Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN KASUS HEMATOCHEZIA

Oleh:
Nirmala
Nh0118055

CI Institusi CI Lahan

(Ns. Amriati Mutmainna, S.Kep.,MSN) (Hj. Asnaeni, S.Kep,Ns)


NIP/ NIDN 0929069101 NIP/NIDN 0929069101

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
Konsep Penyakit/Kasus
A. Definisi
BAB darah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah  bercampur
dengan  bercampur dengan tinja. Sebagian tinja. Sebagian besar BAB darah BAB
darah berasal berasal dari luka di luka di usus  besar,  besar, rektum, rektum, atau
anus. Warna darah pada tinja tergantung tergantung dari lokasi  perdarahan.
perdarahan. Umumnya, Umumnya, semakin semakin dekat sumber perdarahan
perdarahan dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu,
perdarahan di anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang
dibandingkan dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari
anus) yang berwarna merah gelap atau merah tua.(Puspa, 2016)

B. Etiologi
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah.
Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti
amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun oleh
sebab penyakit autoimun (inflammatory bowel disease).
Lokasi lesi sumber perdarahan pada kasus dengan hematochezia (sebagai tanda
yang paling umum untuk SCBB) 74% berada di kolon, 11% berasal dari SCBA, 9%
usus kecil, dan 6% tidak diketahui sumbernya Perdarahan akut dan hebat pada
umumnya disebabkan oleh angiodisplasia dan divertikulosis. Sedangkan yang kronik
intermiten disebabkan oleh hemoroid dan keganasan kolon.
Etiologi perdarahan SCBB yang harus dipertimbangkan dan cukup sering
dihadapi di Indonesia adalah perdarahan di usus kecil pada demam tifoid. Upper GI
saluran (biasanya kotoran hitam):
1. Pendarahan lambung atau ulkus duodenum
2. Gastritis
3. Varises esophageal
4. Mallory-Weiss air mata (air mata di kerongkongan dari muntah kekerasan)

2
5. Trauma atau asing tubuh
6. Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)
7. Vascular malformasi
GI rendah saluran (biasanya merah atau bangku merah, berdarah):
1. Wasir
2. Anal fissures
3. Divertikular pendarahan
4. Infeksi usus (seperti enterokolitis bakteri)
5. Vascular malformasi
6. Radang usus
7. Tumor
8. Colon polip atau kanker usus besar
9. Trauma atau asing tubuh
10. Usus iskemia (kurangnya aliran darah yang tepat ke usus)

C. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral dalam
submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior untuk
mengalirkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya
tekanan dalam vena ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar
(dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah, mengakibatkan
perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah
tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan curah jantung. Jika
perdarahan menjadi berlebihan, maka akan mengakibatkan penurunan perfusi
jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan
mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini
merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian
awal. Jika volume darah tidak digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan
disfungsi seluler. Sel-sel akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk
asam laktat. Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem

3
tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami
kegagalan.

D. Manifestasi klinis
Adapun manifestasi klinis yang muncul pada kasus hematochezia yaitu :
1. Syok (denyut Jantung, Suhu tubuh)
2. Penyakit hati kronis (sirosis hepatis)
3. Demam ringan 38-39°C
4. Nyeri di perut
5. Hiperperistaltik
6. Penurunan Hemoglobin dan Hematokrit yang terlihat setelah beberapa jam
7. Peningkatan kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein
darah oleh bakteri usu

E. Pemeriksaan penunjang
Pemerikasaan awal yang harus dilakukan adalah pemeriksaan tinja dan colok
dubur. Pemeriksaan lanjutan yang perlu dilakukan adalah koloskopi. Kolonoskopi
merupakan pilihan dalam diagnosis dan terapi perdarahan saluran cerna bawah. Polip
juvenis dapat terapi dengan polipektomi melalui kolonoskopi, Tindakan hemostatis
lain seperti sklerosterapi, elektrokauterisasi, laser dan ligasi banding dapat dilakukan
pada kelainan pembuluh darah kolon

F. Penatalaksanaan Medis-Non Medis terbaru


1. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan ini memperbaiki keadaan umum dan tanda vital. Yang
paling penting pada pasien perdarahan SCBB atau hematochezia adalah
memberikan resusitasi pada waktu pertama kali datang ke rumah sakit. Kita harus
secepatnya memasang infus untuk pemberian cairan kristaloid (seperti NaCL
0.9% dan lainnya) ataupun koloid (plasma expander) sambil menunggu darah
dengan/tanpa komponen darah lainnya bila diperlukan. Selang nasogastrik perlu
dipasang untuk memonitor apakah perdarahan memang berasal dari SCBB dan

4
apakah masih aktif berdarah atau tidak dengan melakukan bilasan lambung tiap 6
jam sampai jernih.
Pasien harus diperiksa darah perifer (hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
trombosit) tiap 6 jam untuk memonitor aktifitas perdarahan. Sebaiknya bila
dicurigai adanya kelainan pembekuan darah seperti Disseminated Intravascular
Coagullation (DIC) dan lainnya, harus dilakukan pemeriksaan pembekuan darah
seperti masa perdarahan, masa pembekuan, masa protrombin, APTT, masa
trombin, Burr Cell, D-dimmer dan lainnya. Bila terdapat kelainan pembekuan
darah harus diobati sesuai kelainannya. Pada penderita dengan hipertensi portal
dimana perdarahan disebabkan pecahnya varises esofagus dapat diberikan obat
somatostatin atau oktreotide. Pada perdarahan non varises yang masif, dapat juga
diberikan somatostatin atau oktroetide tetapi jangka pendek 1-2 hari saja. Selain
pengobatan pada pasien perdarahan perlu diperhatikan pemberian nutrisi yang
optimal sesegera mungkin bila pasien sudah tidak perlu dipuasakan lagi, dan
mengobati kelainan kejiwaan/psikis bila ada dan memberikan edukasi mengenai
penyakit pada pasien dan keluarga misal memberi tahu mengenai penyebab
perdarahan dan bagaimana cara-cara pencegahaan agar tidak mengalami
perdarahan lagi.(Nur, 2015)

G. Komplikasi
1. Encelofati
2. Asites
3. Sirosis Hepatis

H. Penyimpangan KDM
Proses regenerasi sel hati dalam bentuk yang terganggu

Kegagalan parenkim Hipertensi


hati Enselfalopati ascites
portal
5
Varises Penekanan
Nafsu makan diafragma
esofagus
berkurang, mual-
mual, oerut tidak
enakan,kelemahan/
cepat lelah
Tekanan Ruang paru
meningkat menyempit

1. Perubahan
nutrisi
Pembuluh
darah pecah
Sesak nafas

5. Gangguan
Sakit perut hematemisis melena
pola nafas

2. Ketidak seimbangan cairan


3. Gangguan perfusi jaringan
4. Cemas

6
BAB II
Konsep Asuhan Keperaatan
A. Pengkajian
1. Anamnese
1) Identitas klien.
2) Riwayat keperawatan.
3) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari
4) kali dengan konsistensi encer. Riwayat kesehatan masa lalu.
5) Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
6) Riwayat psikososial keluarga.
7) Kebutuhan dasar.
 Pola eliminasi Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.
 Pola nutrisi Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
 Pola istirahat dan istirahat Terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
 Pola hygiene Kebiasaan mandi setiap harinya.
 Pola aktivitas Terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :  Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar,
selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus
kemerahan.  Perkusi : adanya distensi abdomen.  Palpasi : Turgor kulit
kurang elastis  Auskultasi : terdengarnya bising usus.

7
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake asupan yang tidak adekuat.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. d. Ansietas
berhubungan dengan sakit kritis.
C. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan.
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebih
Tujuan dan Kriteria hasil :
 Mempertahankan volume cairan adekuat - Devisit cairan dan elektrolit
teratasi
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kemungkinan 1. Mengetahui penyebab
penyebab untuk menentukan
ketidakseimbangan cairan intervensi penyelesaian
dan elektrolit 2. Mengetahui keadaan
2. Monitor adanya kehilangan umum pasien
cairan dan elektrolit 3. Mengurangi risiko
3. Monitor adanya mual, kekurangan volume
muntah dan diare cairan semakin bertambah
4. Monitor intake dan output 4. Mengetahui
cairan perkembangan kehilangan
5. Monitor vital sign volume cairan
6. Monitor pemberian terapi 5. Mengetahui keadaan
IV umum pasien
6. Rehidrasi pasien

8
2. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan Tujuan dan kriteria hasil : - Rasa
cemas pasien teratasi. - Pasien tampak rileks.
Intervensi Rasional
1. Mendengarkan penyebab 1. Klien dapat mengungkapkan
kecemasan klien dengan penuh penyebab kecemasannya
perhatian sehingga perawat dapat
2. Observasi tanda verbal dan menentukan tingkat kecemasan
non verbal klien dan menetukan intervensi
3. Menganjurkan keluarga untuk untuk selanjutnya
tetap mendampingi klien 2. Untuk mengetahui tingkat
4. Mengurangi atau kecemasan yang klien alami
menghilangkan rangsangan 3. Dukungan keluarga dapat
yang menyebabkan kecemasan memperkuat mekanisme
pada klien koping klien sehingga tingkat
5. Menginstrusikan klien untuk ansietasnya berkurang
menggunakan teknik relaksasi 4. Dapat meningkatkan
ketenangan pada klien dan
mengurangi tingkat
kecemasannya
5. Teknik relaksasi yang
diberikan pada klien dapat
mengurangi ansietas

9
DAFTAR PUSTAKA

Nur, A. (2015). Lpaoran Pendahuluan Hematochezia Ruang Kenangan RS Margono Soekarno.


Acta Universitatis Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 53(9), 1689–1699.
https://www.scoutsecuador.org/site/sites/default/files/%5Bbiblioteca%5D/5.1 Conservacion
de alimentos y Recetas sencillas.pdfhttp://publications.lib.chalmers.se/records/fulltext/
245180/245180.pdf%0Ahttps://hdl.handle.net/20.500.12380/245180%0Ahttp://dx.d

Puspa, W. (2016). Patologi Klinik dan Laboratorium Medik. Jurnal Indonesia, 22(3), 219–226.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-IJCPML-12-3-08.pdf

NANDA International 2012. Diagnosis Keperawatan.Definisi, dan Klasifikasi 2012-2014/Editor,


T.Heater Herdman, Alih Bahasa, Made Sumarwati. Jakarta ;EGC

10

Anda mungkin juga menyukai