Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR PENENTU PERKEMBANGAN MARKET SHARE

PERBANKAN SYARIAH DI PROVINSI ACEH

DETERMINANTS OF ISLAMIC BANKING MARKET SHARE


IN ACEH PROVINCE

Reza Septian Pradana


Fungsional Statistisi Ahli BPS Kabupaten Aceh Jaya
E-mail: reza.sp@bps.go.id
Diterima: 6 Agustus 2019; direvisi: 8 Oktober 2019; diterbitkan: 1 Desember 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penentu perkembangan market share
perbankan syariah di Provinsi Aceh. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier
berganda. Hasil estimasi menunjukkan bahwa proporsi deposito mudharabah dan suku
bunga deposito satu bulan bank konvensional berpengaruh secara signifikan positif terhadap
market share perbankan syariah di Provinsi Aceh, sedangkan BI rate dan suku bunga
deposito satu tahun bank konvensional berpengaruh secara signifikan negatif terhadap
market share perbankan syariah di Provinsi Aceh. Dengan demikian, perbankan syariah
perlu meningkatkan daya saing produk deposito mudharabah dengan menaikan nisbah bagi
hasil. Selain itu, Bank Indonesia sebaiknya mempertimbangkan kepentingan bank syariah
dalam penentuan suku bunga acuan BI rate.

Kata kunci: BI rate, deposito mudharabah, market share, perbankan syariah, suku bunga
deposito

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that determine market share of islamic banking in
Aceh Province. This study uses multiple regression analysis. The result of estimation shows
that mudharabah deposits and one month deposits interest rate of conventional bank
significantly give positive influence to market share of islamic banking in Aceh Province
while BI rate and one year deposits interest rate of conventional bank significantly give
negative influence to market share of islamic banking in Aceh Province. So, islamic banking
needs to increase the competitiveness of mudharabah deposit product through increasing
pofit sharing ratio. Besides, Bank Indonesia should considers the interests of islamic banks
in determaining BI rate.

Keyword: BI rate, deposits interest rate, islamic banking, market share, mudharabah
deposits

66
PENDAHULUAN industri keuangan syariah. (Alamsyah, 2012
Di tengah isu mengenai sistem dalam Astasia, 2012)
keuangan Islam, perbankan syariah Mengingat berbagai keunggulan yang
mengalami pertumbuhan yang dimiliki, alangkah baiknya apabila
mengesankan. Menurut Bank Indonesia, pemerintah lebih fokus pada pengembangan
karakteristik sistem perbankan syariah yang market share perbankan syariah. Apalagi
beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil keberadaan dan keunggulan bank syariah
dapat memberikan alternatif sistem baru dapat dirasakan apabila bank syariah
perbankan yang saling menguntungkan bagi telah memiliki porsi yang signifikan dalam
masyarakat dan bank serta menonjolkan tatanan perekonomian.
aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi Market share atau pangsa pasar
yang beretika, mengedepankan nilai-nilai merupakan indikator tentang posisi
kebersamaan dan persaudaraan dalam perusahaan terhadap kompetitornya. Dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan dunia perbankan, pangsa pasar mencakup 3
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. indikator penting, yaitu aset, pembiayaan,
Secara teoritis, aktivitas keuangan dan dana pihak ketiga. Aset perbankan
perbankan syariah dapat mendukung syariah merupakan indikator terpenting
stabilitas sistem keuangan secara karena aset menggambarkan ukuran suatu
keseluruhan karena meminimumkan bank. Semakin besar aset perbankan syariah
kegiatan spekulasi, yang pada gilirannya menandakan makin kuatnya posisi
akan memberikan kontribusi signifikan perbankan syariah karena perbankan syariah
terhadap pencapaian kestabilan harga jangka semakin mampu memperluas usahanya.
menengah-panjang (Astasia, 2012). Salah satu langkah yang dapat dilakukan
Indonesia sebagai negara dengan untuk meningkatkan market share
penduduk muslim terbesar, sudah perbankan syariah yaitu dengan
selayaknya menjadi pelopor dan kiblat mengidentifikasi wilayah potensial
pengembangan keuangan syariah di dunia pengembangan perbankan syariah serta
karena potensi Indonesia untuk menjadi menganalisis faktor penentu perkembangan
global player keuangan syariah sangat besar. market share perbankan syariah. (Cahyono,
Pertama, jumlah penduduk muslim yang 1999).
besar menjadi potensi nasabah industri Provinsi Aceh yang mayoritas
keuangan syariah. Kedua, prospek ekonomi penduduknya merupakan penduduk muslim
yang cerah tercermin dari pertumbuhan dan satu-satunya provinsi di Indonesia yang
ekonomi yang relatif tinggi (kisaran 6,0 - 6,5 menerapkan syariat islam menjadi potensi
persen) yang ditopang oleh fundamental bisnis yang sangat baik dalam
ekonomi yang solid. Ketiga, peningkatan pengembangan perbankan syariah. Dengan
sovereign credit rating Indonesia menjadi diberlakukannya Qanun Aceh No 8 tentang
investment grade yang akan meningkatkan pokok-pokok syariat islam yang mengatur
minat investor untuk berinvestasi di sektor Lembaga Keuangan Syariah, pengembangan
keuangan domestik, termasuk industri industri perbankan syariah di Provinsi Aceh
keuangan syariah. Keempat, memiliki semakin memiliki landasan hukum yang
sumber daya alam yang melimpah yang memadai sehingga akan mendorong
dapat dijadikan sebagai underlying transaksi pertumbuhannya lebih cepat lagi.

67
Berdasarkan Qanun Aceh No 8, bank umum penelitian yang dilakukan oleh Cleopatra
konvensional yang ada di Aceh harus (2008), Hidayah (2008), Astasia (2012), dan
membuka kantor unit usaha syariah. Virawan (2017) menunjukkan bahwa BI rate
Provinsi Aceh juga mempunyai bank daerah berpengaruh secara signifikan terhadap
dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Market Share Perbankan Syariah. Jika BI
Ditinjau dari potensi wilayah, Provinsi rate meningkat maka tingkat bagi hasil
Aceh memiliki banyak komponen deposito bank syariah juga meningkat
penunjang kemajuan bisnis perbankan sehingga produk DPK perbankan syariah
syariah, seperti kekayaan alam yang menjadi lebih kompetitif. Kenaikan tingkat
melimpah dan memiliki Kawasan Ekonomi bagi hasil deposito mudharabah
Khusus Arun. Disamping itu, Provinsi Aceh menyebabkan meningkatnya penghimpunan
juga memiliki potensi pariwisata yang dana bank syariah yang akan memperbesar
tergolong lengkap, dari gunung, laut, hingga kemampuan bank syariah memperluas
wisata religi. Hal inilah yang dapat dijadikan pangsanya.
underlying transaksi industri keuangan Pengaruh faktor lingkungan industri
syariah. dijelaskan oleh Porter (1980) dengan lima
Dalam menentukan perkembangan kekuatan yang mendorong persaingan
market share suatu industri, khususnya industri (Five Forces Model). Kelima
perbankan diperlukan analisis lingkungan kekuatan tersebut yaitu persaingan diantara
yeng mencakup lingkungan eksternal dan perusahaan yang ada (rivalry among
internal. Cahyono (1999) mengatakan existing), pendatang potensial (potential
bahwa analisis mengenai lingkungan entrants), kekuatan tawar menawar pemasok
penting disebabkan oleh dua hal. Pertama, (bargaining power of suppliers), kekuatan
organisasi saling berinteraksi dengan tawar menawar pembeli (bargaining power
bagian-bagian lingkungan yang selalu of buyers), dan ancaman produk atau jasa
berubah setiap saat. Kedua, pengaruh pengganti (threat of subtitute products or
lingkungan. services). Persaingan akan semakin kuat
Lingkungan eksternal merupakan ketika kompetitor secara aktif berusaha
faktor-faktor di luar industri yang memiliki meningkatkan pangsa pasar (market share)
kekuatan diluar kendali organisasi sehingga dan keuntungannya. Persaingan dalam
perubahan-perubahan yang terjadi pada industri perbankan bersifat kompetitif.
lingkungan ini akan memengaruhi kinerja Sebagai contoh bank jarang
organisasi (Cahyono, 1999). Analisis mempertahankan tingkat suku bunga dalam
terhadap lingkungan eksternal dapat waktu lama dan tingkat bunga prima (prime
membantu perusahaan untuk mengantisipasi rate) pada umumnya hampir sama pada
peluang dan ancaman dari luar perusahaan. semua bank. Pemasok dalam industri
Lingkungan eskternal terdiri dari lingkungan perbankan adalah nasabah yang
umum dan lingkungan industri. menempatkan dana pada bank. Perilaku
Lingkungan umum dicerminkan oleh nasabah deposan dengan sejumlah dana
BI rate. BI rate mencerminkan kebijakan yang dimiliki selalu ingin memaksimalkan
moneter oleh Bank Indonesia (BI). BI rate keuntungan dari berbagai pilihan investasi
merupakan suku bunga acuan yang yang ada. Terkait dengan penelitian ini,
diumumkan BI tiap bulannya. Hasil nasabah deposan dihadapkan pada beberapa

68
pilihan investasi, antara lain deposito Selain memperhatikan faktor eksternal,
mudharabah pada bank syariah maupun keberlangsungan bank juga harus
deposito pada bank konvensional. Jika para memperhatikan faktor internal yang sangat
individu diasumsikan rasional maka mereka menentukan perkembangannya. Lingkungan
akan cenderung memilih suatu aset yang internal adalah lingkungan yang berada
menghasilkan keuntungan tertingggi relatif dalam perusahaan dan secara langsung
terhadap aset lainnya, yaitu yang memiliki memiliki implikasi kepada perusahaan itu
tingkat suku bunga/bagi hasil tertinggi. sendiri. Lingkungan internal pada industri
Tingkat suku bunga deposito bank perbankan syariah merupakan kondisi
konvensional merupakan instrumen yang kinerja bank yang meliputi beberapa
mampu menandakan kondisi persaingan parameter yang dijadikan sebagai tolok
antara perbankan syariah dan konvensional ukur, diantaranya Dana Pihak Ketiga (DPK).
dalam menghadapi nasabah yang rasional. Deposito mudharabah memegang peranan
Persaingan tingkat suku bunga/ bagi hasil penting dalam dana pihak ketiga karena dana
merupakan persaingan penjaringan nasabah deposito digunakan untuk investasi kembali
untuk meningkatkan jumlah dana pihak yang akan memberikan keuntungan pada
ketiga. Ismal dalam Ismail (2011) bank. Selain itu, dana deposito cenderung
mengungkapkan bahwa deposan akan tetap dalam jangka waktu tertentu
meningkatkan simpanannya di bank syariah dibandingkan tabungan. Jika nasabah
apabila bank menawarkan tingkat membuka deposito mudharabah dalam
pengembalian yang lebih tinggi, jangka waktu yang lama maka dapat
mengharapkan tingkat bagi hasil yang tinggi meningkatkan porsi pembiayaan untuk
jika tingkat suku bunga meningkat, menutup investasi (pembiayaan bagi hasil) sehingga
rekening jika tingkat pengembalian yang pangsa perbankan syariah akan naik. Hasil
diberikan lebih rendah dari harapan, dan penelitian Astasia (2012) menunjukkan
menutup rekening jika tingkat pengembalian bahwa deposito mudharabah secara
bank syariah kurang dari tingkat suku bunga. signifikan berpengaruh positif terhadap
Begitupun penelitian yang dilakukan market share perbankan syariah.
Mardiansyah (2004), Martiani (2007), Kasri Berdasarkan pemikiran di atas,
dan Kassim (2009), serta Astasia (2012) diperlukan suatu analisis untuk mengetahui
menunjukkan kecenderungan bahwa faktor penentu market share perbankan
nasabah deposan bank syariah beralih ke syariah di Provinsi Aceh. Dengan demikian,
bank konvensional saat tingkat bagi hasil diperoleh informasi terkait upaya yang dapat
yang ditawarkan bank syariah lebih rendah dilakukan untuk memperluas market share
dari tingkat suku bunga bank konvensional. perbankan syariah di Provinsi Aceh.
Penelitian Gerrard dan Cunningham (1997) Hipotesis yang digunakan dalam
mengenai perilaku nasabah non-muslim penelitian ini adalah proporsi deposito
bank syariah di Singapura menunjukkan mudharabah dan BI rate berpengaruh positif
hasil serupa bahwa tingkat bagi hasil terhadap market share perbankan syariah di
merupakan variabel utama pemanfaatan Provinsi Aceh. Kemudian, suku bunga
bank syariah. Hal ini memperkuat anggapan deposito satu bulan dan satu tahun bank
bahwa nasabah bersifat rasional. konvensional berpengaruh negatif terhadap

69
market share perbankan syariah di Provinsi 𝑆𝐵1# = Suku bunga deposito satu
Aceh. bulan bank kon vensional
periode t (persen)
METODE 𝑆𝐵12# = Suku bunga deposito satu
Penelitian dilakukan pada perbankan tahun bank kon vensional
syariah, yakni Bank Umum Syariah (BUS) periode t (persen)
di Provinsi Aceh. Periode penelitian dimulai 𝑒# = error term periode t
pada triwulan I tahun 2007 hingga triwulan t = triwulan I 2007, triwulan II
IV tahun 2015. 2007, ..., triwulan IV 2015
Data yang digunakan dalam penelitian Market Share perbankan syariah dihitung
ini adalah data sekunder berupa data time dengan menggunakan formula berikut:
series pangsa perbankan syariah (market 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐵𝑈𝑆
𝑀𝑆 = 𝑥 100%
share), BI rate, proporsi deposito 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐵𝑈𝑆 + 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐵𝑈𝐾
mudharabah, suku bunga deposito satu dimana BUS adalah Bank Umum Syariah dan
BUK adalah Bank Umum Konvensional.
bulan bank konvensional, dan suku bunga
Proporsi deposito mudharabah dihitung dengan
deposito satu tahun bank konvensional. Data
menggunakan formula berikut:
bersumber dari Bank Indonesia. 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑜 𝑀𝑢𝑑ℎ𝑎𝑟𝑎𝑏𝑎ℎ
Variabel dependen dalam penelitian 𝑑𝑒𝑝𝑜 = 𝑥 100%
𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐵𝑈𝑆
ini yaitu market share perbankan syariah. dimana Dana Pihak Ketiga dihitung dengan
Kemudian, variabel bebas dalam penelitian menjumlahkan total tabungan, giro, dan deposito
ini yaitu BI rate, proporsi deposito mudharabah pada seluruh Bank Umum Syariah
mudharabah, suku bunga deposito satu (BUS)
bulan bank konvensional, dan suku bunga Agar memperoleh penduga yang bersifat
deposito satu tahun bank konvensional. BLUE (Best Linier Unbiased Estimator),
Metode analisis yang digunakan dalam pada penelitian ini dilakukan berbagai
penelitian ini adalah analisis regresi linier pengujian terhadap data dan model yang
berganda. Model yang akan digunakan terbentuk, seperti uji asumsi dasar (uji
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Normalitas, Homoskedastisitas, Non-
𝑀𝑆# = 𝛽& + 𝛽( 𝑑𝑒𝑝𝑜# + 𝛽- 𝑟𝑎𝑡𝑒# + Autokorelasi, dan Non Multikolinearitas)
𝛽2 𝑆𝐵1# + 𝛽5 𝑆𝐵12# + 𝑒# serta Uji Keberartian Model (Uji F dan Uji
dimana: t).
𝑀𝑆# = Pangsa Perbankan Syariah
(Market Share) di Provinsi HASIL DAN PEMBAHASAN
Aceh periode t (persen) Kondisi Internal Perbankan Syariah
𝛽& = Intersep Selama periode penelitian, total aset
𝛽( , … , 𝛽5 = Koefisien Regresi Variabel yang dimiliki perbankan syariah mengalami
Independen kecenderungan meningkat (Gambar 1). Pada
𝑑𝑒𝑝𝑜# = Proporsi Deposito awal penelitian, yaitu Triwulan I 2006,
Mudharabah Perbankan posisi total aset sebesar 1.235 milyar rupiah
Syariah di Provinsi Aceh dan akhir periode penelitian mencapai 5.605
periode t (persen) milyar rupiah, atau tumbuh 4,5 kali lipat.
𝑟𝑎𝑡𝑒# = Suku bunga Bank
Indonesia periode t (persen)

70
7000 masih kecil. Namun setelah tahun 2008,
5605
6000
5000
perbankan syariah mengalami pertumbuhan
4000 yang mengesankan. Hal ini akibat adanya
3000 Undang-Undang yang khusus mengatur
2000 1235 2974
1000
Perbankan Syariah, yaitu UU No. 21 Tahun
0 2008 yang disahkan pada bulan Juni 2008.
2007 Q1
2007 Q4
2008 Q3
2009 Q2
2010 Q1
2010 Q4
2011 Q3
2012 Q2
2013 Q1
2013 Q4
2014 Q3
2015 Q2
Kebijakan ini terbukti berpengaruh pada
kinerja perbankan syariah di Provinsi Aceh,
dimana rata-rata pertumbuhan aset pada
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Gambar 1 Total Aset Perbankan Syariah di setiap triwulannya sebelum kebijakan
Provinsi Aceh Triwulan I 2007 – sebesar -2,39 persen dan setelah kebijakan
Triwulan IV 2015 (milyar rupiah) pertumbuhan aset pada setiap triwulannya
meningkat mencapai rata-rata 6,37 persen.
Untuk mengetahui lebih dalam
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
perkembangan aset perbankan syariah, perlu
Machmud (2009) bahwa lahirnya UU No. 21
ditinjau pola pertumbuhan aset perbankan
Tahun 2008 telah membuka peluang pasar
syariah pada setiap triwulannya. Dari pola
perbankan syariah yang lebih besar di
tersebut diketahui pertumbuhan triwulan
Indonesia. Pertama, BUS dan BPRS tidak
tertentu dibandingkan triwulan sebelumnya.
dapat dikonversi menjadi bank
Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi
konvensional, sementara bank konvensional
dinamika pergerakan aset perbankan syariah
dapat dikonversi menjadi bank syariah
pada setiap triwulannya, tidak selalu naik,
(Pasal 5 ayat 7). Kedua, penggabungan
bahkan beberapa kali total aset perbankan
(merger) dan peleburan (akuisisi) antara
syariah mengalami penurunan. Selama
bank syariah dan bank konvensional wajib
periode penelitian, rata-rata pertumbuhan
menjadi bank syariah (Pasal 17 ayat 2).
aset perbankan syariah pada setiap triwulan
Ketiga, bank umum konvensional yang
sebesar 5,11 persen.
memiliki UUS harus melakukan pemisahan
apabila UUS mencapai aset paling sedikit 50
60,00
50,00
48,89 persen dari total nilai aset bank induknya
40,00 atau 15 tahun sejak berlakunya UU
27,56
30,00 Perbankan Syariah.
20,00
10,00
0,00
5,11 Pangsa Perbankan Syariah di Provinsi
Aceh
2007 Q2
2008 Q1
2008 Q4
2009 Q3
2010 Q2
2011 Q1
2011 Q4
2012 Q3
2013 Q2
2014 Q1
2014 Q4
2015 Q3

-10,00
-20,00 Seiring dengan meningkatnya total
-30,00
aset perbankan, kontribusi perbankan
Sumber: Bank Indonesia (diolah) syariah dalam tatanan perekonomian di
Gambar 2 Pertumbuhan Aset Perbankan
Provinsi Aceh juga semakin terlihat.
Syariah di Provinsi Aceh Triwulan I
Kontribusi ini mencerminkan pangsa
2007 – Triwulan IV 2015 (persen)
perbankan syariah yang merupakan
Berdasarkan grafik di atas terlihat perbandingan antara total aset perbankan
bahwa sebelum tahun 2008 pertumbuhan syariah dibandingkan total aset seluruh
perbankan syariah dilihat dari total aset perbankan (total aset perbankan

71
konvensional ditambah total aset perbankan perbankan, termasuk pengembangan pangsa
konvensional). Pangsa perbankan syariah pasar. Selain itu, DPK yang merupakan
dapat dilihat pada Gambar 3. sumber dana yang berasal dari masyarakat
Pangsa perbankan syariah senantiasa mencerminkan besarnya animo masyarakat
meningkat dalam 9 tahun terakhir. Pada terhadap keberadaan perbankan syariah.
triwulan I tahun 2007, pangsa perbankan DPK yang berhasil dihimpun perbankan
syariah sebesar 5,21 persen dan terus syariah menunjukkan perkembangan yang
mengalami peningkatan hingga mencapai pesat, ditunjukkan pada Gambar 4. DPK
pangsa sebesar 14,79 persen pada triwulan pada awal penelitian sebesar 1.028 milyar
IV tahun 2015. Peningkatan pangsa ini tidak rupiah dan akhir periode penelitian
terlepas dari pertumbuhan indikator kinerja mencapai 4.245 milyar rupiah, atau tumbuh
perbankan syariah, seperti dana pihak ketiga 4 kali lipat selama periode penelitian.
yang meningkat secara mengesankan dalam
setiap periodenya. Selain itu, berbagai 4500 4245
4000
peraturan dan Undang-Undang yang 3500
mengatur perbankan syariah makin 3000
2500 2016
menguatkan posisi perbankan syariah dalam 2000
1500 1028
tatanan perekonomian khususnya di Provinsi 1000
Aceh. Walaupun cenderung mengalami 500
0
peningkatan pada setiap triwulannya, namun
2007 Q1
2007 Q4
2008 Q3
2009 Q2
2010 Q1
2010 Q4
2011 Q3
2012 Q2
2013 Q1
2013 Q4
2014 Q3
2015 Q2
kontribusi perbankan syariah masih terlalu
kecil dalam sistem perbankan di Provinsi
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Aceh. Gambar 4 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
Syariah di Provinsi Aceh Periode
18 16,04 Triwulan I 2007 – Triwulan IV 2015
16 14,79
14 (milyar rupiah)
12
10
8 5,21 9,92 Gambar 5 menunjukkan komposisi
6
4
2
DPK selama periode penelitian, dimana
0 dana pihak ketiga didominasi oleh tabungan.
2007 Q1
2007 Q3
2008 Q1
2008 Q3
2009 Q1
2009 Q3
2010 Q1
2010 Q3
2011 Q1
2011 Q3
2012 Q1
2012 Q3
2013 Q1
2013 Q3
2014 Q1
2014 Q3
2015 Q1
2015 Q3

Sepanjang periode penelitian, proporsi


deposito mudharabah terhadap total dana
Sumber : Bank Indonesia (diolah) pihak ketiga perbankan syariah mencapai
Gambar 3 Pangsa Perbankan Syariah di rata-rata 31,46 persen, tabungan memiliki
Provinsi Aceh Periode Triwulan I rata-rata proporsi 47,82 persen. Giro wadiah
2007 – Triwulan IV 2015 (persen) memiliki rata-rata proporsi paling kecil,
yaitu 20,72 persen.
Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di
Provinsi Aceh
Dana pihak ketiga (DPK) merupakan
indikator penting bagi perbankan, dimana
sumber dana yang diperoleh dari masyarakat
inilah yang digunakan dalam pengembangan

72
4500
Triwulan I 2007 – Triwulan IV 2015
4000 (milyar rupiah)
3500
3000 Ditinjau dari pertumbuhan
2500
2000 triwulanan deposito mudharabah, selama
1500
1000 periode penelitian mengalami pertumbuhan
500
0 yang berfluktuasi. Secara rata-rata,
2007 Q1
2007 Q4
2008 Q3
2009 Q2
2010 Q1
2010 Q4
2011 Q3
2012 Q2
2013 Q1
2013 Q4
2014 Q3
2015 Q2
pertumbuhan deposito mudharabah pada
setiap triwulannya sebesar 6,21 persen
Giro Tabungan Deposito (Gambar 7). Jika pola pertumbuhan dilihat
Sumber : Bank Indonesia (diolah) sebelum dan sesudah disahkannya UU
Gambar 5 Proporsi Dana Pihak Ketiga (DPK) No.21 Tahun 2008 maka pola pertumbuhan
Perbankan Syariah di Provinsi Aceh deposito mudharabah sama halnya dengan
Periode Triwulan I 2007 – Triwulan total aset. Kebijakan ini terbukti
IV 2015 (milyar rupiah) berpengaruh pada rata-rata pertumbuhan
Deposito mudharabah belum deposito mudharabah tiap triwulan yang
mendominasi dalam DPK perbankan syariah sebelumnya mengalami penurunan 11,26
di Provinsi Aceh. Namun preferensi persen tiap triwulan menjadi meningkat 9,12
masyarakat terhadap deposito mudharabah persen setelahnya.
jauh lebih besar dibandingkan giro.
Masyarakat masih cenderung memilih 60
produk yang memberikan tingkat bagi hasil 40
yang tinggi. Dengan demikian wajar apabila
20
produk deposito mudharabah lebih diminati 6,21
0
dibandingkan produk giro.
2007 Q2
2008 Q1
2008 Q4
2009 Q3
2010 Q2
2011 Q1
2011 Q4
2012 Q3
2013 Q2
2014 Q1
2014 Q4
2015 Q3
-20
Gambar 6 memperlihatkan deposito
-40
mudharabah sepanjang periode penelitian.
-60
Pada awal penelitian deposito mudharabah
-80
perbankan syariah adalah sebesar 368 milyar
rupiah dan akhir periode penelitian Sumber : Bank Indonesia (diolah)
mencapai 1.367 milyar rupiah, atau tumbuh Gambar 7 Pertumbuhan Deposito Mudharabah
Perbankan Syariah di Provinsi Aceh
4 kali lipat selama periode penelitian.
Periode Triwulan I 2007 – Triwulan
1600
IV 2015 (persen)
1.367
1400
1200
1000
Kondisi Eksternal Perbankan Syariah
709
800
600
400
368 Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia (BI
200 Rate)
0
Sepanjang periode penelitian, BI rate
2007 Q1
2007 Q4
2008 Q3
2009 Q2
2010 Q1
2010 Q4
2011 Q3
2012 Q2
2013 Q1
2013 Q4
2014 Q3
2015 Q2

memiliki kecenderungan menurun. Hal ini


Sumber : Bank Indonesia (diolah)
terlihat dari posisi awal BI rate yaitu pada
Gambar 6 Deposito Mudharabah Perbankan posisi 9,00 persen pada triwulan I 2007 dan
Syariah di Provinsi Aceh Periode berada pada posisi 7,50 persen pada akhir
penelitian triwulan IV 2015 (Gambar 8).

73
Namun, pada sepanjang tahun 2008 terdapat persen pada triwulan I tahun 2007 dan
peningkatan BI rate hingga mencapai titik masing-masing berada pada posisi 7,60
tertingginya, yaitu 9,25 persen pada triwulan persen dan 8,47 persen pada akhir penelitian
III dan IV tahun 2008. Setelah itu, BI rate triwulan IV tahun 2015 (Gambar 9). Namun,
kembali menunjukkan kecenderungan pada sepanjang tahun 2008 hingga
menurun. BI rate mencapai titik terendah pertengahan tahun 2009 terdapat
pada angka 5,75 persen di sepanjang tahun peningkatan tingkat suku bunga yang
2012 hingga triwulan I 2013 mencapai titik tertingginya, yaitu 10,75
12
10,75 11,37 persen pada triwulan IV tahun 2008 untuk
11 10,17
10
tenor satu bulan dan 11,37 persen pada
8,47
9 triwulan II tahun 2009 untuk tenor satu
8
tahun. Setelah itu tingkat suku bunga
7 5,86 7,60
6
8,13 kembali menunjukkan kecenderungan
5
5,40 menurun. Kenaikan tingkat suku bunga ini
4
menyesuaikan dengan suku bunga acuan BI
2007 Q1
2007 Q3
2008 Q1
2008 Q3
2009 Q1
2009 Q3
2010 Q1
2010 Q3
2011 Q1
2011 Q3
2012 Q1
2012 Q3
2013 Q1
2013 Q3
2014 Q1
2014 Q3
2015 Q1
2015 Q3

rate yang juga meningkat pada periode


1 bulan 1 tahun tersebut.
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
10
Gambar 8 Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia 9,00 9,25
9
(BI rate) Periode Triwulan I 2007 –
8 7,50
Triwulan IV 2015 (persen)
7
6
BI rate mempengaruhi pangsa
5 5,75
perbankan syariah melalui tingkat bagi hasil
4
bank syariah. Perilaku ini sesuai dengan
2007 Q1
2007 Q3
2008 Q1
2008 Q3
2009 Q1
2009 Q3
2010 Q1
2010 Q3
2011 Q1
2011 Q3
2012 Q1
2012 Q3
2013 Q1
2013 Q3
2014 Q1
2014 Q3
2015 Q1
2015 Q3
hasil penelitian Kasri (2007) yang
menunjukkan kecenderungan co-movement
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
antara tingkat bagi hasil deposito
Gambar 9 Suku Bunga Deposito Bank
mudharabah dengan BI rate. Konvensional Periode Triwulan I
Kecenderungan ini menunjukkan walaupun 2007 – Triwulan IV 2015 (persen)
bank syariah berlandaskan pada sistem bagi
hasil, namun tetap mengikuti kondisi Bank syariah cenderung menaikkan
lingkungannya, yang ditunjukkan dengan BI tingkat bagi hasil jika tingkat suku bunga
rate. naik namun tidak mengikuti dengan
kecepatan dan ketajaman yang sama pada
Tingkat Suku Bunga Deposito Bank saat tingkat suku bunga menurun. Strategi
Konvensional ini diperkirakan harus dilakukan oleh bank
Sepanjang periode penelitian, tingkat syariah untuk menjaga agar nasabahnya
suku bunga deposito bank konvensional yang bukan loyalis (nasabah yang memilih
memiliki kecenderungan menurun. Hal ini bank syariah semata-mata karena alasan
terlihat dari posisi awal tingkat suku bunga agama) tidak memindahkan dana mereka ke
deposito satu bulan dan satu tahun masing- bank konvensional. Strategi bank syariah
masing pada posisi 8,13 persen dan 10,17
74
untuk selalu mengikuti pergerakan tingkat tingkat bagi hasil. Hasil studi Kasri (2007)
suku bunga ini beresiko merusak pencitraan menunjukkan terjadinya co-movement
perbankan syariah yang terkesan menjadi antara tingkat bagi hasil dengan tingkat
tidak berbeda dengan bank konvensional. bunga bank konvensional. Kecenderungan
Jika strategi ini terus dilakukan maka ini berarti bank syariah selalu
diperlukan proses edukasi secara terus memperhatikan tingkat suku bunga bank
menerus kepada masyarakat untuk konvensional dalam menetapkan tingkat
menjelaskan bahwa itu hanya sekedar bagi hasil.
strategi bersaing tanpa mengganggu
kesyariahan akad yang telah disepakati. Pembentukkan Model Terbaik dan
Salah satu indikator yang Pengujian Asumsi Dasar
menunjukkan tekanan persaingan bank Dengan menggunakan software
syariah dengan bank konvensional adalah Eviews 6, model terbaik yang terbentuk
perilaku bank syariah dalam menetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 1
Model Persamaan Market Share Perbankan Syariah di Provinsi Aceh
Variabel Variabel
Koefisien t-statistic P-value Ringkasan Statistik
Dependen Indepenen
Konstanta 14,61* 5,1391 0,0000
𝐴𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑
𝐷𝑒𝑝𝑜 0,26* 5,3949 0,0000
𝑅-
0,7581
𝑀𝑆 𝑅𝑎𝑡𝑒 -2,52* -5,0827 0,0000
𝑆𝐵1 3,24* 6,1854 0,0000 𝑃𝑟𝑜𝑏 𝐹
0,0000
𝑆𝐵12 -2,24* -7,0822 0,0000 − 𝑆𝑡𝑎𝑡
Keterangan:
* Signifikan pada taraf nyata/ alpha 1 persen

Gujarati (2004) mengatakan bahwa Berikut ini ringkasan hasil pengujian


semua statistik parametrik termasuk regresi normalitas, homoskedastisitas, dan non-
linier bearganda mensyaratkan asumsi- autokrelasi dengan menggunakan software
asumsi yang harus dipenuhi sebelum Eviews 6.
estimasi model dilakukan. Pelanggaran Tabel 2
terhadap satu atau beberapa asumsi saja Hasil Pengujian Beberapa Asumsi Dasar
mungkin akan menyebabkan masalah yang pada Model Terbaik
Pengujian P-value
serius seperti koefisien regresi menjadi bias,
Jarque-Bera 0,2358
standar error menjadi bias dan nilai R2 serta Breusch-Pagan-Godfrey 0,9492
pengujian signifikansi menjadi tidak tepat/ Lagrange Multiplier 0,1633
misleading. Dengan demikian, perlu
dilakukan pengujian terhadap asumsi- Asumsi Normalitas dari model yang
asumsi tersebut. terbentuk telah terpenuhi. Hal ini dapat
Model yang mampu menghasilkan dibuktikan dengan nilai probabilitas (P-
penduga yang BLUE harus memenuhi value) dari Jarque-Bera test lebih besar dari
asumsi kenormalan, homoskedastisitas, non- alpha 0,01 (terima H0). Dengan demikian,
autokorelasi, dan non-multikolinearitas.
75
dapat dinyatakan bahwa residual dari model Hasil Pengujian Non-Multikolinearitas pada
yang terbentuk berdistribusi nomal. Variabel Bebas Model Terbaik
Varians residual dari model yang Asumsi Non-Multikolinearitas atas
terbentuk juga bersifat homoskedastis. Hal seluruh variabel bebas yang digunakan
ini dibuktikan dengan nilai probabilitas (P- dalam model sudah terpenuhi. Hal ini
value) dari Breusch-Pagan-Godfrey test dibuktikan dengan nilai Variance Inflation
lebih besar dari alpha 0,01 (terima H0). Factor (VIF) untuk seluruh variabel jauh
Pada model yang terbentuk diatas, lebih kecil dari 10 sehingga dapat
tidak terjadi autokorelasi. Hal ini dibuktikan disimpulkan tidak terjadi hubungan antara
dengan nilai probabilitas (P-value) dari variabel bebas yang masuk ke dalam model.
Lagrange Multiplier test (LM test) lebih Berdasarkan uji asumsi dasar di atas,
besar dari alpha 0,01 (terima H0). Dengan dapat disimpulkan bahwa model yang
kata lain, asumsi non-autokorelasi terpenuhi. terbentuk merupakan model terbaik. Model
Pengujian asumsi non- ini dapat digunakan untuk menganalisis
multikolinieritas pada penelitian ini pengaruh proporsi deposito mudharabah, BI
menggunakan uji formal yakni berdasarkan Rate, suku bunga deposito satu bulan bank
nilai Variance Inflation Factor (VIF). konvensional, dan suku bunga deposito satu
Dengan menggunakan software SPSS 22, tahun bank konvensional terhadap market
diperoleh hasil pengujian non- share perbankan syariah di Provinsi Aceh.
multikolinearitas sebagai berikut: Faktor Penentu Perkembangan Market
Tabel 3 Share Perbankan Syariah di Provinsi
Aceh
Variabel VIF Provinsi Aceh. Hal ini ditunjukkan dengan
𝐷𝑒𝑝𝑜 1,013 nilai probabilitas uji F-statistic sebesar
𝑅𝑎𝑡𝑒 2,687 0,0000 yang lebih kecil dari alpha 0,01.
𝑆𝐵1 4,298 Secara parsial, semua variabel
𝑆𝐵12 2,445 signifikan di dalam model. Hal ini
Nilai Adjusted R-Square yang diperoleh ditunjukkan dengan nilai p-value uji t-
sebesar 0,7581 yang berarti bahwa variasi statistic untuk semua variabel bebas tersebut
yang terjadi pada market share perbankan lebih kecil dari alpha 0,01. Dengan
syariah di Provinsi Aceh dapat dijelaskan demikian, dapat disimpulkan bahwa
oleh proporsi deposito mudharabah, BI rate, proporsi deposito mudharabah, BI rate, suku
suku bunga deposito satu bulan bank bunga deposito 1 bulan bank konvensional,
konvensional, dan suku bunga deposito satu dan suku bunga deposito 1 tahun bank
tahun bank konvensional sebesar 75,81 konvensional secara signifikan berpengaruh
persen sedangkan sisanya sebesar 24,19 terhadap market share perbankan syariah di
persen dijelaskan oleh variabel lain yang Provinsi Aceh.
tidak masuk di dalam model. Nilai koefisien proporsi deposito
Secara overall, proporsi deposito mudharabah sebesar 0,26 memiliki arti
mudharabah, BI rate, suku bunga deposito bahwa dengan tingkat kepercayaan 99
satu bulan bank konvensional, dan suku persen, peningkatan proporsi deposito
bunga deposito satu tahun bank mudharabah sebesar 1 persen dapat
konvensional secara signifikan berpengaruh meningkatkan market share perbankan
terhadap market share perbankan syariah di syariah di Provinsi Aceh sebesar 0,26 persen

76
dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. penelitian ini serupa dengan hasil penelitian
Pengaruh positif proporsi deposito yang dilakukan Aldiansyah (2018) namun
mudharabah terhadap market share bertolak belakang dengan hasil penelitian
perbankan syariah sesuai dengan teori yang yang dilakukan oleh Astasia (2012) dan
dihipotesiskan. Deposito mudharabah Virawan (2017).
merupakan salah satu sumber perolehan Suku bunga deposito satu bulan bank
dana terbesar kedua setelah tabungan pada konvensional secara signifikan berpengaruh
perbankan syariah di Provinsi Aceh yang positif terhadap market share perbankan
nantinya digunakan untuk memperluas syariah di Provinsi Aceh. Nilai koefisien
usaha. Selain itu, dana deposito cenderung suku bunga deposito satu bulan sebesar 3,24
tetap dalam jangka waktu tertentu sehingga memiliki arti bahwa dengan tingkat
mempermudah bank untuk melakukan kepercayaan 99 persen, kenaikan suku
investasi maupun penyaluran pembiayaan bunga deposito satu bulan bank
tertentu untuk mendapatkan keuntungan. konvensional sebesar 1 persen dapat
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil meningkatkan market share perbankan
penelitian yang dilakukan oleh Astasia syariah di Provinsi Aceh sebesar 3,24
(2012). persen. Pengaruh positif suku bunga
Nilai koefisien BI rate sebesar - deposito satu bulan bank konvensional
2,52 memiliki arti bahwa dengan tingkat terhadap market share perbankan syariah
kepercayaan 99 persen, kenaikan BI rate berlawanan dengan teori yang
sebesar 1 persen dapat menurunkan market dihipotesiskan. Hal ini dikarenakan suku
share perbankan syariah di Provinsi Aceh bunga deposito satu bulan bank
sebesar 2,52 persen. Pengaruh negatif BI konvensional tidak begitu besar dan kurang
rate terhadap market share perbankan kompetitif. Selain itu, loyalitas beberapa
syariah berlawanan dengan teori yang nasabah terhadap produk bank syariah yang
dihipotesikan. Dalam pelaksanaannya, diklaim terbebas dari riba menyebabkan
kenaikan BI rate tidak memengaruhi bank produk bank syariah tetap diminati.
syariah secara langsung karena bank syariah Loyalitas beberapa nasabah terhadap produk
tidak mengacu pada tingkat suku bunga bank syariah akan menjaga bahkan
(Aldiansyah, 2018). Di sepanjang periode memperluas pangsa perbankan syariah di
penelitian, BI rate menunjukkan trend Provinsi Aceh melalui dana yang dihimpun.
menurun. Dalam kondisi ini, bank syariah Hal ini pun didukung oleh data statistik yang
melakukan beberapa kebijakan internal, menunjukkan bahwa selama periode
diantaranya dengan menaikkan nisbah bagi penelitian suku bunga deposito satu bulan
hasil yang ditawarkan. Apabila mengacu bank konvensional menunjukkan trend
pada BI rate, ini akan mengakibatkan menurun namun pangsa pasar perbankan
produk bank syariah menjadi kurang syariah di Provinsi Aceh tetap menunjukkan
kompetitif karena nisbah bagi hasil akan trend menaik. Hasil penelitian ini bertolak
menurun. Dengan asumsi nasabah bersifat belakang dengan hasil penelitian yang
rasional, hal ini mengakibatkan dilakukan oleh Astasia (2012).
berkurangnya penghimpunan dana bank Berbeda dengan suku bunga deposito
syariah sehingga menurunkan kemampuan satu bulan bank konvensional, suku bunga
bank syariah memperluas pangsanya. Hasil deposito satu tahun bank konvensional

77
secara signifikan berpengaruh negatif perbankan syariah di Provinsi Aceh
terhadap market share perbankan syariah di meningkat.
Provinsi Aceh. Nilai koefisien suku bunga Lingkungan internal yang
deposito satu tahun bank konvensional digambarkan dengan deposito mudharabah
sebesar -2,24 memiliki arti bahwa dengan mengalami peningkatan sepanjang periode
tingkat kepercayaan 99 persen, penurunan penelitian. Proporsi deposito mudharabah
suku bunga deposito satu tahun bank secara signifikan berpengaruh positif
konvensional sebesar 1 persen dapat terhadap market share perbankan syariah di
menaikkan market share perbankan syariah Provinsi Aceh. Dengan demikian, perbankan
di Provinsi Aceh sebesar 2,24 persen. syariah perlu meningkatkan daya saing
Kondisi ini sesuai dengan teori yang produk deposito mudharabah dengan
dihipotesiskan. Jika tingkat suku bunga pemberian nisbah bagi hasil yang lebih
deposito satu tahun bank konvensional naik tinggi.
maka nasabah bank syariah beralih ke bank Lingkungan eksternal yang berupa
syariah yang dianggap memberikan lingkungan persaingan industri
keuntungan lebih besar sehingga porsi aset digambarkan dengan tingkat suku bunga
perbankan syariah yang dinyatakan dalam deposito konvensional. Baik jangka waktu
market share mengalami peningkatan. Hasil satu bulan maupun satu tahun, tingkat suku
ini semakin memperkuat pernyataan bahwa bunga deposito bank konvensional
tidak semua konsumen bank syariah cenderung mengalami penurunan selama
merupakan konsumen yang loyalis. Sesuai periode penelitian. Suku bunga deposito satu
dengan keadaan di lapangan, nasabah pada bulan bank konvensional secara signifikan
bank syariah tidak terbatas hanya nasabah berpengaruh positif sedangkan suku bunga
muslim saja, melainkan juga nasabah non- deposito satu tahun bank konvensional
muslim. Adanya nasabah non-muslim berpengaruh negatif terhadap market share
pengguna produk dan jasa bank syariah perbankan syariah di Provinsi Aceh. Upaya
memperkuat dugaan pemilihan nasabah pengembangan bank syariah harus
menggunakan bank syariah juga dipengaruhi berorientasi kepada pasar atau masyarakat
oleh aspek-aspek rasional. Pengaruh negatif sebagai pengguna jasa perbankan syariah.
suku bunga deposito satu tahun bank Hal ini karena tidak semua nasabah bank
konvensional terhadap market share syariah berkategori loyalis bahkan
perbankan syariah serupa dengan hasil kebanyakan nasabah bersifat rasional. Oleh
penelitian yang dilakukan oleh Astasia karena itu tingkat bagi hasil bank syariah
(2012). harus dibuat sekompetitif mungkin dengan
tingkat suku bunga bank konvensional.
KESIMPULAN Namun, tetap dilakukan tanpa
Selama periode penelitian, market menyampingkan aspek-aspek syariah.
share perbankan syariah di Provinsi Aceh Lingkungan eksternal yang berupa
menunjukkan kecenderungan meningkat lingkungan umum digambarkan dengan
Setelah adanya undang-undang yang khusus suku bunga acuan BI rate. Selama periode
mengatur perbankan syariah, yaitu UU No. penelitian, BI rate cenderung mengalami
21 Tahun 2008, rata-rata pertumbuhan aset penurunan. BI rate secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap market share

78
perbankan syariah di Provinsi Aceh. Dengan Ismail, Rifki. (2011). The Indonesian
demikian, penentuan BI rate sebagai suku Islamic Banking: Theory and
bunga acuan sebaiknya juga Practices. Jakarta: Gramata
mempertimbangkan kepentingan bank Publishing.
syariah. Kasri. (2007). The Determinants of Islamic
Banking Growth in Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Islamic Economics,
Aldiansyah, Toufan. 2018. Pengaruh Inflasi, Banking and Finance, 6 (2), 41-64.
BI Rate, NPF, dan BOPO Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Kasri, Rahmatina & Kasim, Salina. (2009).
Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, 6 Empirical Determinants of Saving in
(1), 133-153. the Islamic Banks: Evidence from
Indonesia. JKAU: Islamic Econ., 22
Astasia, Adina. (2012). Faktor-Faktor yang (2), 181-201.
Mempengaruhi Market Share
Perbankan Syariah di Indonesia Machmud, Amir & Rukmana. (2009). Bank
[Skripsi]. Jakarta: STIS. Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi
Empiris di Indonesia. Jakarta:
Cahyono, Bambang Tri. (1999). Manajemen Erlangga.
Strategi. Jakarta: Badan Penerbit
Mardiansyah, Akhmad Denny. (2004). Analisis
IPWI.
Faktor-Faktor Penentu Penghimpunan
Cleopatra, Yuria Pratiwi. (2008). Faktor- dan Penyaluran Dana Perbankan
Faktor yang Mempengaruhi Syariah Beserta Peramalannya [Skripsi].
Pertumbuhan Proporsi Aset Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Perbankan Syariah di Indonesia. Mariantini, Bety. (2007). Analisis Pengaruh
Dikta Ekonomi Jurnal Ekonomi dan Suku Bunga Bank Konvensional
Bisnis, 5 (1), 1-25. terhadap Jumlah Simpanan pada Bank
Umum Syariah Tahun 2002-2006
Gerrard, P & Cunningham (1997). “Islamic
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Banking: A Study in Singapore.” Bogor.
International Journal of Bank
Marketing, 15(6), 204-216. Mukhlisin, Murniati. (2010). Faktor-Faktor
Pengaruh Pertumbuhan Aset BankBank
Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Islam di Indonesia [Tesis]. Depok:
Econometrics: Forth Edition. Mc. Universitas Indonesia.
Graw Hill Companies. Porter, Michael E. (1980). Competitive Strategy.
Hidayah Nur, Herlia Ellyn. (2008). Faktor- New York: The Free Press.
Faktor yang Mempengaruhi Virawan, Adivia. (2017). Faktor-Faktor yang
Pertumbuhan Aset Perbankan Mempengaruhi Perlambatan Pertumbuh
Syariah [Tesis]. Depok: Universitas an Market Share Perbankan Syariah di
Indonesia. Indonesia [Skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

79

Anda mungkin juga menyukai