Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KIMIA

Disusun oleh:

ANAK AGUNG ISTRI BRAHMANI PRITA DEWI (1913031022)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


24 MEI 2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Karakteristik Pembelajaran Kimia”
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa bahwa banyak hambatan
yang dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. I Wayan Suja, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran.
2. Teman-teman mahasiswa prodi pendidikan kimia yang memberikan
dukungan penuh dalam pembuatan makalah.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-
kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi
untuk dikembangkan.
Dengan rampungnya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya
menjadi tangung jawab penulis dan seberapapun sederhananya makalah ini, penulis
harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Denpasar, 24 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 3

1.3 Tujuan……………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat………………………………………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Ilmu Kimia………………………….................................... 4
2.2 Karakteristik Pembelajaran Kimia…………………………………. 6
2.3 Model Pembelajaran yang Cocok Untuk Pembelajaran Kimia…….. 7

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan…………………………………………………………… 10
3.2 Saran………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang manfaatnya erat dengan
kehidupan sehari-hari.Pelajaran ini diberikan pada jenjang SMA sederajat yang
mana pelajaran ini sering dianggap sulit bagi peserta didik karena banyak terdapat
hapalan teori, konsep yang rumit, dan perhitungan atau stoikiometri yang sulit.
Selain itu, praktikum kimia dapat dikategorikan berbahaya karena menggunakan
bahan kimia sintetis yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi praktikan. Hal
tersebut dapat menimbulkan perspektif buruk bagi peserta didik tentang pelajaran
kimia bahwa pelajaran ini sangat sulit dan membosankan. Sebenarnya perspektif
peserta didik tentang pelajaran kimia dipicu oleh cara guru mengajar agar pelajaran
ini dianggap menyenangkan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari. Maka dari itu,
diperlukan perbaikan proses belajar mengajar agar kondusif dan menghilangkan
perspektif buruk terhadap mata pelajaran kimia. Pembelajaran kimia memerlukan
model penyampaian materi yang bervariasi karena topik yang dibahas sangat
bervariasi dan kompleks. Apabila mengajar dengan cara yang monoton seperti
menjelaskan materi tanpa adanya perubahan yang positif bagi peserta didik dapat
menimbulkan kegagalan penyampaian informasi dan peserta didik tidak memiliki
motivasi saat belajar kimia. Seharusnya tenaga pengajar menciptakan serta
mengubah cara mengajar yang bervariasi agar dapat memikat perhatian peserta
didik untuk mempelajari kimia. Misalnya guru dapat mengaitkan materi yang
dibahas sekarang dengan materi yang dipelajari sebelumnya agar peserta didik
dapat berpikir kritis dan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Selain itu,
guru dapat mengaitkan materi kimia yang dibahas dalam kehidupan nyata dan
menjelaskan manfaatnya. Kemudian mengajak peserta didik praktikum agar
wawasan tentang kimia semakin bertambah, meningkatkan keterampilan praktikum
kimia, mengubah perspektif buruk tentang praktikum kimia, dan adanya relevansi
antara kegiatan praktikum dengan teori yang dipelajari. Setelah melakukan
praktikum, sebaiknya peserta didik diwajibkan membuat laporan praktikum untuk
mengetahui suatu percobaan berhasil atau tidak serta melatih pemahaman tentang
kimia. Hal tersebut dapat mengubah perspektif peserta didik tentang pelajaran
kimia menjadi menyenangkan, memiliki banyak manfaat, dan tidak hanya
membahas teori tetapi terdapat pembuktian yang dapat dikaitkan dengan materi
yang dipelajari. Maka dari itu, pembelajaran kimia di kelas sebaiknya memberikan
stimulus kepada peserta didik agar otak berpikir kritis dan melatih kemampuan
psikomotorik dalam melakukan praktikum kimia. Namun upaya tersebut tidak
semua guru menerapkannya karena dikuatirkan membutuhkan waktu yang cukup
lama.

1
Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa dalam mempelajari sains, peserta
didik cenderung menghafal konsep, teori, rumus dan prinsip tanpa memaknai
proses perolehannya (Depdiknas, 2003). Ternyata pernyataan tersebut dapat
dibutikan oleh peneliti dengan cara observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kasmadi dan Indraspuri, diperoleh fakta bahwa
pelajaran kimia masih dirasakan sulit bagi sebagian siswa. Apalagi mempelajari
materi yang berkaitan dengan perhitungan kimia seperti materi kelarutan dan hasil
kelarutan. Pada dasarnya dalam mempelajari materi tersebut peserta didik
memerlukan pemahaman konsep yang saling berhubungan secara bermakna,
bukan hanya dengan hafalan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti di SMA Negeri 1 Gombong kelas XI dengan cara melakukan wawancara
dengan guru bidang studi kimia diperoleh data hasil belajar siswa kelas XI pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun ajaran 2007/2008 mendapatkan
hasil rata-rata peserta didik adalah 67 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi
adalah 85, sedangkan nilai ketuntasan kompetensi minimal atau KKM di sekolah
tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah 70. Sehingga dapat dikatakan nilai rata-
rata siswa tidak mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah tersebut. Lebih
lanjut guru bidang studi kimia menyebutkan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan di sekolah tersebut belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan
oleh peserta didik cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh guru
tanpa mengulas kembali, sehingga materi tersebut kurang membekas dalam diri
peserta didik. Selain itu, peserta didik cenderung menghafal rumus serta teori bukan
memahami konsep sehingga ilmu yang diperoleh cepat luntur, tidak melatih
kemampuan berpikir kritis, dan tidak ada perluasan atau penambahan pengetahuan
tentang materi yang dibahas. Oleh karena itu, diperlukan solusi atau upaya untuk
memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran kimia.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menawarkan solusi yang efektif untuk
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran kimia yaitu menggunakan
discovery learning dan project based learning. Kedua model tersebut merupakan
suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk melatih kemampuan kognitif
peserta didik dan keterampilan menemukan permasalahan, yang diikuti dengan
penguatan merancang penelitian serta penguatan keterampilan saat memecahkan
permasalahan. Ketika peserta didik diberikan suatu permasalahan, peserta didik
dapat berpikir kritis mencari solusi suatu permasalahan dan dapat mengembangkan
kreatifitas. Kegiatan tersebut tidak hanya menghandalkan hafalan tetapi diperlukan
keterampilan memecahkan suatu permasalahan untuk memperluas proses berpikir
serta menerapkan pola pikir HOTS. Selain itu, dapat menguji keterampilan peserta
didik dalam membuat sebuah project.Penggunaan metode ini diharapkan peserta
didik dapat mengubah perspektif buruk peserta didik tentang kimia, memiliki
motivasi yang tinggi untuk belajar kimia secara mendalam, meningkatkan
kreativitas dalam memecahkan permasalahan, meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, dan meningkatkan keterampilan saat membuat project. Sehingga

2
mendapatkan hasil yang efektif atau maksimal dalam kegiatan pembelajaran kimia
yang mana peserta didik merasa ilmu kimia beserta penerapannya memiliki manfaat
dan mendapatkan hasil yang baik dari segi proses maupun hasil belajar. Maka dari
itu, model discovery learning dan project based learning merupakan strategi
pembelajaran kimia yang diperlukan, dikembangkan, dan dilakukan oleh tenaga
pengajar dengan peserta didik demi mendapatkan proses belajar yang baik dan hasil
belajar yang maksimal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat ilmu kimia?
2. Bagaimana karakteristik pembelajaran kimia?
3. Apa model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kimia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hakikat ilmu kimia.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik pembelajaran kimia.
3. Untuk menjelaskan model-model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini, sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoretis
Berdasarkan teori yang sudah ada, dapat dijadikan sumber acuan dalam
menambah wawasan. Selain itu, dapat menjadi dasar atau panduan dalam
memahami hakikat ilmu kimia, karakteristik pembelajaran kimia, dan model
pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kimia.
2. Manfaat Praktis
Dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui
penjabaran atau penjelasan tentang memahami hakikat ilmu kimia, karakteristik
pembelajaran kimia, dan model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia. Melalui kajian ini diharapkan pembaca serta penulis dapat memahami
pembahasan tentang ilmu kimia secara baik.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Ilmu Kimia


Ilmu kimia merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari tentang struktur materi, sifat materi, perubahan materi, dan energi
yang menyertai perubahan tersebut. Ilmu ini dapat dikatakan sebagai pusat
pengetahuan (the central of science) karena pengetahuan yang terdapat didalam
ilmu kimia dapat membantu memahami ilmu lainnya, seperti fisika, biologi,
geologi, astronomi, oseanografi, industri, dan kesehatan. Melalui ilmu kimia
manusia dapat mengenal obat-obatan, logam, mineral, plastik sampai dengan
benda-benda yang berada disekitar kehidupan manusia. Maka dari itu, keberadaan
ilmu kimia di dunia manusia patut mensyukuri dan dapat mempelajarinya karena
dapat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian diatas, hakikat
ilmu kimia terlingkup dalam empat hal yaitu struktur materi, sifat materi, perubahan
materi, dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Pertama terdapat struktur
materi, hal ini berkaitan dengan susunan materi yang mencakup komponen
penyusun materi, perbandingan tiap komponen, dan cara komponen-komponen
tersebut bergabung atau berikatan. Hal tersebut dapat menghasilkan suatu materi
yang dapat dilihat secara makroskopis dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Contohnya adalah pembentukan NaCl. Kedua terdapat Sifat materi, hal tersebut
dipengaruhi oleh susunan dan struktur materi. Sifat materi mencakup sifat fisis dan
sifat kimia. Contohnya adalah sifat fisis dan sifat kimia dari H2O. Ketiga terdapat
perubahan materi, hal ini berkaitan dengan perubahan materi menjadi materi
lainnya. Proses tersebut melibatkan reaksi kimia yang mana materi berubah menjadi
materi baru. Contohnya adalah perubahan kimia dan perubahan fisika. Terakhir
terdapat energi yang menyertai perubahan materi, hal ini berkaitan dengan energi
yang diperlukan atau dibebaskan ketika reaksi kimia berlangsung. Pernyataan
tersebut dapat dipelajari dalam pokok bahasan energitika dan termodinamika.
Berdasarkan uraian diatas, dapat memgambil contoh nyata yaitu karbon. Karbon
yang tersebar di alam memiliki dua macam bentuk, yaitu grafit dan intan. Kedua
material tersebut jika dilihat secara nyata sangat berbeda karena perbedaan struktur
cara atom-atom karbon membentuk grafit dan intan. Perbedaan struktur yang dapat
menyebabkan sifat antara grafit dengan intan berbeda. Dalam mengetahui
perbedaan struktur suatu materi, tentu membutuhkan penelitian serta memperoleh
pengetahuan yang dilakukan oleh para ilmuwan dengan metode ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Maka dari itu, ilmu kimia dapat dipelajari dan
dikembangkan secara ilmiah yang didukung oleh sikap ilmiah dan langkah-langkah
penyusunan penelitian.
Dalam mempelajari dan mendapatkan ilmu pengetahuan baru para ilmuwan
menggunakan suatu pendekatan sistematik untuk melakukan penelitian, yang
disebut metode ilmiah. Adapun langkah-langkah yang biasanya terdapat dalam

4
metode ilmiah, yaitu mendefinsikan permasalahan secara hati-hati, melakukan
percobaan, melakukan pengamatan secara hati-hati, dan mencatat informasi atau
data yang didapatkan. Data yang diperoleh dalam penelitian berupa data kualitatif
yang terdiri hasil-hasil pengamatan umum tentang sistemnya dan data kuantitatif
yang berupa angka-angka yang dapat diperoleh melalui berbagai pengukuran
terhadap objek penelitian. Kimiawan biasanya menggunakan lambang dan
persamaan baku dalam mencatat hasil pengukuran serta pengamatan, lalu penyajian
data dapat dijadikan dasar bersama untuk berkomunikasi dengan kimiawan lainnya.
Setelah selesai melakukan penelitian dan mencatat data, langkah terakhir adalah
penafsiran atau interpretasi untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti merumuskan hipotesis yang berupa
penjelasan sementara atau tentatif bagi sekelompok hasil pengamatan. Apabila
hipotesis dapat dibuktikan maka akan menghasilkan produk ilmiah berupa fakta,
prinsip, teori, dan hukum. Maka dari itu, penemuan besar biasanya hasil dari
kontribusi dan pengalaman yang dialami oleh ilmuwan. Segala proses yang dilewati
oleh ilmuwan pasti mengalami trial and error yang dapat dijadikan motivasi dalam
mencari temuan baru demi perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu kimia pasti membicarakan tentang materi, untuk memudahkan
mempelajarinya para ilmuwan mengklasifikasikan materi menjadi dua bagian, yaitu
zat murni dan campuran. Zat murni merupakan materi yang memiliki susunan
tertentu atau tetap dan sifat-sifat tertentu, suatu zat murni dapat berupa unsur dan
senyawa. Unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dipisahkan menjadi zat-zat yang
lebih sederhana melalui reaksi kimia biasa, berdasarkan karakteristiknya unsur
dibagi menjadi tiga yakni logam, non logam, dan semilogam. Contoh unsur adalah
Fe, Au, Ca, dan lain sebagainya. Senyawa adalah suatu zat yang tersusun atas atom-
atom dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia serta memiliki
perbandingan tetap, contohnya adalah NaCl, H2SO4, HCl, dan lain sebagainya.
Campuran merupakan penggabungan dua atau lebih zat yang mana dalam
penggabungannya mempertahankan identitas masing-masing, suatu campurah
dapat berupa larutan, koloid, dan suspensi. Larutan adalah campuran homogen
antara dua zat atau lebih, contohnya adalah larutan NaCl, larutan sukrosa, dan lain
sebagainya. Koloid adalah campuran heterogen antara dua zat atau lebih yang mana
partikel-partikelnya terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi, contohnya
adalah susu, tinta, santan, keju, dan lain sebagainya. Suspensi adalah campuran
heterogen antara dua zat atau lebih dengan zat tersuspensi yang berukuran suspense,
contohnya adalah campuran antara air dengan pasir. Setelah membahas materi,
adapun penyusun materi yang berupa atom, molekul, dan ion. Atom adalah unit
terkecil suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia, ditelusuri secara
berlanjut atom sesungguhnya memiliki struktur internal yaitu partikel subatom yang
dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni elektron, proton, dan neutron. Molekul
adalah suatu kumpulan yang terdiri sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu
yang terikat bersama oleh gaya-gaya kimia, contohnya adalah NH3, CO, H2O, dan

5
lain sebagainya. Ion adalah atom yang memiliki muatan total positif atau netto,
atom netral yang kehilangan satu atau lebih elektronnya akan menghasilkan kation
sedangkan ion yang muatannya negatif akibat kenaikan jumlah elektron disebut
anion. Contohnya adalah ion Na+, ion Cl-, ion Ca2+, dan lain sebagainya.

2.2 Karakteristik Pembelajaran Kimia


Ilmu kimia memiliki tiga komponen dasar, yaitu mikroskopis,
submikroskopis, dan simbolik. Dalam pembelajaran kimia di SMA guru sebaiknya
menyajikan materi dengan baik agar peserta didik dapat memahami materi secara
mudah. Hal tersebut didasarkan pada katarakteristik ilmu kimia yaitu sebagian
besar konsep kimia bersifat abstrak, secara umum konsep kimia merupakan
penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan konsep kimia bersifat berurutan dan
berjenjang (Middlecamp dan Kean, 1985). Selain itu, menurut Sastrawijaya (1988)
karakteristik ilmu kimia lainnya adalah berkembang secara cepat, jumlah materi
yang dipelajari banyak, dan ilmu kimia tidak sekedar menghitung. Berdasarkan
uraian diatas, dalam pembelajaran kimia memerlukan kemampuan, pemahaman,
dan kreativitas tenaga pengajar untuk membantu mengubah perspektif peserta didik
tentang pelajaran kimia yang dianggap abstrak, terdapat banyak menghitung, dan
rumit. Salah satu karakteristik pembelajaran kimia adalah kajian pada level
submikroskopis yang meliputi struktur, dinamika, dan transformasi partikel-
partikel, seperti atom, molekul, dan ion. Adapun salah satu materi yang
mempelajari tentang submikroskopis adalah ikatan kimia. Materi ikatan kimia
merupakan materi yang banyak mengandung konsep abstrak (Sunyono, 2012).
Ikatan ion, ikatan kovalen, hingga bentuk geometri molekul yang memerlukan
kecerdasan otak kanan yang cnderung bersifat perasaan artistik, kepekaan warna,
sintesis, kreasi, penggambaran ruang, serta penggambaran bentuk dan simbolis
(Jensen, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut diperlukan proses pembelajaran
yang dapat membentuk pemahaman atau konsep dasar yang bersifat permodelan,
seperti replika atom. Kajian tersebut memerlukan daya nalar tinggi atau HOTS dan
pemahaman yang kuat tentang ilmu kimia. Secara umum, peserta didik merasa
jenuh, aktivitas di kelas pasif, dan kurang memiliki minat terhadap ilmu kimia. Hal
tersebut menimbulkan permasalahan dalam proses KBM pelajaran kimia karena
cara mengajarnya kurang efektif dan kurang menekankan konsep dasar khususnya
aspek submikroskopis. Selain itu, karakteristik kimia mencakup kimia sebagai
produk dan proses. Kimia sebagai produk, kimia dapat berupa ilmu pengetahuan
yang mencakup fakta, teori, prinsip, dan hukum berdasarkan temuan para ilmuwan
dan penelitian. Sedangkan sebagai proses, kimia dapat dibuktikan melalui proses
ilmiah atau penelitian yang didasari oleh sikap ilmiah. Berdasarkan uraian tersebut,
sebaiknya penyampaian pengetahuan tentang kimia diberikan dengan cara
melakukan mencari permasalahan, merancang permasalahan dan menemukan jalan
keluar dengan melakukan eksperimen sederhana. Hal ini dilakukan agar dapat
meningkatkan pemahaman tentang submikroskopis, menghilangkan miskonsepsi

6
tentang ilmu kimia, meningkatkan minat belajar, memecahkan permasalahan, dan
melatih otak berpikir atau bernalar tingkat tinggi atau HOTS. Maka dari itu,
diperlukan metode pembelajaran kimia yang tepat untuk membantu peserta didik
memahami dan menghilangkan miskonsepsi tentang pelajaran kimia khususnya
dalam ruang lingkup submikroskopis.

2.3 Model Pembelajaran yang Cocok Untuk Pembelajaran Kimia


Ilmu kimia merupakan salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari tentang struktur materi, sifat materi, perubahan materi, dan energi
yang menyertai perubahan tersebut. Dalam pembelajaran kimia membicarakan
tentang aspek mikroskopis, submikroskopis, dan simbolik. Pada jenjang SMA
lumrah menggunakan aspek submikorskopis, kajian ini membahas tentang struktur,
dinamika, dan transformasi partikel-partikel, seperti atom, molekul, dan ion.
Pembahasan tersebut membahas tentang alasan suatu materi memiliki fase tertentu,
gaya serta ikatan antar molekul yang memengaruhi bentuk molekul, proses
pembentukan suatu materi, ikatan intramolekul, interaksi antar ion, dan lain
sebagainya. Hal tersebut bersifat abstrak yang artinya objek yang dipelajari tidak
nampak secara nyata atau konkrit. Salah satu materi yang dipelajari adalah ikatan
kimia. Belajar ikatan kimia peserta didik diharapkan dapat menghubungkan teori
dan konsep dasar bentuk molekul, struktur atom, elektron, grafik, hasil pengamatan
berupa bentuk, gambar atau warna (Utami et al, 2009).Tanpa kecerdasan otak
peserta didik akan sulit menghubungkan teori dan konsep serta pemodelannya, hal
ini dapat memicu miskonsepsi peserta didik dalam memahami materi tersebut.
Berdasarkan analisis kurikulum, peserta didik dituntut bisa serta paham
menggambarkan struktur Lewis, pembentukan ikatan, dan bentuk molekul (Purba,
2006) dalam Ikhwan, dkk 2017. Pemahaman konsep tersebut tidak mudah apabila
tenaga pengajar menyampaikan informasi dengan cara yang monoton, seperti
ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Hal tersebut dapat menyebabkan
pemahaman peserta didik yang tidak mendalam yang artinya sekedar mengetahui,
mengikuti proses KBM, dan mengerjakan tugas. Selain itu, peserta didik cepat
jenuh dan kurang memiliki motivasi belajar kimia. Maka dari itu, diperlukan model
pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran kimia. Mengingat pada bagian latar
belakang, terdapat strategi yang ditawarkan untuk membuat strategi dalam
pembelajaran kimia yaitu model pembelajaran discovery learning dan project based
learning.

Model pembelajaran discovery learning merupakan rangkaian kegiatan belajar


yang menguji kemampuan peserta dididk untuk mencari dan menyelidiki suatu
permasalahan secara kritis, logis, dan analitis sehingga mereka mampu
merumuskan penemuannya. Model tersebut memiliki dampak positif yaitu
pengetahuan bertahan lama serta mudah diingat jika dibandingkan dengan
pengetahuan yang disampaikan menggunakan cara yang monoton maupun cara

7
lain. Selain itu, hasil belajar melalui penemuan memiliki dampak transfer yang baik
serta belajar penemuan dapat meningkatkan kemampuan menalar peserta didik dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Model pembelajaran ini dipilih
dengan pendekatan saintifik karena memberikan peluang bagi peserta didik untuk
berpikir, menemukan, mengemukakan pendapat, dan aktif berdiskusi, sehingga
mampu melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis serta menumbuhkan
rasa ingin tahu dalam memecahkan suatu permasalahan. Melalui peluang tersebut,
peserta didik mendapatkan pengetahuan baru maupun konsep-konsep inti yang
nantinya diharapkan memiliki dampak yang baik terhadap prestasi dan hasil belajar.
Model discovery learning merupakan model yang dianjurkan kepada guru karena
melatih dan mengasah jiwa kreativitas guru serta mendalami pemahaman yang
tentang materi kimia. Apabila memiliki keahlian tersebut secara mudah guru dapat
memberikan kebebasan bagi peserta didik kemudian peserta didik secara
berkelompok dapat memecahkan permasalahan melalui eksplorasi dan pengamatan
bagaikan seorang ilmuwan. Proses yang dapat dilakukan saat menerapkan model
discovery learning, yakni pertama peserta didik diharapkan mencari informasi
melalui buku maupun sumber lainnya kemudian peserta didik harus mencari
permasalahan yang mana permasalahan dapat muncul jika terdapat materi yang
kurang dipahami dan asbtrak, kedua identifikasi permasalahan yang artinya
mengenali permasalahan yang akan dipecahkan agar saat mencari solusi tidak
keluar dari pokok bahasan, ketiga guru membebaskan peserta didik untuk
membentuk kelompok dan diskusi agar terdapat interaksi sosial yang komunikatif
serta mendapatkan wawasan dan masukan yang membantu memecahkan
permasalahan, yang mana peserta didik diharapkan mengumpulkan data, keempat,
peserta didik diharapkan menganalisis dan menginterpretasi data agar relevan
antara permasalahan dengan data atau informasi yang diperoleh, dan terakhir
peserta didik dapat menguji simpulan dengan berbagai cara, seperti melakukan
eksperimen dan membuat suatu proyek. Dalam hal ini tugas guru adalah
membimbing dan mengawasi jalannya proses pembelajaran agar peserta didik tidak
tersesat dan mendapatkan perhatian saat berusaha memecahkan permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas, discovery learning mampu meningkatkan rasa ingin
tahu, melatih kemampuan kognitif peserta didik dalam memecahkan permasalahan,
melatih berpikir kritis atau daya nalar, dan guru dapat menilai rasa gotong royong
atau keaktifan peserta didik saat diskusi dalam satu kelompok. Maka dari itu, model
tersebut dapat membuat peserta didik menjadi semangat dan termotivasi dalam
mempelajari kimia.

Setelah menemukan simpulan, guru dapat memberikan kesempatan bagi


peserta didik untuk menjelaskan hasil diskusi yang berupa solusi permasalahan atau
simpulan kemudian dijelaskan menggunakan project. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan model project based learning (PJBL). Menurut Afriana
(2015), project based learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada

8
peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta
didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan
produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Model
pembelajaran ini dapat digunakan ketika guru ingin aktivitas pembelajaran di kelas
berpusat pada peserta didik yang mana peserta didik dapat menghasilkan karya
berdasarkan solusi permasalahan maupun permasalahan nyata dan mendapatkan
pengalaman belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran ini sebaiknya
dilakukan secara berkelompok. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam menerapkan model PJBL. Pertama, peserta didik harus menganalisis
kegiatan atau proyek yang akan dirancang, hal tersebut wajib dilakukan oleh
seluruh anggota kelompok agar tidak terjadi miskonsepsi. Kedua, mempersiapkan
alat dan bahan. Ketiga, menafsirkan langkah-langkah kerja agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan menghasilkan karya yang diharapkan. Keempat, mengerjakan
proyek sesuai prosedur kerja. Setelah proyek selesai, peserta didik dapat
mempresentasikan hasil karya berdasarkan diskusi permasalahan yang diikuti
dengan prosedur kerja yang tepat. Karya peserta didik dapat dievaluasi oleh guru
agar peserta didik memiliki rasa percaya diri terhadap hasil karya mereka dan
terdapat masukan yang dapat menambah pengetahuan. Model PJBL mampu
melatih peserta didik berpikir kreatif dalam merancang dan membuat proyek yang
digunakan sebagai media hasil pemecahan permasalahan secara sistematis dan
berbasis sikap ilmiah. Dengan demikian, model ini dapat menerapkan budaya
berpikir tingkat tinggi atau daya nalar tinggi (HOTS) kepada peserta didik.
Pernyataan tersebut didukung oleh Bagheri (2013) yang meneliti serta mengkaji
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
peserta didik. Khususnya dalam mempelajari aspek submikroskopis, model ini
dapat menggunakan media pembelajaran. Media tersebut berupa molymod.
Molymod merupakan media pembelajaran yang menggambarkan serta
menunjukkan bentuk mokekul. Media tini mudah digunakan saat menyampaikan
informasi karena penggunaan yang sederhana, dapat dijelaskan secara nyata, dan
mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu, dapat menggunakan media
pembelajaran berbasis aplikasi seperti adobe flash dan chemsketch yang dapat
menggambarkan suatu komponen submikroskopis secara digital, misalnya
menggambarkan molekul, menjelaskan proses pembentukan suatu molekul dengan
menggunakan animasi gerak, dan lain sebagainya. Maka dari itu, model
pembelajaran project based learning mampu melatih kreatifitas peserta didik,
berpikir logis serta kritis, menanamkan sifat ilmiah, dan melatih sikap sosial antar
anggota kelompok.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang didapatkan dari makalah ini adalah ilmu kimia merupakan
salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur materi,
sifat materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Ilmu
ini memiliki tiga komponen dasar, yaitu mikroskopis, submikroskopis, dan
simbolik. Salah satu karakteristik pembelajaran kimia adalah kajian pada level
submikroskopis yang meliputi struktur, dinamika, dan transformasi partikel-
partikel, seperti atom, molekul, dan ion. Kajian tersebut bersifat abstrak dan
membutuhkan kecerdasan yang tinggi. Hal tersebut membuat peserta didik jenuh
dan memiliki perspektif buruk terhadap pelajaran kimia. Maka dari itu, diperlukan
model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kimia. Model pembelajaran
yang disarankan adalah discovery learning dan project based learning. Kedua hal
tersebut digunakan karena dapat melatih peserta didik memecahkan permasalahan,
berpikir kritis serta logis, dan memupuk rasa gotong royong dalam diskusi. Selain
itu, melatih peserta didik agar memiliki keterampilan membuat sebuah karya
penelitian yang didasarkan sikap ilmiah. Maka dari itu, model pembelajaran
discovery learning dan project based learning dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dan mengubah perspektif buruk tentang pelajaran kimia.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, terdapat saran yang penulis berikan. Sebagai
calon guru kimia baik pada jenjang SMA maupun SMP, sebaiknya memiliki
pemahaman secara mendalam tentang hakikat ilmu kimia, karakteristik
pembelajaran kimia, dan model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia. Hal tersebut diperlukan karena bermanfaat saat menyampaikan informasi
yang akurat kepada peserta didik, penyampaian informasi yang berupa ilmu
pengetahuan harus disampaikan berdasarkan fakta yang sudah dipelajari oleh guru.
Selain itu, model pembelajaran kimia dipersiapkan dengan matang agar peserta
didik secara mudah memahami pelajaran kimia.

10
DAFTAR PUSTAKA
Chang.R. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nurhayati, Ai Sri dan Dwi Harianti. tt. Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL). Tersedia pada:
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/p
engantar_5.pdf. Diakses pada tanggal 26 Mei 2020.

Nugrahaeni, Amallia, I W Redhana, & I M Arya Kartawan. 2017.


Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Kimia. Jurnal Pendidikan
Kimia Indonesia. Volume 1, Nomor 1, 2017.

Rezeki, Rina Dwi , Nanik Dwi A, & Sri Mulyani. 2015. Penerapan Metode
Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) Disertai Dengan Peta
Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada
Mteri Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal.
74-81 ISSN 2337-9995.

Sunyono, I W Wirya, Eko Suyanto, & Gimin Suyadi. 2009. Identifikasi


Masalah Kesulitan Dalam Pembelajaran Kimia SMA Kelas X Di Propinsi
Lampung. Journal Pendidikan MIPA (JPMIPA), Vol 10, Nomor 2, Juli
2009. Hal: 9 – 18.

Supardi, Kasmadi Imam dan Indraspuri Rahning Putri. 2010. Pengaruh


Penggunaan Artikel Kimia Dari Internet Pada Model Pembelajaran
Creative Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA.
Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 4, No.1, 2010, hlm 574-581.

Siwa, I B, I W Muderawan, & I N Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran


Berbabsis Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Keterampilan
Proses Sains Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. Program Studi IPA
(Volume 3 Tahun 2013).

Suja, I W. 2014. Penggunaan Analogi Dalam Pembelajaran Kimia. Jurnal


Pendidikan Indonesia ISSN: 2303-288X Vol.3, No.2, Oktober 2014.

Sudiatmika, I M, I W Subagia, & I W Muderawan. 2016. Pengaruh


Penggunaan Multimedia Pada Model Problem Based Learning
(PBL) Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Prosiding Seminar Nasional
MIPA 2016.

Syarifuddin, Soni. 2017. Bab I Hakikat Ilmu Kimia dan Metode Ilmiah.
Terdapat pada: https://adoc.tips/bab-1-hakikat-ilmu-kimia-dan-metode-
ilmiah.html. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020.

xi
Sadiqin, Ikhwan Khairu, Maya Istyadji, & Atiek Winarti. 2017.
Mengoptimalkan Potensi Otak Kanan Siswa Dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol. 8, No.1, 2017, 27-35.

Wulandari, Silvia, M. Nasir, & Muklis. 2017. Penerapan Model


Pembelajaran Discovery Learning Pada Materi Ikatan Kimia Di Kelas X
SMA NEGERI 5 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia
(JIMPK) Vol 3. No.2 (85-93).

xii

Anda mungkin juga menyukai