Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

PEMENUHAN HAK DAN PERLINDUNGAN ANAK


Dosen : Jean Ansaka,M.Si

DISUSUN OLEH :

NAMA : TERSA D. HULISELAN


NIM : 2020.04.0298
SEMESTER : III/A (SARMI)

KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN PROTESTAN
(STAKPN)
BURERE – SENTANI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah Pelanggaran Hak dalam Keluarga ini tepat waktu.
Penulis menyadarari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan makalah ini karena keterbatasan yang kami miliki, oleh karena itu kelompom kami
mengharapkan pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah ini.
Semoga Tuhan Yesus Kristus melimpahkan rahmat, dan nikmatnya kepada kita.

Sarmi, 01 Desember 2021


Penyusun

Tersa D. Huliselan

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada Bagian Umum Penjelasan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
disebutkan, anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, ykekerasan.
Orang yang paling dekat, -seperti orang tua kandung, orang tua tiri, saudara kandung, paman,
bibi- yang seharusnya dapat memberi perlindungan, justru menjadi pelaku utama kekerasan
yang mengakibatkan penderitaan anak. Ini sesuai pernyataan Ketua Komisi Nasional
Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, bahwa “anak menjadi sangat rentan
terhadap kekerasan karena hampir setiap kasus yang diungkap, pelakunya orang dekat
korban. ” Menurut Kriminolog Universitas Indonesia, Romany Sihite, “hampir setiap
kekerasan seksual pada anak memang terjadi dalam pola relasi kekuasaan. Begitu pula
kekerasan pada anak yang terjadi di dalam rumah tangga, itu terjadi akibat pola dominasi
orang tua atau orang yang lebih dewasa terhadap anak.” Saat ini, tindak kekerasan terhadap
anak terus meningkat. Ada keyakinan bahwa kasuskasus kekerasan terhadap anak yang
terungkap dan diberitakan hanyalah sedikit dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya.
Data yang akurat belum tersedia, karena banyak kasus kekerasan dan eksploitasi anak yang
tidak dilaporkan, karena masalah tersebut dianggap masalah internal keluarga yang tidak
perlu diketahui orang lain. Kalaupun ada publikasi, kasus-kasus yang dipublikasikan
biasanya adalah kasus-kasus yang menimbulkan kematian atau paling tidak yang korbannya
mengalami penderitaan sangat hebat. Merujuk data layanan pengaduan masyarakat melalui
Hotline Service dalam bentuk pengaduan langsung, telefon, surat menyurat maupun
elektronik, sepanjang tahun 2012 Komnas PA menerima 2.386 kasus. Sama artinya bahwa
setiap bulannya Komnas PA menerima pengaduan masyarakat kurang lebih 200 pengaduan
pelanggaran hak anak. Angka ini meningkat 98% jika dibanding dengan pengaduan
masyarakat yang di terima Komnas PA pada tahun 2011 yakni 1.234 pengaduan. Menurut
data Komnas PA, pada tahun 2011 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau
sebanyak 13.447.921 kasus dan pada 2012 jumlahnya meningkat menjadi 40.398.625 kasus.
Di samping itu, selama periode Januari– Juni 2012 sebanyak 12.726 anak menjadi korban
kekerasan seksual dari orang terdekat mereka seperti orang tua kandung/tiri/angkat, guru,
paman, kakek dan tetangga.
B. Rmusan Masalah
1. Apa saja pelanggaran Hak anak dalam keluarga ?
2. Apa saja Hak Anak dalam keluarga ?
3. Bagaimana pemenuhan Hak anak dalam keluarga?
C. Tujuan
1. Uutuk pelanggaran hak anak dalam keluarga.
2. Uutuk mengetahui Hak anak dalam keluarga.
3. Untuk mengetahui pemenuhan Hak anak dalam keluarga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Hak Anak dalam Keluraga


KEKERASAN baik fisik maupun psikis terhadap anak masih terus terjadi di negeri
ini. Belum hilang dari ingatan kita tentang kasus ayah tega menganiaya dua anaknya hingga
tulangnya patah mematah di Semabung Pangkalpinang, baru-baru ini terungkap lagi kasus
kekerasan menimpa seorang gadis belia di Desa Kemuja. Ranum, sebut saja begitu, menjadi
korban kekerasan seksual sejumlah pemuda di kampungnya. Sungguh mengkhawatirkan!
Angka kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia cukup tinggi. Komisi Nasional
Perlindungan Anak mencatat dalam satu bulan ada sebanyak 256 kasus kekerasan terhadap
anak yang masuk ke Komnas PA sehingga harus segera ditangani. Aktivis KPA Bidang
Advokasi Wanda Hamidah menyebut dari data itu kebanyakan anak menjadi korban
kekerasan seksual. Untuk itulah KPA mengingatkan kembali para orangtua agar menyadari
ancaman serius ini karena kekerasan bisa dilakukan orang-orang terdekat. Kecenderungan
meningkatnya korban kekerasan menimpa anak-anak di negeri ini patut mendapat perhatian
serius dari berbagai kalangan dan petinggi negeri. Kita terpengerangah membaca berita anak-
anak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Kasus Ary Hanggara yang tewas di
tangan orangtuanya sendiri beberapa tahun silam menjadi pelajaran berharga bagi kita semua
untuk lebih mencurahkan kasih sayang kepada anak. Anak tak pernah minta dilahirkan ke
dunia. Oleh sebab itu, bagi orangtua sudah merupakan kewajiban untuk merawat dan
melindungi darah daging sendiri. Bukan sebaliknya, anak menjadi bulan bulanan
pelampiasan emosi. Begitupun terhadap anak-anak yang menjadi korban kejahatan seksual
atau bentuk kekerasan lainnya di luar rumah, kita sebagai orangtua maupun masyarakat harus
melindungi mereka. Terhadap anak-anak yang terpaksa melakukan pekerjaan berbahaya,
diperdagangkan dan dipaksa menjadi PSK. Belum lagi yang harus mendekam di lembaga
pemasyarakatan atau rutan karena melakukan berbagai tindak pidana. Penelitian yang
dilakukan oleh Tim Peneliti dengan Koordinator Retno Setyowati (PPK-UNS) tentang “Anak
Yang dilacurkan di Surakarta dan Indramayu” menunjukan adanya eksploaitasi seksual
terhadap anak. Kasus-kasus tersebut di atas hanyalah sebagian dari ratusan kasus yang
pernah terjadi dan merupakan fenomena “gunung es” terhadap anak yang hingga kini masih
belum juga tercairkan.

2
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 6.519 pengaduan kasus hak
anak selama 2020. Pelangaran tertinggi terjadi di klaster keluarga dan pengasuhan alternatif,
terutama saat pandemi Covid-19, dengan 1.622 kasus.Terbanyak kedua di klaster pendidikan
dengan 1.567 kasus, lalu anak berhadapan dengan hukum 1.098 kasus, pornografi dan
kejahatan siber 651 kasus, perdagangan manusia dan eksploitasi 149 kasus, bidang sosial dan
anak dalam situasi darurat 128 kasus, hak sipil dan partisipasi 84 kasus, serta kesehatan dan
napza 70 kasus. Perilaku kekerasan amat berpengaruh terhadap harga diri anak, yang pada
akhirnya akan termanifestasikan dalam sikap dan perilaku mereka di masyarakat.

Bagi para korban, akan terbentuk adanya citra diri yang negatif, rasa tak berdaya,
perilaku pasif, sulit mempercayai orang lain, dan rasa ketidakadilan secara umum.
Ditemukan begitu banyak alasan mengapa seorang anak menjadi pelaku kekerasan. Biasanya
pelaku merasa puas apabila ia berkuasa di kalangan teman sebayanya. Sebagian dari mereka
terus memiliki perilaku tersebut hingga dewasa, hingga tetap mempraktikkannya pada anak-
anak mereka sendiri, gagal dalam hubungan antarpribadi, kehilangan pekerjaan, dan berakhir
di penjara. Kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa atau anak yang lebih tua dengan
menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak berdaya yang seharusnya
menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat penderitaan, kesengsaraan, cacat atau
kematian. Kekerasan anak lebih bersifat sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan
terdapatnya tanda atau luka pada tubuh sang anak. Jika kekerasan terhadap anak didalam
rumah tangga dilakukan oleh orang tua, maka hal tersebut dapat disebut kekerasan dalam
rumah tangga. Tindak kekerasan rumah tangga yang termasuk di dalam tindakan kekerasan
rumah tangga adalah memberikan penderitaan baik secara fisik maupun mental di luar batas-
batas tertentu terhadap orang lain yang berada di dalam satu rumah; seperti terhadap
pasangan hidup, anak atau orang tua dan tindak kekerasan tersebut dilakukan di dalam
rumah. Kekerasan terhadap anak sebagai bentuk penganiayaan baik fisik maupun psikis.
Penganiayaan fisik adalah tindakan-tindakan kasar yang mencelakakan anak, dan segala
bentuk kekerasan fisik pada anak yang lainnya. Sedangkan penganiayaan psikis adalah
semua tindakan merendahkan atau meremehkan anak. Penganiayaan pada anak-anak banyak
dilakukan oleh orangtua atau pengasuh yang seharusnya menjadi seorang pembimbing bagi
anaknya untuk tumbuh dan berkembang. Melihat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk
pelanggaran terhadap hak-hak anak. dan dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan
sehingga mencegahnya dapat dilakukan oleh para petugas penegak hukum. Kekerasan
merupakan perlakuan yang salah orang tua. Perlakuan salah pada anak adalah segala
perlakuan terhadap anak yang akibat-akibat kekerasan mengancam kesejahteraan dan tumbuh
kembang anak, baik secara fisik, psikologi sosial, maupun mental.

3
B. Hak Anak dalam Keluarga
1. Anak berhak memperoleh kasih sayang
Pertama, hak anak yang perlu dipenuhi adalah kasih sayang. Mungkin terkesan sepele,
namun hal tersebut justru menjadi dasar dari kebutuhan anak terhadap orang tuanya.
Semua anak berhak mendapatkan cinta dan kasih dari orang tuanya. Dengan kasih sayang
tersebut, anak akan merasa dicintai dan dianggap sepenuhnya. Bisa kita lihat anak-anak
yang kurang kasih sayang orang tuanya, biasanya mereka cenderung lebih bebas dan
tidak terkontrol. Sebab, mereka merasa perlu mencari kasih sayang lain yang tidak
mereka dapatkan dari orang tuanya sendiri. Para orang tua yang belum paham mengenai
hak tersebut. Kamu dapat mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada anak-anak
dengan cara memberikan mereka perhatian, pelukan, mengungkapkan kalimat sayang,
ciuman, dan lainnya. Hal ini juga berlaku jika kamu memiliki lebih dari satu anak. Jangan
sampai kasih sayang dari orang tua terbedakan antara anak yang satu dengan anak yang
lain. Berikan kasih sayang kepada setiap anak-anak yang kamu miliki. Jangan pernah
membedakan status mereka. Anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya memiliki hak
yang sama yaitu mendapatkan kasih sayang orang tuanya.

2. Hak mendapatkan perhatian


Perhatian dari orang tua merupakan salah satu hak anak di rumah yang wajib dipenuhi.
Hal tersebut pastinya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Perhatian itu
bisa kamu lakukan dengan cara berkomunikasi dengan baik, memahami apa yang disukai
anak, dan lainnya. Perhatian tersebut dapat tercipta melalui interaksi antara orang tua dan
anak setiap harinya. Sesibuk apa kegiatanmu di luar sana. Sempatkanlah untuk selalu
memberikan perhatian kepada anak meski dalam bentuk yang sederhana. Seperti
menanyakan kesehariannya, apa anak sedih atau bahagia, bercerita tentang sekolah, atau
yang lainnya. Jangan sampai, anak-anak tumbuh menjadi sosok yang kurang perhatian.
Sebab, di masa depan, kurangnya perhatian yang didapat bisa berpengaruh pada
kesehatan mentalnya. Misalnya, anak jadi sulit mengatur emosi, bahkan jadi tidak
mempunyai rasa percaya diri

4
3. Hak mendapatkan perhatian hidup
Pelajaran hidup merupakan salah satu pelajaran yang tidak ternilai harganya. Oleh karena
itu, anak berhak mendapatkan pelajaran hidup dari orang tuanya. Misalnya, ketika anak
berbuat salah, cobalah untuk memberikan nasihat tanpa harus menilai dan menghakimi
mereka. Kemudian jika anak berbuat benar atau mencapai sesuatu yang membanggakan.
Orang tua bisa memberikan mereka sebuah hadiah atau reward atas apa yang mereka
kerjakan. Di sisi lain, sebagai orang tua kamu perlu tahu bahwa tidak ada anak yang
sempurna di dunia ini. Pasti akan ada kekurangan yang mereka miliki. Oleh karena itu,
orang tua perlu menerima kekurangan mereka dengan lapang dada. Terima mereka
sebagai manusia yang memiliki sifat dan juga karakter yang berbeda dengan anak
lainnya. Jangan pernah menganggap bahwa semua anak harus sama. Sebab, cara
mendidik orang tua kepada anak juga akan berpengaruh pada pertumbuhan anak. Jika
orang tua masih membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lain. Maka kelak
mereka akan merasa tidak dihargai.

4. Hak mendapatkan perlindungan


Hak anak di rumah selanjutnya adalah memperoleh perlindungan dari kedua orangtuanya.
Hal tersebut bisa berupa sebuah larangan terhadap sesuatu yang berpotensi
membahayakan keselamatan anak. Contohnya, melarang anak bermain sendiri di tepi
pantai tanpa adanya pengawasan orangtua. Selain itu, mengontrol emosi terhadap sifat
nakal anak juga termasuk ke dalam bentuk perlindungan yang perlu orangtua lakukan.
Sebab, saat ini banyak orangtua yang melakukan kekerasan kepada anak-anaknya hanya
karena mereka tidak bisa mengontrol emosi. Oleh sebab itu, didiklah anak dengan cara
yang benar. Jangan melakukan kekerasan kepada anak terlebih di usia mereka yang
masih kecil. Sebab, anak-anak biasanya akan menyimpan kenangan terkait kekerasan
yang dilakukan oleh kedua orangtuanya sampai mereka dewasa. Hal tersebut nantinya
bisa menjadi trauma tersendiri atau bahkan sebuah memori yang kelak bisa dilakukan
juga oleh anak tersebut. Dimana mereka melakukan kekerasan yang dulu pernah mereka
peroleh dari orangtuanya.

5. Hak medapatkan Hiburan


Untuk mendukung tumbuh kembang anak, mereka juga perlu hiburan. Jangan sampai
hidup mereka dijejali oleh hal-hal yang serius saja. Tapi sesekali orang tua wajib
memberikan hiburan kepada anak-anaknya. Dalam memenuhi hak anak yang satu ini,
orang tua bisa melakukannya dengan cara mengajak anak-anak liburan atau sekadar
bermain bersama di halaman rumah. Selain itu, orang tua juga bisa membelikan video
games sebagai media hiburan anak dikala akhir pekan. Kamu tidak perlu khawatir terkait
dampak video game. Selagi penggunaannya sesuai batas wajar, maka hiburan tersebut
justru akan mendatangkan efek positif bagi tumbuh kembang anak. Bahkan tak sedikit
anak-anak yang belajar sesuatu yang baru dari video game, misalnya kemampuan logika,
kerjasama tim, atau mungkin belajar bahasa asing.
5
6. Hak mendapatkan kebutuhan
Memenuhi kebutuhan anak merupakan salah satu kewajiban orang tua yang perlu
dilakukan. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan sandang, pangan, dan tempat
tinggal. Ketiganya harus dipenuhi oleh kedua orang tua. Dengan memiliki anak, berarti
kamu sudah siap memberikan semua kebutuhan pokok untuk mereka. Oleh karena itu,
usahakan untuk selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Supaya mereka selalu
merasa dicintai dan disayang

7. Hak untuk diterima sebagai individu yang berbeda


Semua orang pasti tahu bahwa setiap individu memiliki sifat dan kepribadian yang
berbeda. Tapi tidak semua orang tahu bagaimana cara menerima perbedaan tersebut.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, wajib hukumnya menerima buah hati dengan segala
kekurangannya. Perlu dipahami lagi, meski masih satu darah dan satu ibu, anak pertama
dan anak kedua pasti akan berbeda. Bahkan anak yang terlahir kembar pun tetap akan
memiliki perbedaan. Nah, sebagai orang tua, jangan sampai anak-anak memperoleh
perlakuan yang berbeda karena kepribadian dan sifat mereka kurang sesuai dengan
harapan.

8. Hak mendapatkan bimbingan belajar


Pasti kita sering mendengar istilah bahwa orang tua adalah sekolah pertama bagi anak-
anak. Nah, itu artinya sebelum anak duduk di bangku sekolah, maka orang tua wajib
menjadi guru pertama untuk anak-anaknya. Sehingga setiap orang tua perlu mengajarkan
anak untuk membaca, menulis, dan juga berhitung. Saat anak sudah duduk dibangku
sekolah pun, orang tua tetap harus berperan untuk mengajarkan kepada mereka hal-hal
yang baik. Misalnya, anak-anak diajarkan untuk sopan terhadap orang yang lebih tua.
Peran orang tua selalu dibutuhkan meski anak-anak sudah belajar bersama gurunya di
sekolah. Setiap orang tua wajib membimbing anaknya dan juga membantu mereka untuk
menjadi pribadi yang lebih baik.

9. Hak mengembangkan diri


Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahkan setiap anak itu berbeda. Tak hanya
sifat dan karakter, tapi juga tentang minat dan bakat. Oleh karena itu, orang tua perlu
mendukung semua cita-cita dan bakat anak untuk bisa berkembang menjadi lebih baik
lagi. Misalnya, anak memiliki minat dan bakat di bidang seni, olahraga, masak,
penulisan, dan lainnya. Orang tua wajib mendukung dan membantu anak untuk
mewujudkan bakat dan minat mereka.
Dalam banyak hal anak-anak bergantung pada orang dewasa. Karena ketergantungan ini,
sering kali anak dianggap sebagai makhluk yang tidak berdaya. Hak anak dianggap
sebagai suara yang tidak perlu didengarkan, meskipun anak bisa melahirkan gagasan dan
tindakan yang berarti untuk melakukan perubahan bagi lingkungan sekitarnya. Berikut
adalah beberapa hal terkait hak anak yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah:

6
C. Pemenuhan Hak Anak dalam Kelurga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. Anak-anak merupakan penerus dari suatu generasi yang akan dipersiapkan
untuk menghadapi masa depan, dan meneruskan perjuangan orangtua dan masyarakat. Pada
masa anak-anak inilah, orangtua memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan hak
anak-anaknya, karena pada dasarnya orangtua adalah lingkungan sosial anak yang paling
awal. Hak dan kewajiban ini harus dipenuhi agar anak dapat tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal pada masyarakat. Terdapat empat prinsip yang berada dalam
Konvensi Hak Anak, yaitu: 1. Non-diskriminasi. 2. Best interest of the child 3. Kelangsungan
hidup dan perkembangan anak 4. Penghargaan terhadap pendapat anak (Prinsip-prinsip dasar
KHA dalam UU No.23/2002) Anak-anak harus diasuh dalam perlindungan orang tua karena
fungsi keluarga adalah melindungi. Ayah bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan bagi seluruh anggota keluarga dengan mencukupi kebutuhan dasar seluruh
anggota keluarga. Ibu melindungi keluarga dengan membuat rumah bersih dan sehat serta
seluruh anggota keluarga memperoleh asupan gizi yang seimbang sehingga tumbuh dan
berkembang secara sehat. Perlindungan terhadap identitas dan hak kewarganegaraan
diberikan oleh orang tua dengan melaporkan kelahiran anak dan memperoleh akta kelahiran.
Akte kelahiran membawa dampak hukum karena anak memperoleh status
kewarganengaraan, status diri dan segala hak yang terkait karena memiliki hubungan yang
sah dengan kedua orangtuanya termasuk hak atas harta peninggalan keduaorang tuanya.
Selain itu Fungsi keluarga sebagai pintu gerbang pembangunan masa depan anak.
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
pemenuhan hak haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabatnya, serta mendapat perlindungan dari tindak
kekerasan dan diskriminasi. Sedangkan hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang
wajib dilindungi, dipenuhi, dan dijamin oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
dan negara. Fungsi keluarga juga sebagai fungsi pembinaan lingkungan, artinya
menempatkan anggota keluarga dalam hubungan antar keluarga sebagai masyarakat. Pada
kapasitas sebagai tetangga harus saling melindungi, saling menghormati, saling berbagi, dan
saling mengingatkan. Bentuk-bentuk perlakuan salah pada pada anak tidak akan terjadi jika
anggota keluarga dalam satu lingkungan masyarakat peka terhadap kondisi tetangga dan
melakukan pendidikan terhadap warganya. Pengembangan lingkungan yang protektif dan
ramah anak akan berkembang jika semua keluarga melakukan fungsi pembinaan lingkungan.
Pengembangan monitoring berbasis masyarakat untuk setiap pelanggaran hak anak akan
menyadarkan setiap orang untuk memberikan perlindungan terhadap anak Keluarga
merupakan payung kehidupan bagi seorang anak.
7
Keluarga merupakan tempat ternyaman bagi seorang anak. Beberapa fungsi keluarga
selain sebagai tempat berlindung, (Mudjijono, et al., 1995) diantaranya :
1. Mempersiapkan anak-anak bertingkah laku sesuai dengan niai-nilai dan norma-norma
aturan-aturan dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).
2. Mengusahakan tersekenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi),
sehingga keluarga sering disebut unit produksi.
3. Melindungi anggota keluarga yang tidak produksi lagi (jompo). 4. Meneruskan
keturunan (reproduksi).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan Anak merupakan pertanggungjawaban orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah daerah, pemerintah dan negara yang merupakan rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak anak, sebagai penyelenggara
perlindungan anak. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak
mengupayakan agar setiap hak anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi
hak-hak lainnya menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar
mereka dapat bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. Pengaturan tentang hak-hak anak
telah terakomodir dalam beberapa perundang-undangan Negara Republik Indonesia, tetapi
implementasinya masih jauh dari harapan karena masih banyaknya kasus-kasus yang terjadi
di Indonesia artinya penyelengaara perlindungan anak belum dapat memberikan jaminan
terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal sesuai harkat dan martabat manusia. Selain itu, untuk mendapat perlindungan dari
segala macam kekerasan, ketidakadilan, penelantaran, diskriminasi, eksploitasi, maupun
perbuatan negatif lain
B. Saran
Penyelengara perlindungan anak harus bisa menangani masalah-masalah pemenuhan hak-hak
anak yang maksimal dan Semua penyelenggara perlindungan anak bangkit bersama untuk
membangun Indonesia yang lebih baik di masa mendatang. Mulailah dengan mendidik anak-
anak dengan nilai-nilai kebaikan universal dan tanamkan moral dan pendidikan yang
berkarekter.

9
DAFTAR PUSTAKA

Huraerah, A. 2006. Kekerasan pada Anak. Bandung: Nuansa.

Pelanggaran Hak Anak dalm Keluarga dan Pendidikan “https://www.alinea.id/nasional”/

Widartana, G. 2009. Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

“Kekerasan Seksual Anak Semakin Rentan,” http://megapolitan.kompas.com, diakses 17 Maret

2013.

“50 Juta Anak Indonesia Tak Punya Akta Lahir,” http://www.kpai.go.id, diakses 20 Maret 2020.

iii

Anda mungkin juga menyukai