Disusun Oleh :
KELAS : 1A
Dosen Pengampuh :
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Teori Mendel............................................................................ 3
B. Hokum Mendel..................................................................................... 4
C. Teori Pewarisan Sifat............................................................................ 7
D. Pemyimpangan Semu Hokum Mendel................................................. 8
E. Percobaan Mendel................................................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian: Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi dan hukum asortasi
bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann Mendel . Mendel
mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk
(Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I,
dan bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai
dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas,
tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
1
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel I.
3. Agar mahasiswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar mahasiswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar mahasiswa mengetahui percobaan mendel.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing alel
akan memisah secara bebas.
5. Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau resesif saja.
B. Hukum Mendel
1. Hukum Mendel I
Hukum Mendel 1 sering disebut sebagai segregasi yang mana
merupakan sebuah gen dan alel yang terjadi saat pembentukan sel gamet.
Gamet ini merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu persilangan
tanaman. Dalam istilah biologinya, hal ini sering disebut dengan suatu cara
perkembangbiakan secara seksual.
Pembentukan sel gamet pada saat proses persilangan
pengembangbiakan secara seksual disebut sebagai “Gametogenesis”. Pada
saat proses pembentukan sel ini, akan adanya suatu pengurangan
pengurangan. Reduksi ini merupakan suatu tindak pengurangan jumlah
dari kromosom sel anak yang telah terbentuk. Tindak mengurangi
bertujuan untuk menjaga kestabilan jumlah kromosom sel anak yang
terbentuk saat proses fertilisasi.
Dengan demikian, maka secara otomatis, kromosom akan
memisahkan diri dengan pasangannya (homolognya). Homolog ini adalah
pasangan kromoson yang mengandung gen dan alel. Jadi saat proses
pembentukan suatu gamet, maka hanya akan terbentuk kromosom tunggal.
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi
menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan
pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk
persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Secara garis
besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada
karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
4
misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan
(misalnya ww dalam gambar di samping) dan satu dari tetua betina
(misalnya RR dalam gambar di samping).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan
akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada
gamet yang dibentuk pada turunannya.
2. Hukum Mendel II
Hukum Mendel 2 sering disebut juga sebagai asortasi, yang mana
merupakan sebuah proses penggabungan antara gen dan alel yang
mengatur tertentunya. Pada saat proses fertilisasi sebelumnya akan terjadi
suatu proses peleburan, dimana sel gamet yang mengandung gen dan
sebuah gen tunggal akan menyatu. Setelah proses penyatuan atau
peleburan tersebut, gen akan dipertemukan pada alelnya.
Keadaan ini akan menghasilkan suatu hasil yaitu suatu
pengekspresian sifat tertentu. Hasil yang terbentuk dari proses peleburan
sel gamet jantan dan betina adalah Zigot. Zigot inilah yang nantinya akan
membawa masih-masih setengah dari kromoson gennya. Kombinasi antara
pejantan dan induk yang berbeda akan menghasilkan suatu turunan sifat
yang berbeda pula.
Demikian bunyi dari setiap hukum yang ada pada Hukum Mendel.
Setelah penjelasan tentang bunyi dari setiap Hukum Mendel akan
terbentuknya suatu sifat alel, maka berikutnya Anda harus mengetahui
bagaimana pola pewarisan dari sifat yang ada di hukum tersebut.
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment,
menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua
pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak
bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.Seperti nampak pada
5
gambar 1, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara
fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR
(secara fenotipe berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada
gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk jantan dan induk
betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya bergenotipe
wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R
dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini
akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan
catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada
tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga
berwarna merah) dan ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe
perbandingan individu merah dan individu putih adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk
dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2
menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk
buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan
disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat
dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek
dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit
(putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk
jantan yang terbentuk adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya
adalah sB dan sB (nampak pada huruf di bawah kotak). Lihat ganbar 2
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1
dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian
dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet
F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil
individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam
kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau
6
Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat
(jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4.
Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB : SSBb : SsBB : SsBb :
SSbb : Ssbb : ssBB : ssBb : ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
7
4. Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang
menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar
(lingkungan) terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi
berikutnya.
5. Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan bahwa
setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut
gemuia.
6. Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab
sebagai penurunan sifat.
8
Tahukah Anda, bahwa di dalam Hukum Mendel telah terbagi menjadi 4
bentuk penyimpangan. Di antaranya adalah atavisme, kriptomeri, polimeri,
hipostasis, epistasis, dan komplementer.
1. Atavisme
Penyimpangan ini terjadi pada jengger ayam yang memiliki bentuk
berbeda-beda, yaitu seperti pea, walnut, rose, dan single. Perbedaan yang
terjadi pada jegger ayam ini akibat adanya suatu interaksi antara dua gen
yang akhirnya membentuk suatu sifat yang berbeda.
Menurut Hukum Mendel, pada kejadian dihibrid normal pada suatu
gen akan mempengaruhi satu fenotipe. Namun, pada masalah ini dua gen
saling berinteraksi satu sama lain yang akhirnya memberikan suatu bentuk
satu fenotipe, yaitu jengger ayam berbeda-beda.
2. Kriptomeri
Penyimpangan yang berikutnya adalah kriptomeri yang memiliki arti
tersembunyi. Dalam penyimpangan ini akan mempengaruhi gen dominan
tersembunyi, jika berdiri sendiri dengan gen dominan lainnya.
Salah satu yang mengalami penyimpangan adalah persilangan dari
bunga Linaria Mariconna berwarna merah dan putih yang menghasilkan
warna bunga turunan ungu. Bunga berwarna ungu ini muncul
penyimpangan sebagai akibat dari pigmen antosianin dalam keadaan basa
yang dihasilkan oleh sel.
3. Polimer
Polimeri merupakan sebuah keadaan dimana ada beberapa gen yang
berdiri sendiri dapat mempengaruhi tubuh organisme yang ada dalam
bagian yang sama. Kasus penyimpangan ini pertama terjadi pada sebuah
biji gandum yang memiliki warna merah yang beraneka ragam.
4. Epistasis
Epistasis merupakan sebuah gen yang berperan untuk aktivitas dari
gen lain yang bukan termasuk golongan alel. Gen yang ditutup oleh
epitasis ini disebut sebagai “hypostasis”.
9
5. Pelengkap gen
Gen pelengkap adalah suatu gen yang saling melengkapi suatu sifat
yang muncul pada saat tertentu. Contohnya jika gen dominan B muncul
sendiri tidak disertai gen T maka akan memunculkan sifat bisu tuli.
Namun jika gen dominan T muncul sendiri dan tidak disertai gen B
maka akan memunculkan bisu tuli. (keterangan gen B = Bisu dan T =
Tuli).
E. Percobaan Mendel
1. Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan Penuh
Persilangan dua individu dengan satu sifat beda
menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan
salah satu sifat induknya.
Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh: Tanaman kacang
ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang
pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan
melakukan penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang
berbatang tinggi dan berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1.
Persilangan ini dapat dilihat dalam bagan berikut :
Kacang ercis Kacang ercis
Parental 1 (P1) ><
Batang Tinggi Batang Pendek
Genotipe TT >< tt
Fenotipe Tinggi Pendek
Gamet T dan T t dan t
Fenotipe :
Filial (F1) Tt
Batang Tinggi
Kacang ercis Kacang ercis
Parental 2 (P2) ><
Batang Tinggi Batang Tinggi
Genotipe T t T t
Gamet T dan t >< T dan t
10
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah sebagai berikut :
Gamet
T t
Gamet
T TT (Tinggi) .1 Tt (Tinggi) .2
T Tt (Tinggi) .3 Tt (pendek) .4
11
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah :
Gamet
M M
Gamet
M MM (Merah) 1 Mm (merah muda) 2
12
Kemungkinan terjadinya kombinasi pada F2 adalah Sbb :
F Game
BK Bk bK Bk
2 : t Gamet
BBK BBK BbK BbK
BK 1 2 3 4
K k K k
Bk BBKk 5 BBkk 6 BbKk 7 Bbkk 8
1 1 1
bK BbKK 9 BbKk bbKK bbKk
0 1 2
1 1 1 1
Bk BbKk Bbkk bbKk Bbkk
3 4 5 6
13
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 :1
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada
organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya
'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua
bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai
Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent
assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
B. Saran
1. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
2. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
15
DAFTAR PUSTAKA
http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html
16