Anda di halaman 1dari 51

MODUL PRAKTIKUM

UTILITAS 1
PENGOLAHAN AIR

Disusun oleh:
Tim Laboratorium Lindungan Lingkungan
Laboratorium Hilir Migas dan Mineral

POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS


Jl. Gajahmada No 38 Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, 58315

2020
Modul Praktikum Utilitas 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah sehingga Panduan

Praktikum Utilitas I (Pengolahan Air Bersih) ini dapat terselesaikan. Modul ini disusun

sebagai buku petunjuk penunjang mata kuliah Praktikum Utilitas I untuk Program Studi

Teknik Pengolahan Migas (Refinery) Politeknik Energi dan Mineral Akamigas (PEM

Akamigas) Cepu.

Keberadaan buku ini diharapkan dapat menjadi acuan mahasiswa sebelum,

saat dan sesudah melaksanakan kegiatan praktikum, sehingga semakin membuka wawasan

bagi mahasiswa untuk belajar lebih banyak lagi mengenai teori dan fakta yang mereka

pelajari dan amati dan dapat mengembangkannya dengan berbagai kondisi yang ada di

sekitar mereka.

Buku panduan ini tentu saja masih jauh dari yang diharapkan untuk

memenuhi kebutuhan mahasiswa, sehingga masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan

agar tercapainya kondisi praktikum yang ideal sesuai dengan silabi yang berlaku dan

semakin berkembang seiring dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi.

Cepu, Januari 2018

Penyusun

i
Modul Praktikum Utilitas 1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

TATA TERTIB PRAKTIKUM ...................................................................................................iii

FORMAT LAPORAN ..............................................................................................................v

Format lembar pengesahan:............................................................................................... vi

PERCOBAAN 1. PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS AIR ............................................... 1

PERCOBAAN 2. UJI PARAMETER KUALITAS AIR .................................................................. 7

PERCOBAAN 3. UJI PARAMETER KUALITAS AIR ................................................................ 11

PERCOBAAN 4. PENENTUAN JENIS DAN DOSIS KOAGULAN ............................................. 16

PERCOBAAN 5. PENGOLAHAN AIR SECARA ELEKTRO-KOAGULASI ................................... 25

PERCOBAAN 6. UNIT PENGOLAHAN AIR KONTINYU......................................................... 32

PERCOBAAN 7. DEMINERALISASI AIR METODE ION EXCHANGE ...................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 44

ii
Modul Praktikum Utilitas 1

TATA TERTIB PRAKTIKUM

DI LABORATORIUM LINDUNGAN LINGKUNGAN

1. Awali dan akhiri praktikum dengan membaca do’a.


2. Praktikan harus mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum. Pelanggaran
terhadap hal ini akan mengakibatkan diberikannya nilai E (gagal praktikum).
3. Setiap kegiatan praktikum diawali dengan kegiatan asistensi yang dipimpin oleh
instruktur praktikum.
4. Praktikan wajib mentaati jadwal praktikum yang telah ditetapkan oleh bagian
penjadwalan dan dosen pengampu praktikum.
5. Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
6. Rangkaian kegiatan praktikum di laboratorium lindungan lingkungan terdiri atas
pretest, praktikum, asistensi, pembuatan laporan dan ujian responsi.
7. Selama kegiatan praktikum:
a. Praktikan wajib membawa dan mempelajari buku modul praktikum dan
menyiapkan bahan penunjang praktikum sesuai petunjuk di modul.
b. Praktikan wajib mengenakan pakaian sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Praktikan harus berlaku sopan, tidak bercanda, tidak bersendau gurau dan
sejenisnya.
d. Paktikan dan instruktur wajib memahami tentang keselamatan kerja di
laboratorium.
e. Dilarang makan dan merokok di lingkungan laboratorium lindungan lingkungan.
f. Dilarang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya praktikum.
8. Praktikan yang merusak alat dan bahan kimia, baik sengaja maupun tidak sengaja,
maka kelompok praktikum yang bersangkutan wajib memberikan surat pernyataan
telah merusak alat atau bahan kimia dan siap mengganti alat atau bahan yang rusak
tersebut.
9. Setiap alat dan bahan utama praktikum sudah disiapkan oleh instruktur, apabila ingin
menggunakan alat dan bahan tambahan harus sepengetahuan instruktur dan
mencatatkan peminjaman pada buku bon alat dan bahan.

iii
Modul Praktikum Utilitas 1

10. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan mengembalikan alat
dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula dalam kondisi yang seharusnya.
11. Penilaian akhir praktikum meliputi aspek pretest, pelaksanaan praktikum, laporan
resmi, dan responsi dan menjadi wewenang dosen pengampu praktikum.
12. Laporan praktikum harus diserahkan pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
format laporan yang sudah ditentukan.
13. Hal-hal yang belum ditentukan dalam tata tertib ini akan diputuskan kemudian.

Cepu, Februari 2020

Tim Laboratorium Lindungan Lingkungannn

iv
Modul Praktikum Utilitas 1

FORMAT LAPORAN

1. Halaman Judul
Diketik komputer.
2. Lembar Pengesahan
Diketik komputer seperti contoh.
3. Kata Pengantar
Diketik komputer.
4. Daftar Isi
Diketik komputer.
5. Laporan Praktikum (Sebanyak percobaan yang sudah dilakukan)
Ditulis tangan, di kertas folio bergaris
a. Judul Praktikum
b. Tujuan Praktikum
c. Dasar Teori
d. Metodologi Praktikum
e. Hasil Praktikum
f. Analisis (Pembahasan)
g. Kesimpulan dan Saran
h. Daftar Pustaka
6. Penutup

Dijilid jadi satu.

v
Modul Praktikum Utilitas 1

Format lembar pengesahan:

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTIKUM UTILITAS I (PENGOLAHAN AIR)
LABORATORIUM LINDUNGAN LINGKUNGAN

Telah dilaksanakan Praktikum Utilitas I (Pengolahan Air) selama … jam kuliah, dengan
materi praktikum:

1. ………
2. ……...
3. Dst

Oleh :

(Nama Lengkap)
NIM. 2154788

Menyetujui,

Dosen Praktikum, Asisten Praktikum,

Nama Nama

vi
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 1. PENGUKURAN PARAMETER KUALITAS AIR

(pH, Turbiditas, DHL, dan TDS)

1. TUJUAN
a. Mengetahui cara pengukuran derajat keasaman (pH) sampel air menggunakan
pHmeter.
b. Mengetahui cara pengukuran tingkat kekeruhan (turbiditas) air menggunakan alat
Turbidimeter.
c. Mengetahui cara pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) sampel air menggunakan
alat konduktivitimeter
d. Mengetahui cara pengukuran Padatan Terlarut dalam sampel air (TDS) menggunakan
TDSmeter,
e. Mengetahui perbedaan karakteristik pH, Turbiditas, DHL dan TDS sampel air dari
berbagai sumber air.

2. DASAR TEORI
pH Air
pH (potential Hidrogen) air merupakan tingkatan yang menunjukkan asam dan
basanya suatu air atau air limbah yang diukur pada skala 0 s/d 14. Tinggi rendahnya pH
air tergantung pada mineral yang dikandung oleh air tersebut. pH air standar adalah 6,5
s/d 8,5. Air dengan pH dibawah 6,5 disebut air asam dan air dengan pH diatas 8,5 disebut
air basa.
pH larutan diukur sebagai minus logaritma kansentrasi ion hidrogen yang ditetpkan
dengan metode pengukuran secara potensiometri dengan menggunakan pH meter.
pH meter adalah alat ukur elektronik yang digunakan untuk mengukur kadar pH dari
sebuah cairan. Pada umumnya pH meter terdiri darip probe pengukur khusus (elektroda
kaca) yang terhubung dengan meter elektronik yang mengukur dan menampilkan hasil
pembacaan pH.

1
Modul Praktikum Utilitas 1

Kekeruhan (Turbiditas) Air


Kekeruhan ialah standar yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk
mengukur kondisi air baku dalam satuan skala NTU (nephelometrix turbidity unit) atau
JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit).
Air dengan penampilan keruh atau tidak tembus pandang dapat dipastikan
memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, sementara air yang jernih atau tembus pandang
pasti memiliki kadar kekeruhan lebih rendah. Nilai kekeruhan yang tinggi dapat
disebabkan oleh partikel yang terlarut dalam air sepert lumpur, tanah liat,
mikroorganisme dan material organic.
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan
suatu air atau larutan. Turbidimeter merupakan alat pengujian kekeruhan dengan sifat
optic akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang datang. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu
suspensi padatan adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.

Daya Hantar Listrik (DHL) Air


Daya Hantar Listrk (DHL) air adalah kemampuan air untuk menghantarkan arus
listrik yang dinyatakan dalam μmhos/cm (μS/cm). Konduktivitas listrik adalah ukuran
kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan
dihantarkan oleh ion yang terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri
dalam menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan (Manalu, 2014). Banyaknya ion di
dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin besar jumlah
padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam larutan juga akan
semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga akan semakin besar.

Total Dissolve Solid (TDS) Air


Pengukuran zat padat terlarut dapat dilakukan dengan metode gravimetry dan
konduktivitas listrik. Metode gravimetry merupakan metode langsung dalam pengukuran
jumlah zat padat terlarut yang biasanya dinyatakan dalam besaran total dissolved solid
(TDS). TDS merupakan jumlah padatan yang berasal dari material-material terlarut yang

2
Modul Praktikum Utilitas 1

dapat melewati filter yang lebih kecil daripada 2 μm (Djuhariningrum, 2005). Metode
gravimetry merupakan metode standar yang memiliki tingkat keakuratan yang tinggi,
namun metode ini harus dilakukan di laboratorium dan pengukurannya membutuhkan
waktu yang lama. Oleh karena itu, diperlukan metode alternatif untuk pengukuran TDS
tersebut. Metode lain yang dapat digunakan untuk pengukuran nilai TDS melalui
pengukuran konduktivitas listrik (Herlambang, 2006).

3. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1) pH meter dan perlengkapannya;
2) Turbidymeter;
3) Conductivitymeter;
4) TDSmeter;
5) Gelas piala 250 ml;
6) Kertas tissue;
7) Pipet ukur 10 mL;
8) Termometer;
9) Botol semprot.
b. Bahan
1) Sampel air dari 3 sumber air yang berbeda.
2) Air suling
3) Larutan penyangga 4, 7, dan 10.
4) Larutan standar turbidity.
5) Larutan standar conductivity.

c. Langkah kerja

Pengukuran pH Air
1) Lakukan kalibrasi alat dengan larutan spenyangga 4, 7 dan 10 sesuai instruksi
kerja alat sebelum melakukan pengukuran.

3
Modul Praktikum Utilitas 1

2) Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu
kamar.
3) Prosedur
a) Keringkan dengan kertas tisu selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
b) Bilas elektroda dengan contoh uji.
c) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pHmeter menunjukkan
pembacaan yang tepat.
d) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pHmeter.
4) Lakukan pengukuran sebanyak 2 kali untuk masing-masing contoh uji
5) Hitung rata-rata dan standar deviasi hasil pengukuran pH untuk masing- masing
contoh air.
6) Catat spesifikasi pHmeter yang digunakan.

Pengukuran Turbiditas Air


1) Siapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan.
2) Siapkan alat ukur turbidimeter dan nyalakan.
3) Kalibrasi alat turbidimeter menggunakan larutan standar turbiditas.
4) Bagi sampel menjadi dua untuk pembacaan duplo.
5) Bilas tabung turbidimeter dengan sampel air dan masukkan sampel ke dalam
tabung turbidimeter, bersihkan bagian luar dari tabung turbidimeter menggunakan
kertas tisu, kemudian membaca turbiditasnya pada turbidimeter.
6) Lakukan untuk samper dari beberapa sumber air.
7) Rata-rata hasil pengukuran turbiditas untuk masing-masing sampel air dan hitung
standar deviasinya.
8) Catat spesifikasi tubidimeter yang digunakan.

Pengukuran Daya Hantar Listrik Air


1) Kalibrasi alat dengan langkah:
- Cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
o
- Atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25 C.
- Celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.

4
Modul Praktikum Utilitas 1

- Tekan tombol kalibrasi.


- Atur sampai menunjuk angka 1413 μmhos/cm (sesuai dengan instruksi kerja
alat).
CATATAN Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 μmhos/cm, lakukan tahapan pada 3.4
dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 M (DHL = 12900 μmhos/cm) atau KCl 0,5 M (DHL
= 58460 μmhos/cm).
2) Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
3) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai konduktimeter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
4) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan konduktimeter dan catat
suhu contoh uji.
5) Hitung rata-rata dan standar deviasi hasil pengukuran DHL untuk setiap sampel
air.
6) Catat spesifikasi Conduktivitymeter yang digunakan.

Pengukuran TDS Air


1) Kalibrasi TDSmeter menggunakan larutan standar yang disediakan.
2) Bilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
7) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai TDSmeter menunjukkan
pembacaan yang tetap.
8) Catat hasil pembacaan angka pada tampilan TDSmeter dan catat suhu contoh
uji.
9) Hitung rata-rata dan standar deviasi hasil pengukuran TDS untuk setiap sampel
air.
3) Catat spesifikasi Conduktivitymeter yang digunakan

5
Modul Praktikum Utilitas 1

4. HASIL PENGAMATAN

Tabel Hasil Pengukuran pH, Turbiditas, DHL dan TDS air:


Pengukuran
Parameter Satuan Sampel Air 1 Sampel Air 2 Sampel Air 3
ke-
1

2
pH
rata2

Std Deviasi

2
Turbiditas
rata2

Std Deviasi

2
DHL
rata2

Std Deviasi

2
TDS
rata2

Std Deviasi

5. ANALISIS (PEMBAHASAN)
6. TUGAS DAN PERTANYAAN
7. KESIMPULAN DAN SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA
9. LAMPIRAN

6
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 2. UJI PARAMETER KUALITAS AIR

(ALKALINITAS AIR)

1. TUJUAN
a. Memahami definisi dan prinsip dari alkalinitas air.
b. Mengetahui cara menentukan dan menghitung alkalinitas total air.
c. Mengetahui fungsi penambahan indikator.
d. Memahami pengaruh dan permasalahan tingkat alkalinitas air terhadap kualitas air

2. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
c. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. PENGANTAR

Alkalinitas adalah kemampuan air/larutan untuk menetralkan asam. Alkalinitas


dinyatakan dalam mg CaCO3/liter air (ppm).

Alkalinitas terdiri dari ion-ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida
(OH-) yang merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman (Alaerts, 2002).

Ketiga jenis senyawa yang menyebabkan alkalinitas tersebut tidak dapat hadir
bersama-sama dalam air. sehingga hanya ada lima kemungkinan terdapatnya senyawa
penyebab alkalinitas, yaitu ((Setiadi,T, 2007):

a. Hanya senyawa hidroksida (OH-)


b. Hanya senyawa karbonat (CO3 2-)
c. Hanya senyawa bikarbonat (HCO3-)
d. CO3 2- dan HCO3–

7
Modul Praktikum Utilitas 1

e. OH- dan CO3 2-

Kaitan alkalinitas (Alaerts,G, 2002):


a. Alkalinitas karbonat ada, bila phenolphtalein tidak nol, tetapi kurang dari pada
alkalinitas jumlah.
b. Alkalinitas hidroksida, bila alkalinitas phenolphtalein lebih besar dari pada setengah
alkalinitas jumlah.
c. Alkalinitas bikarbonat ada, bila alkali phenolphtalein kurang dari setengah alkalinitas
jumlah.

Alkalinitas yang cukup tinggi diperlukan pada air umpan ketel untuk mencegah
korosi, akan tetapi kadar OH yang terlalu tinggi dapat menimbulkan "kerapuhan kaustik"
(Caustic Embrittlement) (Setiadi,T, 2007).

Alkalinitas merupakan salah satu parameter yang penting untuk diketahui di dalam
pengolahan air limbah. seperti telah disebutkan sebelumnya, alkalinitas merupakan
kemampuan air untuk menetralkan asam. Dengan kata lain, alkalinitas menunjukkan sejauh
apa air limbah dapat menahan perubahan pH akibat ada input asam ke dalamnya
(http://www.airlimbah.com/2015/01/alkalinitas/)

4. METODOLOGI PRAKTIKUM
a. Alat
1) Pipet tetes
2) Pipet volumetric
3) Gelas ukur 100 mL
4) Bola karet (karet penghisap)
5) Labu Erlenmeyer
6) Buret otomatis nol
7) Statif/penyangga
8) Beaker glass

8
Modul Praktikum Utilitas 1

b. Bahan
1) Sampel air
2) Air suling
3) Larutan indikator penolptalein (PP)
4) Larutan indikator Metil Oranye (MO)
5) Larutan H2SO4 0,02N
6) Kertas tisu

c. Langkah kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2) Membuat larutan H2SO4 0,02 N.
3) Menentukan Alkalinitas Phenolphtalein:
- Masukkan 100 ml sampel air ke dalam Erlenmeyer 250 ml
- Tambahkan 3 tetes indicator phenolphthalein
- Jika setelah ditambah indicator, larutan tidak berwarna maka kadar OH- dan
CO3- kecil sekali atau nilai P=0
- Jika setelah ditambah indicator larutan menjadi berwarna merah lembayung
maka larutan dititrasi dengan larutan HSO 0,02 N hingga larutan menjadi tidak
berwarna dan dicatat volume titrasi
- Menghitung alkalinitas PP menggunakan rumus:

𝑚𝑔𝐶𝑎𝐶𝑂3 𝐴×𝐵
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 ( )= × 1000 × 50,4
𝐿 𝐶

Dimana, A = mL H2SO4
B = Normalitas H2SO4
C = mL sampel air
50,4 = berat molekul/2 dari CaCO3
4) Menentukan Alkalinitas total:
- Tambahkan 3 tetes indicator Metil Oranye ke dalam contoh air yang telah
ditentukan akalinitas PP nya

9
Modul Praktikum Utilitas 1

- Titrasi dengan H2SO4 0,02 N dari buret sampai warna berubah menjadi jingga
pucat
- Menentukan alkalinitas total menggunakan rumus:
𝑚𝑔𝐶𝑎𝐶𝑂3 (𝐴 + 𝐷)
𝐴𝑙𝑘𝑎𝑙𝑖𝑛𝑖𝑡𝑎𝑠 ( )= × 𝐵 × 1000 × 50,4
𝐿 𝐶
Dimana, A = mL H2SO4 (untuk alkalinitas PP)
B = Normalitas H2SO4
C = mL sampel air
D = mL H2SO4 (untuk alkalinitas total)
50,4 = berat molekul/2 daro CaCO3

5. HASIL PENGAMATAN
Normalitas H2SO4 (A) = 0,02 N
mL sampel air (C) = 100 mL

Sampel Air 1 Sampel Air 2 Sampel Air 3


Perhitungan
Alkalinitas
ulangan 1 ulangan 2 ulangan 1 ulangan 2 ulangan 1 ulangan 2

mL H2SO4 (A)

Alkalinitas PP

mL H2SO4 (B)

Alkalinitas total

Rata-rata

Std. Deviasi

Ion penyebab
alkalinitas
6. ANALISIS (PEMBAHASAN)
7. KESIMPULAN DAN SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA

10
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 3. UJI PARAMETER KUALITAS AIR

(KESADAHAN AIR)

1. TUJUAN
a. Memahami definisi dan prinsip dari kesadahan air.
b. Mengetahui cara menentukan dan menghitung kesadahan air dengan metode
titrimetri.
c. Memahami pengaruh dan permasalahan kesadahan air terhadap kualitas air

2. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
c. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. PENGANTAR

Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation
logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada pH 10,0 + 0,1, ion-ion
kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome Black
T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika Na2EDTA ditambahkan
sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks,
molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna
dari merah keunguan menjadi biru. Dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).

Kalsium dapat ditentukan secara langsung dengan EDTA bila pH contoh uji dibuat
cukup tinggi (12-13), sehingga magnesium akan mengendap sebagai magnesium hidroksida
dan pada titik akhir titrasi indikator Eriochrome Black T (EBT) hanya akan bereaksi dengan
kalsium saja membentuk larutan berwarna biru. Dari cara ini akan didapat kadar kalsium
dalam air (Ca).

11
Modul Praktikum Utilitas 1

Dari kedua cara tersebut dapat dihitung kadar magnesium dengan cara
mengurangkan hasil kesadahan total dengan kadar kalsium yang diperoleh, yang dihitung
sebagai CaCO3.

4. METODOLOGI PRAKTIKUM
a. Alat
1) Gelas ukur 100 mL
2) Pipet volumetric 25 mL
3) Labu Erlenmeyer 250 mL
4) Pipet ukur 1 mL
5) Pipet ukur 5 mL
6) Spatula
7) Buret kapasitas 50 mL
8) Statif/penyangga

b. Bahan
1) Sampel air
2) Air suling
3) Indikator mureksid
4) Indikator Eriochrome Black T (EBT)
5) Larutan Larutan NaOH 1 N
6) Larutan Penyangga pH 10 ± 0,1
7) Larutan Standar Kalsium Karbonat (CaCO3) 0,01 M (1,0 mg/mL)
8) Larutan Na2EDTA.2H2O 0,01 M
9) Larutan KCN 10%

c. Langkah kerja
Penentuan Kesadahan Total
1) Ambil 25 mL contoh uji secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250
mL, encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.
2) Tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 + 0,1.

12
Modul Praktikum Utilitas 1

3) Tambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT.


4) Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M secara perlahan sampai
terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru.
5) Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
6) Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL,
encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1) s/d 5).
7) Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang
digunakan.
CATATAN 1 Proses titrasi dilakukan dalam waktu 5 menit setelah penambahan larutan
penyangga pH =10 + 0,1.
CATATAN 2 Tidak terjadinya perubahan warna pada titik akhir titrasi yang jelas biasanya
harus ditambahkan inhibitor, atau mungkin indikator telah mengalami kerusakan.
CATATAN 3 Untuk contoh uji dengan kadar kesadahan lebih kecil dari 5 mg/L, gunakan
volume contoh uji yang lebih besar (100 mL sampai dengan 1000 mL). Gunakan larutan
penyangga, indikator dan inhibitor yang proporsional. Lakukan pengujian blanko dengan
volume yang sama.

Penentuan Kesadahan Kalsium


1) Ambil 25 mL contoh uji air secara duplo, masukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 mL dan encerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.
2) Tambahkan 2 mL larutan NaOH 1 N (secukupnya) sampai dicapai pH 12 sampai
dengan pH 13.
3) Apabila contoh uji keruh, tambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan KCN
10%.
4) Tambahkan seujung spatula atau setara dengan 30 mg sampai dengan 50 mg
indikator mureksid.
5) Lakukan titrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,01 M sampai terjadi perubahan
warna merah muda menjadi ungu.
6) Catat volume larutan baku Na2EDTA yang digunakan.
7) Apabila larutan Na2EDTA yang dibutuhkan untuk titrasi lebih dari 15 mL,
encerkan contoh uji dengan air suling dan ulangi langkah 1) sampai dengan 6).

13
Modul Praktikum Utilitas 1

8) Ulangi titrasi tersebut 2 kali, kemudian rata-ratakan volume Na2EDTA yang


digunakan.

Perhitungan
Kesadahan total, kadar kalsium dan kadar magnesium dalam contoh uji dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1000
1) 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚𝑔 𝐶𝑎𝐶𝑂3 /𝐿) = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎) × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 100
𝑉𝑐.𝑢.
1000
2) 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑙𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝐶𝑎/𝐿) = × 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏) × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 40
𝑉𝑐.𝑢.
1000
3) 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑑𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑔𝑛𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 (𝑚𝑔 𝑀𝑔/𝐿) = × [𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑎) − 𝑉𝐸𝐷𝑇𝐴(𝑏) ] × 𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴 × 24,3
𝑉𝑐.𝑢.

Dengan pengertian:

VC.u. adalah volume larutan contoh uji (mL);


VEDTA (a) adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kesadahan
total (mL);
MEDTA adalah molaritas larutan baku Na2EDTA untuk titrasi (mmol/mL);
VEDTA (b) adalah volume rata-rata larutan baku Na2EDTA untuk titrasi kalsium (mL).

14
Modul Praktikum Utilitas 1

5. HASIL PENGAMATAN
Volume Contoh Uji (Vc.u.) =
MEDTA =

Perhitungan Sampel Air 1 Sampel Air 2 Sampel Air 3

VEDTA (a) ulangan 1

VEDTA (a) ulangan 2

Rata-rata VEDTA (a)

Kesadahan Total (mg


CaCO3/L)

VEDTA (b) ulangan 1

VEDTA (b) ulangan 2

Rata-rata VEDTA (b)

Kadar Kalsium (mg Ca/L)

Kadar Magnesium (mg


Mg/L)

6. ANALISIS (PEMBAHASAN)
7. KESIMPULAN DAN SARAN
8. DAFTAR PUSTAKA

15
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 4. PENENTUAN JENIS DAN DOSIS KOAGULAN


(PENGOLAHAN AIR SECARA KIMIA)

1. Tujuan
a. Memahami proses yang terjadi pada pengolahan air dengan metode jar test.
b. Mampu menentukan jenis koagulan yang tepat dalam pengolahan air bersih.
c. Mampu menentukan dosis koagulan yang tepat dalam pengolahan air bersih.
d. Memahami pengaruh jenis dan dosis koagulan terhadap kualitas air bersih.

2. Keselamatan Kerja
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
c. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. Pengantar
Jar test adalah uji air baku dalam pemilihan jenis koagulan dan penentuan
konsentrasi koagulan dalam pengolahan air bersih. Uji ini terdiri dari tiga tahapan
pengolahan, yaitu koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi.
Koagulasi merupakan proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan
bahan kimia yang disebut koagulan sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan
membentuk endapan karena gaya gravitasi.
Flokulasi adalah peristiwa pengumpulan partikel-partikel kecil hasil
koagulasimenjadi floks yang lebih besar sehingga lebih cepat mengendap.
Proses koagulasi dilakukan dengan mengaduk contoh yang telah ditambah
koagulan dengan kecepatan (100-120) rpm selama 1 menit. Selama proses koagulasi terjadi
destabilisasi partikel koloid sehingga membentuk microflock. Proses flokulasi dilakukan
dengan pengadukan lambat ±30 rpm selama 15 menit. Proses sedimentasi dilakukan dengan
pengendapan selama 1 jam.

16
Modul Praktikum Utilitas 1

Jenis-jenis koagulan:
a. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.18H2O)
b. Sodium aluminat (NaAlO2)
c. Ferrous sulfat (FeSO4.7H2O)
d. Chlorinated copperas
e. Ferri chloride (FeCl3.6H2O)
f. Ferri sulfat (Fe2(SO4)3)
Jenis koagulan aid diantaranya:
a. Poly aluminium chloride (PAC)
b. Karbon aktif
c. Activated silica
d. Bentonic clay
Reaksi yang terjadi pada penambahan zat koagulan dengan koagulan pembantu:
Al2(SO4)3.18H2O + 3Ca(OH)2 → 2Al(OH)3 + 3CaSO4 + 18H2O
FeCl3.6H2O + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl + 6H2O

4. Bahan dan Peralatan


a. Bahan
1) Contoh Air Baku
2) Larutan Al2(SO4)3.18H2O (tawas) 10.000 ppm
3) Larutan FeCl3 10.000 ppm
4) Larutan Ca(OH)2 5.000 ppm
5) Larutan NaOH 4.000 ppm
6) Akuades

b. Peralatan
1) Jar Test Apparatus
2) Stop Wacth
3) Turbidity meter
4) pH meter

17
Modul Praktikum Utilitas 1

5) Timbangan analitik
6) 4 buah beaker glass 500 ml
7) Gelas ukur 500 ml
8) Batang pengaduk gelas
9) Pipet ukur 5 ml dan 10 ml
10) Kertas tisu
11) Kertas label

c. Cara Kerja
Pengujian contoh baku air dilakukan dengan perlakuan tanpa prasedimentasi dan
dengan prasedimentasi. Adapun langkah-langkah kerja praktikum ini sebagai
berikut:
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Lakukan perhitungan volume koagulan dan volume koagulan pembantu yang
akan ditambahkan ke dalam contoh uji jika kita tentukan konsentrasi
koagulannya adalah 50 ppm, 60 ppm, 70 ppm dan 80 ppm.
Larutan baku yang tersedia adalah:
- Larutan baku koagulan Al2(SO4)3.18H2O 10.000 ppm yang akan
direaksikan dengan koagulan pembantu Ca(OH)2 5000 ppm.
- Larutan baku koagulan FeCL3.6H2O 10.000 ppm yang akan direaksikan
dengan koagulan pembantu NaOH 4000 ppm.
3) Siapkan contoh air baku tanpa perlakuan prasedimentasi.
4) Ukur pH menggunakan alat pHmeter dan turbiditas awal menggunakan alat
turbiditymeter.
5) Isi empat beaker glass dengan contoh air baku sebanyak 500 ml di dalam gelas
ukur dan beri label.
6) Ambil contoh air baku di dalam beaker glass dengan menggunakan pipet ukur
sebanyak volume koagulan ditambah volume koagulan pembantu yang akan
ditambahkan ke dalam contoh uji.
7) Masukkan larutan baku koagulan dan larutan baku koagulan pembantu sesuai
hasil perhitungan.

18
Modul Praktikum Utilitas 1

8) Aduk larutan menggunkan alat jar test dengan pengadukan cepat (+100 rpm)
selama 1 menit.
9) Aduk dengan pengadukan lambat (+30 rpm) selama 15 menit.
10) Matikan alat jar test dan angkat batang pengaduk.
11) Diamkan dan biarkan mengendap selama 1 jam.
12) Ukur pH dan turbiditas contoh uji.
13) Catat hasil pengamatan.
14) Lakukan hal yang serupa pada contoh air baku untuk contoh uji dengan
prasedimentasi dengan pengendapan contoh uji selama 30 menit.
15) Amati perbedaan yang terjadi dan simpukan hasilnya.
16) Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah digunakan.

5. Perhitungan

a. Al2(SO4)2
1) Volume contoh 500 mL
2) Konsentrasi larutan baku Al2(SO4)3 10.000 ppm
3) Konsentrasi larutan baku Ca(OH)2 5.000 ppm
4) Mr Al2(SO4)3.18H2O = 666
5) Mr Ca(OH)2 = 74

Al2(SO4)3 Ca(OH)2
No.
Ppm mmol/L mL ppm mmol/L mL

1. 50

2. 60

3. 70

4. 80

19
Modul Praktikum Utilitas 1

6) Menghitung kebutuhan Al2(SO4)2 dalam 500 mL air.

𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1 = volume larutan baku Al2(SO4)3 yang ditambahkan

ppm1 = konsentrasi larutan baku Al2(SO4)3

V2 = volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi Al2(SO4)3

7) Menghitung kebutuhan Ca(OH)2


Setiap mol Al2(SO4)3 diperlukan 3 mol Ca(OH)2 sehingga didapatkan
Mol Ca(OH)2 = 3 mol Al2(SO4)3
𝒑𝒑𝒎 𝑪𝒂(𝑶𝑯)𝟐 𝒑𝒑𝒎 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑
=𝟑×
𝑴𝒓 𝑪𝒂(𝑶𝑯)𝟐 𝑴𝒓 𝑨𝒍𝟐 (𝑺𝑶𝟒 )𝟑. 𝟏𝟖𝑯𝟐 𝑶

Volume Ca(OH)2 yang ditambahkan:


𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku Ca(OH)2 yang ditambahkan

ppm1= konsentrasi larutan baku Ca(OH)2

V2= volume contoh uji (500 mL)

ppm2= konsentrasi Ca(OH)2

b. FeCl3
1) Volume contoh 500 mL
2) Konsentrasi larutan baku FeCL3.6H2O = 10.000 ppm
3) Konsentrasi larutan baku NaOH = 4.000 ppm
4) Mr FeCL3.6H2O = 270,33
5) Mr NaOH = 40

20
Modul Praktikum Utilitas 1

FeCL3.6H2O NaOH
No.
Ppm mmol/L Ml ppm mmol/L mL

1. 40

2. 50

3. 60

4. 70

6) Menghitung kebutuhan FeCL3.6H2O dalam 500 mL air:


𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku FeCL3.6H2O yang ditambahkan


ppm1= konsentrasi larutan baku FeCL3.6H2O
V2= volume contoh uji (500 mL)
ppm2= konsentrasi FeCL3.6H2O

7) Menghitung kebutuhan NaOH


Setiap mol FeCL3.6H2O diperlukan 3 mol NaOH sehingga didapatkan:
Mol NaOH = 3 mol FeCL3.6H2O

𝒑𝒑𝒎 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒑𝒑𝒎 𝑭𝒆𝑪𝒍𝟑. 𝟔𝑯𝟐 𝑶


=𝟑×
𝑴𝒓 𝑵𝒂𝑶𝑯 𝑴𝒓 𝑭𝒆𝑪𝒍𝟑 . 𝟔𝑯𝟐 𝑶
Volume NaOH yang ditambahkan:
𝑽𝟐 × 𝒑𝒑𝒎𝟐
𝑽𝟏 =
𝒑𝒑𝒎𝟏

V1= volume larutan baku NaOH yang ditambahkan


ppm1= konsentrasi larutan baku NaOH
V2= volume contoh uji (500 mL)
ppm2= konsentrasi NaOH

21
Modul Praktikum Utilitas 1

a. Tabel Pengamatan dengan Al2(SO4)3 tanpa Ca(OH)2

Perlakuan Al2(SO4)3 pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 50

Tanpa 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

1 50

Dengan 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

b. Tabel Pengamatan dengan Al2(SO4)3 dan Ca(OH)2

Perlakuan Al2(SO4)3 pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 50

Tanpa 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

1 50

Dengan 2 60

Prasedimentasi 3 70

4 80

22
Modul Praktikum Utilitas 1

c. Tabel Pengamatan dengan FeCL3.6H2O tanpa NaOH

Perlakuan FeCl3.6H2O pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 40

Tanpa 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

1 40

Dengan 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

d. Tabel Pengamatan dengan FeCL3.6H2O dan NaOH

Perlakuan FeCl3.6H2O pH Turbiditas Keterangan


No.
Ppm Awal Akhir Awal Akhir

1 40

Tanpa 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

1 40

Dengan 2 50

Prasedimentasi 3 60

4 70

23
Modul Praktikum Utilitas 1

6. ANALISIS
7. PERTANYAAN
a. Dari percobaan yang dilakukan, jenis koagulan mana yang menurut Anda
memberikan hasil kualitas air terbaik?
b. Berdasarkan hasil pengamatan hasil pengolahan air dengan berbagai dosis koagulan
dan koagulan pembantu, perlakuan yang manakah yang anda rekomendasikan untuk
pengolahan air tersebut?
c. Apa yang akan terjadi jika proses pengolahan air secara kimia kekurangan dosis
koagulan?
d. Apa yang akan terjadi jika proses pengolahan air secara kimia kelebihan dosis
koagulan?
e. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi dan flokulasi!

8. KESIMPULAN DAN SARAN


9. DAFTAR PUSTAKA
10. LAMPIRAN

24
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 5. PENGOLAHAN AIR SECARA ELEKTRO-


KOAGULASI

1. TUJUAN
e. Memahami proses yang terjadi pada pengolahan air dengan metode elektro-
koagulasi.
f. Mampu menentukan jenis rangkaian dan dosis pengaliran arus listrik dan waktu
pengaliran yang tepat untuk pengolahan air secara elektrokoagulasi.
g. Memahami konsep kebutuhan bahan dan listrik yang digunakan dalam proses
pengolahan air dengan metode elektrokoagulasi.
h. Mampu melakukan analisa ekonomi terhadap kebutuhan listrik yang dibutuhkan
proses pengolahan air dengan metode elektrokoagulasi.
i. Memahami kelemahan dan kelebihan metode elektrokoagulasi untuk pengolahan air
bersih.

2. KESELAMATAN KERJA
d. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
e. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
f. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
g. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. PENGANTAR
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus lisrik
searah melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit yang digunakan
untuk pengolahan air.

Reaksi yang tejadi pada proses elektrokoagulasi.


Pada elektroda positif (Katoda) :
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen (H2)
pada katoda.
2H2O (l) + 2e- → 2OH- (aq) + H2 (g)

25
Modul Praktikum Utilitas 1

Pada Elektroda Negatif (Anoda) :


Anoda terbuat dari logam almunium akan teroksidasi.
Al (s) + 3H2O (l) → Al(OH)3 (aq) + 3H+ (aq) + 3e-
Jika larutan mengandung ion-ion logam lain maka ion-ion logam akan direduksi
menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda.
Ln+ + ne- → L(s)
Dari reaksi tersebut, pada anoda akan dihasilkan gas, buih, dan flok Al(OH)3.
Selanjutnya flok yang terbentuk akan mengikat unsur yang ada di dalam limbah, sehingga
flok akan memiliki kecenderungan mengendap.
Hukum Faraday I : “jumlah zat yang dihasilkan pada elektroda berbanding lurus
dengan jumlah muatan listrik yang mengalir melalui sel elektrolisis”
Muatan 1 mol electron (e-) = 6,02 . 1023 x 1,6 . 1019 Coulomb
= 96500 Coulomb
= 1 Faraday
Muatan listrik sebesar 1 Faraday dapat mengendapkan 1 gram ekivalen.

4. BAHAN DAN PERALATAN

d. Bahan
8) Contoh Air Baku : Air Sungai Bengawan Solo
9) Akuades

e. Peralatan
1) Seperangkat alat koagulator elektroda Aluminium
2) Rectifier
3) Multimeter sebagai Amperemeter
4) Multimeter sebagai Voltmeter
5) Jar Test Appratus
6) Stop Wacth
7) Turbidity meter
8) 2 buah beaker glass 500 ml

26
Modul Praktikum Utilitas 1

9) Gelas ukur 500 ml


10) Pipet ukur 10 ml
11) Kertas tisu
12) Kertas label

f. Langkah kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Rangkai semua peralatan listrik .
3) Hubungkan dengan alat koagulator dengan elektroda aluminium sesuai jenis
rangkaiannya.
4) Masukkan air ke dalam reaktor elektrokoagulasi sesuai volumenya sampai bibir
outlet.
5) Masukkan elektroda ke dalam contoh air.
6) Tentukan voltagenya.
7) Hubungkan rangkaian dengan arus listrik selama watu yang diperlukan yaitu 1’, 2’
dan 3’.
8) Catat voltage dan arus yang terbaca pada multimeter.
9) Tuang air ke dalam 2 beaker glass sebanyak masing-masing 500 ml.
10) Lakukan pengadukan lambat 30 rpm dengan alat jar test selama 15 menit.
11) Angkat batang pengaduk biarkan mengendap selama 1 jam.
12) Ukur turbiditasnya.
13) Lakukan untuk variasi rangkaian seri dan paralel, variase voltase dan variasi waktu.
14) Lakukan perhitungan kadar Al yang teroksidasi dari hasil pengamatan.
15) Amati perbedaan yang terjadi dan simpukan hasilnya.
16) Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah digunakan.

27
Modul Praktikum Utilitas 1

5. TABEL PENGAMATAN

a) Rangkaian Seri
Turbiditas
Voltage (V) Arus (I) Waktu (t)
I II Rata-rata

1’

2’

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’

b) Rangkaian Paralel
Turbiditas
Voltage (V) Arus (I) Waktu (t)
I II Rata-rata

1’

2’

28
Modul Praktikum Utilitas 1

3’

1’

2’

3’

1’

2’

3’

6. TABEL PERHITUNGAN
Volume contoh air/Volume reaktor = L
Ar. Al =
Bil Faraday (F) =
𝐴𝑟. 𝐴𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐴𝑙 =
𝐵𝑖𝑙𝑜𝑘𝑠 𝐴𝑙
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑙(𝑚𝑔) = 𝑀𝑒𝑞 × 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐴𝑙 × 1000
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐴𝑙 (𝑚𝑔)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟 (𝐿)
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑠
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙
= × 𝑀𝑟. 𝐴𝐿2 (𝑆𝑂4 )3 . 18𝐻2 𝑂
2 × 𝐴𝑟. 𝐴𝑙

29
Modul Praktikum Utilitas 1

a) Rangkaian Seri
q=Ixt Kadar
F Meq Massa Kadar Al
V I(A) t (dtk) (coulom Tawas
(q:bil.F) (≈F) Al(mg) (ppm)
b) (ppm)

60

120

180

60

120

180

60

120

180

b) Rangkaian Paralel
Q Kadar
Massa Kadar Al
V I(A) t (dtk) (coulom F Meq Tawas
Al(mg) (ppm)
b) (ppm)

60

120

180

60

120

30
Modul Praktikum Utilitas 1

180

60

120

180

7. ANALISIS (PEMBAHASAN)
8. PERTANYAAN
a. Bagaimana pengaruh besarnya arus, waktu dan bentuk rangkaian terhadap jumlah
Al yang teroksidasi untuk penjernihan air?
b. Dari praktikum yang dilakukan, jelaskan perlakuan manakah yang memberikan
hasil terbaik dari sisi kualitas air dan ekonomi!
c. Tunjukkan kelebihan dan kelemahan metode elektrokoagulasi untuk pengolahan
air dibanding dengan metode dengan penambahan bahan kimia!
d. Gambarkan skema rangkaian listrik dan elektroda yang dijalankan dalam
praktikum, baik yang seri maupun yang parallel!
e. Bagaimana pengaruh bentuk rangkaian terhadap kebutuhan listrik untuk
pengolahan air dengan elektrokoagulasi?

9. KESIMPULAN DAN SARAN


10. DAFTAR PUSTAKA
11. LAMPIRAN

31
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 6. UNIT PENGOLAHAN AIR KONTINYU

1. Tujuan
a. Memahami proses elektrokoagulasi dalam pengolahan air.
b. Memahami hubungan antara kuat arus, waktu dan elektroda yang teroksidasi.
c. Menghitung dimensi peralatan yang digunakan dalam unit pengolahan air sescara
elektrokoagulasi.
d. Menghitung kapasitas dan debit maksimum unit pengolahan air secara
elektrokoagulasi untuk tiap tahapan proses.

2. Keselamatan Kerja
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia.
b. Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik.
c. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
d. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. Pengantar

Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus


lisrik searah melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit yang
digunakan untuk pengolahan air.

Bak koagulasi merupakan tangki yang berfungsi untuk mereaksikan air limbah
dengan bahan kimia koagulan.

Bak flokulasi merupakan tangki berpengaduk dengan kecepatan lambat (kurang


dari 50 rpm) yang berfungsi untuk mereaksikan air limbah dengan bahan kimia flokulan,

Bak Sedimentasi adalah bak yang berfungsi memisahkan solid-liquid menggunakan


pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid.

Sand filter adalah suatu tangki yang berfungsi untuk proses filtrasi (penyaringan).
Di dalam tangki filtrasi terisi media-media padat yang berfungsi untuk menahan flok
sehingga air yang keluar sudah jernih.

32
Modul Praktikum Utilitas 1

4. Metodologi Praktikum
a. Bahan
1) Contoh Air Baku : Air limbah/air sungai
2) Akuades

b. Peralatan
1) Unit pengolahan air elektrokoagulasi skala laboratorium.
2) Rectifier
3) Multimeter sebagai Amperemeter
4) Multimeter sebagai Voltmeter
5) Sand Filter
6) Pompa air
7) Selang air
8) Ember
9) Stop Wacth
10) Turbidity meter
11) pHmeter
12) beaker glass
13) Gelas ukur 500 ml
14) Pipet ukur 10 ml
15) Kertas tisu
16) Kertas label

c. Cara Kerja
1) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Rangkai peralatan elektrokoagulator, hubungkan dengan voltmeter dan
amperemeter.
3) Hubungkan bak koagulator dengan bak flokulator dilanjutkan bak sedimentasi dan
tangki filter.
4) Siapkan contoh air di ember besar letakkan sebelum elektrokoagulator.

33
Modul Praktikum Utilitas 1

5) Siapkan pompa untuk menaikkan air dari ember ke bak koagulator.


6) Pompa air limbah masukkan ke bak koagulator dan jalankan semua peralatan.
7) Catat voltage dan arus yang terbaca pada multimeter.
8) Jalankan unit pengolahan hingga air keluar dari filter.
9) Ukur debit air yang melewati unit pengolahan dengan menggunakan gelas ukur dan
stopwatch.
10) Ukur pH, turbiditas dan alkalinitas air yang masuk dan yang keluar unit pengolahan
air.
11) Catat dimensi peralatan tiap tahapan pengolahan.
12) Lakukan analisa tingkat keberhasilan unit pengolahan air tersebut.

5. Hasil Pengamatan
Tahapan Pengolahan meliputi:
a. Prapengolahan
1) Tujuan tahapan:

2) Sumber air baku:


3) Karaktristik air baku:
- pH =
- Turbiditas =
- Alkalinitas =

b. Koagulasi
1) Tujuan tahapan:

2) Metode yang digunakan: elektrokoagulasi


3) Bahan Elektroda :
4) Luas elektroda :
5) Volume kotak elektroda:
6) Jumlah sel :
7) Jarak antar sel :

34
Modul Praktikum Utilitas 1

8) Jenis Rangkaian :
9) Besar Arus :
10) Besar Tegangan :
11) Debit air :
12) Perhitungan dosis aluminium yang teroksidasi:

13) Setara dengan pemakaian Al2(SO4)3 :

c. Flokulasi
1) Tujuan tahapan:

2) Keceparan pengadukan:
3) Dimensi bak flokulasi:

d. Sedimentasi
1) Tujuan tahapan:
2) Model pengendapan:
3) Dimensi bak pengendap:
4) Ukuran plat:
5) Jumlah plat:
6) Jarak antar plat:
7) Kemiringan plat:
8) Debit maksimum:

e. Filtrasi
1) Tujuan tahapan:

2) Model filter:
3) Media filtrasi:
4) Diameter filter:
5) Tinggi filter:

35
Modul Praktikum Utilitas 1

6) Luas penampang filter (A):


7) Debit (Q):
8) Kecepatan maksimum penyaringan (Vf):
𝑄
𝑣𝑚𝑎𝑥 = =
𝐴

f. Pascapengolahan
1) Tujuan tahapan:

2) Sumber air baku:


3) Karaktristik air baku:
- pH =
- Turbiditas =
- Alkalinitas =

6. ANALISIS (PEMBAHASAN)

7. PERTANYAAN
1. Menurut Anda, peralatan di tahapan yang mana yang belum sesuai, baik metode
maupun kapasitasnya?
2. Apakah unit pengolahan air yang anda amati sudah menunjukkan hasil yang baik?
Tunjukkan parameter yang mendukung jawaban Anda!
3. Dari segi tingkat kemudahan pengolahan, menurut Anda dimanakah unit pengolahan
dengan metode elektrokoagulasi ini dapat diaplikasikan dengan baik? Mengapa
demikian?
4. Apakah dari segi ekonomi, unit pengolahan air tipe elektrokoagulasi layak untuk
diaplikasikan? Jelaskan!
5. Apa kelebihan dan kekurangan unit pengolahan air secara elektrokoagulasi ini?

8. KESIMPULAN DAN SARAN

36
Modul Praktikum Utilitas 1

9. DAFTAR PUSTAKA

10. LAMPIRAN

37
Modul Praktikum Utilitas 1

PERCOBAAN 7. DEMINERALISASI AIR METODE ION EXCHANGE

1. TUJUAN
a. Memahami prinsip kerja alat Ion Exchange pada proses pelunakan dan demineralisasi air.
b. Menganalisa air pada proses demineralisasi dengan parameter pH, TDS, dan daya hantar
listrik.
c. Mengetahui aplikasi alat ion exchange di dunia industri.
d. Mengetahui karakteristik kualitas air Demineralizer untuk umpan Boiler/Ketel uap (Boiler
Feed Water).
e. Mengetahui cara regenerasi resin pada alat ion exchange.

2. KESELAMATAN KERJA
a. Hati-hati bekerja dengan bahan kimia
b. Hati-hati menggunakan peralatan gelas.
c. Minta petunjuk pada instruktur sebelum menggunakan peralatan laboratorium.

3. DASAR TEORI

Air yang disupply ke kilang minyak sebagian besar digunakan untuk umpan boiler
(Boiler Feed Water/BFW). Syarat/spesifikasi air ini sangat ketat terutama kandungan zat–
zat yang bisa menyebabkan scaling dan korosi di boiler, sehingga masih diperlukan external
treatment yang lain yaitu unit demineralizer. Unit demineralizer adalah suatu unit yang
berfungsi untuk menghilangkan ion – ion baik positif maupun negatif ( Ca++, Mg++, Na+,
SiO2, SO4=, Cl-, HCO3- dsb ) yang dapat menyebabkan scaling dan korosi di boiler dengan
menggunakan resin.
Unit ini terdiri dari ANION SECTION dan CATION SECTION.
Anion : mengikat ion – ion negatif
Kation : mengikat ion – ion positif

38
Modul Praktikum Utilitas 1

Reaksi yang terjadi pada CATION COLUMN Demineralizer :

Reaksi yang terjadi pada Anion Column Demineralizer:

Kualitas produksi demin water yang utama adalah pH, spesific conductivity, kadar silica
serta ion bikarbonat (indikator pp/mo).
Resin di unit Demineralizer ini akan jenuh pada service time tertentu dan harus
diregenerasi untuk mengaktifkan kembali. Untuk meregenerasi digunakan larutan
HCl/H2SO4 untuk Cation Column dan NaOH untuk Anion Column.

39
Modul Praktikum Utilitas 1

Reaksi Regenerasi pada Cation Column :

Reaksi regenerasi pada ANION COLUMN :

NaHCO3, Na2SO4, NaCl dan Na2SiO3 keluar bersama drain. Air yang telah melalui
proses demineralisasi kemudian ditampung
pH Conductivity TDS
Feed Water
Outlet Filtrasi
Outlet Kation 2.0 – 5.0
Outlet Anion 7.0 – 10.0 <0,05 <50

4. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1) pH meter dan perlengkapannya;
2) Turbidymeter;
3) Conductivitymeter;
4) TDSmeter;
5) Gelas piala 250 ml;
6) Kertas tissue;
7) Pipet ukur 10 mL;
8) Termometer;
9) Botol semprot.
b. Bahan
1) Sampel air dari 3 sumber air yang berbeda.
2) Air suling

40
Modul Praktikum Utilitas 1

3) Larutan penyangga 4, 7, dan 10.


4) Larutan standar turbidity.
5) Larutan standar conductivity.

c. Langkah kerja
a) Prosedur Service Demineralizer ( Ion Exchange )
• Siapkan semua alat dan bahan yang di butuhkan
• Buka keran inlet/oulet Filtrasi
• Buka keran inlet/oulet Cation
• Buka keran inlet/oulet Anion
• Start Pompa Feed Water kemudian sirkulasikan terlebih dahulu selama ± 5 menit
• Tutup keran sirkulasi pompa dan atur debit air yang masuk ke kolom
Filtrasi/Cation/Anion ± 0.1 – 0.5 LPM
• Ambil sample air : Feed Water, Outlet Filtrasi, Outlet Kation dan Outlet Anion tiap
0, 15, 30, 45 dan 60 menit
• Menggunakan alat multiparameter Ukur pH, DHL dan TDS tiap sample air, amati
dan catat hasilnya.
• Matikan pompa Feed Water dan tutup semua keran Inlet dan outlet (Filtrasi, Cation
dan Anion)
• Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah digunakan.

b) Prosedur Regenerasi Demineralizer


• Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
• Buatlah larutan NaOH 4% dan HCl 4 % sebanyak 500 mL.
• Masukkan 500 mL larutan NaOH 4 % ke dalam kolom Anion, diamkan selama ±
20- 30 menit.
• Masukkan 500 mL larutan HCl 4 % ke dalam Kolom Cation, diamkan selama ±
20- 30 menit.
• Nyalakan Pompa (Air Demineralizer atau Air Aquades) kemudian sirkulasikan
terlebih dahulu selama ± 5 menit

41
Modul Praktikum Utilitas 1

• Bilaslah air di kolom Cation terlebih dahulu ± 20-30 menit, kemudian tampung air
outlet Cation dan cek hasilnya menggunakan alat multimeter ukur (pH 2.0 – 5.0,
DHL <0.05 dan TDS <50)
• Setelah itu bilas lah air di kolom Anion ± 20-30 menit kemudian tampung air outlet
Anion dan cek hasilnya menggunakan alat multiparameter ukur (pH 7.0-10.0, DHL
<0.05 dan TDS <50)
• Amati dan catat hasil nya berupa pH, DHL dan TDS
• Matikan pompa dan tutup semua keran Inlet dan outlet (Filtrasi, Cation dan Anion)
• Cuci dan bersihkan semua alat yang sudah di gunakan

5. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan

Menit pH DHL TDS Kesadahan


0
15
Feed Water 30
45
60
0
15
Outlet Filtrasi 30
45
60
0
15
Outlet Cation 30
45
60
0
Outlet Anion 15
30

42
Modul Praktikum Utilitas 1

45
60

6. ANALISIS (PEMBAHASAN)

7. TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buatlah skema aliran dari Proses Operasi Demineralizer (Ion Exchange)


2. Dari hasil Pengamatan bandingkan hasil sample dari Feed Water, Oulet Filtrasi,
Outlet Cation dan Outlet Anion
3. Sebutkan faktor-faktor penyebab Resin Cation dan Anion jenuh
4. Jelaskan perbedaan dari Resin Cation dan Anion dan sebutkan beberapa jenis
dari Resin Cation dan Anion

8. KESIMPULAN DAN SARAN

9. DAFTAR PUSTAKA

10. LAMPIRAN

43
Modul Praktikum Utilitas 1

DAFTAR PUSTAKA

SNI 6989.1:2019, Air dan air limbah – Bagian 1 : Cara uji daya hantar listrik (DHL)

SNI 6989.11:2019, Air dan air limbah – Bagian 11 : Cara uji derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan pH meter.

SNI 06-6989.12-2004 Air dan air limbah – Bagian 12 : Cara uji kesadahan total kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri.

SNI 06-6989.25-2005 Air dan air limbah – Bagian 25 : Cara uji kekeruhan dengan nefelometer.

SNI 06-6989.27:2019 Air dan air limbah – Bagian 27 : Cara uji padatan terarut total (Total Dissolved
Solids, TDS) secara gravimetri.

APHA, AWWA, WEF. Standard Methods for examination of water and wastewater. 22nd ed.
Washington: American Public Health Association; 2012.

44

Anda mungkin juga menyukai