• 3. Bone Scanning.
SIDIK HEPAR
Indikasi
• Menentukan adanya defek lokal (space occupying lesion, SOL) pada hati
baik karena proses kegansan (primer/sekunder), maupun proses jinak
(kista/absees)
• menilai fungsi dan morfologi hati pada penyakit hati menahun
• menentukan kelainan kongenital/varian anatomi hati; membedakan massa
tumor
di kuadran kanan atas abdomen
Radiofarmaka
• Tc99m sulfur kolloid atau Tc-99m Phytate, dosis 25 mCi, diberikan
secara bolus
intravena melalui vena mediana cubiti.
Persiapan
• Tidak ada persiapan khusus
Tatalaksana
• Pada posisi lateral kanan, bagian posterior lobus kanan tampak konveks
akibat impresi ginjal.
• Gambaran yang khas dari sirosisi hati adalah hati mengecil dengan distribusi
radioaktivitas tidak rata disertai dengan splenomegali dan radioaktivitasyang
tinggi di limpa (hiperplasia kompensatoat selsel RES di limpa).
• Defek aktivitas fokal atau disebut juga proses desak ruang (space occupying
lesion) dapat disebabkan oleh suatu proses keganasan di hati (tumor primer
atau metastase) atau suatu proses jinak (kista atau abses).
SIDIK PULING DARAH HATI
• Defek fokal yang ditemukan pada sidik hati dapat disebabkan massa jinak
atau ganas.
• Hal ini diebabkan aliran darah keluar dari lesi berlangsung dengan cepat
pula.
• Hal ini disebabkan aliran darah yang masuk ke maupun keluar dari daerah
lesi sama-sama lamban. Penentuan suatu defek fokal pada hemangioma
sangat pentiing artinya karena bila dilakukan biopsi dapat berakibat fatal.
Indikasi
• Agar lesi dapat diidentifikasi lebih jelas dapat dilakukan pencitraan secara
tomografi menggunakan kamera SPECT : rotasi 360, jumlah frame 64, 30
detik/frame.
Catatan
• Pada hemangioma, lesi yang pada awalnya tampak sebagai defek/ kurang
menangkap radioaktivitas, akan menangkap radiokativitas tinggi terutama
pada pencitraan serial menit ke- 60.
• Dengan teknik ini dapat dinilai fungsi hepatosit, fungsi ekskresinya dan
aliran cairan empedu mulai dari duktus hepatikus, duktus sistikus,
kandungempedu, dan keluar ke duodenum melalui duktus kholedokus.
• Kholesistitis akut biasanya disertai dengan penyumbatan pada duktus
sistikus, sehingga pada keadaan ini cairan empedu (dan radiofarmaka
99m
Tc-IDA) tidak dapat masuk ke kandung empedu;
Radiofarmaka
99m
• Tc-HIDA, dosis 3-5 mCi diberikan intravena melalui vena mediana
kubiti.
Persiapan
• Kamera gamma, kolimator LEHR, energy setting 140 keV, window wide
20%.
Tatalaksana
• Posisi pasien tidur telentang dengan lapang pandang pada kuadran atas
abdomen, sedemikian upa sehingga meliputi seluruh hati dan kandung
empedu
• Pencitraan selanjutnya pada menit ke-15, 20, 30, 45, dan 60, dengan
proyeksi anterior dan lateral; bila diperlukan dapat dilakukan pencitraan
pada jam ke-2 dan 4 atau lebih.
Catatan
• Pada atresia, duktus biliaris akan terlihat terhenti pada ketinggian atresia;
radiofarmaka akan diekskresikan melalui ginjal, sehingga pada pencitraan
akan tampak jelas penangkapan radioaktivitas di kedua ginjal