SKRIPSI
ISE NURMALASARI
C1G117048
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM\
2021
ii
RINGKASAN
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTARISI...........................................................................................................vi
DAFTARTABEL..................................................................................................ix
DAFTARGAMBAR..............................................................................................xi
DAFTARLAMPIRAN.........................................................................................xii
RINGKASAN......................................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
I.1 LatarBelakang.............................................................................................1
I.2 PerumusanMasalah.....................................................................................7
I.3 TujuanPenelitian.........................................................................................7
I.4 Manfaat Penelitian......................................................................................8
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................9
II.1..............................................................................................LandasanTeori
9
II.1.1 Konsep Tentang Tentang Garam....................................................9
II.1.2 Konsep Tentang Usaha Tambak Garam Rakyat .........................11
II.1.3 Konsep Tentang Produksi Usaha Tambak Garam........................12
II.2.............................................Konsep Tentang Biaya Usaha Tambak Garam
13
II.2.1 Konsep Biaya Tambak Garam......................................................13
II.2.2 Teknologi Produksi Garam Rakyat..............................................15
II.2.3 Pola Produksi Garam Secara Tradisional.....................................16
II.2.4 Pola Produksi Garam dengan Teknologi Ulir Filter (TUF)
Geomebran....................................................................................11
II.3...................................Konsep Tentang Penerimaan Usaha Tambak Garam
17
II.4 Konsep Tentang Pendapatan UsahaTambakGaram.......................17
II.5 Konsep Tentang Kelayakan UsahaTambakGaram........................19
II.6 PenelitianTerdahulu.......................................................................20
II.7 KerangkaPendekatan Masalah.......................................................22
II.8 Definisi Operasional .....................................................................25
III. METODELOGI PENELITIAN..................................................................27
III.1 MetodePenelitian............................................................................27
III.2 UnitAnalisis....................................................................................27
III.3 Teknik PenentuanSampel..............................................................27
III.3.1 PenentuanDaerah Sampel.............................................................27
III.3.2 Penentuan Responden ..................................................................27
III.4 Jenis danSumberData......................................................................29
III.4.1 JenisData.......................................................................................29
III.4.2 SumberData..................................................................................29
III.5 Variabel danCaraPengukuran.........................................................29
III.6 CaraPengumpulan Data..................................................................31
III.7 AnalisisData....................................................................................31
III.7.1 Analisis pendapatan......................................................................31
iv
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
1.1 Luas Lahan dan Produksi Tambak Garam di Nusa Tenggara Barat
Tahun 2017.....................................................................................................2
1.2 Luas Lahan Tambak Garam di Kabupaten Bima
Tahun 2017.....................................................................................................3
1.3 Luas LahanTambak dan Produksi di Kecamatan Woha Tahun2017............4
1.4 Perkembangan Jumlah Produksi Garam Rakyat di Desa Donggobolo
Tahun dari2016-2020.....................................................................................5
4.11Rata-rata Biaya Produksi pada Petambak Garam dalam Satu Musim
perHa di Desa Donggobolo Tahun 2021.......................................................................42
4.12Rata-rata Biaya Bahan Bakar pada Usaha Tambak Garam dalam Satu
Musimper Ha di Desa Donggobolo Kecamatan Woha, Tahun 2021..................43
4.13Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Petambak Garam dalam Satu MusimperHa,
Tahun 2021 ..................................................................................................................44
4.14Rata-rataPenyusutan AlatPetambakGaramdalamSatuMusimperHadi
Desa Donggobolo, Tahun 2021................................................................................45
4.15Rata-rata Produksi, Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Petambak
GaramdiDesaDonggoboloKecamatanWohaTahun 2021....................................46
1
I. PENDAHULUAN
Kebutuhan garam dalam negeri pada tahun 2018 mencapai 3.770.346 ton,
terdiri dari kebutuhan garam industry CAP (Chlor Alkali Plant) untuk memenuhi
permintaan industri kertas dan petrokimia sebanyak 2.488.500 ton, industry
farmasi dan kosmetik sebesar 6.846 ton, industri aneka pangan sebesar 535.000
ton dan sisanya sebesar 6.846 ton, industry pengasinan ikan, pakan ternak, tekstil
dan resin pengeboran minyakvserta sabun dan detergen. Angka ini diperkirakakan
akan meningkat seiring dengan pertambahnya jumlah penduduk dan
berkembangnya industry yang membutuhkan garam (Kementerian Perindustrian,
2018).
Industri garam dapat membantu meningkatkan perekonomian, devisa Negara
serta, membantu dalam penyerapan tenaga kerja. Akan tetapi kehidupan petambak
garam di Indonesia masih di hargai pada kondisi yang termarginalkan. Sehingga
banyak petambak garam yang tidak dapat bertahan dengan usahanya bahkan ada
yang meninggalkan usahanya dan berpindah ke usaha lain. Selain itu masalah
utama yang dihadapi oleh petambak garam antara lain (1) lemahnya kualitas
sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha (2)lemahnya kapasitas modal dan
sulitnya akses pembiayaan usaga (3) kapasitas infrastruktur dikawasan garam
yang buruk (4) rendahnya daya inovasi teknologi produksi (5) regulasi yang
kurang berpihak terhadap usaha garam . Jika masalah-masalah tersebut terus
dibiarkan seperti itu maka petambak pesisir tidak akan memperoleh kesejahteraan
(Efendi, 2013).
Dengan berkembangnya sector industri dan laju pertambahan penduduk yang
begitu pesat, maka kebutuhan akan garam juga akan bertambah dan peningkatan
mutu dari garam tersebut juga akan makin diperhitungkan. Meskipun memiliki
potensi yang cukup besar sebagai produsen garam, Indonesia masih harus
mengimpor komoditas ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Safril,
2018).
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi penghasil
garam potensi di Indonesia dengan luas area produksi 2.562,05 ha yang tersebar di
enam kabupaten /kota meliputi Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok
Tengah, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima, dan
Kota Bima (Kementerian Kelautan dan Perikanan,2018). Adapun luas lahan dan
3
Luas lahan tambak garam dirinci per Kecamatan di Kabupaten Bima dapat
dilihat pada Tabel 1.2.berikut.
Tabel 1.2. Luas Lahan Tambak Garam di Kabupaten Bima tahun 2017
No Kecamatan Luas Lahan Terintergasi (Ha)
1 Bolo 759,95
2 Monta 55,62
3 Woha 765,82
4 Lambu 64,56
5 Sape 10,68
6 Palibelo 86,39
Jumlah 1743,02
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima, 2017
Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat bahwa Kecematan Woha merupakan
salah satu daerah yang memiliki luas lahan tambak yang tertinggi dibandingkan
dengan daerah lain, yaitu 765, 82 Ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima).
Petani tambak adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan mengelola
tambak dalam memperoleh pendapatannya.Petani tambak ini tinggal di desa
pesisir atau berdekatan dengan lokasi tambak, kebutuhan fisik minimum atau
kebutuhan konsumsi keluarga sangat ditentukan oleh pendapatan yang
diterimanya. Untuk memperoleh pendapatan yang tinggi maka petani tambak
harusbisameningkatkanhasilusahatambak.Selainitupetanitambakjugaharusbisa
menjaga dan memperbaiki kualitas usaaha tambak, diperlukan adanya perlatan
(teknologi) yang memadai serta tenaga kerja yang berpengalaman (Dharma,2015).
Lahan tambak di Kecamatan Woha yang dioptimalisasikan sebagai tambak
garam luas sekitar 765,82 Ha. Optimalisasi lahan dapat meningkatkan pendapatan
petani karena petani dapat memanfaatkan lahan seoptimal mungkin sehingga
memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani.Petani bisa mendapatkan
keuntungan dari usaha tambak garam secara bergantian dalam setahun, misalnya
pada musim penghujan petani membudidayakan ikan bandeng dan garam pada
musim kemarau sehingga tambak tidak di anggurkan dan petani tetap
mendapatkan pemasukan dalam setahun. Luas lahan dan produksi tambak garam
di rinci per Desa di Kecamatan Woha dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut:
5
Tabel 1.3. Luas Lahan dan Produksi Tambak di Kecamatan Woha Tahun 2017
No Desa Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)
1 Penapali 159,88 8.277,77
2 Donggobolo 148,26 8.011,66
3 Talabiu 186,67 10.864,89
4 Pandai 162,16 8.480,56
5 Dadibou 108,85 5.692,34
Jumlah 765,82 41.327,22
Sumber : Badan Pusat Statstik Kabupaten Bima, 2017
Berdasarkan Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa luas lahan di Kecamatan Woha
adalah 765,82 Ha dan produksi mencapai 41.327,22 Ton dalam setahun (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bima).
Desa Donggobolo adalah salah satu desa di kecamatan Woha yang terletak di
daerah pesisir pantai yang memiliki potensi cukup tinggi untuk mengembangkan
usaha tambak garam dengan total produksi garam sebesar 247,1 ton (Dinas
Kelautan dan perikanan Kabupaten Bima, 2019). Melihat kondisi yang potensial
tersebut masyarakat tidak akan menyia-nyiakan untuk mengolah tambak tersebut.
Selain untuk memproduksi garam masyarakat juga membudidayakan
bandeng .Garam menjadi salah satu yang diusahakan karena potensi bertahan
hidup.
Usaha tambak garam di Desa Donggoboo Kecamatan Woha Kabupaten Bima
menggunakan tradisional yaitu dengan penambahan produksi selama 2 minggu
yaitu 14 hari . Hal ini tidak terlepas dari adanya risiko yang dihadapi oleh
petani,baik risiko produksi maupun risiko finansial. Tinggi rendahnya risiko yang
dihadapi petani tersebut sangat tergantung pada efisien penggunaan faktor-faktor
produksi seperti luas lahan , bibit garam, dan tenaga kerja. Faktor lainnya seperti
kondisi iklim dan tanah juga sangat mempengaruhi produksi dan finansial petani.
Tabel 1.4. Perkembangan Jumlah Produksi Garam Rakyat di Desa Donggobolo
Tahun 2016-2020
No Kelompok/Anggota Luas Produksi(Ton)
Lahan(Ha) 2016 2017 2018 2019 2020
1 Peduli Kerja 0,58 66,63 70,38 67,42 69,12 70,00
2 Nanga Tolosia Ele 9,58 46,00 43,30 45,00 37,20 40,30
3 Nanga Tolosia Di 7,737 16,50 17,00 16,00 17,00 16,00
4 Nanga Tumpu 9,70 14,62 10,54 12,63 98,51 12,21
5 Nanga Soro 1,07 41,89 19,68 17,44 14,45 11,90
6 Nnanga Fare More 0,64 11,56 12,06 11,40 10,82 11,00
6
1.2 PerumusanMasalah
Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima merupakan salah satu
daerah penghasil garam di Kecamatan Woha dan setra produksi garam yang
terbesar di Kecamatan Woha.Lemahnya system tataniaga yang kurang
menguntungkan penggaram, sisi permodalan kurang mendukung sehingga
petambak haram terjerat pada tengkulak atau juragan yang menghargai
garamnya dibawah standar nasional sehingga dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan yang menyebabkan penurunan kesejahteraan para petambak
garam. Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berapa biaya dan pendapatan usaha tambak garam di Desa Donggobolo
Kecamatan Woha KabupatenBima?
2. Bagaimana kelayakan usaha tambakgaram di DesaDonggobolo
Kecamatan Woha KabupatenBima?
3. Apa saja yang menjadi kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha
tambak garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha KabupatenBima?
1.3 TujuanPenelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis biaya dan pendapatan petambak garam di Desa
Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima.
2. Untuk menganalisis kelayakan petambak garam di Desa Donggobolo
Kecamatan Woha Kabupaten Bima
3. Untuk menganalisis kendala yang di hadapi petambak garam di Desa
8
II.1 LandasanTeori
1. Konsep Tentang Garam
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk Kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida
( 80% ) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida, Magnesium
Sulfa, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat di alam berasal
dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah, tambang garam, sumber
air dalam tanah (Burhanuddin S, 201).
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No
588/M/IND/PER/10/2014 garam dikelompokkan menjadi dua jenis garam
yaitu garam konsumsi atau dapat diolah menjadi garam rumah tangga
untuk konsumsi masyarakat. Garam Konsumsi beriodium dengan
kandungan NaCl minimal 94% kedua, garam industry adalah garam yang
digunakan sebagai bahan baku/penolong pada proses produksi. Garam
industry digunakan untuk untuk industri Kimia (kadar NaCl min 96%),
industry anekan pangan (Kadar NaCl min 97%),industry farmasi (kadar
NaCl min 99,8%), industry perminyakan ( kadar NaCl min. 95%), industry
penyamakan kulit (kadar min. 85%), dan water wreatment (kadsr min.
85%).
Kementerian Perdagangan (2018) menjelaskan bahwa areal untuk proses
pembuatan garam terutama untuk garam yang berasal dari air laut dengan
menggunakan tenaga matahari secara umum harus dipilih berdasarkan
krikteria tertentu. Krikteria-kriteria yang digunakan dalam memilih lokasi
tersebut antara lain leteak permukaan air laut, topografis, sifat fisik tanah
dan sebagainya. Faktor-faktor desain lokasi areal pengaraman yang
menentukan adalah “air laut” sebagai bahan baku, “tanah” sebagai faktor
sarana utama dan “iklim” sebagai faktor sumber tenaga serta tenaga
manusia sebagai faktor tambahan.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bima (2018)
proses produksi garam di Indonesia secara umum dapat dikelompokkan
10
menjadi dua yaitu, garam yang diproduksi oleh PT Garam (Persero) dan
garam yang berasal dari rakyat atau usaha garam rakyat.
2.1.2. Konsep Tentang Usaha Tambak Garam Rakyat
Usaha tambak merupakan suatu usaha yang banyak digeluti oleh penduduk
Indonesia, mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Pemerintah
Indonesia pernah menjadikan sektor pertanian sebagao sektor prioritas utama
pembangunan , karena sektor ini memang merupakan sektor yang dominan dalam
ekonomi nasional.
Peningkatan hasil dan mutu produk merupaka hasil mendasar yang
perlu ditingkatkan atau digenjot dalam pembangunan pertanian. Peningkatan hasil
dan mutu yang baik tentu akan berpengaruh signifikat terhadap pendapatan pelaku
usaha tambak. Pendapatan inilah yang tentunya akan meningkatksn taraf hidup
petambak dan keluarganya.
melihat apa saja faktor kendala yang dihadapi petambak. Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada gambar2.6.
Gambar 2.6. Bagan Pendekatan Masalah
14
3.1. MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu sutu metode dalam
meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik survey yaitu data
dikumpulkan dari sejumlah individu (unit sampling ) dalam waktu yang
bersamaan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun
sebelumnya.
3.2. UnitAnalisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah petambak yang melakukan usaha
tambak garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha KabupatenBima.
3.3. Teknik PenentuanSampel
3.3.1. Penentuan DaerahSampel
Desa Donggobolo terdiri dari enam kelompok tani garam, selanjutnya
ditetapkan tiga kelompok tani garam sebagai daerah sampel penelitian yaitu
Kelompok Tani Garam Nanga Fare Mori, Kelompok Tani Garam Nanga Tolosia
Di, dan Kelompok Tani Garam Pduli Kerja. Penentuan daerah sampel ditentukan
secara sengaja “Purposive Sampling” atas pertimbangan hanya tiga kelompok
tersebut yang mengusahakan garam
3.3.2. PenentuanResponden
Responden dalam penelitian ini adalah petambak garam yang ada di Desa
Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima di hitung dengan menggunakan
rumus slovin (Yusuf,2014):
N
n=
1+N (e )2
Keterangan :
N =UkuranSampel
N = Jumlahpopulasinya
e =Persenkelonggaranketidaktelitiankarnakesalahanpengambilansampel
yang masihditolerirataudiinginkan misalnya10%
15
75 75
n= =
2 1 ,75
=42 , 85=43
1+75(10 %)
Berdasarkan rumus slovin dari jumlah populasi yang ada di Desa
Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima di tetapkan sebanyak 43 petani
sebagai sampel penelitian. Selanjutnya penentuan responden pada tiap kelompok
tani garam sampel dilakukan secara “Proportional random sampling” yaitu
teknik pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur –unsur atau
kategori dalam populasi penelitian. Jumlah petani yang mengusahakan garam di
Desa Donggobolo Kecamatan Woha Kabupaten Bima sebanyak 75 petani yang
terdiri dari Kelompok Tani Garam Nanga Fare Mori sebanyak 22 petani ,
Kelompok Tani Garam Nanga Tolosia Di sebanyak 25 petani dan, Kelompok Tani
Garam Peduli Kerja sebanyak 28 petani. Rumus perhitungan penentuan responden
pada masing-masing kelompok sebagaiberikut:
Ni
ni=
N ×n
Keterangan :
Ni : Besar responden untuk Kelompok Tani Garam ke i
Ni : Total subpopulasi dari Kelompok Tani Garam ke i
N : Totalpopulasi
N : Besarnyaresponden
Dari rumus di atas, dapat diperhitungkan responden dari masing-masing
kelompok adalah sebagaiberikut:
22
1. KelompokTaniGaram Nanga Fare Mori = 75 × 43 = 13 orang
25
2. KelompokTaniGaram NangaTolosia Di = 75 × 43 = 14 orang
28
3. KelompokTani GaramPeduliKerja = 75 × 43 = 16orang
Pemilihan responden dilakukan secara “accidental sampling” adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel,
bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumberdata.
16
b. Biayavariabel
Biaya Variabel adalah biaya produksi yang berubah –ubah sesuai dengan
tingkat produksi yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
17
3.7. AnalisisData
Keterangan :
Untuk mengetahui total biaya adalah dengan cara menjumlahkan biaya tetap
dengan biaya variabel.
TC =TFC + TVC
Keterangan :
TC = Total Cost (TotalBiaya)
TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya
Tetap)
TVC = Total Variable Cost (Total BiayaVariabel)
3.7.2. AnalisisKelayakan
Kelayakan usaha/Efisiensi usaha merupakan analisis imbangan
20
4.1. BiayaProduksi
Biaya produksi merupakan jumlah keseluruhan dari semua biaya variabel
danbiaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari
jumlah produksi yang meliputi biaya sarana produksi, penggunaan tenaga kerja,
dan biaya variabel lain serta semua biaya diperhitungkan dalam satu kali proses
produksi. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak habis dipakai dalam satu
kali produksi yang meliputi biaya penyusutan alat, biaya sewa tambak dan
pajaktambak.
Adapun rincian biaya produksi yang di keluarkan petambak selama usaha
tambak garam disajikan pada tabel 4.11.
Tabel 4.1.Rata-rata Biaya Produksi pada petambak Garam dalam satu Musim per
LLG dan per Ha di Desa Donggobolo Kecamatan Woha, Tahun2021.
No Jenis Biaya Usaha Garam Rakyat
Per LLG Presentase Per Ha Presentase
(Rp) (%) (Rp) (%)
1 Biaya Variabel
A Biaya Bahan 167.209 1,40 321.556 1,40
Bakar
B Biaya Tenaga 286.047 2,40 550.089 2,40
Kerja
Sub Total 453.256 3,80 871.645 3,80
2 Biaya Tetap
A Pajak Tambak 77.326 0,65 148.703 0,64
B Penyusutan Alat 1.418.219 11,86 2.727.344 11,86
C Biaya Sewa 10.000.000 83,70 19.230.769 83,70
Tambak
Sub Total 11.495.545 96,20 22.106.816 96,20
Biaya Total Produksi 11.948.801 100 22.978.461 100
2.241.824 dan Total biaya variabel terbesar yang dikeluarkan untuk usaha tambak
garam per Ha sebesar Rp. 4.858.171
1. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan
petambak garam yang terdiri dari biaya pembelian oli , dan bensin. Rata- rata
biaya bahan bakar yang dikeluarkan petambak garam di Desa Donggobolo
Kecamatan Woha disajikan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.2.Rata-rata Biaya Bahan Bakar Pada UsahaTambak Garam dalam Satu
Musim per Ha di Desa Donggobolo Kecamatan Woha, Tahun 2021.
No Uraian JumlahFisik Nilai Jumlah Fisik Nilai
Per LLG (Rp) Per Ha (Rp)
(lt) (lt)
1 Bensin 489 113.700 1058 246.100
2 Oli 55 53.284 118 113.644
Total (PP) 166.984 166.984 359.744 359.744
Total (Musim) 2.003.808 2.003.805 4.316.928 4.316.928
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2021
Tabel 4.12 menunjukkan perbedaan total biaya bahan bakar yang di keluarkan
oleh petambak garam per LLG sebesar 2.003.805/musim, dan total biaya bahan
bakar yang per Ha sebanyak 4.316.928/musim, Sementara itu untuk biaya sarana
produksi air laut tidak memiliki nilai karena merupakan barang bebas dan tidak
dibeli melainkan dialirkan langsung dari air laut ke petak-peta tambak.
2. TenagaKerja
Tenaga kerja sangat berperan penting dalam usaha tambak garam karena tanpa
tenaga kerja suatu usaha tambak tidak akan berjalan dengan baik karena tenaga
kerja berjalan yang berperan aktif dalam proses kegiatan usaha tambak.
Penggunaan tenaga kerja dalam proses kegiatan usaha tambak garam meliputi
masa pengeringan tambak, masa pemadatan tanah, masa penyaluran air, masa
pemasukan air, dan masa panen. Besarnya biaya tenaga kerja yang dilakukan pada
usaha tambak garam dapat disajikan pada tabel 4.14.
23
Tabel 4.3.Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Petambak Garam dalam Satu Musim per
LLG dan per Ha, Tahun2021.
No Jenis Kegiatan HKO Nila HKO Nilai
(Rp/musim/LLG) (Rp/musim/Ha)
1 Masa 3,82 277500 7,35 3438040
Pengeringan
Tambak
2 Masa Pemadatan 3,28 174331 6,31 2.951.163
Tanah
3 Masa Penyaluran 0,15 11250 0,29 132.279
Air
4 Masa Pemasukan 0,84 102000 1,62 763.534
Air
5 Masa Panen 1,31 94779 2,52 1.182.409
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagaiberikut:
1. Rata-rata produksi garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha
Kabupaten Bima tahun 2021 rata-rata per LLG sebanyak 59.555, -kg per
hektar dengan penerimaan 201.891.459,-per hektar. Rata-rata biaya
produksi adalah Rp , 11.948.801- per hektar dengan rata-rata pendapatan
usaha tambak Rp 189.649,626, -per hektar, Sedangakan rata-rata produksi
per Ha sebanyak 130.059, -kg per hektar dengan penerimaan
956.193.768,-per hektar. Rata-rata biaya produksi adalah sebanyak
22.978.461, -per hektar.dengan rata-rata pendapatan sebanyak Rp.
933.215.307, -per hektar.
2. Besarnya efisiensi usaha garam per LLG yang diukur dengan R/C ratio
adalah 16,90, Sedangakan per Ha adalah 41,61 yang berarti usaha tambak
garam di Desa Donggobolo Kecamatan Woha menguntungkan(efisien).
3. Kendala yang dihadapi petambak garam adalah harga yang dirasakan
relatif rendah. Berdasarkan hasil penelitian,rata-rata harga garam rakyat
ditingkat petambak adalah Rp 3.390 samapi 7.352 kg. Hal ini cenderung
disebabkan karena dalam pemasaran garam di Desa Donggobolo
Kecamatan Woha Kabupaten Bima dapat dikatakan bersifat monopsony
dimana hanya ada satu pembeli, yaitu Pedagang Pengumpul Kabupaten
sehingga harga cemderung ditetapkan olehpembeli.
5.2. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian dan kesimpulan yang telah di uraikan di
atas, maka dapat disarankan sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada petambak garam rakyat di Desa Donggobolo
Kecamatan Woha agar dapat menggunakan alat yang sudah dibelikan oleh
kementerian kelautan dan perikanan agar dapat menambah produksi hasil
garam bukan hanya beberapa karung saja namun yang berbentuk kemasan
dan menggunakan mesinpompa.
27
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, 2013 Menuju Swasembada Garam industri. 2015. Data Garam Rakyat
Kabupaten Bima. Kabupaten Bima.
Taufik, et. al, 2013. Analisis Perekonomian dan Kontribusi Sektor Pertaniandi
Kabupaten Lampung Utara 2002-2008 (Doctoral dissertation,Fakultas
Pertanian). Soekartawi,1992, Analisis Pendapatan dan
PemasaranUsaha Pembuatan Garam di Kelurahan Talise Kecamatn
Mantikulore Kota Palu.