BAB I PENDAHULUAN
rambut tebal yang mengelilingi antenanya. Ciri-ciri ini dapat diamati oleh
mata telanjang. (Djakaria, 2000)
Badan Aedes aegypti berukuran lebih kecil dari nyamuk rumahan,
tubuh sampai ke kaki berwarna hitam dengan garis putih-putih. Nyamuk
ini tidak menyukai tempat-tempat yang kotor. Nyamuk Aedes aegypti
biasa bertelur pada genangan air yang tenang, seperti bak mandi, genangan
pada pot bunga, tempayan, dan lain-lain yang kurang diterangi oleh sinar
matahari dan jarang dibersihkan secara teratur. Darah manusia bagi
nyamuk Aedes aegypti merupakan nutrisi untuk mematangkan telur agar
dapat dibuahi pada saat perkawinan (Rozanah, 2004)
Nyamuk Aedes aegypti sebagaimana serangga yang lainnya,
memiliki tanda pengenal sebagai berikut :
a. Tubuh dapat dibedakan secara jelas menjadi tiga bagian yaitu : kepala,
toraks, dan abdomen yang beruas-ruas.
b. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang
berbulu. Serta memiliki moncong yang panjang (proboscis) untuk
menusuk kulit hewan/manusia dan menghisap darahnya.
c. Kaki terdiri dari 3 pasang.
d. Sistem peredaran darah terbuka. (Widya .W.H, 2006)
3. Perilaku dan Siklus Hidup Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti adalah makhluk diurnal, yaitu aktif pada pagi
hingga siang hari. Hanya jenis betina saja yang menghisap darah, hal ini
dikarenakan nyamuk Aedes aegypti betina membutuhkan nutrisi untuk
bertelur sedangkan nyamuk jantan mendapatkan nutrisi dari nektar bunga
maupun tumbuhan. Ae. aegypti hidup di pemukiman padat penduduk di
perkotaan dan di pedesaan. Hidup pada berbagai tempat penampungan air
misalnya pada bak mandi, drum, tempayan, kaleng bekas, vas bunga,
pelepah daun, tempurung kelapa yang berisi air untuk tempat bertelur
(Salim dan Milana, 2005).
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada permukaan air yang
tenang. Telurnya berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah antara satu
dengan lainnya. Telur-telur ini nantinya akan menetas menjadi larva dalam
waktu 1-2 hari. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang
disebut dengan instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat
membutuhkan waktu kurang lebih lima hari. Setelah sampai pada instar
keempat, larva akan berubah menjadi pupa. Pupa membutuhkan waktu
selama kurang lebih dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar
dari pupa. Sehingga dapat disimpulkan perkembangan nyamuk Aedes
aegypti dari telur menjadi nyamuk Aedes aegypti dewasa membutuhkan
waktu sekitar 7-8 hari tergantung lingkungan maupun kondisi di
sekitarnya. (Khorotunnisa, 2008)
6
4. Epidemiologi
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama penyebaran penyakit
DBD (Demam Berdarah Dengue) terutama di daerah tropik. Nyamuk jenis
ini memiliki habitat asli yang berasal dari Afrika, namun di Asia nyamuk
Aedes aegypti adalah satu-satunya yang menjadi vektor utama penyebab
DBD. Hal ini dikarenakan habitatnya berada di sekitar rumah dan
membutuhkan darah dalam mempertahankan kehidupannya. Nyamuk akan
menghisap darah manusia untuk diambil nutrisinya agar nutrisi nyamuk
terpenuhi dan dapat mengeluarkan telurnya. Pada daerah yang jumlah
penduduknya relatif sedikit atau tidak dapat, persebaran virus dari nyamuk
ini semakin tinggi karena nyamuk akan menghisap darah berulang-ulang.
(Chahaya, 2003)
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan antara suatu zat dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. (Mukhriani, 2014)
Jenis-jenis metode ekstraksi menurut Mukhriani (2014) adalah sebagai berikut
1. Maserasi
Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi yang paling banyak
digunakan, karena mudah dan dapat digunakan dalam skala kecil maupun
besar. Maserasi dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan
pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu
kamar. Proses ekstraksi akan dihentikan ketika telah tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan
konsentrasi dalam sel tanaman. Hanya saja kekurangan pada metode ini
adalah membutuhkan waktu yang lama dikarenakan prosesnya yang
bertahap, pelarut yang digunakan cukup banyak dan kemungkinan
beberapa senyawa hilang cukup besar.
2. Ultrasound-Assisted Solved Extraction
Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan
bantuan ultrasound (sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang
berisi serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound.
Hal ini dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga
menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil
ekstraksi.
3. Perkolasi
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam
sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada
bagian bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel
dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari
metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru. Sedangkan
7
1 Persiapan penelitian
2 Penyusunan intsrumen
3 Pelaksanaan tindakan
4 Pengumpulan data
5 Analisis data
6 Pembuatan laporan
7 Publikasi
DAFTAR PUSTAKA