Makalah Belajar Dan Pembelajaran
Makalah Belajar Dan Pembelajaran
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul “Karakteristik Pembelajaran Kimia”
ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa bahwa banyak hambatan
yang dihadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
hambatan-hambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. I Wayan Suja, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran.
2. Teman-teman mahasiswa prodi pendidikan kimia yang memberikan
dukungan penuh dalam pembuatan makalah.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-
kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan
makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi
untuk dikembangkan.
Dengan rampungnya makalah ini, maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya
menjadi tangung jawab penulis dan seberapapun sederhananya makalah ini, penulis
harapkan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 3
1.3 Tujuan……………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Ilmu Kimia………………………….................................... 4
2.2 Karakteristik Pembelajaran Kimia…………………………………. 6
2.3 Model Pembelajaran yang Cocok Untuk Pembelajaran Kimia…….. 7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang manfaatnya erat dengan
kehidupan sehari-hari.Pelajaran ini diberikan pada jenjang SMA sederajat yang
mana pelajaran ini sering dianggap sulit bagi peserta didik karena banyak terdapat
hapalan teori, konsep yang rumit, dan perhitungan atau stoikiometri yang sulit.
Selain itu, praktikum kimia dapat dikategorikan berbahaya karena menggunakan
bahan kimia sintetis yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi praktikan. Hal
tersebut dapat menimbulkan perspektif buruk bagi peserta didik tentang pelajaran
kimia bahwa pelajaran ini sangat sulit dan membosankan. Sebenarnya perspektif
peserta didik tentang pelajaran kimia dipicu oleh cara guru mengajar agar pelajaran
ini dianggap menyenangkan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari. Maka dari itu,
diperlukan perbaikan proses belajar mengajar agar kondusif dan menghilangkan
perspektif buruk terhadap mata pelajaran kimia. Pembelajaran kimia memerlukan
model penyampaian materi yang bervariasi karena topik yang dibahas sangat
bervariasi dan kompleks. Apabila mengajar dengan cara yang monoton seperti
menjelaskan materi tanpa adanya perubahan yang positif bagi peserta didik dapat
menimbulkan kegagalan penyampaian informasi dan peserta didik tidak memiliki
motivasi saat belajar kimia. Seharusnya tenaga pengajar menciptakan serta
mengubah cara mengajar yang bervariasi agar dapat memikat perhatian peserta
didik untuk mempelajari kimia. Misalnya guru dapat mengaitkan materi yang
dibahas sekarang dengan materi yang dipelajari sebelumnya agar peserta didik
dapat berpikir kritis dan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Selain itu,
guru dapat mengaitkan materi kimia yang dibahas dalam kehidupan nyata dan
menjelaskan manfaatnya. Kemudian mengajak peserta didik praktikum agar
wawasan tentang kimia semakin bertambah, meningkatkan keterampilan praktikum
kimia, mengubah perspektif buruk tentang praktikum kimia, dan adanya relevansi
antara kegiatan praktikum dengan teori yang dipelajari. Setelah melakukan
praktikum, sebaiknya peserta didik diwajibkan membuat laporan praktikum untuk
mengetahui suatu percobaan berhasil atau tidak serta melatih pemahaman tentang
kimia. Hal tersebut dapat mengubah perspektif peserta didik tentang pelajaran
kimia menjadi menyenangkan, memiliki banyak manfaat, dan tidak hanya
membahas teori tetapi terdapat pembuktian yang dapat dikaitkan dengan materi
yang dipelajari. Maka dari itu, pembelajaran kimia di kelas sebaiknya memberikan
stimulus kepada peserta didik agar otak berpikir kritis dan melatih kemampuan
psikomotorik dalam melakukan praktikum kimia. Namun upaya tersebut tidak
semua guru menerapkannya karena dikuatirkan membutuhkan waktu yang cukup
lama.
1
Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa dalam mempelajari sains, peserta
didik cenderung menghafal konsep, teori, rumus dan prinsip tanpa memaknai
proses perolehannya (Depdiknas, 2003). Ternyata pernyataan tersebut dapat
dibutikan oleh peneliti dengan cara observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kasmadi dan Indraspuri, diperoleh fakta bahwa
pelajaran kimia masih dirasakan sulit bagi sebagian siswa. Apalagi mempelajari
materi yang berkaitan dengan perhitungan kimia seperti materi kelarutan dan hasil
kelarutan. Pada dasarnya dalam mempelajari materi tersebut peserta didik
memerlukan pemahaman konsep yang saling berhubungan secara bermakna,
bukan hanya dengan hafalan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti di SMA Negeri 1 Gombong kelas XI dengan cara melakukan wawancara
dengan guru bidang studi kimia diperoleh data hasil belajar siswa kelas XI pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan tahun ajaran 2007/2008 mendapatkan
hasil rata-rata peserta didik adalah 67 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi
adalah 85, sedangkan nilai ketuntasan kompetensi minimal atau KKM di sekolah
tersebut untuk mata pelajaran kimia adalah 70. Sehingga dapat dikatakan nilai rata-
rata siswa tidak mencapai standar kelulusan kompetensi di sekolah tersebut. Lebih
lanjut guru bidang studi kimia menyebutkan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan di sekolah tersebut belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut disebabkan
oleh peserta didik cenderung menerima informasi yang disampaikan oleh guru
tanpa mengulas kembali, sehingga materi tersebut kurang membekas dalam diri
peserta didik. Selain itu, peserta didik cenderung menghafal rumus serta teori bukan
memahami konsep sehingga ilmu yang diperoleh cepat luntur, tidak melatih
kemampuan berpikir kritis, dan tidak ada perluasan atau penambahan pengetahuan
tentang materi yang dibahas. Oleh karena itu, diperlukan solusi atau upaya untuk
memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran kimia.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menawarkan solusi yang efektif untuk
memecahkan permasalahan dalam pembelajaran kimia yaitu menggunakan
discovery learning dan project based learning. Kedua model tersebut merupakan
suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk melatih kemampuan kognitif
peserta didik dan keterampilan menemukan permasalahan, yang diikuti dengan
penguatan merancang penelitian serta penguatan keterampilan saat memecahkan
permasalahan. Ketika peserta didik diberikan suatu permasalahan, peserta didik
dapat berpikir kritis mencari solusi suatu permasalahan dan dapat mengembangkan
kreatifitas. Kegiatan tersebut tidak hanya menghandalkan hafalan tetapi diperlukan
keterampilan memecahkan suatu permasalahan untuk memperluas proses berpikir
serta menerapkan pola pikir HOTS. Selain itu, dapat menguji keterampilan peserta
didik dalam membuat sebuah project.Penggunaan metode ini diharapkan peserta
didik dapat mengubah perspektif buruk peserta didik tentang kimia, memiliki
motivasi yang tinggi untuk belajar kimia secara mendalam, meningkatkan
kreativitas dalam memecahkan permasalahan, meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, dan meningkatkan keterampilan saat membuat project. Sehingga
2
mendapatkan hasil yang efektif atau maksimal dalam kegiatan pembelajaran kimia
yang mana peserta didik merasa ilmu kimia beserta penerapannya memiliki manfaat
dan mendapatkan hasil yang baik dari segi proses maupun hasil belajar. Maka dari
itu, model discovery learning dan project based learning merupakan strategi
pembelajaran kimia yang diperlukan, dikembangkan, dan dilakukan oleh tenaga
pengajar dengan peserta didik demi mendapatkan proses belajar yang baik dan hasil
belajar yang maksimal.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hakikat ilmu kimia.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik pembelajaran kimia.
3. Untuk menjelaskan model-model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini, sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoretis
Berdasarkan teori yang sudah ada, dapat dijadikan sumber acuan dalam
menambah wawasan. Selain itu, dapat menjadi dasar atau panduan dalam
memahami hakikat ilmu kimia, karakteristik pembelajaran kimia, dan model
pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kimia.
2. Manfaat Praktis
Dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat melalui
penjabaran atau penjelasan tentang memahami hakikat ilmu kimia, karakteristik
pembelajaran kimia, dan model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia. Melalui kajian ini diharapkan pembaca serta penulis dapat memahami
pembahasan tentang ilmu kimia secara baik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
metode ilmiah, yaitu mendefinsikan permasalahan secara hati-hati, melakukan
percobaan, melakukan pengamatan secara hati-hati, dan mencatat informasi atau
data yang didapatkan. Data yang diperoleh dalam penelitian berupa data kualitatif
yang terdiri hasil-hasil pengamatan umum tentang sistemnya dan data kuantitatif
yang berupa angka-angka yang dapat diperoleh melalui berbagai pengukuran
terhadap objek penelitian. Kimiawan biasanya menggunakan lambang dan
persamaan baku dalam mencatat hasil pengukuran serta pengamatan, lalu penyajian
data dapat dijadikan dasar bersama untuk berkomunikasi dengan kimiawan lainnya.
Setelah selesai melakukan penelitian dan mencatat data, langkah terakhir adalah
penafsiran atau interpretasi untuk menjelaskan fenomena yang diamati.
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti merumuskan hipotesis yang berupa
penjelasan sementara atau tentatif bagi sekelompok hasil pengamatan. Apabila
hipotesis dapat dibuktikan maka akan menghasilkan produk ilmiah berupa fakta,
prinsip, teori, dan hukum. Maka dari itu, penemuan besar biasanya hasil dari
kontribusi dan pengalaman yang dialami oleh ilmuwan. Segala proses yang dilewati
oleh ilmuwan pasti mengalami trial and error yang dapat dijadikan motivasi dalam
mencari temuan baru demi perkembangan ilmu pengetahuan.
Dalam ilmu kimia pasti membicarakan tentang materi, untuk memudahkan
mempelajarinya para ilmuwan mengklasifikasikan materi menjadi dua bagian, yaitu
zat murni dan campuran. Zat murni merupakan materi yang memiliki susunan
tertentu atau tetap dan sifat-sifat tertentu, suatu zat murni dapat berupa unsur dan
senyawa. Unsur adalah suatu zat yang tidak dapat dipisahkan menjadi zat-zat yang
lebih sederhana melalui reaksi kimia biasa, berdasarkan karakteristiknya unsur
dibagi menjadi tiga yakni logam, non logam, dan semilogam. Contoh unsur adalah
Fe, Au, Ca, dan lain sebagainya. Senyawa adalah suatu zat yang tersusun atas atom-
atom dari dua unsur atau lebih yang terikat secara kimia serta memiliki
perbandingan tetap, contohnya adalah NaCl, H2SO4, HCl, dan lain sebagainya.
Campuran merupakan penggabungan dua atau lebih zat yang mana dalam
penggabungannya mempertahankan identitas masing-masing, suatu campurah
dapat berupa larutan, koloid, dan suspensi. Larutan adalah campuran homogen
antara dua zat atau lebih, contohnya adalah larutan NaCl, larutan sukrosa, dan lain
sebagainya. Koloid adalah campuran heterogen antara dua zat atau lebih yang mana
partikel-partikelnya terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi, contohnya
adalah susu, tinta, santan, keju, dan lain sebagainya. Suspensi adalah campuran
heterogen antara dua zat atau lebih dengan zat tersuspensi yang berukuran suspense,
contohnya adalah campuran antara air dengan pasir. Setelah membahas materi,
adapun penyusun materi yang berupa atom, molekul, dan ion. Atom adalah unit
terkecil suatu unsur yang dapat melakukan penggabungan kimia, ditelusuri secara
berlanjut atom sesungguhnya memiliki struktur internal yaitu partikel subatom yang
dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni elektron, proton, dan neutron. Molekul
adalah suatu kumpulan yang terdiri sedikitnya dua atom dalam susunan tertentu
yang terikat bersama oleh gaya-gaya kimia, contohnya adalah NH3, CO, H2O, dan
5
lain sebagainya. Ion adalah atom yang memiliki muatan total positif atau netto,
atom netral yang kehilangan satu atau lebih elektronnya akan menghasilkan kation
sedangkan ion yang muatannya negatif akibat kenaikan jumlah elektron disebut
anion. Contohnya adalah ion Na+, ion Cl-, ion Ca2+, dan lain sebagainya.
6
tentang ilmu kimia, meningkatkan minat belajar, memecahkan permasalahan, dan
melatih otak berpikir atau bernalar tingkat tinggi atau HOTS. Maka dari itu,
diperlukan metode pembelajaran kimia yang tepat untuk membantu peserta didik
memahami dan menghilangkan miskonsepsi tentang pelajaran kimia khususnya
dalam ruang lingkup submikroskopis.
7
lain. Selain itu, hasil belajar melalui penemuan memiliki dampak transfer yang baik
serta belajar penemuan dapat meningkatkan kemampuan menalar peserta didik dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Model pembelajaran ini dipilih
dengan pendekatan saintifik karena memberikan peluang bagi peserta didik untuk
berpikir, menemukan, mengemukakan pendapat, dan aktif berdiskusi, sehingga
mampu melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis serta menumbuhkan
rasa ingin tahu dalam memecahkan suatu permasalahan. Melalui peluang tersebut,
peserta didik mendapatkan pengetahuan baru maupun konsep-konsep inti yang
nantinya diharapkan memiliki dampak yang baik terhadap prestasi dan hasil belajar.
Model discovery learning merupakan model yang dianjurkan kepada guru karena
melatih dan mengasah jiwa kreativitas guru serta mendalami pemahaman yang
tentang materi kimia. Apabila memiliki keahlian tersebut secara mudah guru dapat
memberikan kebebasan bagi peserta didik kemudian peserta didik secara
berkelompok dapat memecahkan permasalahan melalui eksplorasi dan pengamatan
bagaikan seorang ilmuwan. Proses yang dapat dilakukan saat menerapkan model
discovery learning, yakni pertama peserta didik diharapkan mencari informasi
melalui buku maupun sumber lainnya kemudian peserta didik harus mencari
permasalahan yang mana permasalahan dapat muncul jika terdapat materi yang
kurang dipahami dan asbtrak, kedua identifikasi permasalahan yang artinya
mengenali permasalahan yang akan dipecahkan agar saat mencari solusi tidak
keluar dari pokok bahasan, ketiga guru membebaskan peserta didik untuk
membentuk kelompok dan diskusi agar terdapat interaksi sosial yang komunikatif
serta mendapatkan wawasan dan masukan yang membantu memecahkan
permasalahan, yang mana peserta didik diharapkan mengumpulkan data, keempat,
peserta didik diharapkan menganalisis dan menginterpretasi data agar relevan
antara permasalahan dengan data atau informasi yang diperoleh, dan terakhir
peserta didik dapat menguji simpulan dengan berbagai cara, seperti melakukan
eksperimen dan membuat suatu proyek. Dalam hal ini tugas guru adalah
membimbing dan mengawasi jalannya proses pembelajaran agar peserta didik tidak
tersesat dan mendapatkan perhatian saat berusaha memecahkan permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas, discovery learning mampu meningkatkan rasa ingin
tahu, melatih kemampuan kognitif peserta didik dalam memecahkan permasalahan,
melatih berpikir kritis atau daya nalar, dan guru dapat menilai rasa gotong royong
atau keaktifan peserta didik saat diskusi dalam satu kelompok. Maka dari itu, model
tersebut dapat membuat peserta didik menjadi semangat dan termotivasi dalam
mempelajari kimia.
8
peserta didik dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta
didik. Pengalaman belajar peserta didik maupun konsep dibangun berdasarkan
produk yang dihasilkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Model
pembelajaran ini dapat digunakan ketika guru ingin aktivitas pembelajaran di kelas
berpusat pada peserta didik yang mana peserta didik dapat menghasilkan karya
berdasarkan solusi permasalahan maupun permasalahan nyata dan mendapatkan
pengalaman belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran ini sebaiknya
dilakukan secara berkelompok. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
dalam menerapkan model PJBL. Pertama, peserta didik harus menganalisis
kegiatan atau proyek yang akan dirancang, hal tersebut wajib dilakukan oleh
seluruh anggota kelompok agar tidak terjadi miskonsepsi. Kedua, mempersiapkan
alat dan bahan. Ketiga, menafsirkan langkah-langkah kerja agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan menghasilkan karya yang diharapkan. Keempat, mengerjakan
proyek sesuai prosedur kerja. Setelah proyek selesai, peserta didik dapat
mempresentasikan hasil karya berdasarkan diskusi permasalahan yang diikuti
dengan prosedur kerja yang tepat. Karya peserta didik dapat dievaluasi oleh guru
agar peserta didik memiliki rasa percaya diri terhadap hasil karya mereka dan
terdapat masukan yang dapat menambah pengetahuan. Model PJBL mampu
melatih peserta didik berpikir kreatif dalam merancang dan membuat proyek yang
digunakan sebagai media hasil pemecahan permasalahan secara sistematis dan
berbasis sikap ilmiah. Dengan demikian, model ini dapat menerapkan budaya
berpikir tingkat tinggi atau daya nalar tinggi (HOTS) kepada peserta didik.
Pernyataan tersebut didukung oleh Bagheri (2013) yang meneliti serta mengkaji
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi
peserta didik. Khususnya dalam mempelajari aspek submikroskopis, model ini
dapat menggunakan media pembelajaran. Media tersebut berupa molymod.
Molymod merupakan media pembelajaran yang menggambarkan serta
menunjukkan bentuk mokekul. Media tini mudah digunakan saat menyampaikan
informasi karena penggunaan yang sederhana, dapat dijelaskan secara nyata, dan
mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu, dapat menggunakan media
pembelajaran berbasis aplikasi seperti adobe flash dan chemsketch yang dapat
menggambarkan suatu komponen submikroskopis secara digital, misalnya
menggambarkan molekul, menjelaskan proses pembentukan suatu molekul dengan
menggunakan animasi gerak, dan lain sebagainya. Maka dari itu, model
pembelajaran project based learning mampu melatih kreatifitas peserta didik,
berpikir logis serta kritis, menanamkan sifat ilmiah, dan melatih sikap sosial antar
anggota kelompok.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan yang didapatkan dari makalah ini adalah ilmu kimia merupakan
salah satu bagian ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang struktur materi,
sifat materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Ilmu
ini memiliki tiga komponen dasar, yaitu mikroskopis, submikroskopis, dan
simbolik. Salah satu karakteristik pembelajaran kimia adalah kajian pada level
submikroskopis yang meliputi struktur, dinamika, dan transformasi partikel-
partikel, seperti atom, molekul, dan ion. Kajian tersebut bersifat abstrak dan
membutuhkan kecerdasan yang tinggi. Hal tersebut membuat peserta didik jenuh
dan memiliki perspektif buruk terhadap pelajaran kimia. Maka dari itu, diperlukan
model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran kimia. Model pembelajaran
yang disarankan adalah discovery learning dan project based learning. Kedua hal
tersebut digunakan karena dapat melatih peserta didik memecahkan permasalahan,
berpikir kritis serta logis, dan memupuk rasa gotong royong dalam diskusi. Selain
itu, melatih peserta didik agar memiliki keterampilan membuat sebuah karya
penelitian yang didasarkan sikap ilmiah. Maka dari itu, model pembelajaran
discovery learning dan project based learning dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik dan mengubah perspektif buruk tentang pelajaran kimia.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian diatas, terdapat saran yang penulis berikan. Sebagai
calon guru kimia baik pada jenjang SMA maupun SMP, sebaiknya memiliki
pemahaman secara mendalam tentang hakikat ilmu kimia, karakteristik
pembelajaran kimia, dan model pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran
kimia. Hal tersebut diperlukan karena bermanfaat saat menyampaikan informasi
yang akurat kepada peserta didik, penyampaian informasi yang berupa ilmu
pengetahuan harus disampaikan berdasarkan fakta yang sudah dipelajari oleh guru.
Selain itu, model pembelajaran kimia dipersiapkan dengan matang agar peserta
didik secara mudah memahami pelajaran kimia.
10
DAFTAR PUSTAKA
Chang.R. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Nurhayati, Ai Sri dan Dwi Harianti. tt. Model Pembelajaran Project Based
Learning (PjBL). Tersedia pada:
https://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/file_upload/pengantar/pdf/p
engantar_5.pdf. Diakses pada tanggal 26 Mei 2020.
Rezeki, Rina Dwi , Nanik Dwi A, & Sri Mulyani. 2015. Penerapan Metode
Pembelajaran Project Based Learning (PJBL) Disertai Dengan Peta
Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada
Mteri Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 1 Tahun 2015 Hal.
74-81 ISSN 2337-9995.
Syarifuddin, Soni. 2017. Bab I Hakikat Ilmu Kimia dan Metode Ilmiah.
Terdapat pada: https://adoc.tips/bab-1-hakikat-ilmu-kimia-dan-metode-
ilmiah.html. Diakses pada tanggal 24 Mei 2020.
xi
Sadiqin, Ikhwan Khairu, Maya Istyadji, & Atiek Winarti. 2017.
Mengoptimalkan Potensi Otak Kanan Siswa Dalam Pembelajaran Kimia.
Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol. 8, No.1, 2017, 27-35.
xii