Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Tumor filodes atau cystosarcoma phylloides merupakan jenis langka dari
neoplasia mammae, hanya merupakan 1% dari keganasan mammae, dan hanya 2-
3% dari tumor mammae yang berasal dari jaringan fibroepitel. Tumor filodes
dapat terjadi pada segala usia, namun terutama usia pertengahan sampai dekade
kelima kehidupan. Tumor bilateral sangat jarang ditemukan. Tumor ini sebagian
besar jinak. Usia mayoritas antara 35 dan 55 tahun. Tumor filodes jarang pada
pasien dibawah usia 20 tahun. Beberapa fibroadenoma juvenil pada remaja dapat
terlihat seperti tumor filodes secara histologis, namun mereka bersifat jinak sama
seperti fibroadenoma lainnya.
John Muller, pada tahun 1983, pertama kali memberikan nama cystosarcoma
phyllodes. Nama ini berasal dari bahasa Yunani sarcoma, yang berarti tumor
berdaging, dan phyllo, yang berarti daun. Disebut demikian karena tumor tersebut
menampilkan karakteristik yang besar, sarkoma ganas, tampilan seperti-daun
ketika dipotong, terdapat epitel, serta ruang seperti kista bila dilihat secara
histologis. Penamaan cystosarcoma phyllodes dirasa kurang tepat karena tumor ini
biasanya jinak, sehingga saat ini disebut sebagai tumor filodes.
Meskipun tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki
kecenderungan untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip
dengan sarkoma, tumor maligna bermetastase secara hematogen. Gambaran
patologis tumor filodes tidak selalu menggambarkan sifat klinis neoplasma
karenanya pada beberapa kasus terdapat tingkat ketidakpastian tentang klasifikasi
lesi. Karena data yang terbatas, persentase tumor filodes jinak dibanding ganas
tidak terdefinisi dengan baik. Laporan yang ada mengindikasikan bahwa sekitar
80-95% tumor filodes adalah jinak dan sekitar 10-15% adalah ganas.

1
BAB II
KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. E.N.
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pancoran, Jakarta Selatan
Umur : 47 tahun
Tanggal Masuk : 24 Februari 2020
No. RM : 247948

II. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke Poli RSUD Pasar Minggu dengan keluhan bengkak
pada payudara kanan sejak 3 bulan SMRS.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dengan keluhan benjolan pada payudara kanan bagian
bawah puting susu sejak 5 tahun SMRS. Saat pertama kali
muncul, benjolan dirasakan seukuran bola bekel (3 cm x 3cm),
teraba kenyal, bisa digerakkan, dan tidak nyeri bila ditekan.
Pasien tidak merasa adanya aktivitas yang terganggu karena
munculnya benjolan tersebut sehingga pasien tidak berobat ke
dokter. Pasien tidak merasakan adanya demam maupun
penurunan berat badan dalam waktu dekat. Pada tahun 2018 (2
tahun SMRS), pasien merasa nyeri (senut-senut) pada payudara
kanan yang terdapat benjolan jika pasien terlalu kelelahan karena
aktivitas yang berat dan nyeri membaik jika pasien beristirahat.
Pasien juga merasa bahwa benjolan pada payudara kanan
bertambah ukurannya menjadi semakin besar.
3 bulan lalu SMRS, pasien merasa bahwa benjolan pada
payudara kanan semakin lama semakin membesar dan meluas ke
seluruh bagian payudara kanan tersebut. Pasien merasa payudara

2
kanan dan kiri sangat berbeda ukurannya sehingga pasien merasa
tidak nyaman, apalagi jika menggunakan pakaian karena terasa
besar sebelah. Jika dipegang, pasien merasa bengkak pada
payudaranya tidak keras, masih bisa digerakkan, dan tidak nyeri
jika ditekan. Tidak terdapat cairan yang keluar dari puting susu,
kemerahan pada sekitar payudara, luka, maupun benjolan lain di
ketiak kanan dan kiri serta daerah atas dan bawah tulang
selangka. Tidak terdapat juga perubahan kulit menjadi berkerut
di sekitar payudara kanan. Pasien mengalami keluhan lain berupa
nyeri pinggang. Akhirnya pasien berobat ke RSIA Budhi Jaya
dan dilakukan biopsi kemudian dari RS tersebut disarankan
untuk berobat ke RSUD Pasar Minggu untuk dilakukan operasi.
1 hari SMRS, pasien datang ke poli RS Pasar Minggu dan
diperiksa. Pasien menyetujui dilakukan operasi pada payudara
kanan

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


 Kista di ovarium pada tahun 2006, setahun kemudian kista
dinyatakan sudah tidak ada saat dilakukan pemeriksaan
 Riwayat keguguran pada tahun 2006
 Hipertensi disangkal
 Diabetes melitus disangkal
 Alergi obat disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan serupa, seperti
benjolan pada payudara maupun bagian lain paada tubuh serta tidak ada
yang menderta kanker.

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. STATUS GENERALIS

3
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan umum : Baik
Vital sign : TD: 110/70; Nadi: 75x/menit; RR:
20x/menit; Suhu: 36.7 oC
Kepala : Edema palpebral (-/-)
Conjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Pupil isokor 3mm/3mm, RCL (+/+),
RCTL (+/+)
Telinga dan hidung tidak keluar sekret
Leher : Limfonodi membesar (-/-)
Massa abnormal (-/-)
Thorax : - Cor : I = ictus cordis tidak tampak
P = ictus cordis tidak teraba
P = batas jantung normal
A = BJ I-II regular
- Pulmo : I = pergerakan dada simetris kanan-kiri
P = vocal fremitus kanan-kiri simetris, nyeri tekan
(-/-), massa (-/-)
P = sonor di seluruh lapang paru
A = vesikuler (+/+) ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Abdomen
I = dinding perut sejajar dengan dinding dada
A = bising usus Normal
P = timpani di 4 kuadran
P = supel, nyeri tekan (-)
Extremitas: Upper = edem (-/-), sianosis (-/-), CRT
<2detik
Lower = edem (+/-), sianosis (-/-), CRT <2detik

4
B. STATUS LOKALIS

Regio Mammae Dextra

1) Payudara
a) Lokasi : Mammae dextra
b) Kecepatan tumbuh : 5 tahun
c) Nyeri tekan : -

2) Perubahan Bentuk Puting


a) Retraksi puting : -
b) Discharge : -
c) Eksema : -
d) Krusta : -

3) Perubahan Kulit
a) Dimpling : -
b) Peau d’orange : -
c) Ulserasi : -
d) Edema : +
e) Eritema : +
f) Nodul satelit : -

4) KGB di Axilla : -
5) KGB di Supraclavicula : -

5
6) KGB di Infraclavicula : -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


USG mammae bilateral

Kesan : massa solid in


homogen di regio
superolateral dan
inferiolateral mamae kanan.
Tidak ada perbesaran KGB
axila bilateral

Biopsi 29 Januari 2020


Sediaan dari operasi tampak massa tumor terdiri atas sel sel
bentuk spindel, beberapa bagian miksoid, dan bagian lain relatif
bertambah selularitasnya. Tampak duktuli kelenjar dilapisi sel sel
epitel kuboid selapis ploriferatif bertumpuk memadat. Rasio inti
sitoplasma sedang, hiperkromatis, polimorfi ringan. Tampak
adanya struktur leaf like.
Kesan : atipikal intraduktal epitelial hiperplasia

6
Hematologi :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
13.0 g/dL 11.7 – 15.5 g/dL
Hemoglobin
Leukosit 9.7 x 103/uL 3.6 – 11.0 103/uL
Eritrosit
4.20 x 106/uL 3.8 – 5.2 x 106/uL
Hematokrit
38%
35 - 47 %
Trombosit
397 x 103/uL
MCV 150- 440 x 103/uL
90
MCH
80-100 fL
MCHC 31 pg
26 - 34 pg
34 g/dL 32 - 36 g/dL

HEMOSTASIS 10.8 – 14.4 detik


12.5 detik

PT
0.88 25.0 – 35.0 detik
INR
31.3 detik

APTT

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi4
Tumor filodes merupakan sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari
stroma intralobular mammae. Ditandai dengan pembesaran yang cepat massa
mobile, dengan konsistensi keras serta asimetris. Secara histologis tampak seperti
celah stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel. Tumor ini dibagi
menjadi jinak, borderline, dan ganas.

III.2 Anatomi Fisiologi Mammae5


Mammae adalah sebuah organ yang berisi kelenjar untuk reproduksi sekunder
serta berasal dari lapisan ektodermal. Kelenjar ini dinamakan sebagai kelenjar
mammae dan merupakan modifikasi dari kelenjar keringat. Mammae terletak di
bagian superior dari dinding dada. Pada wanita, mammae adalah organ yang
berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang
dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita.
Proses perkembangan mammae dimulai pada janin berumur 6 minggu dimana
terjadi penebalan lapisan epidermis pada bagian ventral, superfisial dari fasia
pektoralis serta otot-otot pektoralis mayor dan minor. Penebalan yang terjadi pada
venteromedial dari regio aksila sampai ke regio inguinal menjadi ‘milk lines’ dan
selanjutnya pada bagian superior berkembang menjadi puting susu dan bagian lain
menjadi atrofi.
Mammae lazimnya terletak di antara tulang sternum bagian lateral dan lipatan
ketiak, serta terbentang dari iga ke 2 sampai iga ke 6 atau 7. Pada bagian puncak
dari mammae terdapat struktur berpigmen dengan diameter 2-6 cm yang
dinamakan areola. Warna areola itu sendiri bervariasi mulai dari merah muda
sampai coklat tua. Warna areoala ini bergantung pada umur, jumlah paritas, dan
pigmentasi kulit.

8
Mammae adalah organ yang kaya akan suplai pembuluh darah yang berasal dari
arteri dan vena. Cabang dari arteri torakalis interna menembus ruang antara iga 2,
3, dan 4 untuk memperdarahi setengah dari bagian medial mammae. Arteri ini
menembus sampai otot-otot interkostalis dan membran interkostalis anterior untuk
mensuplai otot-otot pektoralis mayor dan pektoralis minor di kedua mammae.
Cabang-cabang kecil dari arteri interkostalis anterior juga mensuplai darah untuk
mammae di bagian medial. Di daerah lateral, mammae disuplai oleh cabang dari
arteri aksilaris dan arteri torakalis lateral. Cabang dari arteri aksilaris adalah arteri
arteri torakoakromial, kemudian bercabang lagi menjadi arteri pektoralis.
Sementara cabang dari arteri torakalis lateral adalah arteri mamari eksternal yang
menyusuri otot pektoralis mayor untuk memperdarahi setengah mammae bagian
lateral. Aliran darah balik pembuluh vena dari mammae mengikuti aliran arteri
secara berlawanan. Darah kembali menuju vena cava melalui vena aksilaris dan
vena torakalis interna. Selain itu, darah juga kembali ke vena cava melalui pleksus
vertebralis. Aliran balik vena pada kuadran atas lebih besar daripada aliran balik
vena dari kuadran bawah. Persarafan kulit mammae ditanggung oleh cabang
pleksus servikalis dan n. interkostalis. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus
oleh saraf simpatik. Aliran limfe dari mammae sekitar 75% menuju ke aksila,
sisanya ke kelenjar parasternal dan interpektoralis.

Gambar 1. Anatomi Mammae

Fisiologi
Perkembangan mammae dan fungsinya dipengaruhi oleh bermacam stimulus,
diantaranya stimulus dari estrogen, progesterone, prolaktin, oksitosin, hormone

9
tiroid, kortisol dan growth hormone. Terutama estrogen, progesterone, dan
prolaktin telah dibuktikan memiliki efek yang esensial dalam perkembangan dan
fungsi mammae normal. Estrogen mempengaruhi perkembangan duktus,
sedangkan progesterone berperan dalam perubahan perkembangan epitel dan
lobular. Prolaktin adalah hormone primer yang menstimulus laktogenesis pada
akhir kehamilan dan periode post partum. Prolaktin meningkatkan regulasi
reseptor hormon dan menstimulasi perkembangan epitel. Sekresi dari hormon
neurotropik dari hipotalamus, berperan dalam regulasi sekresi dari hormone yang
berefek terhadap jaringan mammae. Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle
Stimulating Hormone (FSH) berperan dalam pelepasan estrogen dan progesterone
dari ovarium. Pelepasan LH dan FSH dari sel basofil pada bagian hipofise anterior
dipengaruhi oleh sekresi dari Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) dari
hipotalamus. Efek umpan balik baik positif maupun negative dari sirkulasi
estrogen dan progesterone ini berperan terhadap sekresi LH, FSH, dan GnRH.

III.3 Epidemiologi1
tumor filodes dapat berkembang pada berbagai rentang usia, rata rata di usia
dekade ke 50 kehidupan. Sebagian besar terjadi pada wanita namun pada kasus
jarang ada yang terjadi pada pria. Kejadian tumor ini meningkat pada negara-
negara Asia, dilaporkan di Singapura kejadian tumor ini adalah 6,92% dari
seluruh keganasan di payudara dan terjadi pada umur yang lebih muda, yaitu 25-
30 tahun.

III.4 Etiologi3
Etiologi dari tumor filodes sampai sekarang masih belum jelas apakah berasal dari
fibroadenoma yang sudah ada sebelumnya atau de novo. Beberapa penelitian
sebelumnya menduga tumor ini berasal dari stroma intralobular dan periduktal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kujiper (2002) menganalisis adanya progresi
pada tumor fibropitelial payudara yaitu fibroadenoma dan tumor filodes
berdasarkan PCR based clonality assay, dan didapatkan model progresi pada
tumor fibroepitelial. Pada penelitian ini, sel epitelial pada fibroadenoma dapat
berubah menjadi hiperplasia dan carcinoma in situ dengan ditemukannya
monklonaliti pada sel epitelial, perubahan klonaliti pada sel stroma mengarah ke

10
bentuk tumor filodes yang bersifat jinak dan progresi perubahan menjadi
monoklonal pada sel epitelial maupun stromal pada borderline dan malignant
Menurut beberapa penelitian ditemukan adanya mutasi tumor supresor gen p53
pada tumor filodes. Stromal imunoreaktiviti p53 terbukti meningkat pada tumor
filodes ganas sehingga dapat digunakan untuk membedakan dengan
fibroadenoma. Menurut penelitian Sawyer EJ dkk didapat hasil bahwa
overekspresi c-myc b. dapat memicu proliferasi stroma pada tumor filodes ganas
sedangkan overekspresi c-kit menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan
tumor ini, tetapi tidak ada satupun kesepakatan pemeriksaan protein yang dapat
dijadikan dasar utama pada patogenesis tumor filodes. Sel-sel stroma dianggap
merupakan elemen neoplastik pada tumor filodes, walaupun dapat ditemukan
adanya hiperplasia epitel, bahkan pernah dilaporkan disertai dengan lobular
carcinoma insitu dan infiltrating ductal carcinoma. Pada penelitian yang
menggunakan comparative genomic hybridization (CGH) yang menganalisis 18
sampel jaringan potong beku tumor filodes, didapatkan adanya abnormalitas
kromosom 1q, menyerupai karsinoma payudara. Pada penelitian yang
menggunakan teknik morfometrik, ditemukan adanya aktivitas mitosis yang
meningkat pada sel-sel periduktal, hal ini memicu hipotesis adanya interaksi
epitelial dan stroma dan mulai berkembang saat ini.

III.5 Patofisiologi2
Tidak seperti karsinoma payudara, tumor filodes dimulai dari luar duktus dan
lobul, pada jaringan ikat payudara yang disebut stroma termasuk jaringan lemak
dan ligamen disekitar duktus, lobul, dan pembuluh darah serta limfe di payudar.
Selain sel stroma, tumor filodes dapat juga mengandung sel dari duktus dan
lobulus. Tumor filodes adalah tumor neoplasma non epitelial pada payudara,
proporsinya hanya 1% dari keseluruhan jenis tumor. Tumor ini memiliki teksur
lembut dan batas yang tampak kasar dan biasanya mudah untuk digerakkan.
Tumor ini relatif tumbuh dengan ukuran yang besar, dengan rata rata 5 cm
(pernah ada yang melaporkan ukurannya hingga 30 cm). etiologi dari tumor
piloides tidak diketahui.

11
Karena keterbatasan data, pesentase piloides jinak dan ganas tidak dijelaskan
dengan baik. Laporan yang adanya menyatakan bahwa 85-90% kasus tumor
filodes termasuk jinak dan sekitar 10-15% nya ganas. Meskipun tumor filodes
jinak tidak melakukan metastasis, cenderung tumbuh secara agresif dan dapat
berulang. Sama seperti sarkoma lainnya, tumor filodes maligna metastasis secara
hematogen. Sayangnya, gambaran patologi dari tumor filodes tidak selalu dapat
memprediksi perilaku neoplasma secara klinis. Karakteristik dari tumor filodes
yang termasuk ganas antara lain :
- Tumor berulang dan lebih agresif dari tumor awal
- Paru adalah lokasi metastasis tersering, diikuti dengan tulang, jantung, dan
hepar
- Gejala dari keterlibatan metastasis dapat muncul lebih awal atau beberapa
bulan hingga 12 tahun setelah terapi awal
- Sebagian besar pasien yang mengalami metastasis akan meninggal dalam
kurun waktu 3 tahun setelah terapi awal
- Tidak ada terapi untuk metastasis yang sudah terjadi selama sistemik
Meskipun sebagian besar tumor tergolong jinak, meskipun demikian penting
untuk tidak menyepelekan lesi yang dapat berpotensi menjadi ganas. Selain itu,
fibroadenoma juvenile pada remaja dapat tampak seperti tumor filodes pada
pemeriksaan histologi.

III.6 Klasifikasi
Kriteria WHO membagi tumor fillodes menjadi ringan, borderline, dan ganas
berdasarkan derajat atipia seluler stroma. Aktifitas mitotik per 10 kali lapang
pandang, derajat pertumbuhan stroma (ada tiga kategori utama), nekrosis tumor,
dan batas tumor (tabel)

12
III.7 Gambaran Klinis
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial mammae yang
paling sering terjadi, meskipun hanya mewakili 1% dari tumor mammae.
Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tegas dan biasanya bergerak secara
bebas. Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5
cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan. Kebanyakan tumor tumbuh
dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum pasien datang, namun tumor-
tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar. Hal ini disebabkan mereka
khususnya tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian besar
mammae, atau seluruhnya, dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun
masih memperlihatkan sejumlah mobilitas pada dinding dada. Meskipun
tumor jinak tidak bermetastase, namun mereka memiliki kecenderungan
untuk tumbuh secara agresif dan rekuren secara lokal. Mirip dengan sarkoma,
tumor maligna bermetastase secara hematogen. Ciri-ciri tumor filodes
maligna adalah sebagai berikut:
1. Tumor maligna berulang terlihat lebih agresif dibandingkan tumor asal
2. Paru merupakan tempat metastase yang paling sering, diikuti oleh
tulang, jantung, dan hati

13
3. Gejala untuk keterlibatan metastatik dapat timbul mulai dari sesegera,
beberapa bulan sampai paling lambat 12 tahun setelah terapi awal
4. Kebanyakan pasien dengan metastase meninggal dalam 3 tahun dari
terapi awal.
5. Tidak terdapat pengobatan untuk metastase sistemik yang terjadi
Kasarnya 30% pasien dengan tumor filodes maligna meninggal karena
penyakit ini

III.8 Diagnosis2,4
1. Anamnesa
Kebanyakan tumor pada wanita muncul di usia antara 35 hingga 55 tahun.
Beberapa laporan ada yang terjadi pada pria dan berkaitan erat dengan
ginekomastia. Tumor biasanya muncul dengan ciri khas tumbuh dengan
cepat, namun gambarannya jinak.

- Kulit disekitar tumor memiliki vena yang berdilatasi dan warna kebiruan
tapi jarang terjadi retraksi putting
- Pada beberapa kasus tampak adanya fiksasi pada kulit dan otot pektoralis
tapi ulserasi jarang ditemukan
- Ukuran rata rata tumor adalah 4 cm, 20% tumor akan tumbuh lebih besar
dari 10 cm, bahkan dapat menjadi 40 cm diameternya.
- Pasien khususnya datang dengan massa di mammae yang keras, bergerak,
dan berbatas jelas dan tidak nyeri.
- Pasien dengan metastase bisa muncul dengan gejala seperti dispnoe,
kelelahan, dan nyeri tulang
2. Pemeriksaan fisik (Salah satu skrining / screening yang penting)
- Didapatkan adanya massa mammae yang keras, mobile, dan batasnya jelas

14
Gambar 2. Pemeriksaan Mammae
- Diatas kulit mungkin terlihat tampilan licin dan cukup translusen untuk
memperlihatkan vena mammae yang mendasarinya
- Temuan fisik (misal, adanya massa mobile dengan batas tegas) mirip
dengan yang ada pada fibroadenoma
- Tumor filodes umumnya bermanifestasi sebagai massa lebih besar dan
memperlihatkan pertumbuhan yang cepat
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada penanda tumor hematologik atau uji darah lainnya yang
bisa digunakan untuk mendiagnosa tumor filodes
b. Pemeriksaan Radiologi
Pada mammogram, tumor filodes akan memiliki tepi yang berbatas
jelas dan radioopak. Baik  mammogram ataupun ultrasonografi
(USG) mammae  dapat membedakan secara jelas antara
fibroadenoma dan filodes jinak atau tumor ganas. Jenis tumor
mammae ini biasanya tidak ditemukan di dekat mikro kalsifikasi

15
Gambar 3. Gambaran mamografi tumor filodes

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


- Tampak adanya massa berbentuk oval atau lobul dengan pinggiran yang
jelas
- Halo radiolusent disekitar lesi karena adanya kompresi di sekitar tumor
- Kalsifikasi mungkin dapat ditemukan

16
Gambar 4. Gambaran USG. Gambaran USG mammae normal (atas); Gambaran
USG tumor filodes (kiri) dengan color Doppler (kanan)

Gambar 5. Gambaran MRI tumor filodes


c. Gambaran Mikroskopik
Fine Needle Aspiration cytology. Diagnosis sitologi dari tumor
filodes biasanya ditegakkan dengan ditemukan adanya stroma
hiperseluler dan elemen stroma pada apusan. Sel tersebnut dapat
dibedakan dengan limfosit berukuran kecil dengan ciri khas sebagai
berikut :
- Sel yang berukuran kecil, bulat atau oval, dua kali berukuran
lebih kecil dibandingkan dengan limfosit ; dianggal sebagai sel
epitel
- Sel spindle panjang, ukuran tiga kali lebih besar dari ukuran
limfosit. Dianggap sebagai sel stroma.

Gambar : temuan sitologi sugestif tumor filodes

17
d. Temuan histopatologi
Semua tumor filodes mengandung komponen stroma yang dapat
bervariasi dalam tampilan histologis dari satu lesi ke lesi lainnya.
Umumnya, tumor filodes jinak memperlihatkan peningkatan jumlah
mencolok pada fibroblas fusiformis reguler dalam stroma.
Adakalanya, sel-sel sangat anaplastik dengan perubahan miksoid
yang diamati. Atipia seluler tingkat tinggi, dengan peningkatan
selularitas stroma dan peningkatan jumlah mitosis, hampir selalu
diamati pada bentuk maligna cystosarcoma phylloides. Secara ultra-
struktural, pada tumor filodes bentuk jinak dan ganas, nukleolus
dapat mengungkapkan nukleolonema yang bertautan kasar dan
sisterna berlimpah dalam retikulum endoplasma.
Diagnosis mendukung : ditemukannya elemen stroma dan epitelial,
adanya sel stroma, sel mesenkim, sekumpulan sel duktus yang
mengalami hiperplasia, foreign body giant cell, crossing pembuluh
darah ke fragmen stroma.

Gambar 6. Gambaran Histopatologi


III.9 Diagnosis Banding1,5
1. Fibroadenoma mammae
2. Karsinoma mammae
3. Lipoma
4. Juvenile papilomatosa

18
5. Sarkoma
6. hamartoma

III.10 Penatalaksanaan4
Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya harus
diterapi dengan enukleasi, karena mereka hampir selalu bersifat jinak. Sitologi
aspirasi dapat memberi kesan diagnosis tumor filodes namun histologi yang lebih
tepat pada biopsi jarum inti dibutuhkan sebelum merencanakan pengobatan.
Berbeda pada pasien yang lebih tua. Haagensen merekomendasikan eksisi lokal
luas sebagai pendekatan primer pada penanganan tumor filodes jinak. Data yang
dimiliki yaitu angka rekurensi lokal sebesar 28% diantara 43 pasien yang
ditangani dengan eksisi lokal, dengan follow-up minimal 10 tahun. Namun hanya
3 dari rekurensi tersebut yang membutuhkan mastektomi sekunder, dan tak
satupun yang meninggal akibat tumor ini. Hanya 1 dari 21 pasien yang diterapi
dengan mastektomi (simpel atau radikal) mengalami rekurensi lokal; pada kasus
sarkoma filodes (maligna) yang dengan cepat menimbulkan metastasis lokal dan
sistemik. Angka rekurensi lebih tinggi untuk tumor filodes jinak dibandingkan
ganas. Jelas bahwa eksisi yang tidak tuntas merupakan penentu utama rekurensi
pada lesi jinak dan menengah. Ada dua alasan utama yang mungkin, yaitu:
kegagalan untuk mendiagnosis kemungkinan tumor filodes dan kegagalan untuk
menentukan teknik operasi.
Eksisi komplit dengan batas-batas bebas sel tumor dan diikuti dengan follow-up
yang baik merupakan terapi yang dianggap paling baik untuk tumor filodes
bahkan pada banyak kasus diperlukan eksisi luas dengan batas sayatan mengambil
bagian jaringan yang secara makrosokpis normal, mengambil batas sayatan dari
tumor dengan jarak 2 cm untuk tumor yang berukuran kecil (<5cm), dan 5 cm
untuk tumor dengan ukuran besar (>5 cm). Jika tumor sudah sangat besar dan
tidak dapat dihasilkan kosmetik yang baik, diperlukan total mastektomi. Diseksi
kelenjar getah bening dilakukan hanya bila diduga adjuvant kemoterapi maupun
radioterapi. Respon kemoterapi dan radioterapi untuk rekurensi maupun
metastasis tidak baik, dan perlunya manipulasi hormonal masih dalam perdebatan.

19
Untuk lesi besar dan lesi rekuren, pembersihan yang baik pasti melibatkan
mastektomi mendekati-total dan mastektomi sederhana dengan rekonstruksi.
Terdapat beberapa bukti meningkatnya insiden karsinoma mammae yang
berhubungan dengan pasien dengan tumor filodes dan hal ini merupakan alasan
untuk follow-up jangka panjang yang teliti terhadap pasien-pasien yang demikian.

III.11 Komplikasi3
Seperti kebanyakan operasi mammae, komplikasi paska operasi dari
penatalaksanaan bedah tumor filodes termasuk berikut ini:
 Infeksi
 Pembentukan seroma
 Rekurensi lokal dan/atau jauh

III.12 Prognosis2,3
1. Meskipun tumor filodes dianggap sebagai tumor jinak secara klinis,
kemungkinan untuk rekurensi lokal setelah eksisi selalu ada, khususnya
dengan lesi yang memperlihatkan histologi maligna. Tumor setelah
pengobatan awal dengan eksisi lokal luas, yang rekuren secara lokal
idealnya diterapi dengan mastektomi total.
2. Penyakit metastase khususnya diamati pada paru, mediastinum dan
tulang.

BAB III
PEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini mengalami tumor filodes berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang. Pasien dengan keluhan benjolan pada payudara
kanan bagian bawah puting susu sejak 5 tahun SMRS. Yang semakin membesar
progresif. Awalnya benjolan berukuran (3 cm x 3cm), teraba kenyal, bisa
digerakkan, dan tidak nyeri bila ditekan. Pasien tidak merasa adanya aktivitas
yang terganggu karena munculnya benjolan tersebut sehingga pasien tidak berobat

20
ke dokter. Pasien tidak merasakan adanya demam maupun penurunan berat badan
dalam waktu dekat dimana hal ini menyingkirkan kemungkinan diagnosis
mengarah ke karsinoma. Namun 2 tahun belakangan, benjolan berukuran semakin
besar dan nyeri walaupun tidak disertai adanya cancer syndrome. Pasien mengaku
14 tahun yang lalu mengalami kista ovarium. Berdasarkan penelitian, terdapat
hubungan antara kista ovarium dengan kanker payudara. Diperkirakan hal ini
terjadi karena adanya hubungan antara hormonal dari sistem hipotalamus-
pituitari-gonadal axis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik lokalis, ditemukan adanya perbesaran
asimetris pada payudara kanan tanpa adanya nyeri tekan dan tanda keganasan
seperti Retraksi puting, Discharge, Eksema serta krusta disekitar lesi, serta
perubahan warna kulit antara lain (Dimpling, Peau d’orange, Ulserasi, Edema,
Eritema, Nodul satelit) serta tidak ditemukan adanya perbesaran KGB diaksila dan
sekitarnya untuk menyingkirkan metastasis melalui kelenjar getah bening. Pada
pemeriksaan paru dalam batas normal untuk menyingkirkan kemungkinan
metastasis ke daerah paru.
Hasil pemeriksaan penunjang radiologi menunjukkan massa solid in homogen di
regio superolateral dan inferiolateral mamae kanan. Tidak ada perbesaran KGB
axila bilateral. Setelah dibiopsi, tampak adanya gambaran histopatologi massa
tumor terdiri atas sel sel bentuk spindel, beberapa bagian miksoid, dan bagian lain
relatif bertambah selularitasnya. Tampak duktuli kelenjar dilapisi sel sel epitel
kuboid selapis ploriferatif bertumpuk memadat. Rasio inti sitoplasma sedang,
hiperkromatis, polimorfi ringan. Tampak adanya struktur leaf like yang sesuai
dengan tumor fillodes. Berdasarkan grading WHO, pasien masuk kedalam benign
meskipun tetap berisiko untuk mengalami rekurensi.

21
Untuk membedakan tumor filodes dengan beberapa jenis tumor lain adalah
sebagai berikut :

Pada pasien diberikan terapi suportif dengan terapi definitifnya yakni Eksisi
komplit dengan batas-batas bebas sel tumor dan diikuti dengan follow-up untuk
memantau komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi.

BAB IV
KESIMPULAN

22
Tumor filodes merupakan sebuah tipe neoplasma jaringan ikat yang timbul dari
stroma intralobular mammae. Ditandai dengan pembesaran yang cepat massa
mobile, dengan konsistensi keras serta asimetris. Secara histologis tampak seperti
celah stroma seperti daun yang dibatasi oleh sel-sel epitel. Tumor ini dibagi
menjadi jinak, borderline, dan ganas namun umumnya bersifat jinak. Etiologi
tumor filodes tidak diketahui. Hal yang harus menjadi perhatian adalah tumor
filodes meskipun merupakan tumor jinak, namun dapat pertumbuhannya sangat
cepat dan dapat berubah menjadi ganas. Diagnosis pasti dari tumor filodes
dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan radiologi seperti
mammografi, USG, dan MRI dapat menunjang diagnosis tumor filodes dan
membedakannya dengan tumor lain sehingga tindakan definitif dapat segera
dilakukan. Penatalaksanaan tumor filodes yang dapat dilakukan adalah dengan
eksisi lokal ataupun dengan mastektomi (radikal/parsial) untuk kasus yang
rekuren.

BAB V

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Fairuz Quzwain1 , 2013, Tumorigenesis Tumor Filodes Payudara serta Peranan


Estrogen dan Progesteron sebagai Faktor Hormonal , JMJ, Volume 3, Nomor 2,
November 2015, Hal:140 – 151 , Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
2. Donald R Lannin 2019, Phyllodes Tumor (Cystosarcoma Phyllodes),
https://emedicine.medscape.com/article/188728-overview
3. Shashi PrakashMishra, Satyendra Kumar Tiwary 2013, Phyllodes Tumor of
Breast: A Review Article, Department of Surgery, Institute of Medical
Sciences, Banaras Hindu University, Varanasi, Ultar Pradesh 221005, India
4. Schwartz. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. 2000. Jakarta : EGC.
Halaman 233
5. Jong de wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.2004. Jakarta : EGC. Halaman 391-
393

24

Anda mungkin juga menyukai