Anda di halaman 1dari 15

X.

BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)


Salah satu ketentuan umum memilih alternative investasi adalah bahwa suatu alternative
investasi harus memberikan laba (earnings) paling tidak sama dengan biaya (cost) untuk
mendapatkan dana untuk pembiayaan alternative tersebut. Dengan kata lain “earning rate
investasi harus lebih besar dari biaya dana yang digunakan untuk membiayai investasi (cost of
capital)”.
Biaya modal tidak lain merupakan biaya rata-rata (weighted average) seluruh elemen
modal dengan bobot proporsi jumlah rupiah masing-masing elemen.
Biaya modal (Cost Of Capital) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
untuk memperoleh dana baik yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, maupun
laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau perasi perusahaan.
Konsep biaya modal erat hubungannya dengan konsep tingkat keuntungan yang disyaratkan
(Required Rate Of Return). Tngkat keuntungan yang disyaratkan dapat diihat daru dua pihak
yaitu dari pihak investor dan pihak perusahaan. Dari sisi Investor, tinggi rendahnya keuntungan
yang disyaratkan merupakan tingkat keuntungan (Rate Of Return) yang minimal harus
dihasilkan dan sekaligus merupakan tingkat risiko dari aktiva yang dimiliki. Sedang bagi
perusahaan yang menggunakan dana(modal), besar kecilnya tingkat keuntungan yang
disyaratkan merupakan biaya modal (Cost Of Capital) yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan modal tersebut.

Fungsi Biaya Modal


Biaya modal berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan diterima tidaknya suatu usulan
ivestasi(sebagai discount rate) , yaitu membandingkan antara biaya modal yang dikeluarkan
dengan tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi tersebut.Biaya modal yang
dipergunakan sebagai discount rate adalah biaya modal yang menyeluruh (oveall cost of
capital).Perhitungan biaya modal dapat didasarkan pada perhitungan sebelum pajak (before tax
basis) atau perhitngan setelah pajak (after tax basis) Perbedaan tersebut dikernakan pajak
merupakan pengurangan laba yang diperoleh perusahaan dan mengindari ada efek pajak ganda.
Pada umumnya analisis biaya modal didasarkan pada keadaan setelah pajak.
Biaya Modal Individual
Sebagaimana telah dijelaskan diatas perhitungan biaya mdal perusahaan adalah biaya
modal rata-rata menyeluruh dari berbagai biaya modal secara individual.
Berikut ini akan disajikan bagaimana menghitung biaya modal secara individual .
1. Biaya Modal Hutang Jangka Pendek
Hutang jangka pendek (hutang lancar) merupakan hutang yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari satu tahun. Hutang jangka pendek antara lain seperti : hutang
dagang, hutang wesel, kredit Bank jangka pendek. Biaya modal dari penggunaan hutang jangka
pendek (Cost Of Debt) dapat dihitung dengan cara :

kt = kb (1-t)

Dimana : kt = Biaya hutang jangka pendek setelah pajak


kb = Biaya hutang jangka pendek sebelum pajak
t = Tingkat pajak.
Contoh :
Suatu perusahaan membeli bahan baku secara kredit seharga Rp 1.100,00 perunit,
sedangkan apabila dibeli secara cash harganya hanya Rp 1.000,00 perunit.
Dari data tesebut diatas dapat dihitung biaya hutang dagang perusahaan tersebut sebelum pajak
adalah: (Rp 1.100,00 – Rp 1.000,00) : Rp 1.000,00 = 0,10 atau 10 %
Apabila ada pajak penghasilan sebesar 30 %, maka biaya hutang dagang perusahaan tersebut
setelah pajak adalah : kt = kb (1-t)
kt = 10 % (1 – 0.30) = 7 %.

2.Biaya Hutang Jangka Panjang (Obligasi)


Biaya hutang obligasi diukur dengan tingkat bunga efektif (yield) yang dibayarkan
kepada pemegang obligasi. Tingkat bunga efektif adalah suatu tingkat bunga yang
menyebabkannilai sekarang seluruh jumlah-jumlah rupiah (bunga dan pokok/nominal) yang akan
dibayarkan kepada para pemegang obligasi akan sama dengan harga obligasi pada waktu
diterbitkan.
Untuk menghitung biaya hutang tersebut (yield) dapat digunakan formula pendekatan
sebagai berikut:

Bunga tahunan (Rp) + Nominal – Harga saat penerbitan


Umur hutang sejak penerbitan
Yield (Ki) =
( Harga pasar saat penerbitan + nominal) : 2

Dalam perhitungan diatas, pajak belum diperhitungkan. Bunga biasanya merupakan biaya
yang dapat dikurangkan terhadap pendapatan sehingga berakibat mengurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh perusahaan. Dengan penyesuaian pajak ini formula untuk menghitung biaya
hutang (Kd) adalah:

Kd = Ki (1 – t)
Contoh :
Suatu hutang obligasi bernilai nominal Rp. 1.000.000,- dengan umur 20 tahun dan tingkat
bunga 10 % pertahun dari nilai nominal, pada saat ini obligasi tersebut laku dijual Rp. 850.000,-
pajak penghasilan 30 %. Berapa biaya obligasi tersebut ?.
Rp 100.000,- + ( Rp 1.000.000,- - Rp 850.000,-) : 20
Yield (Ki) =
( Rp 850.000,- + Rp 1.000.000,-) : 2
Ki = 0.1162 atau 11,62 %

Kd = 11,62 % ( 1 - 0,30 ) Kd = 8,13 %.

3.Biaya Saham Preferensi


Konsep perhitungan biaya saham preferensi mirip dengan perhitungan biaya hutang
obligasi karena aliran kas yang harus dibayarkam hamper sama. Perbedaannya, saham preferensi
tidak mempunyai tanggal jatuh tempo. Formula untuk menghitung biaya saham preferensi
adalah:
Dp
Kp =
Pp – F
Dp = Dividen tahunan atas saham preferensi.
Pp = Harga pasar saham preferensi pada waktu diterbitkan.
F = Biaya penerbitan atau penjualan (floating cost).
Karena dividen atas saham preferensi bukan merupakan biaya maka tidak ada
penyesuaian pajak dalam menghitung biaya saham preferensi.
Contoh :
PT. Mawar menjual saham prefern dengan nominal Rp 12,000,- perlembar. Saham
tersebut saat ini dipasaran adalah Rp 17.500,- perlembar, biaya penerbitan sebesar Rp 200,-
perlembar . Dividen yang dibayarkan tiap tahun sebesar Rp 1.200,- perlembar. Berapa biaya
saham preferen tersebut ?.

Rp 1.200,-
Kp =
Rp 17.500,- - Rp 200,-
Kp = 0,06936 atau 6,94 %.

4.Biaya Saham Biayasa


Biaya saham biasa yang dimaksudkan disini dapat berarti laba yang ditahan atau saham
biasa baru yang akan diterbitkan dalam rangka pembiayaan investasi. Dengan kata lain investasi
dapat dibiayai dari dalam dan luar perusahaan. Laba ditahan sebagai salah satu elemen dalam
kebijakan dividen merupakan sumber pembiayaan internal, sedangkan penerbitan saham baru
merupakan pembiayaan eksternal. Dalam hubungan ini ada dua pendekatan yang sering dipakai,
“Valuation approach” (pendekatan penilaian) dan “Capital asset pricing model approach”
(capm approach).

Valuation Approach.
Model penilaian saham yang telah dibahas adalah:
D1
P0 =
Ke – g
P0 = Harga saham pada saat penilaian.
D1 = Dividen pada akhir tahun pertama.
Ke = Rate of return yang diharapkan investor (pembeli).
g = Tingkat pertumbuhan dividen.
Selanjutnya dapat diturunkan formula “Biaya Saham Biasa”:

D1
Ke = +g
P0

Contoh :
PT. Anugrah, harga pasar sahamnya saat ini sebesar Rp 40.000,- perlembar dengan
dividen sebesar Rp 2.000,- perlembar dengan tingkat pertumbuhan 3 % pertahun. Berapa biaya
saham tersebut ?.

2.000
Ke = + 3% = 5% + 3% = 8 %
40.000
Ini berarti pemegang saham mengharapkan menerima dividen 5% dan 3 % pertumbuhan
dalam investasinya sehingga total “rute of return” 8 %.

CAPM Approach (Capital Asset Pricing Model Aproach).


“Rate of return” yang diharapkan investor saham:
Rj = Rf + β(Rm-Rf)
Rj = Rate of return atas saham biasa.
Rf = Rate of return bebas resiko (biasanya tingkat bunga deposito dibank pemerintah)
β = Koefisien yang mengukur besarnya sensitivitas (fluktuasi) rate of return saham
bersangkutan dibandingkan dengan besarnya fluktuasi harga rata-rata pasar saham
(stock market index). Jika koefisien β > 1 artinya sahamtersebut akan memberikan
keuntungan yang lebih besar dari rata-rata pasar bila kondisi pasar membaik dan
sebaliknya. akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih rendah dari rata-rata pasar
bila kondisi pasar melemah. Jika koefisien β < 1 artinya saham tersebut akan berubah
lebih kecil dari rata-rata perubahan pasar. β═1 artinya saham tersebut memiliki standar
deviasi yang sama dengan index pasar atau dengan kata lain risiko saham tersebut sama
dengan risiko pasar.
Rm = Rate of return harga saham pasar menurut index.
Bila diketahui :
Rf = 9% ; Rm= 11% dan β = 1,5 ; maka:
Rj = 9% + 1,5 (11%-9%) = 9% + 3% = 12%.

5.Biaya Laba Ditahan


Laba ditahan merupakan akumulasi laba tahun yang lalu dan tahun yang berjalan. Laba
ditahan dapat dikembalikan sebagai reinvestasi. Laba ditahan dapat dikatakan sebagai sumber
dana dari pemegang saham lama. Dana ini tidak berarti bebas biaya (cost free) mengingat dana
ini dapat dibagikan kepada pemegang saham dan untuk pembiayaan perusahaan harus mencari
sumber pengganti yang memerlukan biaya. Jadi laba ditahan juga mengandung biaya yang dalam
hal ini merupakan biaya pengganti (opportunity cost) seandainya perusahaan membagikan
dividen. Karena itu formula (D1/P0 + g) berlaku pila untuk menghitung biaya laba ditahan.

D1
Ke = +g
P0
Ke = Biaya saham biasa dalam bentuk laba ditahan.
P0 = Harga saham biasa pada saat penilaian.
D1 = Dividen pada akhir tahun pertama.
g = Tingkat pertumbuhan dividen.

Jadi Ke tidak hanya menunjukan rate of return saham biasa tetapi juga menunjukan rate
of return laba ditahan sebagai biaya pengganti (opportunity cost), seandaanya dividen dibagikan.

6.Biaya Saham Biasa Baru.


Biaya saham biasa baru tidak berbeda dengan biaya saham lama (laba ditahan) kecuali
adanya biaya penerbitan (floating cost) yang menyebabkan biaya saham baru menjadi lebih
tinggi dari pada biaya laba ditahan. Biaya saham biasa baru adalah:
D1
Kn = +g
P0 – F
Formula diatas sebenarnya sama dengan formula untuk biaya laba ditahan kecuali adanya
elemen F.

Biaya Modal Keseluruhan


Biaya modal secara keseluruhan merupakan biaya modal yang memperhitungkan seluruh
biaya atas modal yang digunakan oleh perusahaan. Konsep biaya modal keseluruhan (overall
cost of capital) bermanfaat dalam kaitannya dengan penilaian usulan investasi jangka panjang
dengan membandingkannya dengan dengan keuntungan yang diperolah persahaan. Karena
modal dari masing-masing sumber dana berbeda-beda, maka untuk menetapkan biaya modal
secara keseluruhan perlu dihitung biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of
capital).
Contoh:
PT. Amanah memiliki struktur dan biaya modal sebagai berikut :
Sumber Modal Jumlah Modal Proporsi Modal Biaya Modal
Hutang Obligasi Rp 20.000.000,00 20 % 11,62 % *)
Saham Preferen Rp 30.000.000,00 30 % 6,94 %
Saham Biasa Rp 50.000.000,00 50 % 8,00 %
*) Biaya Modal sebelum pajak., paja penghasilan 30 %.
Berapa biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan tersebut ?.

Penyelesaian :
*)Biaya hutang obligasi setelah pajak (Kd) = 11,62 % (1 – 0,30) = 8,13 %
Sumber Dana Jumlah Modal Biaya Modal Hasil
(Stlh pajak)
Hutang Obligasi Rp 20.000.000,- 8,13 % Rp 1.626.000,-
Saham Preferen Rp 30.000.000,- 6,94 % Rp 2.082.000,-
Saham Biasa Rp 50.000.000,- 8,00 % Rp 4.000.000,-
Jumlah Rp 100.000.000,- -- Rp 7.708.000,-
Rp 7.708.000,-
Biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) = = 0,07708 atau 7,71 %
Rp100.000.000,-
Cara lain:
SumberDana Jumlah Modal Proporsi Modal C.O.C Hasil
Hutang Obligasi Rp 20.000.000,- 20 % 8.13 % 1,63 %
Saham Preferen Rp 30.000.000,- 30 % 6,94 % 2,08 %
Saham Biasa Rp 50.000.000,- 50 % 8,00 % 4,00 %
WACC ---- ---- ---- 7,71 %
Biaya Modal Dalam Keputusan Investasi
Dalam mengambil keputusan investasi biaya yang dipertimbangkan adalah biaya dana
yang digunakan untuk pembiayaan invesatasi tersebut dan bukannya biaya modal (dana)
histories aau yang telah digunakan dan sedang berjalan.

Berikut adalah contoh pemilihan proyek investasi:


Proyek Harapan Laba Dana yang tertanam
(return) (miliyar)
A 25% Rp. 10
B 23% Rp. 5
C 22% Rp. 4
D 20% Rp. 20
E 18% Rp. 11
F 15% Rp. 20
G 12% Rp. 15
H 10% Rp. 10
Total Rp. 95 Miliyar

Dianggap bahwa masing-masing proyek adalah berdiri sendiri (independent). Dianggap


pula bahwa PT. ABC akan tetap mempertahankan struktur modalnya yang optimal dan biaya
modal tidak berubah (tetap17%) berapapun dana yang digunakan perusahaan. Asumsi terakhir
ini tentu saja tidak realities tetapi sengaja digunakan untuk memudahkan pembahasan. Data
rencana investasi dan biaya modal PT. ABC dapat disajikan dalam Gambar 2.3 Berikut.
Gaambar 2.3 memperlihatkan bahwa untuk melaksanakan seluruh proyek memerlukan
dana sebesar Rp. 95,- milyar. Dengan biaya modal 17% tentunya perusahaan hanya akan
memilih proyek A, B, C, D dan E dengan kebutuhan dana Rp. 46,- milyar barang kali akan
mengakibatkan nilai perusahaan (harga saham) turun karena proyek tersebut tidak memberikan
kembalian (return) yang cukup untuk menutup keseluruhan keseluruhan biaya dana yang
digunakan (overall cost of raising funds).
Gambar 2.3
Tingkat kembalian
Invesatasi (persen).

2 6

2 4

2 2

2 0

1 8
17% B ia y a M o d a l (k a )

1 6 E

1 4

1 2

1 0

0 1 ,5 1 5 1 9 3 9 5 0 7 0 8 5 #

Kebuthan dana (milyar)

Biaya Batas Modal (Marginal Cost Of Capital)


Asumsi yang lebih realistis adalah bahwa setiap tambahan dana berakibat biaya modal
keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya modal sebelum tambahan dana tersebut.
Karena perusahaan mempunyai kemampuan terbatas untuk memperoleh dana, permulaannya
perusahaan akan membelanjai investasi dari laba yang ditahan; kebutuhan berikutnya adalah
penerbitan saham baru yang biayanya lebih mahal. Harena untuk mempertahankan struktur
modal perusahaan harus menambah hutang yang berakibat resiko perusahaan naik sehingga
pembeli saham baru mengaharapkan “Rate of return” yang lebih tinggi dari saham sebelumnya.
Biaya modal yang lebih tinggi dengan tambahan dana tersebut disebut dengan “ Biaya Batas
Modal” (Marginal Cost of Capital) Misalnya, untuk tiap tambahan dana sejumlah tertentu,
struktur modal yang tetap PT. ABC mempunyai biaya modal batas sebagai berikut:

Kebutuhan Dana Biaya modal batas


Rp. 0 – Rp. 39 milyar 17%
Rp. 39 – Rp. 50 milyar 19%
Diatas Rp. 50 milyar 21%

Kalau data ini dimasukkan dalam gambar hubungan tingkat kembalian dan biaya modal seperti
diatas, hasilnya akan nampak pada gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4

Tingkat kembalian
Invesatasi (persen).
26

24

22

C 21% B ia y a M o d a l ( K a )

20

19%

18 D

17%

16 E

14

12

10

0 1 ,5 15 19 39 50 70 85 #

Kebutuhan dana (milyar)

Dengan Keadaan seperti diatas maka perusahaan tentunya hanya akan memilih proyek
investasi dari A sampai D, tidak termasuk E seperti sebelumnya.
XI. STRUKTUR MODAL
Struktur modal (Capital Structure) adalah perbandingan pendanaan dana jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Pendanaan yang efisien akan terjadi apabila perusahaan mempunyai struktur modal yang
optimal. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya
penggunaan modal rata-rata keseluruhan.
Untuk melihat kaitan antara biaya modal, struktur modal dan nilai perusahaan, kita
perlu mengingat kembali bahwa biaya modal sebenarnya sama dengan return yang diharapkan
oleh investor atau pemilik perusahaan.

Return Obligasi: I Dimana:


ki = ki = return dari obligasi
B I = bunga tahunan obligasi
B = harga pasar obligasi

Return Saham Biasa : E Dimana:


ke = ke = return saham biasa
S E = laba untuk saham biasa
S = harga pasar saham biasa

Return Perusahaan : Dimana:


O ko = return bersih perusahaan
ko = (biaya modal rata-rata)
V O = laba operasi bersih
V = Total nilai perusahaan

Dalam teori struktur modal diasumsikan bahwa perubahan struktur modal terjadi dari penerbitan
obligasi dan pembelian kembali saham biasa dan sebaliknya. Perlu dkaji apakah ada pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan dan harga saham perusahaan. Untuk
mempermudah dalam analisis struktur modal dipergunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
1.Tidak ada pajak penghasilan
2.Tidak ada perubahan laba
3.Seluruh laba dibayarkan sebagai dividen kepada pemegang saham

Contoh 1 “Pendekatan Laba Operasi Bersih”:


Sebuah perushaan mempunyai hutang sebesar Rp 10.000.000,00 dengan tingkat bunga
sebesar 15%. Laba operasi bersih yang diperoleh sebesar Rp 8.000.000,00 dengan tingkat
kapitalisasi sebesar 20%, saham yang beredar sebanyak 10.000 lembar.
Berdasarkan data tersebut hitunglah :
1.Total nilai perusahaan tersebut ?.
2.Nilai pasar saham perusahaan ?.
3.Return saham perusahaan ?.
4.Harga pasar perlembar saham ?.
Penyelesaian :

K e t e r a n g a n Simbul N i l a i
Laba operasi bersih O Rp 8.000.000,00
Tingkat kapitalisasi total ko 0.20
1).Total nilai perusahaan V Rp 40.000.000,00
Nilai hutang B Rp 10.000.000,00
2).Nilai pasar saham S Rp 30.000.000,00

3). E Nb: E = O - I
Ke = E = Rp 8 jt – ( 15% x Rp 10 jt )
S E = Rp 6,5 jt
Rp 6,5 jt
ke = = 0,2167 atau 21,67%
Rp 30 jt
Nilai pasar saham
4) Harga pasar perlembar saham =
Jumlah saham beredar
Rp 30.000.000,00
Harga pasar perlembar saham =
10.000 lbr

Harga pasar perlembar saham = Rp 3.000,00

Misalkan perusahaan mengganti/menukar sebagian sahamnya dengan hutang yang nilainya


sebesar Rp 15.000.000,00 dengan tingkat bunga yang sama sehingga hutang perusahaan menjadi
Rp 25.000.000,00.
Berdasarkan data tersebut hitnglah :
1.Total nilai perusahaan ?
2.Nilai pasar saham ?
3.Return saham ?
4.Harga pasar perlembar saham ?.

Penyelesaian :

Keterangan Simbol N i l a i
Laba operasi bersih O Rp 8.000.000,00
Tingkat kapitalisasi total ke 0.20
1).Total nilai perusahaan V Rp 40.000.000,00
Nilai hutang B Rp 25.000.000,00
2).Nilai pasar saham S Rp 15.000.000,00
3).E = Rp 8 jt – (15% x Rp 25 jt )
E = Rp 8 jt – Rp 3,75 jt
E = Rp 4,25 jt
Ke= Rp 4.25.000,00 : Rp 15.000.000,00 = 0,2833 atau 28,33%

Nb: Jumlah saham beredar = Jml saham lama – Jml saham yang ditukar hutang
Jumlah saham beredar = 10.000 lbr – (Rp 15 jt : Rp 3.000,00)
Jumlah saham beredar = 10.000 lbr - 5.000 lbr = 5.000 lbr

4).Harga pasar perlembar saham = Rp 15 jt : 5.000 lbr = Rp 3.000,00

Contoh 2 “Pendekatan Tradisional” :


Sebuah perusahaan pada awal berdirinya menggunakan hutang obligasi sebesar Rp
50.000.000,00 dengan bunga sebesar 10% dan sisanya berupa mudal saham dengan tingkat
keuntungan yang disyaratkan pemegang saham sebesar 15% pertahun. Laba operasi bersih yang
peroleh perusahaan sebesar Rp 20.000.000,00. Jumlah saham yang beredar saat itu sebanyak
12.000 lembar.
Berdasarkan data tersebut hitunglah :
1.Laba untuk pemegang saham ?
2.Nilai pasar saham ?
3.Total nilai perusahaan ?
4.Tingkat kapitalisasi perusahaan ?
5.Harga perlembar saham ?.

Penyelesaian :

K e t e r a n g a n Simbol N i l a i
Laba opeasi bersih O Rp 20.000.000,00
Bunga obligasi 10% I Rp 5.000.000,00
1).Laba untuk saham E Rp 15.000.000,00
Tingkat keuntungan disyaratkan ke 0,15
2).Nilai pasar saham S Rp 100.000.000,00
Nilai obligasi B Rp 50.000.000,00
3).Totaal nilai perusahaan V Rp 150.000.000,00

O
4). ko =
V
ko = Rp 20 jt : Rp 150 jt = 0,1333 atau 13,33%

5). Harga pasar perlembar saham = Rp 100 jt : 12.000 lbr


Harga pasar perlembar saham = Rp 8.333,33

Misalkan perusahaan mengganti/menukar seluruh hutang obligasi dengan saham.oleh


karena seluruh modal perusahaan adalah modal sendiri pemegang saham dapat menurunkan
tingkat keuntungan yang disyaratkan menjadi 12%.
Berdasarkan data tersebut hitunglah :
1.Laba untuk pemegang saham ?
2.Nilai pasar saham ?
3.Total nilai perusahaan ?
4.Tingkat kapitalisasi perusahaan ?
5.Harga pasar perlembar saham ?.

Penyelasian :

K e t e r a n g a n Simbol N i l a i
Laba operasi bersih O Rp 20.000.000,00
Bunga obligasi I Rp --
1).Laba untuk pemegang saham E Rp 20.000.000,00
Tingkat keuntungan disyaratkan ko 0,12
2).Nilai pasar saham S Rp 166.666.666,67
Nilai pasar obligasi B Rp --
3).Total nilai perusahaan V Rp 166.666.666,67
4).Tingkat kapitalisasi perusahaan = Rp 20 jt : Rp 166,67 jt
= 0,1199 atau 11,99%

Nb: Jumlah saham beredar = 12.000 lbr +( Rp 50 jt : Rp 8.333,33)


= 12.000 lbr + 6.000 lbr = 18.000 lbr.

5).Harga pasar perlembar saham = Rp 166,67 : 18.000 = Rp 9.259,26

Kesimpulan:
1.Peningkatan leverage pempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan
disbabkan risiko perusahaan meningat.
2.Tingkat keuntungan yang disyaratkan berubahsecara linear dengan leverage
keuangan.
3.Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memberikan biaya
modal keseluruhan yang terendah dan memberikan harga saham yang tertinggi

Anda mungkin juga menyukai