Oleh
SRI YUNITA,A.Md.Kep
NIP : 19880623 201001 2 010
Daftar Isi
Daftar Isi............................................................................................................................2
BAB 1................................................................................................................................3
LAPORAN PENDAHULUAN..........................................................................................3
1.1 Definisi...................................................................................................................3
1.2 Anatomi dan Fisiologi Lambung (Gaster)..............................................................3
1.3 Klasifikasi Gastritis................................................................................................4
1.4 Etiologi...................................................................................................................4
1.5 Patofisiologi...........................................................................................................8
1.6 Manifestasi Klinis..................................................................................................9
1.7 Komplikasi...........................................................................................................12
1.8 Penatalaksanaan Medis.........................................................................................12
1.9 Farmakologi.........................................................................................................14
BAB 2..............................................................................................................................15
ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................................15
2.1 Pengkajian............................................................................................................15
2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................17
2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................18
2.4 Implementasi Keperawatan dan evaluai ...............................................................21
Daftar Pustaka ..................................................................................................................30
3
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak
benar atau makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit. (Brunnee an suddarth 2001).
Gastritis akut adalah lesi mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-
faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa berupa erosi atau perdarahan
akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Secara
histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebuh (Suyono Slamet 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau cepat
hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan antasid atau
supresi asam (Grace, Pierce A.dkk 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, dapat disimpulkan
bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan
adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan
yang dapat meningkatkan mukosa lambung (seperti makanan asam atau pedas) atau bisa
disebabkan oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol.
Gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis akut
adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala yang khas,
biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan gastritis kronik
merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun, yang
disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Hellicobacter Pylori.
1. Lendir berfungsi untuk melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2. Asam klorida (HCL) berfungsi untuk menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga
berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3. Perkursor pepsin merupakan enzim yang memecahkan protein.
1.4 Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inci dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 galon. Bila lambung damlam keadaan kosong, maka ia akan melipat mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi akan mengembang, lipatan-lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya kedalam usus kecil. Kerika makanan masuk kedalam esopagus, sebuah
cincin otot yang berada pada sambungan antara esopagus dan lambung (asophageal
sphincter) akan membukan dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk
5
kelambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan-lapisan otot yang
kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar-kelenjar yang berada dimukosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim dan asam
lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh
mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bikarbonat secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga
terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan
mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat
mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di
bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak
sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau
minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H. Pylori sering terjadi pada masa
kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi
H. Pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan
penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada
lapisan pelindung dinding lambung.
Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-
kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan
oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian
besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak
mempunyai gejala gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
1. Gastritis akut
1) Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan pbat anti inflamasi non steroid dalam
dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
2) Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
3) Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar.
4) Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis kronik
Pada gastritis kronik penyabab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Hellicobacter Pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain dari gastritis
akut mencakup alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Hellicobacter Pylori.
8
1.5 Patofisiologi
Pathway Gastritis
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory
Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil.
Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian aspirin juga dapat
menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor
defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila
terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung
berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan
gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung.
Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
9
terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylori) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. Pylori, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri
yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan
mukosa lambung.
Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan lambung
melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut. Dengan
demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak. Sistem
kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan
butir-butir leukosit, sel T-killer, dan pelawan infeksi lainnya.
Namun demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut
sebab tidak bisa menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang
sehingga respons kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan
mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi
ekstra dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber
nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga
terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan). Dalam
beberapa hari gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
Gastritis akut sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai
sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang
sangat mencolok adalah :
1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan
karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan
itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan
tepat lokasinya.
3. Kadang-kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu-satunya gejala.
10
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja
dan secara fisik akan dijumpai tanda-tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak
jelas.
6. Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran.
Gastritis kronis
1. Gastritis Akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa
lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yangs ering muncul. Hal
ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehingga terjadi peningkatan
asam lambung yang meningkatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena.
Kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Gastritis akut :
Gastritis kronik :
1) Gastritis superfisialis
Rasa tertekan yang samar pada epigastrium.
Penurunan BB.
Kembung atau rasa penuh pada epigastrium.
Nousea.
Rasa perih sebelum dan sesduah makan.
Terasa pusing.
Vomitus.
2) Gastritis Atropikan
Rasa tertekan pada epigastrium, anoreksia.
Rasa penuh pada perut, nousea.
Keluar angin pada mulut, vomitus.
Mudah tersinggung, gelisah.
Mulut dan tenggorokan terasa kering.
3) Gastritis Hypertropik Kronik
Nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu.
Nyeri biasanya timbul pada malam hari.
Kadang disertai melena.
12
1.7 Komplikasi
Pada gastritis akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis
dan melena, dapat berakhir sebagai syak hemoragik yang bisa mengakibatkan kematian.
Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis
yang diperhatikan hampir sama namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi
Helicobacter Pylori, sebesar 100% tukak duodenum dan 60-90% pada tukak lambung. Hal ini
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
Pada gastritis kronik adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus
benigna dan maligna dari lambung atau oleh Helicobater Pylori.
1. Gastritis Akut
1) Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang, ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2) Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan intravena.
3) Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan netralkan
asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida, antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4) Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer
atau cuka yang di encerkan.
5) Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6) Antasida
Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet
dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.
Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
13
7) Penghambat asam
Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
1) Cytoprotective agents
Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan
yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah
sucraflate dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas
H. Pylori.
Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah dengan
cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat
pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa”
ini.
1.9 Farmakologi
Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah Obat yang mengandung bahan-bahan
yang efektif menetralkan asam dilambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup
aman digunakan (sesuai anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam
obat maag maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif
mengatasi gejala sakit gastritis dengan baik.
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung oleh asam lambung, penderita
gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo
Clinic,2007) :
1. Antasid
Obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang
umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam
lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.
2. Penghambat asam (acid blocker)
Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala, dokter biasanya meresepkan
obat penghambat asam antara lain simetidin, ranitidin, atau famotidin.
Obat ini bekerja mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa
kecil dalam sel penghasil asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah
omeprazole, lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi
bakteri H. pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton,
dikombinasikan dengan antibiotika.
15
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat
6. Suku/bangsa
7. Agama
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit
ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan
makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri
pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
2. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease
H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
3. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh
pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
17
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika
di rontgen.
6. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis
basal mengukur BAO (Basal Acid Output) tanpa perangsangan.
7. Analisis stimulasi
4) Psikososial
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih ( mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
asupan gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. Perubahan kenyamanan; Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster
18
5. Keragu-raguan untuk
makan mungkin
diakibatkan oleh takut
makanan yang
menyebabkan terjadinya
gejala. Program ini
mengistirahatkan saluran
pencernaan sementara,
dan memenuhi nutrisi
sangat penting dan
dibutuhkan.
Daftar Pustaka