Anda di halaman 1dari 18

USUL SKRIPSI

UJI AKTIVITAS BAKTERI ASAM LAKTAT (Lactobacillus bulgaricus


DAN Streptococcus thermophilus) PADA YOGHURT DALAM
MENGHAMBAT PERTUMBUHAN ISOLAT Propionibacterium Acne
PENYEBAB ACNE VULGARIS

Oleh :

Tri Ramdani

G1A016077

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acne Vulgaris (AV) merupakan bentuk inflamasi kronik dermatosis

unit pilosebaseous yang menonjol karena komedo terbuka maupun tertutup

yang disertai dengan lesi inflamasi berupa papul, pustul, nodul atau kista.

Umumnya diderita oleh golongan usia remaja dan dewasa muda (Alikhan et.

Al., 2016). AV dapat muncul di beberapa tempat seperti pada bagian wajah

(99%), dada (15%), dan punggung (60%) (Soesanto, 2016). AV sendiri dapat

berkembang dikarenakan terdapat empat faktor yang berkontribusi,

diantaranya yaitu pelepasan medioator inflamasi kedalam kulit yang

menyebabkan peradangan, pengembangan komedo yang disebabkan oleh

perubahan proses keratinisasi, perubahan dan peningkatan produksi sebum di

bawah kontrol androgen, dan kolonisasi folikel oleh bakteri

Propionibacterium Acnes (Achermann et al 2014). Selain faktor-faktor

tersebut, faktor endokrin, genetik, makanan, keaktifan, psikis, dan iklim juga

dapat mempengaruhi timbulnya AV (Kundre, 2017).

Di Indonesia tercatat sebanyak 80% orang menderita AV pada tahun

2007 dan pada tahun 2013 AV menempati posisi ketiga sebagai penyakit

terbanyak dari keseluruhan jumlah pengunjung Departemen Ilmu Kesehatan

Kulit dan Kelamin di Rumah Sakit maupun Klinik Kulit di seluruh Indonesia

berdasarkan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik Indonesia PERDOSKI

(Soesanto, 2016).
AV umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Propionibacterium acne (P.

Acne). P. acne merupakan bakteri golongan gram positif anaerob fakultatif dan

merupakan flora normal pada kulit, rongga mulut, saluran cerna, dan saluran

genitourinaria (Achermann et al 2014). Dalam proses terbentuknya AV, akan

terbentuk asam lemak bebas. Asam lemak bebas tersebut merupakan efek dari

lipase yang dimiliki oleh P. Acnes pada trigliserida kelenjar sebaseous sehingga

menginduksi peradangan pada AV (Kundre, 2017).

Pemberian terapi antimikrobial pada AV dapat dilakukan secara topikal

maupun sistemik. Obat topikal penyembuhan AV dapat berupa benzoil peroksida

atau antibiotik topikal. Antibiotik oral berupa tetrasiklin juga menjadi terapi lini

pertama yang diberikan kepada penderita AV (Ramdani, 2015). Akan tetapi,

penggunaan antibiotik yang disalahgunakan dapat memicu terjadinya resistensi

antibiotik.

Untuk mengendalikan resistensi antibiotik dapat digunakan bahan lain

berupa yoghurt dalam menekan pertumbuhan bakteri P. acne sebagai penyebab

AV..Yoghurt merupakan produk olahan susu yang mudah dijumpai di masyarakat

dengan harga yang relatif murah. Tidak hanya dikonsumsi, yoghurt juga sering

digunakan sebgai produk kecantikan berupa masker yoghurt. Dari banyak

penelitian, kandungan bakteri asam laktat dalam yoghurt (L. Bulgaricus dan S.

Thermophilus) dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengatasi penyakit

infeksi. Bakteri asam laktat dalam yoghurt mampu menghasilkan zat metabolit

primer berupa asam laktat dan metabolit sekunder berupa bakteriosin. Bakteriosin

inilah yang dipercaya dapat menghambat penyakit akibat infeksi bakteri

(Purwantiningsih, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti hendak menguji aktivitas

bakteri asam laktat (L. Bulgaricus dan S. Termophilus) yang dibuat dalam

bentuk yoghurt murni dalam menekan pertumbuhan isolat P. acne penyebab

AV.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah aktivitas bakteri asam laktat (L. Bulgaricus dan S.

Termophilus) pada yoghurt dapat menekan pertumbuhan isolat P. acne

penyebab AV?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui aktivitas bakteri asam laktat (L. Bulgaricus dan

S. Termophilus) pada yoghurt dalam menekan pertumbuhan isolat

P. acne penyebab AV.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh bakteri asam laktat (L. Bulgaricus dan

S. Termophilus) dalam menghambat pertumbuhan isolat P. acne

b. Untuk mengetahui konsentrasi yoghurt dalam menghambat

pertumbuhan isolat P. acne penyebab AV.

D. Manfaat

1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi pada

penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pemberian bakteri asam laktat

(L. Bulgaricus dan S. Termophilus) pada yoghurt dalam menghambat

pertumbuhan koloni bakteri P. Acnes penyebab AV.

2. Praktis

a. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi masyarakat maupun tenaga

kesehatan mengenai khasiat pemakaian yoghurt dalam mencegah

terjadinya AV

b. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pemanfaatan

bakteri asam laktat (L. Bulgaricus dan S. Termophilus) pada yoghurt

sebagai terapi AV

E. Keaslian Penelitian

Dalam penelusuran materi penelitian ini, didapatkan beberapa artikel

penelitian yang memiliki kemiripan dengan penelitian yang ditulis oleh penulis,

yaitu pada Tabel 1.1 berikut:


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


.
1. Dienazad UJI a.Variabel a. Variabel
Yoga Putri AKTIVITAS independen: dependen:
(2018) BAKTERI Yoghurt spesifik isolat
ASAM Probiotik P. acne
LAKTAT b.Metode b. Tahun
(Lactobacillus penelitian: penelitian: 2019
bulgaricus DAN Eksperimental
Streptococcus c.Tempat
thermophilus) penelitian:
PADA Laboratorium
YOGHURT Mikrobiologi
DALAM FK Unsoed
MENGHAMBA Purwokerto
T
PERTUMBUH
AN ISOLAT
Salmonella
typhi
PENYEBAB
DEMAM
TIFOID
2. Kajian Potensi a. Variabel a. Tempat
Rahman A, E. Whey Yoghurt dependen ; penelitian:
Taufik, S. Sebagai Bahan bakteri P. acne Laboratorium
Purwantinings Alami Pencegah b. Metode Mikrobiologi
ih, B.P Jerawat penelitian : FK Unsoed
Purwanto Eksperimental Purwokerto
(2014) b. Tahun
penelitian: 2019
c. Variabel bebas :
minuman
probiotik
yoghurt
3. Zuraida Kemampuan a. Variabel a. Variabel
Hanum, Antibakteri independen: dependen ;
Rastina dan Susu Fermentasi Yoghurt bakteri P.
Veronica terhadap Probiotik Acne
Wanniatie Escherichia coli b. Metode b. Tahun
(2017) dan Shigella penelitian : penelitian :
flexneri Eksperiment 2019
al c. Tempat
penelitian:
Laboratoriu
m
Mikrobiolog
i FK
Unsoed
Purwokerto
4. Suryani M.F ISOLASI DAN a. Variabel a. Variabel
Situmeang, UJI independe dependen
Musthari , AKTIVITAS n: ; bakteri
Selamat Riadi ANTIMIKROB Yoghurt P. Acne
(2017) A BAKTERI Probiotik b. Tahun
ASAM b. Metode penelitian
LAKTAT penelitian : 2019
(BAL) DARI : c. Tempat
YOGHURT Eksperim penelitian
DALAM ental :
MENGHAMBA Laborator
T ium
PERTUMBUH Mikrobiol
AN BAKTERI ogi FK
Escherichia coli Unsoed
DAN Purwoker
Salmonella to
typhi
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Materi Pustaka

1. Acne Vulgaris (AV)

a. Definisi

Acne vulgaris (AV) atau yang disebut sebagai jerawat dan atau

akne adalah keadaan pada kulit yang ditandai dengan adanya sumbatan

dan peradangan pada folikel rambut dan kelenjar sebasea kulit yang

disebabkan oleh bakteri P. Acne (Depkes RI, 2019).

b. Epidemiologi

Acne vulgaris merupakan penyakit yang hampir dialami oleh setiap

orang didunia khususnya pada kelompok usia remaja dan dewasa

muda. Pada wanita, AV dapat menetap hingga usia 30 tahun sedangkan

pada pria lebih cepat menghilang namun gejala berat AV sering

dijumpai pada pria (Carolia dan Noventi, 2016).

Di Brazil Selatan, tercatat 2.201 anak laki-laki usia 18 tahun

menderita AV (Duquia et al., 2016). Sedangkan di Indonesia tercatat

sebanyak 80% orang menderita AV pada tahun 2007 dan pada tahun

2013 AV menempati posisi ketiga sebagai penyakit terbanyak dari

keseluruhan jumlah pengunjung Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

dan Kelamin di Rumah Sakit maupun Klinik Kulit di seluruh

Indonesia berdasarkan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetik

Indonesia PERDOSKI (Soesanto, 2016).

c. Faktor Risiko
Acne vulgaris dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atau

multifaktorial yang berasal dari dalam (endogen) dan dari luar (eksogen)

antara lain faktor genetik, faktor hormonal, faktor makanan, faktor

pekerjaan, dan faktor kosmetik (Carolia dan Noventi, 2016) :

1) Faktor Genetik

Kemungkinan besar Acne vulgaris merupakan penyakit yang

diturunkan dimana pada penderita terdapat peningkatan pada respon unit

pilosebaseus terhadap kadar normal hormon androgen didalam darah.

Selain itu, adanya gen CYP17-34C/C dalam sel tubuh manusia,

meningkatkan terjadinya Akne vulgaris (Bauman, 2009)

2) Faktor Hormonal

Peningkatan hormon progesteron dapat menyebabkan lesi akne

menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi pada

sekitarb 60-70 % wanita. Jumlah estrogen hingga kadar tertentu dapat

menekan pertumbuhan akne karena menyebabkan penurunan kadar

gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis. Gonadotropin sendiri

merupakan hormon yang berfungsi untuk menurunkan produksi sebum

(Afriyanti, 2015).

3) Faktor Makanan

Makanan yang dapat memperberat AV diantaranya makanan tinggi

lemak, tinggi karbohidrat, tinggi yodium, makanan pedas, dan alkohol

(Ramdani, 2015).

4) Faktor Pekerjaan
Occupational Acne merupakan akne yang banyak

ditemukan pada karyawan-karyawan pabrik dimana mereka

sering terpajan oleh bahan-bahan kimia seperti oli dan debu-debu

logam (Afriyanti, 2015).

5) Faktor Kosmetik

Penyebab utama kosmetik dapat menyebabkan AV adalah unsur

minyak dalam jumlah besar yang ditambahkan dalam kandungan

kosmetik agar tampak lebih halus dalam penggunaannya.

Kandungan minyak tersebut dapat menyebabkan penyumbatan

pada pori pori dan menyebabkan timbulnya AV (Ramdani, 2015).

d. Etiopatogenesis

Etiologi dari Acne Vulgaris belum diketahui secara pasti. Namun

secara garis besar terdapat faktor-faktor yang berperan penting dalam

patogenesis terbentuknya Acne Vulgaris yaitu:

1) Peningkatan produksi sebum

Acne Vulgaris umumnya mulai timbul pada masa pubertas

dimana pada masa ini merupakan waktu kelenjar sebasea mulai

membesar dan mengeluarkan sebum yang lebih banyak dari

sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh hormon androgen.

Peningkatan perubahan hormon androgen yang beredar dalam

darah (testoteron) akan diubah ke bentuk metabolit yang lebih aktif

(5>alfa dehidrotestoteron). Hormon tersebut akan mengikat

reseptor androgen di sitoplasma dan menyebabkan proliferasi sel

penghasil sebum sehingga produksi sebum mengalami kenaikan.


Selain itu, respon organ akhir yang berlebihan (end-organ

hyperresponse) pada kelenjar sebasea terhadap kadar normal

androgen dalam darah menyebabkan terjadinya peningkatan unsur

komedogenik dan inflamatogenik sebagai penyebab terjadinya

acne (Prasad, 2016).

2) Hiperproliferasi Folikel Polisebasea

Penelitian imunohistokimiawi membuktikan adanya

peningkatan proliferasi keratinosit basal dan dierensiasi yang

abnormal dari sel-sel keratosit folikular yang disebabkan oleh

berkurangnya asam linoleat sebasea. Hal tersebut akan

menybabkan penyumbatan pada orifisum kelenjar sebasea karena

lapisan granulosum meningkat, tonofilamen dan butir-butir

keratohialin meningkat, serta kandungan lipid yang bertambah.

Bahan-bahan keratin akan mengisi folikel sehingga folikel melbar

dan timbul lesi non inflamasi dan inflamasi apabila terdapat

kolonisasi bakteri P. Acne (Agustin, 2016).

3) Kolonisasi P. Acne

P. Acne menyajikan suatu aktivitas enzimatik berupa komponen

lipase yang dimiliki bakteri tersebut akan memecah diasilgliserol

sebaseous dan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas

yang menimbulkan hiperkeratosis proliferatif pada folikel,

sehingga menimbulkan efek komedogenik. Protease pada P. Acne

dapat menyebabkan pembesaran folikel dan hyaluronidase

sehingga memungkinkan penyebaran ke dermis (Prasad, 2016).


4) Proses Inflamasi

Proses enzimatik dan reaksi antibodi dan antigen pada dinding P.

Acne akan menimbulkan terjadinya respon inflamasi pada tubuh

penderita. Respon imunitas dari penderita juga sangat berpengaruh

terhadap proses peradangan reaktif (Agustin, 2016).

e. Manifestasi Klinis

Lesi yang timbul Acne Vulgaris dapat muncul dibeberapa bagian

tubuh penderita seperti pada bagian wajah (99%), bagian dada (15%),

dan bagian punggung (60%) (Soesanto, 2016).

f. Diagnosis

Diagnosis Acne Vulgaris dapat ditegakkan melalui prodes anamnesis

dan pemeriksaan fisik. Derajat keparahan pada Acne Vulgaris

ditentukan berdasarkan klasifikasi Lehmann, yaitu (Lestari, 2015) :

1) Ringan

Komedo < 20, atau lesi inflamasi <15, atau total lesi <30

2) Sedang

Komedo 20 - 100, atau lesi inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125

3) Berat

Kista >5, atau komedo >100, atau lesi inflamasi >50, atau total

>125.

g. Tatalaksana
Penatalaksanaan pada AV bertujuan untuk mempercepat

penyembuhan, meminimalisir timbulnya AV baru, dan mencegah

timbulnya jaringan parut akibat dari lesi AV tersebut. Terapi non

farmakologi untuk AV diantaranya dengan mencuci wajah minimal

dua kali sehari menggunakan sabun yang mengandung antimikroba.

Terapi farmakologi untuk AV diterapkan berdasarkan pencetusnya dan

tingkat keparahannya. Obat topikal untuk AV yang sering digunakan

yaitu sulfur, sodium sulfatenamid, retinoid, dan antibiotik. Antibiotik

topikal yang biasa digunakan yaitu klindamisin dan eritromisin

(Agustina, 2016).

2. Propionibacterium acne

P. acne adalah bakteri penyebab terjadinya Akne vulgaris. P. acne

merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan bakteri gram positif,

bersifat anaerob fakultatif dan merupakan flora normal pada kulit, rongga

mulut, saluran cerna, dan saluran genitourinaria. P. acne memiliki bentuk

batang yang tampak tidak teratur pada pengecatan gram. Dapat ditemukan

dalam bentuk filamen maupun campuran antara bentuk batang/filamen

dengan bentuk kokoid (Achermann et al 2014). P.acnes tidak memiliki

spora, tidak berflagel dan tidak berkapsul dengan ukuran lebar 0,5-0,8

mikrometer dan panjang 3-4 mikrometer. Sedangkan dinding sel pada P.

acne merupakan dinding sel yang tebal dengan kaya akan kandungan

peptidoglikan dan lipopolisakarida (Dwi, 2017).


Taksonomi dari bakteri P. acne sebagai berikut (A et all, 2014) :
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actynomicelates
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : P. acne

3. Yoghurt

Yoghurt merupakan salah satu bentuk dari produk minuman

fermentasi yang berbahan dasar susu. Proses pembuatannya melibatkan

bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus yang

digunakan sebagai campuran dalam yoghurt. Yoghurt memiliki rasa asam

khas yang muncul karena penurunan pH akibat dari lamanya proses

fermentasi. Yoghurt mengandung protein sebesar 4-6%, lemak 0,1-1%,

laktosa 2- 3%, asam laktat 0,6-1,3%, dan pH 3,8-4,6%. Yoghurt umumnya

di fermentasi pada suhu 37-450 C dengan bantuan bakteri asam laktat

Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus (Dwi, 2017).

Yoghurt memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh, baik

untuk memenuhi nutrisi maupun untuk menjaga kesehatan pencernaan

dimana bakteri asam laktat pada yoghurt yang dikonsumsi dan masuk ke
saluran cerna akan membuat dinding usus menjadi asam dimana kondisi

ini menyebabkan mikroorganisme patogen tidak dapat berkembangbiak di

usus. Selain itu, yoghurt memiliki manfaat bagi penderita lactose

intolerance dimana penderitanya mengalami gejala malabsorbsi laktosa

yang banyak dijumpai pada anak-anak di beberapa negara benua Asia dan

Afrika. Yoghurt juga memiliki kandungan aktivitas antimikrobial seperti

antibakteri, membantu menurunkan kolesterol dalam darah, menjaga

kesehatan lambung, dan mencegah kanker saluran pencernaan (Fatmawati

et al, 2013).

4. Bateri Asam Laktat (BAL)

Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang terkandung dalam

minuman susu fermentasi yoghurt. Didalam yoghurt terdapat dua bakteri

asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus

thermophillus. Kedua bakteri tersebut akan memfermentasi karbohidrat

yang akan menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir metaboliknya

(Djajasoepena et al, 2016).

a. Lactobacillus bulgaricus
Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Lactobacillales

Family : Lactobacillaceae

Genus : Lactobacillus

Species : Lactobacillus delbrueckii

Subspecies : bulgaricus

b. Streptococcus thermophillus

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli 29

Ordo : Lactobacillales

Famili : Streptococcaceae

Genus : Streptococcus

Species : Streptococcus thermophilus


5. Efek Anti Bakterial Bakteri Asam Laktat Yoghurt Terhadap

Bakteri P. acne Penyebab Akne Vulgaris


DAFTAR PUSTAKA

Achermann, Yvonne., Coenye, tom., Goldstein, Ellie J.C., dan Shirtliff, Mark E.
2014. “Propionibacterium acnes : from Commersal to Opportunistic
Biofilm-Associated Implant Pathogen”. Chlinical Microbiology Review.
Vol 9 (1) 1-4.
Alikhan, Ali., Baldwin, Hilary E., Barson, Diane S., Boyer, Kevin M., Bushan,
Reva., Dolan, Nancy C., et al. 2016. “Gudlines of Care for The
Management of Acne Vulgaris”. J AM ACAD DERMATOL. 1-62.
Kundre, Rina M., Pangeman, Damayanti., dan Sampela, Meiching G. 2017.
“Timbulnya Acne Vulgaris dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja di
SMPN 1 Likupang Timur”. e-Journal Keperawatan (e-Kp). Vol 5(1) 1-8.
Purwantiningsih, S., Parwanto, B.P., Rahman, A., dan Taufik, E. 2014. “Kajian
Potensi Whey Yoghurt Sebagai Bahan Alami Pebcegah Jerawat”. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol 2(1) 238-242.
Ramdani, Resti dan Sibero, Hendra Taringan. 2015. “Treatment for Acne Vulgaris”. J
Majority. Vol 4(2) 87-95.
Soesanto, Anastasia Piramitha Angela. 2016. ‘Pengaruh Pemberian Suplemen Likopen
Terhadap Derajat Keparahan Akne Vulgaris”. Skripsi. Universitas Diponegoro
Semarang.
http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=jerawat&act=search-by-
map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1 (2
april 2019 pukul 19.43 WIB)
Baumann L, Keri J. Acne (Type 1 sensitive skin). In : Baumann L, Saghari S, Weisberg
E, eds. Cosmetic dermatology principles and practice. 2 nd ed. New York: Mc
Graw Hill. 43(1): 121-7. 2009
 Liu, J.; Cheng, A.; Bangayan, NJ.; Barnard, E.; Curd, E.; Craft, N.; Li, H. (2014). "Draft
Genome Sequences of Propionibacterium acnes Type Strain ATCC6919 and
Antibiotic-Resistant Strain HL411PA1". Genome Announc. 2 (4): e00740–14. 

Anda mungkin juga menyukai