Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KANKER USUS BESAR

OLEH

SABDI RASYID
1909200414201014

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN

KENDARI

2021
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teori
1. Konsep Dasar Penyakit
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus
besar, yakni bagian akhir dari sistem pencernaan. Sebagian besar
kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah benjolan/polip kecil, dan
kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,
2018.
Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus
besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) (Komite
Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
B. Etiologi
Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker
kolorektal. Beberapa faktor risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah,
seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita polip, riwayat
menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron), dan
memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker
usus besar. Faktor risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat yang
dapat meningkatkan risiko kanker kolorektal di usia muda dibawah 40
tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi daging merah dan daging
olahan secara berlebihan.
Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal,
batasi makanan tinggi lemak termasuk daging merah. Merokok juga
merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal. Diperkirakan, satu
dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat dihubungkan
dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan risiko
terbentuknya adenoma dan peningkatan risiko perubahan adenoma
menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain adalah
pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetildehida
yang meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah
dan sayur yang mengandung probiotik, karena kandungan seratnya akan
mengikat sisa makanan dan membuat feses lebih berat sehingga mudah
dibuang (Kemenkes RI, 2019).

C. Patofisiologi
Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polip adenoma. Insidensi tumor dari kolon kanan
meningkat, meskipun umumnya masih terjadi di rektum dan kolon
sigmoid. Polip tumbuh dengan lambat, sebagian besar tumbuh dalam
waktu 5-10 tahun atau lebih untuk menjadi ganas. Ketika polip
membesar, polip membesar di dalam lumen dan mulai menginvasi
dinding usus. Tumor di usus kanan cenderung menjadi tebal dan besar,
serta menyebabkan nekrosis dan ulkus. Sedangkat tumor pada usus kiri
bermula sebagai massa kecil yang menyebabkan ulkus pada suplai darah
(Black & Hawks, 2014).
Pada saat timbul gejala, penyakit mungkin sudah menyebar ke
dalam lapisan lebih dalam dari jaringan usus dan organ-organ yang
berdekatan. Kanker kolorektal menyebar dengan perluasan langsung ke
sekeliling permukaan usus, submukosa, dan dinding luar usus. Struktur
yang berdekatan, seperti hepar, kurvatura mayor lambung, duodenum,
usus halus, pankreas, limpa, saluran genitourinary, dan dinding
abdominal juga dapat dikenai oleh perluasan. Metastasis ke kelenjar
getah bening regional sering berasal dari penyebaran tumor. Tanda ini
tidak selalu terjadi, bisa saja kelenjar yang jauh sudah dikenai namun
kelenjar regional masih normal. Sel-sel kanker dari tumor primer dapat
juga menyebar melalui sistem limpatik atau sistem sirkulasi ke area
sekunder seperti hepar, paru-paru, otak, tulang, dan ginjal. “Penyemaian”
dari tumor ke area lain dari rongga peritoneal dapat terjadi bila tumor
meluas melalui serosa atau selama pemotongan pembedahan.Sebagian
besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 %
terjadi di sigmoid dan kolon desending. Kanker kolorektal terutama
adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor
pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum
(dua kali lebih banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara
(Black & Hawks, 2014):
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara
langsung misalnya ke abdomen dari kolon transversum. Penyebaran
secara langsung juga dapat mengenai bladder, ureter dan organ
reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa
mengenai paru-paru, ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi kanker kolon menurut (Yayasan Kanker Indonesia, 2018):
a. Perubahan pada pola buang air besar termasuk diare, atau konstipasi
atau perubahan pada lamanya saat buang air besar, dimana pola ini
berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Kadang-kadang
perubahan pola itu terjadi sebagai perubahan bentuk dari feses atau
kotoran dari hari ke hari (kadang- kadang keras, lalu lunak, dan
seterusnya)
b. Pendarahan pada buang air besar atau ditemukannya darah di feses,
seringkali hanya dapat dideteksi di laboratorium
c. Rasa tidak nyaman pada bagian abdomen atau perut seperti keram,
gas atau rasa sakit yang berulang
d. Perasaan bahwa usus besar belum seluruhnya kosong sesudah buang
air besar
e. Rasa cepat lelah, lesu lemah atau letih
f. Turunnya berat badan secara drastis dan tidak dapat dijelaskan
sebabnya
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker
kolorektal adalah sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)
a. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa
untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain
pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang
merupakan pemeriksaan rutin.
b. Pemeriksaan laboratorium
Patologi Anatomi Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi
pada kanker kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal dari
tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil
pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa
definitif. Darpemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh
karakteristik berbagai jenis kanker maupun karsinoma di kolorektal
ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos
abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan
adalah dengan memakai double kontras barium enema, yang
sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang
berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama
sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif
pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang
pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di
eksisi.
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran
seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan
saluran pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskopi, yaitu
selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan
kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan
dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada
barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%. Kolonoskopi
juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan
prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama (perdarahan,
komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2%
pada pasien.
F. Penatalaksanaan
Prinsip panalaksana kanker (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2015).

Stadium Terapi
Stadium 0  Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
(TisN0M0)  Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang tidak
memenuhi syarat eksisi lokal
Stadium I  Wide surgical resection dengan anastomosis tanpa
(T1-2N0M0) kemoterapi adjuvan
Stadium  Wide surgical resection dengan anastomosis
II (T3N0M0,  Terapi adjuvan setelah pembedahan pada pasien
T4a-bN0M0) dengan risiko tinggi
Stadium III  Wide surgical resection dengan anastomosis
(T apapun N1-  Terapi adjuvan setelah pembedahan
2 M0)
Stadium IV  Reseksi tumor primer pada kasus kanker kolorektal
(T apapun, N metastasis yang dapat direseksi
apapun, M1)  Kemoterapi sistemik pada kasus kanker kolorektal
dengan metastasis yang tidak dapat direseksi dan tanpa
gejala

B. Kajian keperawatan

1. Keluhan(Anamnesse)
a. Definisi: kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
2. Penyebab:
a. Krisis situasional
b. Ancaman terhadap konsep diri
c. Ancaman terhadap kematian
d. Kekhawatiran mengalami kegagalan
e. Kurang terpapar informasi
3. Gejala dan tanda Mayor Subjektif:
a. Merasa bingung
b. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c. Sulit berkonsentrasi Objektif:
d. Tampak gelisah
e. Tampak tegang
f. Sulit tidur
4. Gejala dan data Minor Subjektif:
a. Mengeluh pusing
b. Anoreksia
c. Palpitasi
d. Merasa tidak berdaya Objektif:
e. Frekuensi nafas meningkat
f. Frekuensi nadi meningkat
g. Tekanan darah meningkat
h. Diaphoresis
i. Tremor
j. Muka tampak pucat
k. Suara bergetar
l. Kontak mata buruk
m. Sering berkemih
n. Berorientasi pada masa lalu
5. Kondisi klinis terkait
a. Penyakit kronis progresif (misalnya penyakit kanker Masalah
keperawatan pada intra kemoterapi
b. Risiko Infeksi (0142)
1. Definisi : Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
2. Faktor Risiko :
a. Efek prosedur invasif
b. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
c. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: Kerusakan integritas kulit
d. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: Penurunan Hemoglobin,
Imunosupresi, Supresi respon inflamasi
3. Kondisi klinis terkait
a. Tindakan invasif
b. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)
1. Definisi : Berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis)
atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia,otot, tendon, tulang,
kartilago, kapsil sendi dan/atau ligament).
2. Faktor Risiko :
a. Perubahan sirkulasi
b. Bahan kimia iritatif
c. Kelembaban
d. Perubahan hormonal
e. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan atau
melindungi integritas jaringan
3. Kondisi klinis terkait :
a. Imunodefisiensi Masalah keperawatan pada post kemoterapi
b. Nausea (D.0076)
1. Definisi : Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok
atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah
2. Penyebab :
a. Efek agen farmakologis
3. Gejala dan tanda Mayor :
Subjektif :
a. Mengeluh mual
b. Merasa ingin muntah
c. Tidak berminat makan Objektif : Tidak bersedia
4. Gejala dan tanda Minor :
Subjektif :
a. Merasa asam di mulut
b. Sensasi panas atau dingin
5. Sering menelan Objektif :
a. Saliva meningkat
b. Pucat
c. Diaforesis
d. Takikardia
e. Pupil dilatasi
4. Kondisi klinis terkait :
a. Kanker
b. Gangguan Citra Tubuh (D.0083)
1. Definisi : Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik
individu
Penyebab :
a. Perubahan fungsi tubuh (misal. Proses penyakit)

B. Pemeriksaan fisi
Pada pemeriksaan fisik generalisata, dapat ditemukan penurunan
berat badan pada pasien. Pasien bisa tampak pucat karena anemia akibat
perdarahan samar kronis atau anemia defisiensi besi. Terkadang bisa
didapatkan nyeri tekan abdomen, massa pada palpasi abdomen, ataupun
ascites.
Pada digital rectal examination atau pemeriksaan colok dubur, bisa
ditemukan benjolan pada anus, perdarahan pada rektum, dan gangguan
tonus sfingter ani.
C. Diagnosa Keperawatan
Definisi
Pengeluaran fases yang sering lunak dan tidak berbentuk.
Penyebab
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Ti ngkat steres tinggi
Situasional
1. Terpapar kontamina
2. Terpapar toksin
3. Penyelangunaan laksatif
4. Penyelahgunaam Zat
5. Program pengobatan ( Agen tiroid,analgesic,pelunak
feses,ferosulfat,antasida,cimetidine dan antibiotic)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air

Gejalah dan tanda mayor


Subjektif Objektif
( Tidak tersedia) 1.Defekasi lebih dari 3x dalam 24
jam
2.Fases lembek atau cair
Gejalah dan tanda minor
Subjektif Objektif
1.Urgency 1.Frekuensi perisstaltik meningkat
2.Nyeri/ kram abdomen 2.Bising usus hiperaktif
Kondisi Klinis Terkait
1.Kanker kolon
2.Diverticulitis
3.Iritasi usus
4.Crohn’s disease
5.ulkus peptikum
6.Gastritis
7.Spasme kolon
8.Kolitis ulseratif
9.Hipertiroidisme
9.Hipertiroidisme
10.Deman typoid
11.Malaria
12.Sigelosis
13.Kolera
14.Disentri
15.Hepatitis

D. Rencana Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasional (D.0080)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkan
ansietas pasien menurun. Kriteria Hasil :
1. Verbalisasi kebingungan menurun
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun
5. Frekuensi pernapasan, nadi dan tekanan darah menurun
Intervensi Reduksi Ansietas (I.09314):
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal kondisi, waktu,
stressor)
2. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) Terapeutik
3. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
4. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
3. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai