ABORTUS INKOMPLIT
DI BANGSAL ANGGREK
RUMKIT TK III SLAMET RIYADI SURAKARTA
Disusun Oleh :
Nama : Danar Fauzan Adi Prayitno
NIM : SN211024
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho, 2013).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim.
Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang dari 500 g,
atau usia kehamilan kurang dari 28 minggu karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami
abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam Rahim
(Manuaba, 2017 : 683).
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagaian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui
kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh,
2012).
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Reproduksi manusia relatif tidak efisien, dan abortus adalah
komplikasi tersering pada kehamilan, dengan kejadian keseluruhan
sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan.Namun angka kejadian
abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana
kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami
keguguran daripada pada wanita yang hamil dan berakhir dengan
kelahiran hidup (Manuaba, 2017 : 683).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang
tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Pada USG didapatkan
endometrium yang tipis dan irregular (Dr. M. Hakim, Phd, keadaan
darurat ginekologi umum).
Abortus inkompletus yaitu pengeluaran produk konsepsi secara
spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi minggu ke
8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). (Dr.
M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum).
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti,
tetapi beberapa faktor yang berpengaruh adalah :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menimbulkan kematian
janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil konsepsi
dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi dapat terjadi
karena:
1) Faktor kromosom: Gangguan terjadi sejak semula pertemuan
kromosom, termasuk kromosorn seks.
2) Faktor lingkungan endometritum.
Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek
jarak kehamilan.
b. Pengaruh luar
1) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil
konsepsi.
2) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil konsepsi terganggu.
c. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga palsenta
tidak dapat berfungsi.
2) Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada diabetes
melitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
d. Penyakit ibu. Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta :
1) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
2) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O 2 menuju
sirkulasi retroplasenter.
3) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit diabetes melitus.
e. Kelainan yang terdapat dalam rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus
arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
post partum.
f. Faktor antibody autoimun, terutama :
Antibody antiphosfolipid :
1) Menimbulkan thrombosis, infrak plasenta, perdarahan
2) Gangguan sirkulasi dan nutrisi menuju janin dan diikuti
abortus
3) Antibody anticardiolipin, dalam lupus anticoagulant (LAC)
4) Menghalangi terbentuknya jantung janin sehingga akan
menyebabkan abortus (Kusmiyati, 2015).
3. Manifestasi Klinik
Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai
berikut:
a) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
c) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
d) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
e) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
a) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
b) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
c) Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
d) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
e) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringan keluar.
f) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan
dapat menyebabkan syok (Maryunani, 2012).
4. Komplikasi
Abortus inkomplit yang tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan syok akibat perdarahan hebat dan terjadinya infeksi
akibat retensi sisa hasil konsepsi yang lama didalam uterus.Sinekia
intrauterin dan infertilitas juga merupakan komplikasi dari abortus.
Berbagai kemungkinan komplikasi tindakan kuretase dapat terjadi,
seperti perforasi uterus, laserasi serviks, perdarahan, evakuasi jaringan
sisa yang tidak lengkap dan infeksi. Komplikasi ini meningkat pada umur
kehamilan setelah trimester pertama. Panas bukan merupakan
kontraindikasi untuk kuretase apabila pengobatan dengan antibiolik yang
memadai segera dimulai.Komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan
kuretase antara lain :
a) Komplikasi Jangka pendek
1) Dapat terjadi refleks vagal yang menimbulkan muntah-muntah,
bradikardi dan cardiac arrest.
2) Perforasi uterus yang dapat disebabkan oleh sonde atau dilatator.
Bila perforasi oleh kanula, segera diputuskan hubungan kanula
dengan aspirator. Selanjutnya kavum uteri dibersihkan
sedapatnya. Pasien diberikan antibiotika dosis tinggi. Biasanya
pendarahan akan berhenti segera. Bila ada keraguan, pasien
dirawat.
3) Serviks robek yang biasanya disebabkan oleh tenakulum. Bila
pendarahan sedikit dan berhenti, tidak perlu dijahit.
4) Perdarahan yang biasanya disebabkan sisa jaringan konsepsi.
Pengobatannya adalah pembersihan sisa jaringan konsepsi.
5) Infeksi akut dapat terjadi sebagai salah satu komplikasi.
Pengobatannya berupa pemberian antibiotika yang sensitif
terhadap kuman aerobik maupun anaerobik. Bila ditemukan sisa
jaringan konsepsi, dilakukan pembersihan kavum uteri setelah
pemberian antibiotika profilaksis minimal satu hari.
b) Komplikasi jangka panjang.
Infeksi yang kronis atau asimtomatik pada awalnya ataupun
karena infeksi yang pengobatannya tidak tuntas dapat menyebabkan:
1) Infertilitas baik karena infeksi atau tehnik kuretase yang salah
sehingga terjadi perlengketan mukosa (sindrom Asherman)
2) Nyeri pelvis yang kronis (Kusmiyati, 2015).
Perdarahan
nekrosis
Hasil konsepsi
terlepas dari uterus
Uterus berkontraksi
Merasa kehilangan
perdarahan
Ansietas
Duka cita Kekurangan
volume
Stress cairan
Risiko
Nyeri infeksi
Akut
Risiko syok
Intoleransi
aktifitas
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan
perawatan bagi klien (Manuaba, 2017).
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
4) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya
5) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
6) Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
10) Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
11) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak
hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera
pendengaran dan penghidung.Hal yang diinspeksi antara
lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya
b) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan
kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
c) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan
informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau
konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak.
d) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus
atau denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2015: 39).
d. Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang: rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga berencana:
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis
apa (Nugroho, 2013).
e. Data lain-lain :
1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan
selama dirawat di RS.
2) Data psikososial : Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana
pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban
pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.
3) Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
4) Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan
YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
(Nugroho, 2013).
2. Diagnosa keperawatan
a. Pre Kuretase
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D.0080)
b. Post Kuretase
1) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
perdarahan (D.0036)
2) Berduka berhubungan dengan kehilangan (D.0081)
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
4) Risiko Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer : ketuban pecah sebelum waktunya
(D.0142)
5) Risiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan
(D.0039)
Sumber : (SDKI, 2017).
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
Tujuan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Pain Management
agen pencedera fisik 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
keperawatan selama 3 x 24 jam dan faktor presipitasi,.
diharapkan nyeri akan berkurang 2. Kaji kontraksi uterus dan
1. Pain level ketidaknyamanan (awitan, frekuensi,
2. Pain control durasi, intensitas, dan gambaran
3. Comfort level ketidaknyamanan)
Kriteria Hasil : 3. Observasi reaksi nonverbal dari reaksi
1. Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
2. Menyatakan rasa nyaman 4. Kontrol lingkungan yang dapat
3. Mengungkapkan penurunan mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
4. Menggunakan tehnik yang tepat 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
untuk mempertahankan kontrol 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
nyeri. keluhan dan tindakan penanganan nyeri
yang tidak berhasil
Analgesic administration
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
2. Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat analgesik pada klien
3. Monitor ttv sebelum dan sesudah
diberikan analgesik
Hypovolemia Management
1. Monitor intake dan output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor adanya kelebihan cairan
4. Monitor BB
5. Monitor tingkat HB dan hemtokrit
6. Pasang urin kateter jika diperlukan
7. Kolaborasikan pemberian diuretic
sesuai interuksi