Anda di halaman 1dari 5

Term of References (ToR)

Diskusi Kontemporer
“Krisis Ukraina 2022 : Potensi Perang Besar”

A. Latar Belakang
John J. Mearsheimer dalam bukunya yang berjudul The Tragedy of Great Power
Politics, mengemukakan bahwa keberlangsungan hidup merupakan motif utama dari
pelaku dari setiap great power. Teori yang ia kemukakan tentang hubungan antar great
power yang ia sebut sebagai Offensive Realism yang berasumsi mengenai perilaku great
power dan asumsi-asumsi tersebut berlaku sama untuk semua great power. Keberadaan
offensive realism dianggap menentang dua teori realis lain tentang hubungan antar great
power yang selama ini ada, yaitu classical realism yang dikemukan oleh Hans J.
Morgenthau dan defensive realism yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz. Offensive
Realism menganggap power sebagai sarana pencapaian kepentingan dan untuk mencapai
tujuan akhir maka power harus didapatkan semaksimal mungkin serta negara akan
berprilaku dengan berusaha untuk menjadi hegemonic power.
Krisis adalah konfrontasi yang intensif dan dahsyat yang terjadi dalam waktu
singkat. Sebelum dimulainya krisis Internasional yang terjadi di Ukraina saat ini, ada
beberapa peristiwa yang terjadi. Yang paling awal adalah ketika revolusi Euromaiden
terjadi di Ukraina pada tahun 2014, ketika presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia
menolak tawaran kerjasama dari Uni Eropa dan melanjutkan kerjasama ekonomi dengan
Rusia yang sebesar 15 milyar dolar AS. Masyarakat Ukraina melakukan protes dan aksi
besar-besaran dan berhasil menggagalkan kepemimpinan Yakunovych dalam pemilu
tahun itu. Tetapi permasalahan terjadi ketika Rusia melakukan aneksasi terhadap
semenanjung Krimea yang merupakan bagian dari kedaulatan Ukraina pada tanggal 20
Februari 2014.
Tindakan Rusia yang mencaplok Krimea didasarkan atas ketakutannya bahwa
Ukraina jatuh didalam pengaruh NATO dan Uni Eropa. PBB kemudian menyatakan
perbuatan Rusia terhadap Krimea sebagai suatu tindakan yang ilegal melalui resolusi
PBB 68/262 pada tanggal 1 April 2014. Pihak Rusia semakin berang atas kejadian ini dan
melakukan tindakan “provokatif” dengan memasuki wilayah dan mendukung kaum
separatis pro-Rusia di Donbas (Wilayah Ukraina) yaitu di Republik Rakyat Donetsk dan
Republik Rakyat Luhansk. Ini semakin memperjelas bahwa Rusia memiliki proksi di
Ukraina yaitu para kaum separatis pro-Rusia di Ukraina dengan basisnya berada
diwilayah Donbas.
Disisi lain Ukraina yang mulai berada dibawah pengaruh negara-negara barat
tentu saja dibantu oleh NATO dalam hubungan militer di krisis ini. Yang paling jelas
adalah bahwa Ukraina saat ini juga menggunakan pasukan paramiliter sayap kanan
(Batalion Azov) dimana mereka cenderung berpaham “neofasis” dalam merebut kembali
kedaulatannya di wilayah Donbas.
Kemudian penerapan offensive realism bisa dilihat dengan Rusia menempatkan
pasukannya sekitar 127 ribu pasukan diperbatasan Ukraina per Januari 2022. Ini bisa
memperlihatkan power Rusia untuk mencapai tujuannya di Ukraina. Disisi lain pihak
NATO telah menempatkan pasukannya sekitar 8500 tentara di Ukraina dalam usahanya
mendukung pemerintahan pro-barat Ukraina. Dampak dari krisis per saat ini adalah
adanya ancaman dari AS untuk melakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia, begitu juga
dengan sebaliknya dimana Uni Eropa sebagai pengimpor terbesar dari minyak gas Rusia
bakal terancam jika adanya ancaman tersebut dari negara-negara barat oleh Rusia.
Potensi perang selalu muncul ketika gertakan-gertakan berubah menjadi krisis yang jika
tidak ditemukan solusinya, maka akan mengarah ke perang antara Ukraina yang
didukung oleh NATO dan Rusia yang didukung oleh CSTO.
Berhubungan dengan hal tersebut, HIMAHI FISIP UNHAS sebagai organisasi
kader yang sekaligus menjadi ruang belajar bagi Mahasiswa Ilmu Hubungan
Internasional FISIP UNHAS merasa perlu adanya ruang diskusi yang menjadi wadah
bagi kita semua untuk berdialektika dalam melihat bagaimana Krisis Rusia-Ukraina yang
saat ini terjadi menjadi sebuah fenomena baru di kawasan Eropa serta bagaimana hal ini
berdampak secara global. HIMAHI FISIP UNHAS berharap hadirnya diskusi ini dapat
menjadi pemantik dalam diri setiap anggotanya untuk meningkatkan kualitas dan
kapabilitas dirinya secara akademis dan dalam proses belajarnya sebagai seorang
mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional. Hal tersebut juga ada demi terciptanya insan
intelektual seperti yang tercantum dalam tujuan HIMAHI FISIP UNHAS.
B. Tujuan
Adapun Tujuan dari Kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman terkait latar belakang terjadinya Krisis Rusia-Ukraina.
2. Memberikan pemahaman terkait analisa Krisis Rusia-Ukraina menggunakan teori
Offensive Realism.
3. Memberikan pemahaman terkait dampak yang ditimbulkan oleh Krisis Rusia-Ukraina
serta arah dari konflik tersebut.
C. Indikator
Adapun indikator ketercapaiannya kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya pemberian pemahaman terkait latar belakang terjadinya Krisis Rusia-
Ukraina.

2. Adanya pemberian pemahaman terkait analisa Krisis Rusia-Ukraina menggunakan


teori Offensive Realism
3. Adanya pemberian pemahaman terkait dampak yang ditimbulkan oleh Krisis Rusia-
Ukraina serta arah dari konflik tersebut.
D. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah anggota HIMAHI FISIP UNHAS dan umum.
E. Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 4 Februari 2022
Pukul : 13:30 - 15:00 WITA
Tempat : Zoom meeting
F. Metode
Metode penyajian materi diberikan dalam bentuk diskusi. Fasilitator diberikan waktu
selama 60 menit untuk memaparkan pematerinya. Kemudian, disediakan sesi tanya jawab
secara interaktif selama 30 menit.
G. Sub-Materi
Adapun perincian sub-sub materi adalah sebagai berikut.

1. Latarbelakang terjadinya Krisis Rusia-Ukraina

Pada bagian ini, pemateri diharapkan mampu menjelaskan apa yang


melatarbelakangi terjadinya Krisis Rusia-Ukraina. Pemateri juga diharapkan bisa
melampirkan aktor-aktor yang ikut terlibat dalam krisis tersebut selain Rusia dan
Ukraina serta motif dibalik keterlibatannya.?

2. Analisa Krisis Rusia-Ukraina menggunakan teori Offensive Realism

Pada bagian ini, pemateri diharapkan mampu menjelaskan bagaimana kita


menganalisa Krisis Rusia-Ukraina menggunakan konsep Offensive Realism.
Pemateri juga diharapkan dapat memberikan analisa pandangannya melalui teori ini
dalam memberikan gambaran umum terkait krisis yang sedang terjadi dalam upaya
Russia mengintervensi Ukraina.

3. Dampak secara global dari Krisis Rusia-Ukraina

Pada bagian ini, pemateri diharapkan mampu menjelaskan mengenai dampak yang
ditimbulkan dari adanya Krisis Rusia-Ukraina secara global. Pemateri juga
diharapkan bisa memaparkan dampaknya lebih khusus untuk Indonesia dan
bagaimana sikap Indonesia dalam menanggapi krisis tersebut.

4. Arah kedepan dari Krisis Rusia Ukraina: apakah berpotensi perang?


Pada bagian ini, pemateri diharapkan bisa memaparkan pandangannya terkait
bagaimana arah dari Krisis Rusia-Ukraina. Pemateri juga diharapkan bisa
memberikan pandangannya terkait adanya beberapa pengamatan mengenai adanya
potensi terjadinya peperangan dari Krisis Rusia-Ukraina.

H. Referensi

BLUEAN9EL, Offensive Realism oleh John J Mearsheimer, ,November 30, 2011. Diakses
Januari 31, 2022. https://bluean9el.wordpress.com/2011/11/30/offensive-realism/
Euronews. 2021. EU foreign affairs chief: 100,000 Russian troops at Ukraine border. 20
April. Accessed January 31, 2022. https://www.euronews.com/2021/04/19/eu-
foreign-affairs-chief-150-000-russian-troops-at-ukraine-border.

ICG. 2021. "Responding to Russia’s New Military Buildup Near Ukraine." International
Crisis Group 1-20.

Luce, Dan De. 2022. Russia-Ukraine crisis: Severe sanctions could trigger crippling
Moscow response. 28 January. Accessed January 31, 2022.
https://www.nbcnews.com/news/world/russia-ukraine-crisis-severe-sanctions-trigger-
crippling-moscow-respon-rcna13691.

Mearsheimer, John J. 2014. "Why the Ukraine Crisis Is the West's Fault: The Liberal
Delusions That Provoked Putin." Foreign Affairs 77-89.

Starr, Barbara, and Jeremy Herb. 2022. CNN Politics. 25 January. Accessed January 31,
2022. https://edition.cnn.com/2022/01/24/politics/biden-troops-europe/index.html.

Anda mungkin juga menyukai