Anda di halaman 1dari 8

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ABDOMEN AKUT DENGAN KASUS

PNEUMOPERITONEUM DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD K.R.T SETJONEGORO


WONOSOBO

Retno Wulan Safitri 1) Kesawa Sudarsih 2) Intan Andriani 2)


1)
Mahasiswa Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang
2)
Dosen Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang

INTISARI

Pemeriksaan abdomen akut dengan kasus pneumoperitoneum di Instalasi Radiologi RSUD


KRT Setjonegoro Wonosobo hanya menggunakan 2 proyeksi yaitu proyeksi Antero Posterior (AP)
Supine dan Left Lateral Decubitus (LLD) ditambah proyeksi Antero Posterior (AP) Chest Tegak
untuk persiapan operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan abdomen
akut dengan kasus pneumoperitoneum dan alasan hanya dibuat 2 proyeksi tersebut. Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. dilakukan pada
bulan Mei 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dokumentasi.
Data yang diperoleh dibuat transkrip yang kemudian direduksi selanjutnya dilakukan koding
terbuka untuk mendapatkan kesimpulan beserta saran. Hasil dari pemeriksaan abdomen akut
dengan kasus pneumoperitoneum di Instalasi Radiologi RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo pada
pasien Tn. N dilakukan hanya menggunakan 2 proyeksi, yaitu proyeksi AP Supine dan LLD.
Alasannya yaitu hasilnya sudah akurat, disetujui oleh dokter spesialis radiologi dan juga
mempertimbangkan penghematan tarif pasien khususnya pasien umum.

Keywords : Abdomen akut, Pneumoperitoneum, RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo

ACUTE ABDOMINAL EXAMINATION TECHNIQUE IN THE RADIOLOGY INSTALLATION RSUD


K.R.T. SETJONEGORO WONOSOBO

Retno Wulan Safitri 1) Kesawa Sudarsih 2) Intan Andriani 2)


1)
Mahasiswa Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang
2)
Dosen Prodi D-III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang

ABSTRACT

Acute abdominal examination with pneumoperitoneum cases in the Radiology Installation of


RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo uses only 2 projections, namely Antero Posterior (AP)
projection Supine and Left Lateral Decubitus (LLD) plus Antero Posterior (AP) Chest upright for
surgery preparation. This study aims to determine the technique of acute abdominal examination
with cases of pneumoperitoneum and the reasons for only those 2 projections.This type of
research is descriptive quantitative research with a case study approach, conducted in May 2019.
Data collection is done by observation, interviews, documentation. The data obtained is made a
transcript which is then reduced then open coding is done to get conclusions and suggestions. The
result of an acute abdominal examination with a pneumoperitoneum case in the radiology
Installation of RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo in patients Tn. N is done using only 2
projections. The reason for this is that the results are accurate, approved by the radiology specialist
and also consider patient tariff savings especially for general patients.

Keywords : Acute Abdominal, Pneumoperitoneum, Instalasi Radiologi RSUD K.R.T. Setjonegoro


Wonosobo
PENDAHULUAN menembus dinding perut. Sebagian kecil
sisa udara dapat terlihat di radiograf
Sinar-X merupakan pancaran dalam waktu 2 hingga 3 minggu setelah
gelombang elektromagnetik yang sejenis operasi abdomen. Hal ini paling baik
dengan gelombang radio, panas, ditunjukkan dengan pencitraan horizontal
cahaya, dan sinar ultraviolet, tetapi abdomen atau radiografi chest, yang
dengan panjang gelombang yang sangat bahkan sedikit udara bebas dapat dilihat
pendek. Sinar-X bersifat heterogen, ketika naik ke posisi tertinggi di bawah
panjang gelombangnya bervariasi dan diafragma (Bontrager, 2018).
tidak terlihat. Perbedaan antara sinar-X
dengan sinar elektromagnetik lainnya Menurut Bontrager (2018), teknik
juga terletak pada panjang gelombang, pemeriksaan abdomen akut dengan
dimana panjang gelombang sinar-X kasus pneumoperitoneum pada
sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 umumnya menggunakan 3 proyeksi
panjang gelombang cahaya yang routine yaitu proyeksi Antero Posterior
kelihatan. Panjang gelombangnya yang (AP) Supine bertujuan untuk
pendek itu, maka sinar-X dapat memperlihatkan ada tidaknya penebalan
menembus benda-benda. Dengan sifat pada colon yang disebabkan karena
sinar-X tersebut, untuk itu dimanfaatkan massa atau gas pada colon itu, Antero
dalam bidang Radiologi (Rasad, 2013). Posterior (AP) Tegak bertujuan untuk
menampakkan udara bebas di bawah
Radiologi merupakan salah satu diafragma dan Antero Posterior (AP)
cabang ilmu kedokteran yang digunakan Chest Tegak, serta 1 proyeksi special
untuk pemeriksaan dengan yaitu proyeksi Left Lateral Decubitus
menggunakan sinar-X yang sangat (LLD) bertujuan untuk memperlihatkan
diperlukan dalam menegakkan diagnosa air fluid level (udara bebas) yang
suatu penyakit. Salah satu pemeriksaan mungkin terjadi akibat perforasi colon.
Radiologi yaitu pemeriksaan abdomen
akut. Abdomen akut adalah suatu teknik Berdasarkan observasi pada
pemeriksaan Radiologi dengan tanggal 27 September 2018, penulis
menggunakan sinar-X untuk menjumpai pemeriksaan abdomen akut
mendiagnosa suatu penyakit atau dengan kasus pneumoperitoneum di
kelainan yang terjadi dibagian abdomen Instalasi Radiologi RSUD KRT
(perut). Salah satu kelainan yang dapat Setjonegoro Wonosobo hanya dibuat
terjadi pada pemeriksaan abdomen akut dengan 2 proyeksi saja yaitu Antero
adalah pneumoperitoneum. Posterior (AP) Supine dan Left Lateral
Decubitus (LLD). Hal tersebut sesuai
Pneumoperitoneum adalah dengan Standar Operasional Prosedur
adanya udara bebas atau gas dalam (SOP) pemeriksaan abdomen akut di
rongga peritoneal, pneumoperitoneum Instalasi Radiologi RSUD KRT
merupakan kondisi serius yang Setjonegoro Wonosobo hanya
diperlukan operasi ketika disebabkan menggunakan 2 proyeksi saja yaitu
oleh perforasi gas yang mengandung Antero Posterior (AP) Supine dan Left
viscus, seperti ulkus lambung atau Lateral Decubitus (LLD).
duodenum. Pneumoperitoneum juga bias
disebabkan oleh trauma yang
Berdasarkan uraian diatas, penulis Variabel penelitian adalah sesuatu
tertarik untuk lebih jauh mengetahui hal yang berbentuk apa saja yang
pemeriksaan abdomen akut dengan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
kasus pneumoperitoneum dan sehingga diperoleh informasi tentang hal
mengangkat sebagai Karya Tulis Ilmiah tersebut, dan kemudian ditarik
dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN kesimpulannya (Sugiyono, 2016).
ABDOMEN AKUT DENGAN KASUS
PNEUMOPERITONEUM DI INSTALASI Variabel bebas merupakan
RADIOLOGI RSUD KRT variabel yang mempengaruhi atau yang
SETJONEGORO WONOSOBO“. menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (Sujarweni,
2014). Pada penelitian ini variabel
bebasnya adalah Teknik Pemeriksaan
METODE PENELITIAN Abdomen Akut dengan Kasus
Pneumoperitoneum di Instalasi Radiologi
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah
ini adalah penelitian kualitatif deskriptif Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau akibat,
dengan pendekatan studi kasus.
Menurut Sugiyono (2016), penelitian karena adanya variabel bebas
kualitatif sering disebut metode (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini
penelitian naturalistik karena variabel terikatnya adalah Hasil Teknik
Pemeriksaan Abdomen Akut dengan
penelitiannya dilakukan pada kondisi
yang alamiah; disebut juga sebagai Kasus Pneumoperitoneum di Instalasi
metode etnographi, karena pada Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
awalnya metode ini lebih banyak Wonosobo.
digunakan untuk penelitian bidang Populasi adalah keseluruhan
antropologi budaya; disebut juga sebagai jumlah yang terdiri atas obyek atau
metode kualitatif, karena data yang subyek yang mempunyai karakteristik
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat dan kualitas tertentu yang ditetapkan
kualitatif. Studi kasus merupakan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian
penelitian mengenai manusia (dapat ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).
suatu kelompok, organisasi maupun Populasi dalam penelitian ini adalah
individu), peristiwa, latar secara semua pasien yang akan melakukan
mendalam, tujuan dari penelitian ini pemeriksaan abdomen akut di Instalasi
mendapatkan gambaran yang mendalam Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
tentang studi kasus yang sedang diteliti Wonosobo.
(Sujarweni, 2014).
Sampel adalah bagian dari
Lokasi penyusunan Karya Tulis sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh
Ilmiah/KTI dilakukan di Instalasi populasi yang digunakan untuk
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro penelitian (Sujarweni, 2014). Sampel
Wonosobo. Waktu pengambilan data pada penelitian ini adalah semua pasien
dilakukan pada bulan Mei 2019. abdomen akut dengan kasus
pneumoperitoneum di Instalasi Radiologi
RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo.
Definisi operasional adalah mengungkap atau menjaring informasi
variabel penelitian dimaksudkan untuk kuantitatif dari responden sesuai lingkup
memahami arti setiap variabel penelitian penelitian (Sujarweni, 2014).
sebelum dilakukan analisis (Sujarweni, Pengumpulan data dilakukan dengan
2014). cara observasi, wawancara (3
radiografer dan 1 dokter spesialis
1. Teknik Pemeriksaan Abdomen radiologi) dan analisis data.
Akut dengan Kasus Pneumoperitoneum
di Instalasi Radiologi RSUD KRT Pengolahan data dan analisis
Setjonegoro Wonosobo data, menurut Sugiyono (2016), analisis
data dalam penelitian ini dilakukan
Pada Karya Tulis Ilmiah/KTI ini, dengan interaktif model dalam dengan
teknik pemeriksaan abdomen akut tahap-tahap sebagai berikut :
dengan kasus pneumoperitoneum
meliputi persiapan pasien, persiapan alat 1. Tahap pengumpulan data
dan proyeksi yang digunakan.
Data yang didapatkan dari observasi
2. Hasil Teknik Pemeriksaan Abdomen partisipan dan wawancara dikumpulkan
Akut dengan Kasus Pneumoperitoneum dalam bentuk transkrip.
di Instalasi Radiologi RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo 2. Tahap reduksi data

Pada Karya Tulis Ilmiah/KTI ini, Reduksi data merupakan suatu kegiatan
hasil pemeriksaan dan alasan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
pemeriksaan abdomen akut dengan memfokuskan pada hal-hal yang penting.
kasus pneumoperitoneum adalah Kemudian dari data yang sudah dipilih
gambar radiograf dari proyeksi tersebut dikategorikan sesuai tujuan
pemeriksaan yang dilakukan, hasil penelitian sehingga dapat memberikan
bacaan dokter spesialis radiologi dan gambaran yang jelas dan mempermudah
hasil diagnosa pasien oleh dokter peneliti untuk melakukan pengumpulan
spesialis radiologi. data sebelumnya.

Instrumen penelitian adalah alat 3. Tahap penyajian data


atau fasilitas yang digunakan peneliti
Penyajian data diarahkan agar hasil
dalam mengumpulkan data agar reduksi terorganisirkan tersusun dalam
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya pola hubungan sehingga makin mudah
lebih baik, dalam arti lebih cermat,
dipahami. Pada langkah ini peneliti
lengkap dan sistematis sehingga lebih membuat koding terbuka untuk
mudah diolah (Sujarweni, 2014). mempermudah penyajian data dalam
Instrumen yang digunakan dalam bentuk kuotasi.
penelitian Karya Tulis Ilmiah/KTI ini yaitu
pedoman observasi, pedoman 4. Tahap penarikan kesimpulan
wawancara, laptop, alat tulis, perekam
suara dan kamera. Pada tahap ini penarikan kesimpulan
berdasarkan data-data yang diperoleh
Pengumpulan data merupakan setelah melalui tahap reduksi dan
cara yang dilakukan peneliti untuk penyajian data, kemudian didukung oleh
bukti-bukti yang kuat dengan kondisi Menurut penulis, penulis setuju
yang ditemukan saat penelitian ke dengan apa yang dilakukan di Instalasi
lapangan. Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo mengenai persiapan pasien
yang telah diterapkan saat ini yaitu tidak
ada persiapan khusus pada pemeriksaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
abdomen akut hanya saja membebaskan
daerah abdomen yang akan diperiksa
dari benda-benda logam yang dapat
1. Teknik Pemeriksaan Abdomen menimbulkan gambaran opaque atau
Akut dengan Kasus Pneumoperitoneum artefak pada radiograf misalnya peniti,
resleting, uang logam, kancing, BH dll.
Teknik pemeriksaan abdomen
akut dengan kasus pneumoperitoneum 1.2 Persiapan alat
di Instalasi Radiologi RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo terdiri dari Menurut Bontrager (2018),
beberapa persiapan yaitu : persiapan alat pada pemeriksaan
abdomen akut yaitu pesawat sinar-X,
1.1 Persiapan pasien kaset dan grid, baju pasien, marker,
proteksi radiasi seperti gonad shield dan
Persiapan pasien pada
apron, procesing film dan alat fiksasi.
pemeriksaan abdomen akut menurut
Bontrager (2018), tidak memerlukan Persiapan alat yang dilakukan
persiapan khusus, hanya mengganti baju untuk pemeriksaan abdomen akut di
dengan baju pasien yang telah Instalasi Radiologi RSUD KRT
disediakan dengan pembukaan dan Setjonegoro Wonosobo sebagian besar
ikatan dibelakang serta melepas benda- sesuai dengan teori tetapi pada
benda logam agar tidak mengganggu pelaksanaannya baju pasien, marker dan
gambaran radiograf seperti peniti, BH, alat proteksi radiasi terhadap pasien
kancing dll. seperti (apron) tidak dimanfaatkan
dengan alasan pada kasus ini pasien
Persiapan pasien di Instalasi
non kooperatif sehingga untuk baju
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
pasien tidak digunakan, untuk marker
Wonosobo berdasarkan hasil penelitan
karena sekarang menggunakan
yang dilakukan penulis yaitu tidak ada
computed radiography (CR) nanti bisa
persiapan khusus karena pemeriksaan
diolah lagi dan untuk alat proteksi radiasi
abdomen akut yang harus segera
(apron) untuk pasien juga tidak
mendapatkan penanganan medis dan
digunakan.
bukan tergolong pemeriksaan dengan
menggunakan media kontras. Pasien Menurut penulis, penulis setuju
hanya diminta untuk melepas benda- dengan apa yang yang dilakukan di
benda logam yang dapat menimbulkan Instalasi Radiologi RSUD KRT
bayangan opaque atau artefak pada Setjonegoro Wonosobo mengenai
daerah abdomen yang dapat persiapan pasien karena pasien non
mengganggu gambaran radiograf. kooperatif dan juga pemeriksaan
abdomen akut yang harus segera
dilakukan tindakan tidak harus
mengganti baju dengan baju pasien yang Menurut penulis, penulis kurang
sudah disediakan hanya saja setuju dengan penggunaan proyeksi
menyingkirkan benda-benda logam yang pada pemeriksaan abdomen akut
dapat mengganggu radiograf, namun dengan kasus pneumoperitoneum di
sebaiknya marker digunakan saat Instalasi Radiologi RSUD KRT
pemeriksaan khususnya proyeksi Left Setjonegoro Wonosobo yang hanya
Lateral Decubitus (LLD) dan apabila menggunakan proyeksi Antero Posterior
diperlukan bantuan keluarga, maka alat (AP) Supine, Left Lateral Decubitus
proteksi radiasi (apron) harus dipakaikan (LLD) dan Antero Posterior (AP) Chest
kepada keluarga yang ikut dalam Tegak, karena tidak sesuai dengan teori
pemeriksaan. dan surat permintaan dari dokter
pengirim. Apabila dengan menggunakan
1.3 Teknik pemeriksaan hanya 3 proyeksi (3 posisi) sudah dapat
menegakkan diagnosa dan disetujui oleh
Menurut Bontrager (2018), teknik
pemeriksaan abdomen akut dengan dokter spesialis radiologi serta
kasus pneumoperitoneum pada memperhitungkan penghematan tarif dari
pasien khususnya pasien umum,
umumnya menggunakan 3 proyeksi
routine yaitu proyeksi Antero Posterior sebaiknya untuk pemeriksaan abdomen
(AP) Supine bertujuan untuk akut dengan kasus pneumoperitoneum
memperlihatkan ada tidaknya penebalan di Instalasi Radiologi RSUD KRT
Setjonegoro Wonosobo menggunakan
pada colon yang disebabkan karena
massa atau gas pada colon itu, Antero proyeksi Antero Posterior (AP) Tegak,
Posterior (AP) Tegak bertujuan untuk Left Lateral Decubitus (LLD), dan Antero
menampakkan udara bebas di bawah Posterior (AP) Chest Tegak. Karena
kasus pneumoperitoneum yaitu adanya
diafragma dan Antero Posterior (AP)
Chest Tegak, serta 1 proyeksi special udara bebas atau gas dalam rongga
yaitu proyeksi Left Lateral Decubitus peritoneal.
(LLD) bertujuan untuk memperlihatkan 2. Alasan hanya menggunakan 2
air fluid level (udara bebas) yang proyeksi Antero Posterior (AP) Supine
mungkin terjadi akibat perforasi colon. dan Left Lateral Decubitus (LLD)
Dalam pelaksanaannya di Instalasi ditambah dengan Proyeksi Antero
Posterior (AP) Chest Tegak
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo hanya menggunakan 2 Menurut Bontrager (2018), teknik
proyeksi yaitu proyeksi Antero Posterior pemeriksaan abdomen akut dengan
(AP) Supine bertujuan untuk kasus pneumoperitoneum pada
memperlihatkan ada tidaknya penebalan umumnya menggunakan 4 proyeksi yaitu
pada colon yang disebabkan karena proyeksi Antero Posterior (AP) Supine
massa atau gas pada colon itu dan Left bertujuan untuk memperlihatkan ada
Lateral Decubitus (LLD) bertujuan untuk tidaknya penebalan pada colon yang
memperlihatkan air fluid level (udara disebabkan karena massa atau gas pada
bebas) yang mungkin terjadi akibat colon itu, Antero Posterior (AP) Tegak
perforasi colon, ditambah dengan bertujuan untuk menampakkan udara
proyeksi Antero Posterior (AP) Chest bebas di bawah diafragma, Left Lateral
Tegak untuk persiapan operasi. Decubitus (LLD) bertujuan untuk
memperlihatkan air fluid level (udara
bebas) yang mungkin terjadi akibat
perforasi colon dan Postero Anterior (PA)
Chest Tegak. KESIMPULAN
Dalam pelaksanaannya di Instalasi
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro
Wonosobo hanya menggunakan 2 Teknik pemeriksaan abdomen
proyeksi yaitu proyeksi Antero Posterior akut dengan kasus pneumoperitoneum
(AP) Supine dan Left Lateral Decubitus di Instalasi Radiologi RSUD KRT
(LLD), ditambah dengan proyeksi Antero Setjonegoro Wonosobo hanya
Posterior (AP) Chest Tegak sebelum menggunakan 2 proyeksi yaitu proyeksi
dilakukan operasi. Antero Posterior (AP) Supine dan Left
Lateral Decubitus (LLD) ditambah
Alasan hanya menggunakan 2 proyeksi Antero Posterior (AP) Chest
proyeksi Antero Posterior (AP) Supine
Tegak untuk persiapan operasi.
dan Left Lateral Decubitus (LLD) yaitu
untuk penghematan tarif dan juga Alasan digunakan hanya 2
dengan 2 proyeksi (2 posisi) proyeksi pada pemeriksaan abdomen
informasinya sudah akurat. Hal tersebut akut di Instalasi Radiologi RSUD KRT
sesui dengan wawancara penulis Setjonegoro Wonosobo yaitu sudah
dengan dr. Spesialis Radiologi yaitu dapat menegakkan diagnosa dan juga
sebagai berikut : untuk penghematan tarif khususnya bagi
pasien umum agar tidak membebani
Menurut penulis, penulis kurang biaya pasien.
setuju dengan apa yang dilakukan pada
pemeriksaan abdomen akut dengan
kasus pneumoperitoneum di Instalasi
Radiologi RSUD KRT Setjonegoro SARAN
Wonosobo, karena tidak sesuai dengan
teori dan surat permintaan dari dokter
pengirim, apabila mempertimbangkan Sebaiknya pemeriksaan abdomen
penghematan tarif dari pasien khususnya akut dengan kasus pneumoperitoneum
pasien umum dan juga sudah dapat di Instalasi Radiologi RSUD KRT
menegakkan diagnose, sebaiknya Setjonegoro Wonosobo menggunakan
menggunakan proyeksi Antero Posterior proyeksi Antero Posterior (AP) Tegak,
(AP) Tegak dan Left Lateral Decubitus Left Lateral Decubitus (LLD) dan Anterior
(LLD), ditambah dengan proyeksi Antero Postero (AP) Chest Tegak untuk
Posterior (AP) Chest Tegak. Karena persiapan operasi.
kasus pneumoperitoneum yaitu adanya
udara bebas atau gas dalam rongga
peritoneal.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatun, Tuti. 2002. Pemeriksaan
Radiografi Abdomen Akut pada Pasien
dengan Persangkaan Ileus Obstruktif di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran.
Semarang: Stikes Widya Husada.

Bontrager, Kenneth L dan Jhon P.


Lampignano. 2018. Texbook of
Radiographic Positioning and Related
Anatomy. St Louis: Elsevier Mosby.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore


ME. 2013. Anatomi berorientasi klinis.
Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Pearce, Evelyn C. 2016. Anatomi dan


Fisiologis Untuk Para Medis. Cetakan
keempat puluh empat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Rasad, Sjahriar. 2013. Radiologi


Diagnostik. Edisi kedua,Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Renggo, Eusebius. 2014. Teknik


Pemeriksaan Abdomen Akut pada Anak
dengan Diagnosa Mega Kolon di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Paru
Dokter Ario Wirawan Salatiga.
Semarang: Stikes Widya Husada.

Rosidah, Siti. Mega Indah Puspita. 2018.


Panduan Penyusunan Karya Tulis
Ilmiah. Semarang: Stikes Widya Husada.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian


Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metode


Penelitian: Lengkap, Praktis, dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Anda mungkin juga menyukai