien, karena PENGGUGAT ketika itu merupakan
m

ub

karyawan dari RSCM (saat ini PENGGUGAT sudah pensiun) ;


ka

5. Bahwa pada tanggal 16 Februari 2009, sekitar pukul 09.30 wib ketika
ep

PENGGUGAT sedang bekerja di ruangan lain (klinik Kulit dan Kelamin


RSCM), PENGGUGAT mendapat kabar dari rekan kerjanya yang mengatakan
ah

bahwa Pasien harus menjalani pemeriksaan Ultrasonografi (USG) ;


es
M

6. Bahwa hasil dari pemeriksaan USG Pasien tersebut, menyatakan bahwa


ng

Ginjal dan buli – buli DALAM BATAS NORMAL. Mendapat hasil tersebut
on

Hal. 2 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kemudian PENGGUGAT kembali bekerja, dan meninggalkan Pasien di ruang

a
perawatan ;

si
7. Bahwa sore hari tanggal 16 Februari 2009, lebih kurang pukul 15.45 wib,

ne
ng
ketika sedang bekerja, kembali PENGGUGAT diberitahu oleh rekan kerjanya
yang bernama Pak Dedi, bahwa Pasien sedang akan menjalani pembedahan.
Mendengar hal tersebut PENGGUGAT langsung berlari menuju ke tempat

do
gu dimana Pasien dirawat ;

8. Bahwa ketika PENGGUGAT kembali ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) tempat

In
A
Pasien dirawat, PENGGUGAT tidak menemukan Pasien di tempat tersebut,
melainkan hanya istri PENGGUGAT yang ada dalam keadaan panik ;
ah

lik
9. Bahwa, menurut isteri PENGGUGAT sebelum pasien dibawa pleh Perkarya
(orang yang pekerjanya mendorong Pasien ) RSCM ;
am

ub
10. Bahwa setiba ditempat pembedahan, PENGGUGAT dan istrinya hanya dapat
melihat pasien dari jarak sekitar 15 meter, karena pasien sudah berada
ep
k

didalam ruangan steril (hanya dokter dan pasien yang akan dibedah yang
ah

boleh masuk), dan Pasien sudah disejajarkan dengan beberapa Pasien lain
R

si
yang siap akan dibedah ;

ne
ng

11. Bahwa melihat kejadian tersebut, PENGGUGAT sangat terkejut dan berusaha
mencari informasi guna mengetahui mengapa pasien dibedah secara tiba –
tiba, namun tidak satupun dokter atapun petugas bersedia memberikan

do
gu

penjelasan ;

12. Bahwa PENGGUGAT dan / atau istrinya tidak pernah memberikan persetujuan
In
A

(informed consent) kepada TERGUGAT, bahkan para TERGUGAT tidak


pernah memberikan penjelasan dan meminta persetujuan kepada
ah

lik

PENGGUGAT sebagai orang tuanya untuk melakukan bedah terhadap


Pasien, maka hal tersebut secara jelas dan nyata TERGUGAT telah menyalahi
m

ub

aturan yang terdapat pada pasal 45 Undang – undang nomor 29 tahun 2004
tentang praktik Kedokteran jo. Pasal 3 ayat 1 PerMenKes No.
ka

290/menkes/per/lll/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran ;


ep

13. Bahwa ketika PENGGUGAT mencari tahu kenapa pasien dibedah secara
ah

mendadak dan tanpa izin persetujuan, PENGGUGAT mendengar informasi


R

es

dari rekan kerjanya bahwa pasien telah selesai dibedah dan langsung
M

medatangi ruang bedah tersebut ;


ng

on

Hal. 3 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
14. Bahwa berikutnya PENGGUGAT datang ke ruang bedah, dan ketika itu juga

a
PENGGUGAT diminta oleh salah satu Tim Dokter yang melakukan

si
pembedahan tersebut untuk mendatangani persetujuan untuk melakukan
pembedahan, sementara pembedahan telah selesai dilakukan tanpa

ne
ng
persetujuan dan terdapat diagnosa baru dinyatakan pada pembedahan berupa
rupture buli.

do
gu
15. Ruptur buli menurut kamus kedokteran merupakan hilangnya kontinuitas dari
dinding buli – buli, dapat disebabkan oleh trauma tajam (gunting / pisau

In
A
operasi dll), trauma tumpul, maupun iatrogenik. Dengan kata lain hal tersebut
merupakan suatu trauma yang dapat disebabkan oleh potong atau iris dari
ah

benda tajam ;

lik
16. Bahwa TERGUGAT adalah operator pembedahan terhadap Pasien. Kemudian
am

ub
dengan selesainya pembedahan yang dilakukan tanpa persetujuan (informed
consent) dari PENGGUGAT dan terdapatnya cacat permanen setelah
pembedahan tetntu saja PENGGUGAT menolak untuk menanda tangani Surat
ep
k

Persetujuan ;
ah

17. Bahwa, sejak tanggal 15 Februari 2009 hingga gugatan ini diajukan, Pasien
R

si
dalam buang kecil / kencing seringkali menggunakan alat kateter ;

ne
ng

18. Bahwa PENGGUGAT juga telah menyampaikan Pengaduan tertulis kepada


Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), No :

do
077/MSP/VIII/10, tertanggal 16 Agustus 2010 pada tanggan 21 juli 2013
gu

MKDKI sebagai lembaga yang berwenang untuk memeriksa dan memutuskan


adanya dugaan pelanggaran disiplin kedokteran telah mengeluarkan
In
A

Keputusan MKDKI Tentang Disiplin Profesional Dokter Dan Dokter Gigi Atas
Pengaduan Nomor 44/P/MKDKI/VII/2010 tertanggal 29 juli 2013 ;
ah

lik

19. Bahwa keputusan MKDKI Tentang Disiplin Profesional Dokter Dan Dokter
Gigi Atas Pengaduan Nomor 44/P/MKDKI/VII/2010 tertanggal 29 juli 2013
m

ub

yang PENGGUGAT terima tidak mencerminkan suatu Keputusan yang baik


dan memenuhi kepastian hukum bagi PENGGUGAT, karena dalam keputusan
ka

ep

MKDKI TERSEBUT TIDAK MENJELASKAN DENGAN LENGKAP;

− Apa yang diterangkan oleh Teradu dalam persidangan ;


ah

− Apa yang diterangkan oleh para saksi di persidangan ;


es

− Apa yang diterangkan oleh Ahli Dokter Spesialis Bedah Anak di


M

ng

Persidangan ;
on

Hal. 4 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
− Pertimbangan – pertimbangan MKDKI ;

a
Sehingga dengan tidak dijelaskannya hal – hal tersebut diatas secara jelas

si
terperinci maka PENGGUGAT menilai tidak adanya keobjektifitaskan atau
ada hal – hal yang sengaja ditutup –tutupi dari pertimbangan Keputusan

ne
ng
MKDKI tersebut.

20. Bahwa karena Keputusan MKDKI tersebut tidak mencerminkan Suatu

do
gu Keputusan yang baik dan memenuhi kepastian hukum bagi PENGGUGAT
serta Keputusan MKDKI tersebut bersifat konkrit, individual, Final dan

In
A
membawa akibat hukum bagi PENGGUGAT maka PENGGUGAT
mengajukan Gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara / PTUN Jakarta
ah

lik
Nomor : 198/G/2013/PTUN-JKT ;

21. Bahwa terdapat gugatan PENGGUGAT Nomor : 198/G/2013/PUTN-JKT,


am

ub
Pengadilan Tata Usaha Negara telah menjatuhkan Putusan tanggal 29 April
2014 yang telah berkekuatan hukum tetap (In Kracht van Gewijsade) dan
ep
yang pada intinya menyatakan MEMBATALKAN Surat Keputusan MKDKI
k

tentang Disiplin Profesional Dokter Dan Dokter Gigi Atas Pengaduan Nomor
ah

44/P/MKDKI/VII/2010 tertanggal 29 juli 2013 dan Surat Konsil Kedokteran


R

si
Indonesia Nomor HK.01.02/03/KKI/VIII/2781/2013 tertanggal 15 Agustus
2013.

ne
ng

III. TERGUGAT TELAH MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM.

do
22. Bahwa pasien mengalami sakit / cacat permanen dan harus memakai alat
gu

bantu keteter, hal tersebut disebabkan oleh kelalaian, kekurang hati – hatian
TERGUGAT sebagai operator pembedahan karena telah mengakibatkan
In
A

pasien menurun kondisi kesehatannya dan tidak dapat berkemih secara


normal.
ah

lik

23. Bahwa, TERGUGAT telah lalai dalam melakukan kewajibannya yakni tidak
meminta persetujuan tertulis (informed consent) atau tidak memberitahu serta
menjelaskan lebih dahulu mengenai alasan TERGUGAT dalam
m

ub

melaksanakan pembedahan tersebut karena tindakan TERGUGAT tersebut


ka

masuk dalam kategori tindakan kedokteran beresiko tinggi. Sebagaimana


ep

diamanatkan oleh pasal 45 ayat (1),(2),(3) dan (5) Undang – undang No. 29
Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran Jo. Pasal 3 ayat 1 PerMenKes No.
ah

290/menkes/per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran bahwa


es

“setiap tindakan kedokteran yang mengandung risisko tinggi harus


M

memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak


ng

memberikan persetujuan”.
on

Hal. 5 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Jadi seharusnya TERGUGAT bar dapat melakukan pembedahan setelah

a
memperoleh persetujuan dari PENGGUGAT;

si
24. Bahwa tindakan dan/atau Perbuatan yang dilakukan oloeh TERGUGAT yang
melakukan tindakan medis beresiko tinggi (bedah) tanpa memberikan

ne
ng
penjelasan dan meminta persetujuan terlebih dahulu dari PENGGUGAT
sehingga menyebabkan timbulnya sakit/cacat permanen dari tubuh Pasien,

do
gu telah melanggar ketentuan sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 1365
Kitab Undang – undang Hukum Perdata (KUHper) yaitu : “Tiap perbuatan

In
yang melanggar Hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain,
A
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian tersebut.”
25. Bahwa Pasal 45 Undang – undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik
ah

lik
Kedokteran :
Ayat (1) berbunyi :
am

ub
“setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.”
Penjelasan pasal 45 ayat (1) Undang – undang No. 29 tahun 2004 tentang
ep
k

Praktik Kedokteran telah dengan tegas mengatakan bahwa pada prinsipnya


ah

yang berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan medis adala


R

si
pasien yang bersangkutan. Namun apabila pasien yang bersangkutan berada
dibawah pengampunan (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan

ne
ng

medis dapat diberikan keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah/ibu


kandung, anak – anak kandung atau saudara – saudara kandung.Dalam

do
keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan,
gu

namun setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang memungkinkan, segera
diberikan penjelasan dan dibuat persetujuan.
In
A

Bahwa jika dikaitkan dengan penjelasan Pasal 45 ayat (1) Undang – undang
No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran tersebut, disini jelas telah
ah

lik

terbukti bahwa TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum


karena tidak pernah meminta persetujuan kepada PENGGUGAT sebagai
m

ub

ayah kandung dari pasien sebelum tindakan medis tersebut dilakukan.


Meminta persetujuan tertulis dari PENGGUGAT itu WAJIB dilakukan oleh
ka

TERGUGAT mengingat kondisi pasien masih dalam keadaan sadar dan


ep

tidak dalam keadaan gawat darurat.


ah

Ayat (2) berbunyi :


es

“ Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah


M

ng

pasien mendapat penjelasan secara lengkap.”


on

Hal. 6 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Bahwa dalam hal ini TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan

a
hukum karena TERGUGAT tidak pernah memberikan penjelasan secara

si
lengkap kepada PENGGUGATtentang risiko yang akan terjadi jika dilakukan
tindakan medis berupa pembedah terhadap Pasien.

ne
ng
Ayat (3) berbunyi :

do
gu “penjelasan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) sekurang – kurangnya
mancakup :
a. Diagnosis dana tata cara tidakan medis ;

In
A
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan ;
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya ;
ah

lik
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi ; dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.”
am

ub
Bahwa telah terbukti TERGUGAT tidak pernah memberikan penjelasan
kepada PENGGUGAT sebelum melakukan tindakan medis pembedahan
kepada Pasien.
ep
k

Ayat (5) berbunyi :


ah

R
“setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung

si
risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang

ne
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.”
ng

Berdasarkan penjelasan Pasal 45 ayat (5) undang – undang No. 29 tentang

do
Praktik Kedokteran menyebutkan bahwa bahwa yang dimaksud dengan
gu

“tindakan medis beresiko” adalah seperti tindakan bedah atau tindakan


invasif lainnya. Tindakan bedah berisiko tinggi seperti yang disebutkan dalam
In
A

Penjelasan Pasal 45 ayat (5) tersebut telah dilakukan TERGUGAT sehingga


menimbulkan cacat permanen pada Pasien.
ah

lik

1. Bahwa Pasal 3 ayat 1 Peraturan Materi Kesehatan No.


290/menkes/per/lll/2008 tentang Persetujuan Tindakan
m

ub

Kedokteranberbunyi : “Setiap tindakan kedokteran yang mengandung


risiko tinggi harus memperoleh persetujuan tertulis yang
ka

ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.”


ep

Bahwa Pasal 3 ayat (1) tersebut secara tegas telah mewajibkan setiap
ah

tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus memperoleh


R

es

persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikaan


M

persetujuan. Karena tujuan dari Permintaan Persetujuan tertulis tersebut


ng

on

Hal. 7 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
adalah memberikan perlindungan dan secara medis tidak ada

a
pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya.

si
Bahwa dalam kasus ini jelas terbukti TERGUGAT telah melakukan

ne
ng
perbuatan melawan hukum dengan tidak menerima meminta persetujuan
secara tertulis kepada PENGGUGAT sebelum melakukan tindakan medis
pembedahan terhadap pasiennya.

do
gu 2. Bahwa selain peraturan perundang – undangan, berdasarkan Surgical
Safety Cheklist yang harus dilakukan oleh World Health

In
A
Organization/WHO, sudah menjadi kewajiban bagi setiap dokter untuk
memperhatikan keselamatan pasien, kesiapan pasien dan prosedur yang
ah

lik
akan dilakukan karena resiko terjadinya kecelakaan pada tindakan medis
pembedahan sangat tinggi.
am

ub
3. Bahwa Sugery Safety Cehcklist harus dilakukan sebelum tindakan medis
pembedahan dilakukan, yaitu melalui 3 (tiga) tahap yaitu 2 (dua)
ep
k

diantaranya :
ah

a. Sebelum induksi anestesi (Sign In)


R

si
Langkah pertama yang dilakukan segera setelah pasien tiba diruang
serah terima induksi antesi. Tindakan yang dilakukan adalah

ne
ng

memastikan kebenaran diagnosa, identitas pasien lokasi / area yang


akan dibedah, prosedur operasi serta PERSETUJUAN OPERASI.

do
Pasien atau Keluarga diminta secara lisan untuk menyebutkan nama
gu

lengkap, tanggal lahir dan tindakan yang akan dilakukan. Penandaan


lokasi operasi oleh ahli bedah yang akan melakukan operasi.
In
A

Pemeriksaan keamanan anestesi oleh ahli anestesi dan harus


memastikan kondisi pernasan, resiko pendarahan, antisipasi adanya
ah

lik

komplikasi dan riwayat alergi pasien.Memastikan perlatan anestesi


berfungsi dengan baik.
m

ub

Bahwa dalam hal ini TERGUGAT tidak pernah melakukan prosedur


ka

memanggil PENGGUGAT untuk memvertifikasi pasien dan penyakit


ep

dan tidak pernah meminta PERSETUJUAN OPERASI.


ah

b. Sebelum inisi kulit (Time Out) ;


R

es

Merupakan langkah kedua yang dilakukan pada saat pasien sudah


M

berada di ruang operasi, sesudah induksi anestesi dilakukan dan


ng

sebelum ahli bedah melakukan sayatan kulit. Tujuan dilakukanya Time


on

Hal. 8 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Out adalah untuk mencegah terjadinya kesalahan pasien, lokasi dan

a
prosedur pembedahan dan meningkatkan kerjasama diantara anggota

si
tim bedah dan meningkatkan keselamatan pasien selam pembedahan.
Seluruh tim bedah wajib memperkenalkan diri menyebu nama dan

ne
ng
peran masing – masing. Menegaskan lokasi dan prosedur pembedahan
dan mengantisipasi resiko. Ahli bdeah menjelaskan kemungkinan

do
gu kesulitan yang akan dihadapi.

Bahwa dalam hal ini TERGUGAT tidak melakukan prosedur Time Out,

In
A
terbukti dengan kesalahan dalam menentukan lokasi pembedahan
yang apabila sesuai diagnosa awal yaitu Sumbatan Usus (Sepsis
ah

lik
illius abstruktif) atau Usus Buntu (Appendixpreforasi) menjadi
kandung Kemih sehingga menyebabkan terjadinya CACAT
am

ub
PERMANEN pada pasien karena kebocoran kandung kemih
(Ruptur Buli). ep
k

4. Bahwa seandainya TERGUGAT berdalili bahwa keadaan Pasien dalam


ah

status gawat darurat (Emergency), maka hal tersebut adalh alasan yang
R

si
dibuat – buat TERGUGATuntuk sembunyi dari tanggung jawabnya,
karena Pasien masuk RSCM pada tanggal 15 Februari 2009 (sehari

ne
ng

sebelum pembedahan dilakukan, yaitu tanggal 16 Februari 2009), dan


telah banyak mendapat banyak pertolongan dari dokter, bahkan Pasien

do
gu

berangsur – angsur mulai membaik dan tidak mengeluhkan rasa sakit lagi.

5. Bahwa PENGGUGAT mendapat diangosa yang berubah – ubah, yaitu


In
A

dimulai dengan infeksi berat akibat sumbatan Usus (Sepsis illus abstruktif)
dan Usus Buntu (Appendixpreforasi), serta terdapat satu diagnosa baru
ah

lik

yang diberikan setelah dilakukan tindakan medis pembedahan oleh


TERGUGAT yaitu rupture buli (Kebocoran kandung kemih). Dengan
m

ub

demikian terlihat jelas tidak profesionalnya TERGUGAT yang menangani


Pasien yang berujung pada rusaknya organ dalam pasien. Perlu diketahui
ka

bahwa tidak ada hubungan korelatif antara diagnosa Usus Buntu


ep

(Appendixpreforasi) dengan Bocornya kandung kemih (Ruptur Buli).


ah

6. Bahwa, tindakan dari TERGUGAT tersebut, adalah melawan hukum


es

dikarenakan melakukan suatu tindakan medis yang beresiko tinggi yaitu


M

ng

pembedahan yang mengakibatkan cacat permanen pada Pasien, terlebih


on

Hal. 9 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
tanpa ada persetujuan tertulis dari PENGGUGAT sebagaimana

a
dicantumkan dalam Pasal 45 ayat (1), (2), (3) dan (5) Undang – undang

si
No. 29 tahun 2004 tentang Pratik Kedokteran Jo. Pasal 3 ayat 1
PerMenKes No. 290/menkes/per/lll/2008, hal tersebut diperparah dengan

ne
ng
keadaan fisik dari Pasien yang mengalami gangguan kesehatan baik isik
maupun mental sebagaimana telah dinyatakan dalam surat pemeriksaan

do
gu Psikologi yang dilakukan oleh Psikologi Frida Medina H, dan dalam
pemeriksaan tersebut juga dinyatakan Pasien tidak dapat bicara,
membaca, ataupun menulis, oleh karenanya tindakan sekecil apapun yang

In
A
dilakukan terhadap pasien harus mendapatkan persetujuan dari
PENGGUGAT selaku orang tuanya, terlebih dalam melakukan
ah

lik
tindakan medis beresiko tinggi yang mana hal tersebut telah
diamanatkan langsung oleh undang – undang sebagaimana
am

ub
disebutkan diatas;

7. Bahwa berdasarkan poin – poin tersebut di atas, maka dapat disimpulkan


ep
k

bahwa sikap atau perbuatan TERGUGAT dapat dikualifikasikan sebagai


ah

perbuatan melawan hukum karena telah melanggar asas kepatutan,


R
ketelitian, dan kehati – hatian (PATINA) yang seharusnya dilakukan, agar

si
PENGGUGAT mendapatkan kenyamanan dan kejelasan atas informasi

ne
ng

yang diderita pasien;

8. Bahwa dengan kelalaian, kekurang hati – hatian serta perbuatan melawan

do
gu

hukum yang dilakuakn oleh TERGUGAT, maka kondisi kesehatan Pasien


menjaddi lebih buruk (cacat permanen) karena tidak bisa lagi berkemih
In
A

secara normal.
ah

9. Bahwa atas kelalaian, kekurang hati – hatian dan Perbuatan Melawan


lik

Hukum yang dilakukan TERGUGAT , maka sesuai asas RES IPSA


LOQUITUR (fakta berbicara sendiri dan orang awam pun dapat
m

ub

membuktikan timbulnya kerugian akibat perbuatan TERGUGAT),


TERGUGAT WAJIB memberikan ganti rugi baik materil maupun immateriil
ka

ep

kepada PENGGUGAT karena :

a. Bocornya Kandung Kemih (Ruptur Buli)pada Pasien tidak akan


ah

terjadi jika TERGUGAT tidak melakukan Tindakan Medis Pembedahan


es

atas diri Pasien karena Pasien didiagnosa terkena Usus Buntu


M

ng

(Appendix Perforasi) atatu gangguan Usus bukan Kandung Kemih.


on

Hal. 10 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
b. Bocornya Kandung Kemih (Ruptur Buli) pada pasien bukan

a
disebabkan oleh peruatan Pasien sendiri melainkan diakibatkan oleh

si
Tindakan Medis TERGUGAT.

c. Kelalaian TERGUGAT tersebut masih dalam lingkup Kewajiban

ne
ng
TERGUGAT sebagai seorang Operator/Dokter bedah.

34. Bahwa tindakan TERGUGAT telah berakibat membengkangnya biaya

do
gu pengobatan Pasien dirawat selama 2 tahun (dari 2009 s/d 2010) di RSCM.
Maka kerugian tersebut dihitung sebagai berikut:

In
A
Jenis Kerugian Satuan Jumlah

a. Pengeluaran perbulan Rp. 2.630.000/bulan • Rp. 71.010.000,-


ah

lik
terhitung sejak Februari (27 bulan)
2009 [saat pasien dirawat di
am

ub
RSCM]:

b. Biaya Terapi dan obat • Terapi : Rp .250.000 x • Rp. 84.000.000,-


ep
anak [saat pasien dirawat di 8/bulan x 42
k

RSCM]:
• Suplemen : Rp.
ah

• Rp. 21.000.000,-
R
1.000.000/2 bulan x 21

si
C. Biaya jaminan hidup • Rp. 600.000.000,-

ne
ng

perawatan Pasien seumur


hidup dengan adanya

do
harapan untuk melakukan
gu

pengobatan keluar negeri

Jumlah • Rp.776.010.000,-
In
A

Terbilang : tujuh ratus tujuh puluh enam juta sepuluh ribu rupiah
ah

lik

B. Kerugian Immateriil.
m

ub

- Berupa kerusakan bagian penting dari tubuh Pasien yaitu bocornya kantung
kemih yang disebabkan oleh kesalahan prosedur bedah yang dilakukan oleh
ka

TERGUGAT, dan tanpa persetujuan dari PENGGUGAT meminta ganti rugi


ep

sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).


ah

35. Bahwa, untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan cepaet dan tidk
R

– larut, maka sangatlah wajar jika kami memohon kepada Majelis


es

berlarut
M

Hakim untuk membebankan TERGUGAT membayar uang paksa


ng

(dwangsom) sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) per hari kepada
on

Hal. 11 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
PENGGUGAT apabila tidak melaksanakan putusan ini terhitung sejak

a
diucapkannya Putusan ini.

si
36. Bahwa, nama PENGGUGAT selama masalah ini berlangsung cukup buruk
dimata teman – teman PENGGUGAT yang masih bekerja di RSCM tempat

ne
ng
praktek TERGUGAT, untuk itu sangatlah wajar Majelis Hakim untuk meminta
TERGUGAT meminta maaf kepada PENGGUGAT secara surat resmi

do
gu tertulis, juga melalui5 media cetak yaitu : KOMPAS,KORAN TEMPO,Suara
Pembaruan dan JAKARTA POST dan 8 media elektronik yaitu, SCTV,

In
TRANS TV , RCTI, INDOSIAR, METRO TV,TVRI, TRANS 7, ANTV yang
A
format dan isinya ditentukan oleh PENGGUGAT selama 7 hari berturut –
turut;
ah

lik
am

ub
V. DASAR HUKUM

37. Bahwa Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer)


berbunyi : “Tiap perbuatan yang melanggar hukum, yang membawa
ep
k

kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya


ah

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”


R

si
Unsur – unsur Perbuatan Melawan Hukum yang tercantum didalam pasal
1365 tersebut adalah sebagai berikut :

ne
ng

a. Adanya suatu perbuatan :


Suatu perbuatan melawan hukum yang diawali oleh suatu perbuatan dari

do
gu

si Pelaku. Umumnya perbuatan tersebut dapat dimaksudkan baik


berbuat sesuatu (dalam arti aktif) maupun tidak berbuat sesuatu
In
(dalam arti pasif)yang seharusnya pelaku mempunyai kewajiban hukum
A

untuk melakukannya.
Dalam hal ini TERGUGAT telah melakukan perbuatan yang disebut:
ah

lik

a) “berbuat sesuatu (dalam arti pasif)” yaitu melakukan tindakan


medis berisiko tinggi berupa pembedahan kepada Pasien;
m

ub

b) “Tidak berbuat sesuatu (dalam arti pasif)


“ yaitu tidak menjalankan kewajiban hukum seperti yang tercantum
ka

dalam Pasal 45 ayat (1), (2) (3) dan (5) Undang-undang No. 29
ep

tahu 2004 tentang praktik Kedokteran dan pasal 3 ayat 1


ah

PerMenKes No. 290/menkes/per/III/2008 tentang Persetujuan


R

Tindakan Kedokteran yaitu TERGUGAT tidak memberikan


es
M

penjelasan dan meminta persetujuan baik lisan mapun tertulis


ng

on

Hal. 12 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
kepada PENGGUGAT akan bahaya atau resiko dari Tindakan Medis

a
Pembedahan yang akan dilakukan TERGUGAT .

si
b. Perbuatan tersebut melawan hukum

ne
ng
Bahwa perbuatan TERGUGAT yang tidak memberikan penjelasan dan
meminta persetujuan tertulis dari PENGGUGAT akan bahaya atau resiko

do
gu dari Tindakan Medis Pembedahan yang akan dilakukan telah memenuhi
unsur perbuatan melawan hukum, yaitu :

In
A
a) Melanggar Undang-undang No.29 tahun 2004 tentang praktik
Kedokteran Pasal (1), (2), (3) dan (5) serta melanggar Peraturan
ah

lik
Mentri kesehatan No.290/menkes /per/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
am

ub
b) Melanggar hak orang lain yaitu hak PENGGUGAT sebagai orang tua
kandung dari Pasien dan hak PASIEN sendiri untuk hidup sehat dan
ep
k

terhindar dari tindakan medis yang seharusnya tidak perlu dilakukan.


ah

R
c. Adanya kesalahan dari pihak pelaku :

si
Bahwa timbul satu diagnosa baru yang diberikan setelah tindakan

ne
ng

medis pembedahan oleh TERGUGAT yaitu Kebocoran Kandung


Kemih (Ruptur Buli). Sangat perlu diketahui bahwa antara
Kebocoran Kantung Kemih (Ruptur Buli) tidak mempunyai

do
gu

hubungan/korelasi dengan Sumbatan Usus (Sespis illius


abstruktif)dan Usus Buntu (AppendixPerforasi). Dengan
In
A

demikian terlihat jelas unsur kesengajaan TERGUGAT yang


menangani pasien yang berujung pada kerugian Pasien yaitu
ah

rusaknya organ dalam Pasien akibat kesalahan diagnosis.


lik

d. Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian


m

ub

Hubungan kausal dari perbuatan yang dilakukan TERGUGAT


tersebut adalah timbulnya kerugian fatal bagi pasien yaitu rusaknya
ka

ep

organ dalam pasien akibat kesalahan diagnosis dan tindakan medis


berisiko tinggi.
ah

38. Bahwa Surat Izin Praktik Khusus TERGUGAT (PPDS Ilmu bedah) Nomor
es
M

4712/2009 tanggal 20 Oktober 2009 urutan nomor 6 dalam Lampiran SK


ng

Kasudin Yankes, diatur juga oleh Peraturan Mentri Kesehatan Republik


on

Hal. 13 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Indonesia Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan

a
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;

si
39. Bahwa Pasal 39, Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik

ne
ng
Kedokteran, yang pada intinya berbunyi Praktik kedokteran
diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter dengan

do
gu pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit,
peningkatan, dan pemulihan kesehatan;

In
A
Bahwa sebagaimana bunyi pasal diatas, seharusnya TERGUGAT sebagai
operator bedah WAJIB meminta izin dalam melakukan tindakan medis
ah

lik
apapun terhadap tubuh pasien. Bahwa sebelum Pasien dibedah, dokter-
dokter RSCM yang menangani Pasien untuk penanganan pertama selalu
am

ub
meminta izin, memberi pemberitahuan, dan penjelasan pada PENGGUGAT
untuk melakukan tindakan medis sekecil apapun, seperti dalam hal memberi
obat jel berkali-kali ke dalam dubur Pasien. Namun pada saat
ep
k

melaksanakan pembedahan terhadap tubuh Pasien, TERGUGAT tidak


ah

memberitahu atau meminta persetujuan terlebih dahulu mengenai apa


R
alasan TERGUGAT melaksanakan pembedahan tersebut bahkan sampai

si
sekarang belum ada pemberitahuan secara jelas tentang alasan dilakukan

ne
ng

pembedahan. Salah satu Tim Dokter Bedah datang mencari PENGGUGAT


untuk memaksa meminta tanda tangan persetujuan tindakan medis
pada Pasien setelah pembedahan. Apalagi sebagian dari Tim Dokter

do
gu

yang TERGUGAT pimpin tersebut masih berstatus sebagai residen


(masa pendidikan).
In
A

40. Bahwa, pasal 45 ayat (1), (2), (3) dan (5) Undang-undang No.29 tahun 2004
ah

tentang Praktik Kedokteran berbunyi :


lik

Ayat 1: Setiap tindakan kedokteranatau kedokteran gigi yang akan


dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap Pasien harus mendapat
m

ub

persetujuan.
ka

ep

Penjelasan:
Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetjuan atau penolakan
ah

tindakan medis adalah Pasien yang bersangkutan.


R

es
M

Namun, apabila Pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan


ng

(under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat diberikan


on

Hal. 14 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri, ayah atau ibu kandung, anak –

a
anak kandung,saudara-saudara kandung.

si
Sebagaimana dijelaskan pula dalam pasal 1 ayat 4 PerMenKes No.

ne
ng
290/menkes/per/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteranbahwa : “Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu

do
gu kandung,
pengampunya”.
anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau

In
A
Ayat 2 : Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan
setelah Pasien mendapat keterangan secara lengkap.
ah

lik
Penjelasan :
Bahwa pembedahan dilakukan sebelum meminta persetujuan PENGGUGAT,
am

ub
tetapi dalam faktanya persetujuan dari PENGGUGAT diminta oleh salah satu
Tim Dokter Bedah setelah Pasien mengalami cacat permanen. Bahwa
TERGUGAT tidak pernah memberikan penjelasan lengkap mengenai
ep
k

penyakit pasien.
ah

Ayat 3 : Penjelasan sebagimana yang dimaksud dalam ayat (2) sekurang-


R
kurangnya mencakup:

si
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis.

ne
ng

b. tujuan tindakan medis yang dilakukan.


c. alternative tindakan lain dan resikonya.
d. resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan;

do
gu

e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.


In
A

Penjelasan: Penjelasan hendaknya diberikan dalam bahasa yang mudah


dimengerti karena pnjelasan merupakan landasan untuk memberikan
ah

persetujuan.Aspek lain yang juga sebaliknya diberikan penjelasan yaitu yang


lik

berkaitan dengan pembiayaan.Namun dalam hal ini PENGGUGAT tidak


pernah mendapatkan diagnosis pasti, rencana tindakan medis, tujuan
m

ub

tindakan medis, alternative, dan resiko medisnya.


ka

ep

Ayat 5 :Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang


mengandung resiko tinggi harus diberikan dengan persetujan tertulis
ah

yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.


R

Penjelasan :
es
M

Yang dimaksud dengan “tindakan medis beresiko tinggi” adalah seperti


ng

tindakan bedah atau tindakan invansif lainnya.Tetapi, dalam


on

Hal. 15 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
pembedahan yang dilakukan TERGUGAT pada pasien, PENGGUGAT

a
tidak pernah memberikan persetujuan secara lisan dan atau tertulis.

si
41. Sebagaimana berbunyi pada pasal 1 ayat 4 PerMenKes
No.290/menkes/per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran

ne
ng
bahwa definisi “Tindakan invasive adalah suatu tindakan medis yang
langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien” ,yang

do
gu dalam hal ini adalah pembedahan pada pasien.

42. Mengenai kewajiban Dokter dalam melaksanakan praktik kedokteran diatur

In
A
secara lebih detail dalam PerMenKes No. 290/menkes/per/III/2008 tentang
persetujuan Tindakan Kedokteran bahwa :
ah

lik
Pasal 1 PerMenKes No.290/menkes/per/per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran bahwa definisi “Persetujuan tindakan kedokteran
am

ub
adalah persetujan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat
setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap Pasien”.
ep
k
ah

Bahwa dengan tidak adanya penjelasan dari TERGUGAT mengenai tindakan


R
kedokteran yang akan diberikan pada pasien maka PENGGUGAT juga tidak

si
memberikan persetujuan untuk dilakukannya tindakan kedokteran (bedah)

ne
ng

tersebut.
Pasal 5 PerMenKes No. 290/menkes/per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran “Tindakan kedokteran yang mengandung resiko

do
gu

tinggi adalah tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas


tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan”.
In
A

Bahwa tindakan pembedahan kepada Pasien adalah tindakan kedokteran


ah

yang beresiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian dan kecacatan.


lik

Bahwa saat ini Pasien telah mengalami cacat permanen akibat tindakan
bedah tanpa izin yang dilakukan oleh TERGUGAT.
m

ub

Pasal 2 ayat 1 PerMenKes No.290/menkes/per/III/2008 tentang


ka

ep

persetujuan Tindakan Kedokteran bahwa:


“Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
ah

harus mendapat persetujuan.”


R

TERGUGAT tidak pernah meminta persetujuan untuk melakukan bedah


es
M

kepada PENGGUGAT.
ng

on

Hal. 16 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Pasal 3 ayat 1 dan ayat 3 PerMenKes No. 290/menkes/per/III/2008

a
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran bahwa :

si
(1) Setiap tindakan kedokteran yang mengandung resiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditanda ttangani oleh yang

ne
ng
berhak memberikan persetujuan.

do
gu (3) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat
dalam bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang
dibuat untuk itu.

In
A
Bahwa TERGUGAT tidak memenuhi apa yang diatur dalam peraturan
diatas karena TERGUGAT baru meminta persetujuan PENGGUGAT
ah

lik
setelah Pasien selesai dibedah dan mengalami kebocoran organ tubuh.
Bahwa TERGUGAT tidak pernah memberikan persetujuan baik secara
am

ub
tertulis atau lisan pada PENGGUGAT.

Pasal 11 PerMenKes No. 290/menkes/per/III/2008 tentang Persetujuan


ep
k

Tindakan Kedokteran bahwa :


ah

R
1. Dalam hal terdapat indikasi kemungkinan perluasan tindakan

si
kedokteran, dokter yang akan melakukan tindakan juga harus

ne
ng

memberikan penjelasan.
2. Penjelasan kemungkinan perluasan tindakan kedokteran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dasar daripada

do
gu

persetujuan.
In
A

Bahwa TERGUGAT tidak pernah memberikan penjelasan mengenai


kemungkinan perluasan tindakan medis, akibat tindakan medis tersebut dan
ah

rencana tindakan medis. TERGUGAT tidak pernah meminta persetujuan


lik

tindakan pembedahan tersebut pada PENGGUGAT.


m

ub

43. MENGENAI HAK PASIEN, hal ini diatu dalam Pasal 52 Undang-Undang
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran bahwa :
ka

ep

Pasien dalam menerima pelayanan dalam praktik kedokteran, mempunyai


hak :
ah

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


R

sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 45 ayat (3) :


es
M

Bahwa TERGUGAT yang menangani Pasien tidak pernah


ng

memberikan penjelasan yang lengkap dan jujur. Bahkan


on

Hal. 17 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
TERGUGATmelakukan pembedahan terhadap Pasien tanpa ada

a
persetujuan dari PENGGUGAT.

si
b. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

ne
ng
Bahwa selama Pasien dirawat seharusnya mendapatkan pelayanan
medis yang maksimal untuk kesembuhannya, namun sejak timbulnya

do
gu perkara ini, TERGUGAT tidak lagi melayani pasien secara maksimal
pada waktu pasien dirawat di RSCM tempat praktek TERGUGAT.

In
A
c. mendapatkan isi rekaman medis.
Bahwa sebagaimana telah di uraikan pada pasal-pasal sebelumnya,
ah

lik
PENGGUGAT tidak pernah melihat rekaman medis Pasien atau
sejenisnya. Bahkan PENGGUGAT mendapat penolakan untuk
am

ub
mengetahui isi rekaman medis / resume medis pasien dari RSCM.

Padahal PENGGUGAT yang mempunyai hak terhadap isi rekaman


ep
k

medis ,sudah beberapa kali meminta kepada TERGUGAT , namun


ah

TERGUGAT tetap saja tidak mau memberikan isi rekaman medis


R
tersebut.

si
ne
ng

VI. PETITUM

Berdasarkan uraian tersebut di atas mohon dengan hormat Pengadilan Negeri

do
gu

Karawang memutuskan sebagai berikut :


In
A

PERMOHONAN PROVISI :

1. Mengabulkan Permohonan provisi PENGGUGAT untuk seluruhnya.


ah

lik

2. Memerintahkan kementiran kesehatan Republik Indonesia, konsil kedokteran


Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin kedokteran Indonesia untuk
m

ub

menonaktifkan sementara izin praktek TERGUGAT, yang melakukan


pembedahan terhadap pasien demi menghindari hal – hal yang tidak diinginkan
ka

ep

oleh semua pihak sampai perkara ini selesai.


ah

3. Menyatakn pihak TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum


R

karena telah melakukan tindakan medis yang beresiko tinggi (membedah) Pasien
es

tanpa ada pemberitahuan, penjelasan dan persutujuan (informed consent) lebih


M

ng

dahulu dari PENGGUGAT.


on

Hal. 18 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
4. Menyatakan TERGUGAT telah bersalah karena terbukti selalu salah dalam

a
memeriksa, mendiagnosa penyakit pada pasien bahkan setelah pembedahan

si
masih juga berubah – ubah (tidak jelas sakit apa), dan melakukan pembedahan
tanpa izin bahkan membuat pasien menjadi CACAT selama hidupnya.

ne
ng
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar seluruh kerugian materil yang diderita
oleh PENGGUGAT akibat perbuatan TERGUGAT karena telah menimbulkan

do
gu
KECACATAN PERMANEN PADA PASIEN sehingga MERUSAK MASA DEPAN
PASIEN.

In
A
6. Menghukum TERGUGAT UNTUK SEGERA MELAKSANAKAN Putusan Provisi
ini terhitung sejak diucapkannya provisi ini.
ah

lik
DALAM POKOK PERKARA
am

ub
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.

2. Menyatakan TERGUGAT telah melakukan perbuatan melawan hukum karena


ep
k

telah melakukan tindakan medis yang beresiko tinggi (Membedah) Pasien tanpa
ah

ada pemberitahuan penjelasan dan persetujuan (informed consent) lebih dahulu


R
PENGGUGAT.

si
3. Menyatakan TERGUGAT telah bersalah karena terbukti selalu salah dalam

ne
ng

memeriksa, mendiagnosa penyakit pada Pasien bahkan setelah pembedahan


masih juga berubah – ubah (tidak jelas sakit apa), dan melakukan pembedahan

do
gu

tanpa izin bahkan membuat pasien menjadi CACAT selama hidupnya.

4. Memerintahkan kementiran kesehatan Republik Indonesia, konsil kedokteran


In
A

Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin kedokteran Indonesia untuk mencabut


praktek TERGUGAT, yang melakukan terhadap Pasien.
ah

lik

5. Menghukum TERGUGAT untuk mengganti semua biaya perawatan dan


pengobatan medis pasien.
m

ub

6. Menghukum TERGUGAT MEMBAYAR ganti kerugian kepada PENGGUGAT,


ka

sebesar Rp. 1.776.010.000,- (satu milyar tujuh ratus tujuh puluh enam sepuluh
ep

ribu rupiah) dengan perincian sebagai berikut :


ah

A. Kerugiaan materil: Rp. 776.010.000,- (tujuh ratus tujuh puluh enam juta
R

sepuluh ribu rupiah) ;


es
M

B. Kerugian immaterill sebesar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah ).


ng

on

Hal. 19 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
1. Menghukum TERGUGAT untuk meminta maaf kepada PENGGUGAT melalui

a
5 (lima) media cetak yaitu : kompas, Koran, Tempo, Suara Pembaharuan, dan

si
JAKARTA POST dan 8 media elektronik yaitu : SCTV, TRANS TV, RCTI,
INDOSIAR, METRO TV, TVRI, TRANS 7, ANTV, yang format dan isinya

ne
ng
ditentukan oleh PENGGUGAT selama 7 hari berturut – turut ;

2. Menghukum TERGUGAT membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.

do
gu 5.000.000,- (lima juta rupiah) per hari kepada PENGGUGAT, apabila tidak
melaksanakan putusan ini.

In
A
3. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun
ada upaya verzet, banding, kasasi, perlawanan dan / atau peninjauan kembali
ah

lik
( uitvoerbaar bij Voorraad)

4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar segala biaya perkara yang timbul


am

ub
dari perkara a quo ;

Apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil – adilnya,


ep
k

bijaksana, patut dan arif (ex aequo et bono)


ah

Menimbang bahwa pada persidangan yang telah ditentukan hadir pihak


R

si
Penggugat yang dalam hal ini diwakili kuasanya bernama Ricky K Margono SH, MH
dan Yudha Eko Yossandy SH ;

ne
ng

Menimbang bahwa berdasarkan surat dari kuasa Penggugat yang ditujukan

do
kepada KEMENTRIAN KESEHATAN, IKATAN DOKTOR INDONESIA dan
gu

PERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA pada pokoknya


menyatakan bahwa mereka tidak bisa memberikan informasi tentang identitas
In
A

seseorang yang dalam hal ini dokter, sehingga alamat tergugat tidak dapat diketahui,
maka selanjutnya pihak Tergugat telah dipanggil melalui panggilan massa atau surat
ah

lik

kabar / koran SINDO pada tanggal 15 Juli 2015 dan tanggal 14 Agustus 2015 tetapi
Tergugat tetap tidak hadir atau menyuruh seseorang untuk datang dan hadir
dipersidangan untuk mewakilinya;
m

ub

Menimbang bahwa oleh karena Tergugat telah dipanggil secara patut dan sah,
ka

maka Majelis beranggapan bahwa Tergugat tidak berkeinginan untuk


ep

mempertahankan hak haknya, sehingga selanjutnya persidangan dilanjutkan dengan


ah

tanpa hadirnya Tergugat (verstek);


R

es

Menimbang bahwa pada persidangan hari pertama atas pertanyaan Majelis,


M

ng

pihak penggugat tidak ada mengajukan perubahan atau revisi atas gugatannya;
on

Hal. 20 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Menimbang bahwa selanjutnya pihak Penggugat telah mengajukan bukti bukti

a
surat yang telah dicocokkan dengan aslinya serta diberi materai cukup yaitu :

si
1. KTP atas nama Gunawan (Penggugat) dengan NIK : 3215252601580001 dan

ne
ng
KTP atas nama Suhaenidengan NIK : 3215255204670002 (tidak ada aslinya)
2. Kartu Keluarga No3215252408070148;
3. Surat Keterangan Gaji tanggal 01 Juli 2010 (tidak ada aslinya)

do
gu
4. Keputusan Mentri Kesehatan RI No. : KP.04.012.1.1166 tentang kenaikan
pangkat PNS atas nama Gunawan (tidak ada aslinya)

In
A
5. Surat Penetapan Pengadilan Negeri KarawangNo.8/Pdt.P/2011/PN.Krw
6. Surat jawaban Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
ah

7. Surat jawaban Pengurus Besar IKATAN DOKTOR INDONESIA

lik
8. Surat jawabanPERHIMPUNAN RUMAH SAKIT SELURUH INDONESIA
9. Surat Pengantar Permintaan Dirawat tertanggal 16 Februari 2009
am

ub
10. Surat tanggapan KEMENTRIAN KESEHATAN,
11. Surat Kutipan Akta Kelahiran (tidak ada aslinya);
ep
12. Surat Hasil Pemeriksaan Radiologi tertanggal 16 Februari 2009
k

13. Surat Identitas Pasien Gedung A Rawat Inap terpadu tertanggal 1 Juli 2009
ah

(tidak ada aslinya);


R

si
14. Surat pengaduan kepada Majelis Kehormatan Kehormatan Disiplin Kddokteran
Indonesia (tidak ada aslinya);

ne
ng

15. Surat Konsil Kedokteran Indonesia (tidak ada aslinya);


16. Surat Identitas Pasien Rawat inap atas nama Nina Dwijayanti tanggal 16 Februari

do
gu

2009 (tidak ada aslinya);


17. Surat Hasil Pemeriksaan Radiologi dari RS. Ciptomangun Kusumo tanggal 15
Februari 2009
In
A

18. Surat Laporan Pembedahan dari RS. Ciptomangun Kusumo tanggal 16 Februari
2009;
ah

lik

19. Surat Permintaan Isi Resum Medis kepada RS. Ciptomangun Kusumo (tidak ada
aslinya);
m

ub

20. Surat Putusan PTUN No.198/G/2013/PTUN-JKT


21. Surat PsikologFrida Medina H. S.Psi No. 001/FMH/LPP/II/2011
ka

22. Surat Contoh Formulir Persetujuan tindakan Medis RS. Ciptomangun Kusumo
ep

(tidak ada aslinya);


ah

23. Surat berupa foto foto sebagai berikut :


R

a. Bekas luka jahit memanjang dari bawah dada sampai kebawah pusar
es

b. Bekas luka jahit memanjang dari bawah dada sampai kebawah pusar
M

ng

24. Surat tentang isi pasal 1365 KUHPerdata (Copy dari buku);
on

Hal. 21 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
25. Surat tentang Peraturan Mentri Kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/2008 (Print

a
out dari internet);

si
26. Surat tentang Undang Undang RI No. 29 tahun 2004 (Print out dari internet);
27. Surat bukti bukti kerugian yang diderita Penggugat(Copy dari copy / tidak ada

ne
ng
aslinya);
a. Tagihan sementara dari RS. Ciptomangun Kusumo tanggal 14 Desember 2009

do
gu sebesar Rp.16.117.421
b. Rincian biaya sementara cost sharing Askes dan Umum RS. Ciptomangun
Kusumo sebesar RP. 50.723.268 (Copy dari copy / tidak ada aslinya);

In
A
28. Surat berupa buku tentang Tanggung jawab Hukum dan Sangsi bagi dokter
karangan dr. Hj. Anny Isfandyarie Sp.An, SH halaman 7 (Copy dari buku)(Copy
ah

lik
dari buku);
29. Surat berupa buku tentang Tanggung jawab Hukum dan Sangsi bagi dokter
am

ub
karangan dr. Hj. Anny Isfandyarie Sp.An, SH halaman 15-16 (Copy dari buku)

Menimbang bahwa selain daripada bukti surat tersebut pihak Penggugat juga
telah mengajukan saksi saksi dipersidangan yang telah memberikan keterangan
ep
k

secara dibawah sumpah yaitu :


ah

1. Saksi SULASTRI ;
R

si
Menerangkan sebagai berikut :

ne
− Bahwa saksi kenal dengan Penggugat;
ng

− Bahwa saksi bekerja sebagai pembantu Rumah tangga pada Penggugat dari

do
gu

tahun 2008 sampai dengan 2013;

− Bahwa saksi mengetahu kalau Penggugat bekerja di RS Ciptomangun


In
A

Kusumo di bagian laboratorium;

− Bahwa saksi mengenal anak Penggugat yang bernama NINA;


ah

lik

− Bahwa anak tersebut sampai saat ini sedang sakit;


m

ub

− Bahwa sakitnya adalah usus buntu;


ka

− Bahwa saksi menunggu dan merawat anak Penggugat sejak 15 Februari 2009
ep

sampai tahun 2013 di RS Ciptomangun Kusumo;


ah

− Bahwa sampai sekarang Nina yang sudah kembali kerumah hanya bisa
R

es

berbaring ditempat tidur;


M

ng

on

Hal. 22 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
− Bahwa pada awalnya anak Penggugat diperiksa di ruang IGD kemudian

a
dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan hasilnya dinyatakan terkena usus

si
buntu;

ne
ng
− Bahwa selanjutnya dilakukan operasi;

− Bahwa saksi mengetahui Penggugat dipanggil dokter, dan setelah keluar dari

do
gu ruangan Penggugat mengatakan “ kenapa pernyataan
baru ditandatangani setelah adanya operasi” ;
persetujuan operasi

In
A
− Bahwa selesai operasi keadaan Nina seperti timbul masalah baru karena
setiap mau buang air kecil dia merasa kesakitan;
ah

lik
− Bahwa setelah selesai operasi tersebut Nina mempergunakan alat bantu
buang air (kateter);
am

ub
2. Ahli bernama ACA SANJAYA ;
Menerangkan sebagai berikut :
ep
k

− Bahwa ahli berpendapat bahwa Putusan Verstek adalah apabila dalam suatu
ah

perkara perdata yang tidak dihadiri oleh Tergugat, meskipun sudah dilakukan
R

si
pemanggilan secara sah, seperti tertuang di dalam Pasal 125 ayat (1) HIR ;

− Ahli berpendapat bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar Putusan

ne
ng

Verstek dapat dikabulkan adalah 1. Tergugat tidak datang pada hari sidang
yang telah ditentukan; 2. Ia atau mereka tidak mengirimkan wakilnya ataupun

do
gu

kuasanya yang sah untuk menghadap; 3. Ia atau mereka kesemuanya telah


dipanggil secara sah dan patut; 4. Petitum tidak melawan hukum; 5. Petitum
In
beralasan;
A

− Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatige daad) diatur dalam Pasal 1365


ah

lik

Kitab Undang-undang Hukum Perdata dalam buku III BW, pada bagian
tentang Perikatan yang dilahirkan demi Undang-undang”, yang berbunyi “tiap
perbuatan melanggar hukum,yang membawa kerugian kepada orang lain,
m

ub

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti


kerugian tersebut”.
ka

ep

− Perbuatan dikatakan sebagai melawan hukum diperlukan 4 (empat) syarat:


ah

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;


R

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain;


es

3. Bertentangan dengan kesusilaan;


M

ng

4. Bertentangan dengan keputusan, ketelitian dan kehati-hatian;


on

Hal. 23 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
− Ahli berpendapat bahwa gugatan yang tidak perna dihadiri oleh Tergugat,

a
yang harus diperhatikan adalah isi gugatannya;

si
− Ahli berpendapat bahwa dalam hukum perdata yang diperlukan adalah

ne
Kebenaran Formil;

ng
- Ahli berpendapat bahwa didalm hukum perdata, Subjek Hukum hanya terikat
oleh Undang-Undang dan Perjanjian.

do
gu Menimbang bahwa pihak Penggugat tidak ada mengajukan apa apa lagi dan
selanjutnya mohon putusan;

In
A
Menimbang bahwa untuk menyingkat isi putusan ini maka segala sesuatunya
yang terjadi di persidangan dan telah tercatat dalam berita acara persidangan yang
ah

lik
bersangkutan dianggap tercatat dan termuat dalam isi putusan ini;

TENTANG HUKUMNYA
am

ub
Menimbang bahwa gugatan Penggugat adalah sebagaimana tersebut diatas;

Menimbang bahwa gugatan penggugat pada pokoknya menuntut agar


ep
k

Tergugat dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindakan perbuatan melawan


ah

hukum dalam memeriksa, mendiagnosa penyakit dari pasien bernama NINA,


R

si
melakukan pembedahan tanpa izin penggugat, bahkan setelah pembedahan
ada tindakkan yang berubah ubah dan sekarang membuat pasien cacat selama

ne
ng

hidup;

Menimbang bahwa untuk membuktikan gugatan tersebut oleh pihak

do
gu

Penggugat telah diajukan bukti surat yang diberi tanda dari P-2 sampai P-10; P-12;
P-17; P-18; P-20; P-21; P-23; P-24; P-25; P-26; P-28; P-29; serta seorang saksi
bernama Sulstri dan Ahli bernama Aca Sanjaya;
In
A

Menimbang bahwa terhadap bukti surat yang bertanda P-1; P-3; P-4; P-5 s/d
P-11; P-13; P-14; P-15; P-16; P-19; P-22; P-27 karena tidak ada aslinya maka harus
ah

lik

dinyatakan tidak sah dan selanjutnya tidak akan Majelis pertimbangkan;

Menimbang bahwa berdasarkan bukti surat surat tersebut dan dihubungkan


m

ub

dengan keterangan saksi diatas Majelis telah memperoleh fakta fakta sebagai
berikut;
ka

ep

− Bahwa dari bukti P-2 berupa Kartu Keluarga No3215252408070148 terbukti


Penggugat beralamat didesa Pucung Rt.02 / Rw.11 No.6 Kecamatan Kota Baru,
ah

Kabupaten Karawang;
es
M

− Bahwa menurut keterangan saksi Sulastri Penggugat bekerja di RS Ciptomangun


ng

Kusumo dibagian laboratorium;


on

Hal. 24 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
− Bahwa anak Penggugat bernama Nina dirawat di RS Ciptomangun Kusumo sejak

a
15 Februari 2009 sampai tahun 2013;

si
− Bahwa dari Surat Hasil Pemeriksaan Radiologi dari RS. Ciptomangun Kusumo

ne
ng
tanggal 15 Februari 2009 dan Surat Laporan Pembedahan dari RS. Ciptomangun
Kusumo tanggal 16 Februari 2009 terbukti pasien Nina Dwijayanti telah dilakukan
pemeriksaan radiologi dan pembedahan di RS Ciptomangun Kusumo

do
gu Menimbang bahwa berdasarkan fakta fakta tersebut selanjutnya akan

In
dipertimbangkan mengenai tuntutan pokok gugatan Penggugat yang mohon agar
A
tergugat dinyatakanterbukti bersalah melakukan tindakan perbuatan melawan
hukum dalam memeriksa, mendiagnosa penyakit dari pasien bernama NINA,
ah

lik
melakukan pembedahan tanpa izin penggugat, bahkan setelah pembedahan
ada tindakkan yang berubah ubah dan sekarang membuat pasien cacat selama
am

ub
hidup;

Menimbang bahwa sebelumnya Majelis akan mempertimbangkan terhadap


ep
k

domisili gugatan yang diajukan di daerah hukum tempat Penggugat berdiam diri atau
bertempat tinggal ini apakah sudah memenuhi syarat ketentuan pasal 118 HIR;
ah

si
Menimbang bahwa pasal 118 HIR yang prinsip dasarnya menganut pada azas
actor sequitor forumrer dimana gugatan harus diajukan ke tempat tinggal tergugat

ne
ng

atau salah seorang terggat;

Menimbang bahwa ketika alamat Tergugat atau para Tergugat tidak diketahui

do
gu

lagi maka sesuai dengan ketentuan dalam pasal 118 HIR ayat ( ) gugatan dapat
diajukan ke tempat tinggal Penggugat, maka dengan berdasarkan pada ketentuan
In
A

tersebut tentunya terhadap gugatan ini yang diajukan ke tempat tinggal Penggugat,
menurut Majelis sudah tepat dan berdasar hukum;
ah

lik

Menimbang bahwa terhadap petitum pokok Penggugat tersebut Majelis


mempertimbangkan sebagai berikut :
m

ub

− bahwa dari Surat Hasil Pemeriksaan Radiologi tanggal 15 Februari 2009 terbukti
ka

bahwa anak Penggugat bernama Nina Dwijayanti telah dilakukan pemeriksaan


ep

radiologi di RS. Ciptomangun Kusumo ( bukti P-17 );


ah

− bahwa dari Surat Laporan Pembedahan tanggal 16 Februari 2009 terbukti anak
R

Penggugat bernama Nina Dwijayanti telah dilakukan pembedahan di RS.


es
M

Ciptomangun Kusumo ( bukti P-18 );


ng

on

Hal. 25 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
Menimbang bahwa dari pertimbangan diatas terbukti bahwa ada keterlibatan

a
secara langsung dari RS. Ciptomangun Kusumo dalam proses operasi pembedahan

si
usus buntu atas anak Penggugat bernama Nina Dwijayanti, sehingga sangat pantas
dan cukup beralasan untuk menarik RS. Ciptomangun Kusumo sebagai pihak dalam

ne
ng
gugatan ini, sehingga akan ada tanggapan dari RS. Ciptomangun Kusumo bahwa
benar tindakkan operasi usus buntu terhadap pasien Nina Dwijayanti tersebut

do
gu
dilakukan Tergugat di RS. Ciptomangun Kusumo;

Menimbang bahwa dengan demikian dapat dibuktikan tindakan tergugat

In
A
tersebut berada dalam sebuah hubungan kerja denganRS. Ciptomangun Kusumo,
sehingga sudah sepantasnya RS. Ciptomangun Kusumo ikut bertanggung jawab atas
ah

tindakkan Tergugat yang telah menimbulkan kerugian kepada Penggugat;

lik
Menimbang bahwa dengan ditariknya RS. Ciptomangun Kusumo sebagai
am

ub
pihak Tergugat dalam gugatan ini tentunya dapat dibuktikan bahwapasien Nina
Dwijayanti pernah dirawat di Gedung A Rawat Inap terpadu sejak tertanggal 1 Juli
2009 dan juga bisa dibuktikan kerugian yang diderita Penggugat secara rinci yaitu :
ep
k

1. Tagihandari RS. Ciptomangun Kusumo tanggal 14 Desember 2009 sebesar


ah

Rp.16.117.421,-( Bukti P-27 tidak ada aslinya ) ;


R

si
2. Rincian biaya cost sharing Askes dan Umum RS. Ciptomangun Kusumo sebesar

ne
ng

Rp. 50.723.268,-( Bukti P-27 tidak ada aslinya ) ;

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan diatas menurut Majelis

do
gu

konstruksi gugatan Penggugat adalah kurang pihak karena tidak menarik RS.
Ciptomangun Kusumo sebagai pihak tergugat ;
In
A

Menimbang bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan kurang pihak


maka terhadap gugatan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ah

lik

ontvankelijke verklart) ;

Memperhatikan pasal pasal dari ketentuan perundang undangan yang


m

ub

bersangkutan ;
ka

M E N G A D I L I :
ep

1. Menjatuhakn putusan atas perkara ini dengan tanpa hadirnya Tergugat


ah

(Verstek) ;
R

2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke


es
M

verklart) ;
ng

on

Hal. 26 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
am

u b
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang sampai saat ini

a
diperkirakan berjumlah Rp 7.236.000,- (tujuh juta dua ratus tiga puluh enam ribu

si
rupiah ) ;

ne
ng
Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Karawang, pada hari Kamis tanggal 10 Desember 2015, oleh
kami, Eko Susanto, S.H., sebagai Hakim Ketua, Tommy Manik, S.H. dan Diah

do
gu
Rahmawati, S.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut pada
hari Senin tanggal 14 Desember 2015, diucapkan dalam persidangan terbuka untuk

In
A
umum oleh Hakim Ketua dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, Wahyu
Gunawan, S.H., Panitera Pengganti dan kuasa Penggugat, akan tetapi tidak dihadiri
ah

oleh Tergugat ;

lik
am

ub
Hakim-Hakim Anggota: Hakim Ketua,

TTD TTD
ep
Tommy Manik, SH, Eko Susanto, SH.
k
ah

TTD
R

si
Diah Rahmawati, SH

Panitera Pengganti,

ne
ng

TTD

do
Wahyu Gunawan, SH.
gu

Perincian biaya :
In
1. Pendaftaran : Rp. 30.000,-
A

2. ATK : Rp. 50.000,-


3. Panggilan : Rp.7.300.000,-
ah

lik

4. PNBP Panggilan : Rp. 5.000,-


5. Redaksi : Rp. 5.000,-
m

ub

4. Meterai : Rp. 6.000,-

Jumlah : Rp.7.396.000,- (tujuh juta tiga ratus sembilan puluh enam


ka

ep

ribu rupiah).
ah

es
M

ng

on

Hal. 27 dari 27 hal Putusan. Nomor :37/Pdt.G/2015./PN.Kwg..


gu

d
In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
h

pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
ik

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Anda mungkin juga menyukai