Anda di halaman 1dari 7

Membangun Empati dan Mencegah Diskriminasi terhadap Pengidap COVID-19

Ratu Laura M.B.P1, Vinta Sevilla2, Ratu Nadya W.3

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


Jl. RS. Fatmawati no.1 Pondok Labu, Jakarta Selatan
ratulaurambp@upnvj.ac.id1, vintasevilla@upnvj.ac.id2, ratunadyaw@upnvj.ac.id3

ABSTRAK

Pandemi virus COVID-19 yang melanda seluruh dunia, termasuk negara Indonesia saat ini
belum menunjukkan tanda-tanda akan teratasi. Banyak negara yang bahkan melakukan sistem
lockdown di beberapa wilayah demi mengurangi penyebaran wabah tersebut. Pemerintah dan
tenaga medis berjibaku untuk menanggulangi virus ini, namun angka kasus masih terus bertambah
sebab sulitnya memutus rantai penyebaran. Di tengah wabah Covid-19, muncul satu fenomena
sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap
seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu.
Mereka diberikan label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami
pelecehan status karena terasosiasi dengan penyakit corona tersebut. Melihat fenomena tersebut,
diperlukan adanya sebuah penyuluhan untuk meningkatkan empati di masyarakat. Oleh karena itu,
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dibuat untuk meningkatkan rasa empati khususnya
bagi para remaja di bangku sekolah.
Kata kunci : Covid-19, diskriminasi, pandemi, penyuluhan, remaja, stereotip

ABSTRACT

The COVID-19 virus pandemic that has hit the whole world, including Indonesia, is currently
showing no signs of being resolved. Many countries have even implemented lockdown systems in
several regions to reduce the spread of the outbreak. The government and medical personnel are
working hard to contain this virus, but the number of cases is still increasing due to the difficulty
of breaking the chain of spread. In the midst of the COVID-19 outbreak, a social phenomenon
emerged that has the potential to exacerbate the situation, namely social stigma or negative
associations against a person or group of people who experience symptoms or suffer from certain
diseases. They are labeled, stereotyped, discriminated against, treated differently, and/or
experience status harassment because of their association with the coronavirus. Seeing this
phenomenon, it is necessary to have an outreach to increase empathy in the community. Therefore,
this community service activity was made to increase empathy, especially for teenagers in school.
Keyword : Counseling, Covid-19, discrimination, pandemic, stereotype, Teenager

1. PENDAHULUAN teratasi. Banyak negara yang bahkan


melakukan sistem lockdown di beberapa
Pandemi virus COVID-19 di seluruh wilayah demi mengurangi menyebarnya
dunia, termasuk negara Indonesia saat ini wabah yang sangat cepat menyebar
belum menunjukkan tanda-tanda sudah tersebut. Pemerintah dan tenaga medis

Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022 1


berjibaku untuk menanggulangi virus ini, 19. Terlebih manusia cenderung takut
namun angkanya yang terus bertambah pada sesuatu yang belum diketahui dan
membuat virus ini tidak bisa diputus rantai lebih mudah menghubungkan rasa takut
penyebarannya dengan mudah. pada “kelompok yang berbeda/lain”.
Dikutip dari pfimegalife.co.id, laporan Inilah yang menyebabkan munculnya
kasus positif Covid-19 di Indonesia stigma sosial dan diskriminasi terhadap
pertama kali diumumkan pada Maret etnis tertentu dan juga orang yang
2020. Dua orang yang didapati positif dianggap mempunyai hubungan dengan
terinfeksi virus corona adalah warga virus ini (Dai, N.F., 2020, h. 67). Padahal
Depok, Jawa Barat. Keduanya diduga para pasien atau pengidap penyakit ini
tertular virus corona setelah melakukan tidak ada yang menghendaki bisa tertular,
kontak langsung dengan warga negara bahkan kebanyakan dari mereka tidak
Jepang. Sejak temuan kasus positif tahu bisa tertular penyakit ini dari mana.
pertama itu, jumlah orang Indonesia yang Virus Covid-19 ini memang sangat
terinfeksi Covid-19 terus bertambah. ditakuti, karena kadang yang tertularpun
Pemerintah telah memberlakukan tidak terlihat gejalanya. Disebut sebagai
kebijakan pembatasan sosial berskala Orang Tanpa Gejala (OTG), mereka yang
besar di beberapa daerah untuk membatasi nampak sehat dan baik-baik saja bisa
pergerakan warga. Namun, penyebaran menjadi carrier dari virus endemik ini.
virus corona di Indonesia terus meluas mereka tanpa sadar bisa menulari orang
(pfimegalife, 2020). Dan tepat bulan ini lain di sekitarnya sehingga
merupakan satu tahun semenjak pertama membahayakan bagi yang lain.
kali virus corona masuk ke Indonesia dan Hal yang dapat dilakukan oleh para
sudah menelan banyak korban jiwa. pengidap penyakit ini baik yang tanpa
Dilansir dari laman Liputan6.com hari gejala dan dengan gejala pun adalah
rabu (03/03) tahun 2021 ini, Total dengan melakukan isolasi mandiri atau
akumulatif di Indonesia hingga saat ini jika gejalanya berat harus dirawat di
sebanyak 1.353.834 orang terkonfirmasi rumah sakit atau tempat isolasi tertentu.
positif Corona Covid-19. Untuk kasus Beberapa orang memang memutuskan
sembuh bertambah 9.053 orang pada hari untuk melakukan isolasi mandiri karena
ini. Jadi, total akumulatifnya ada mereka berpikir akan lebih menakutkan
1.169.916 orang berhasil sembuh dan jika harus masuk rumah sakit atau
dinyatakan negatif Corona Covid-19 di diisolasi di tempat asing.
Indonesia sampai saat ini (Prastiwi, 2021). Banyaknya informasi yang tidak dapat
Di tengah wabah COVID-19, muncul dipercaya dari sosial media yang telah
satu fenomena sosial yang berpotensi menimbulkan stigma pada penderita
memperparah situasi, yakni stigma sosial Covid-19, yang kita tahu bersama bahwa
atau asosiasi negatif terhadap seseorang penyakit ini sangat cepat menular dan
atau sekelompok orang yang mengalami belum ada obatnya (Abudi, R, dkk. 2020,
gejala atau menyandang penyakit tertentu. h. 78). Masyarakat seakan menghindar
Mereka diberikan label, stereotip, dari para pengidapnya karena pasien
didiskriminasi, diperlakukan berbeda, penyakit ini dianggap berbahaya.
dan/atau mengalami pelecehan status Dimulai dari usia remaja, penanaman
karena terasosiasi dengan sebuah penyakit empati sebaiknya di lakukan. Karena di
(Dai, N.F., 2020, h. 67). Penyakit corona usia belasan tahun ini, remaja mulai
ini seakan menjadi momok yang sangat memahami dan mengetahui apa yang
menakutkan sehingga orang-orang dianggap benar dan salah serta
berusaha mengindari para pengidapnya. mencernanya untuk ditanamkan di dalam
Sebagai penyakit baru, banyak yang diri mereka. Di dalam kondisi pandemik
belum diketahui tentang pandemi Covid- seperti ini hal yang paling mendasar yang

2 Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022


dibutuhkan para pasien dan pengidap bisa memberikan dukungan terhadap
Covid-19 ini adalah rasa empati, namun pengidap Covid-19 di sekitar mereka.
jika dari lingkungan terdekat saja seperti Tim akan mengadakan webinar
setangga atau kerabat tidak bisa merasa dengan menggunakan Google Meet dan
empati, bagaimana orang lain yang tidak mengajak setidaknya satu kelas (kelas IX)
dikenal bisa berempati dan bisa untuk diberi informasi mengenai situs-
membesarkan hati mereka yang sedang situs berguna tersebut.
terserang penyakit cukup berbahaya ini. Kegiatan penyuluhan ini memiliki
Adanya kegiatan Pengabdian Kepada tujuan spesifik sebagai berikut:
Masyarakat ini diharapkan dapat menjadi 1. Memberikan informasi penyebaran
sebuah alat dan sarana untuk Covid-19 di lingkungan sekitar.
meningkatkan pengetahuan remaja 2. Memberikan informasi mengenai
mengenai cara menumbuhkan empati cara membangun empati pada para
terhadap para pengidap/pasien Covid-19 pengidap Covid-19 di lingkungan sekitar.
yang mungkin ada di sekitar mereka. Hal 3. Memberikan informasi mengenai
ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pentingnya menghindari perilaku
keluarga, teman, dan masyarakat di diskriminasi pada pengidap Covid-19 di
sekeliling remaja tersebut yang juga dapat lingkungan sekitar
merubah pandangannya bahwa pengidap
Covid-19 tidak harus dijauhi tapi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan dukungan dan rasa empati.
Kegiatan webinar telah dilaksanakan
pada awal Sabtu 24 Juli 2021 dengan
2. PERMASALAHAN menggunakan platform Google Meet
dengan memberi penyuluhan memakai
Dari paparan analisis situasi pada power point yang disimak oleh siswa
bagian awal di atas maka dapat kelas IX dari SMPN 88 Jakarta Barat.
dirumuskan bahwa para pelajar SMPN 88 Sebelum pelaksanaan kegiatan, tim
Jakarta Barat memiliki kemampuan untuk menyiapkan sebuah Google Form yang
mengakses internet sebagai penunjang berisi pertanyaan seputar pemahaman
dalam kehidupan mereka sehari-hari dan tentang empati dan pengalaman mereka
menonton televisi untuk mendapatkan mengenai seputar virus Covid-19.
berita-berita mengenai penyebaran kasus
Covid-19 namun belum paham cara
membangun empati kepada pengidap
virus ini yang berada di sekitar mereka.

3. METODOLOGI

Kegiatan pengabdian kepada


masyarakat ini dilakukan untuk
memberikan informasi dan penyuluhan
tentang cara membangun empati dan
mencegah diskriminasi terhadap pengidap Gambar 1. Pertanyaan 1 dan Hasil pretest
Covid-19. Metode yang dilakukan berupa (sumber: Google form)
webinar. Hal ini dilakukan agar agar para Pertama-tama, mereka diberi
peserta lebih memahami mengenai pertanyaan tentang apa itu stereotip.
pentingnya membangun rasa empati, Pengertian dari stereotip itu sendiri adalah
mencegah perilaku diskriminasi dan tetap Stereotip adalah penilaian yang tidak
seimbang terhadap suatu kelompok

Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022 3


masyarakat. Penelaian itu terjadi karena hubungan antara sesama manusia
kecenderungan untuk menggeneralisasi (Nareza, 2020).
tanpa diferensiasi (Murdianto, 2018,
hal.139).

Gambar 4. Pertanyaan 4 dan Hasil pretest


Gambar 2. Pertanyaan 2 dan Hasil pretest (sumber: Google form)
(sumber: Google form)
Lalu mereka ditanyakan mengenai
pemahamannya terkait apa itu
diskriminasi, dan sebagian besar sudah
dapat memahami apa itu diskriminasi.
Dan saat sesi webinar berlangsung,
peserta bercerita bahwa dulu beberapa di
antara mereka yang mengalami kejadian
kurang mengenakan terkait diskriianasi,
salah satunya adalah sering diejek karena
memakai pakaian dan buku bekas, namun
saat ini mereka menyatakan sudah tidak Gambar 5. Pertanyaan 5 dan Hasil pretest
lagi mengalami diskriminasi. (sumber: Google form)
Dalam pretest yang dibagikan melalui
Google form, peserta ditanyakan apakah
mereka atau keluarga serumah ada atau
pernah terpapar Covid-19, dan sebagian
besar menjawab pernah. mereka lalu
ditanyakan apakah jika mereka atau
sekeluarga serumah terpapar Covid-19
orang lain yang bukan serumah akan
memberikan bantuan? Sebagian besar
menjawab ya dan sisanya menyatakan
tidak ada keluarga atau dirinya yang
Gambar 3. Pertanyaan 3 dan Hasil pretest terpapar virus.
(sumber: Google form)
Selanjutnya mereka ditanyai tentang
perbedaan empati dan simpati. Pengertian
dari empati itu sendiri adalah kemampuan
untuk memahami apa yang dirasakan
orang lain, melihat dari sudut pandang
orang tersebut, dan juga membayangkan
diri sendiri berada pada posisi orang
tersebut. Empati memainkan peran
penting dalam membangun dan menjaga
Gambar 6. Pertanyaan 6 dan Hasil pretest

4 Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022


(sumber: Google form) Gambar 8. Kegiatan Webinar
Selanjutnya peserta diberi pertanyaan Hasil yang didapatkan yaitu berupa
apakah jika ada saudara tidak serumah pemahaman yang didapatkan oleh peserta
atau teman terpapar Covid-19 mereka dengan ukuran post-test yang telah
akan berinisiatif untuk membantu? diberikan dan disiapkan oleh tim. Mereka
Sebagian besar menjawab ya, akan menceritakan pengalamannya saat
membantu dan sisanya menyatakan tidak mengidap dan terpapar Covid-19, ada juga
ada teman atau saudara tidak serumah yang menceritakan bahwa orang tuanya
yang pernah terpapar virus. juga ikut tertular.

Gambar 7. Pertanyaan 7 dan Hasil pretest


(sumber: Google form) Gambar 9. Kegiatan Webinar
Pertanyaan terakhir yang diberikan Sebagian besar dari mereka
adalah apakah mereka pernah punya menyatakan bahwa merasaya bersyukur
pengalaman tidak mengenakan terutama karena banyak teman, tetangga atau
tentang perlakuan orang lain di luar rumah saudara tidak serumah mereka sangat
saat dirinya atau keluarga serumah ada peduli saat di rumah ada yang terpapar
yang terpapar Covid-19, sebagian besar virus tersebut. Orang-orang itu dengan
menyatakan tidak memiliki pengalaman sukarela mengirimkan makanan, vitamin
buruk, ada pun yang menjawab bahwa dan obat-obatan.
keluarganya cukup syok tetapi orang lain Dengan pengalaman demikian, peserta
di sekitarnya tetap mau membantu, menyadari pentingnya bersikap empati
Pre-test diberikan kepada peserta terhadap sesama. Mereka bahkan
sebelum dimulainya kegiatan, kemudian mengungkapkan dengan senang hati juga
materi disampaikan oleh tim yang juga akan membantu kenalan mereka jika ada
sebagai narasumber. Setelah materi yang menjadi pengidap virus corona
diberikan, peserta diberikan kesempatan tersebut. Peserta merasa yakin bahwa
untuk memberikan pertanyaan dan memang sudah menjadi kewajiban umat
sebagai bahan diskusi, dan tahapan manusia untuk saling membantu tanpa
terakhir yaitu peserta menjawab soal pre- mendiskriminasi keadaan mereka.
test setelah dilaksanakannya kegiatan Ada pula yang menceritakan
pengalamannya saat saudaranya yang
hampir masuk rumah sakit akibat virus
berbahaya tersebut, namun ia dan
keluarganya berusaha membantu dengan
mengirimkan obat-obatan dan tabung
oksigen sehingga akhirny saudaranya itu
tidak jadi dirawat di rumah sakit. Ia
merasa bahwa saudaranya yang sakit itu
sangat baik pada keluarganya di saat
keluarganya sedang dalam kondisi sulit. Ia

Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022 5


juga merasakan rasa empati dan toleransi Perilaku empati dalam kehidupan
yang kuat bersama saudaranya tersebut sehari-hari diwujudkan dalam empat
sehingga tak segan untuk menolong. bentuk: 1) peka terhadap perasaan orang
Memiliki rasa empati yang tinggi pun lain, 2) membayangkan seandainya aku
menbawa banyak manfaat, di antaranya: adalah dia, 3) berlatih mengorbankan
1. Membangun hubungan sosial milik sendiri, dan 4) membahagiakan
Rasa empati dibutuhkan untuk orang lain. Dengan empat bentuk perilaku
membangun hubungan sosial dengan empati tersebut sudah sepantasnya tidak
orang lain. Dengan empati, Anda akan terjadi penolakan terhadap jenazah
mampu memahami apa yang dipikirkan terinfeksi Covid-19. Karena duka yang
dan dirasakan oleh orang lain. Anda juga dirasakan akibat kematian tersebut bukan
akan terlatih untuk memberikan respons saja duka bagi keluarga korban, tetapi
yang tepat dalam segala situasi sosial. duka bagi seluruh komponen bangsa.
2. Mengatur emosi diri sendiri Membangun empati merupakan bagian
Berempati pada orang lain juga akan dari upaya memperkuat pembangunan
melatih Anda dalam mengendalikan karakter bangsa untuk mewujudkan visi
emosi. Dengan begitu, Anda tidak akan Indonesia emas 2045 (Susari, 2020).
mudah merasa stres. Terlepas dari hal menakutkan yang
3. Melatih perilaku tolong-menolong terjadi di sekeliling mereka, narasumber
Ketika berempati, Anda akan cukup terkejut dengan pernyataan-
membayangkan bagaimana rasanya jika pernyataan para peserta yang notabenya
berada pada posisi orang lain. Hal ini akan masih sangat muda tetapi sudah memiliki
mendorong Anda untuk melakukan rasa simpati dan empati yang tinggi
sesuatu yang bisa meringankan beban atau terhadap sesama. Apalagi kadang pasien
masalah orang tersebut. dan pengidap virus Covid-19 ini sering
dikucilkan oleh lingkungannya karena
Oleh karena itu, rasa empati juga dianggap akan menularkan virus tersebut.
bermanfaat untuk melatih perilaku tolong- Namun mendengar dari cerita-cerita
menolong atau sikap altruisme antara yang diungkapkan para peserta,
sesama manusia. Empati juga merupakan narasumber yakin bahwa mulai dari usia
salah satu unsur penting dalam belia pun rasa empati dan toleransi dapat
penyampaian bahasa cinta (Nareza, 2020). dibangun. Mereka biasanya melihat dari
Pemberitaan di media mengenai apa yang dicontohkan oleh orang di
penyebaran virus Covid-19 yang tak sekelilingnya, mulai dari orang tua hingga
pernah berhenti memang kadang dapat saudara kandungnya.
membuat takut masyarakat, termasuk Dengan diadakan penyuluhan ini,
remaja yang masih duduk di bangku dapat menjadi sarana para remaja untuk
sekolah menengah pun merasakan hal menceritakan pengalamannya tak hanya
yang sama. Peserta yang semuanya masih mengenai toleransi, tetapi bagaimana
duduk di bangku kelas IX ini mengatakan mereka menghindari diskriminasi,
bahwa mereka suka merasa takut saat stereotip tertentu tentang pasien Covid-19
menonton pemberitaan tentang virus ini dan membangun empati mereka sedari
karena membuat mereka menjadi dini. Karena kenyataannya orang-orang
paranoid. yang terinfeksi virus corona ini bisa
Beberapa pemberitaan seperti sembuh dan tidak ada satupun dari kita
mengucilkan pasien dan pengidap virus yang mau terinfeksi virus berbahaya
Covid-19 sehingga penolakan jenazah tersebut.
yang terinfeksi virus tersebut paling santer
diberitakan. 5. KESIMPULAN

6 Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022


Terlaksananya kegiatan pengabdian di Indonesia? Diakses dari:
kepada masyarakat ini dengan https://www.pfimegalife.co.id/liter
menggunakan metode webinar adalah asi-
sebuah metode yang paling tepat karena keuangan/kesehatan/read/penyebar
saat pelaksanaan sedang dilaksanakannya an-virus-corona.
PPKM Level-4. Siswa yang sebagai Nareza. 2020. Memahami Arti, Ciri-Ciri,
peserta juga merupakan sasaran yang dan Manfaat Empati. Diakses dari:
paling baik pula untuk menanamkan rasa https://www.alodokter.com/memah
empati terhadap sesama, karena rasa ami-arti-ciri-ciri-dan-manfaat-
empati akan menjadi kebiasaan ketika empati
dipelajari dan diberikan pemahaman sejak Murdianto. 2018. Stereotipe, Prasangka
dini. Selain itu kegiatan ini juga dapat dan Resistensinya (Studi Kasus
menumbuhkan kesadaran dan rasa pada Etnis Madura dan Tionghoa di
tenggang rasa antar sesama. Indonesia). Jurnal Qalamuna IAI
Selama pelaksanaan berlangsung, Sunan Giri Ponorogo, 10-02
siswa memiliki antusias yang sangat baik Prastiwi, D. 2021. Positif Covid-19 Ada
dan telah melaksanakan sikap empati 1.353.834, Sembuh 1.169.916,
tanpa mereka sadari dengan membantu Meninggal 36.721. diakses dari:
orang-orang yang ada disekitarnya. https://www.liputan6.com/news/re
Namun, dengan dilaksanakannya kegiatan ad/4497301/update-rabu-3-maret-
ini dapat menumbuhkan kesadaran dan 2021-positif-covid-19-ada-
kepedulian menjadi lebih baik lagi 1353834-sembuh-1169916-
Saran yang dapat diberikan adalah, meninggal-36721.
diperlukannya kegiatan lanjutan untuk Susari, H. 2020. Membangun Empati di
terus menumbuhkan kesadaran dan Tengah Pandemi Covid-19.
rasa empati, hal ini dikarenakan anak- Diakses dari:
anak usia dini masih sangat butuh https://balitbangdiklat.kemenag.go.
id/berita/membangun-empati-di-
pembimbingan dari orang-orang
tengah-pandemi-covid-19
dewasa disekitarnya agar dapat
menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan pelaksanaan webinar
pengabdian kepada masyarakat
lanjutan hendaknya siswa dapat lebih
sadar lagi dan mengubah mindset nya
menjadi action.
DAFTAR PUSTAKA

Abudi, A., Yasir, M., dan Magulili, A.N.


2020. Stigma Terhadap Orang
Positif Covid-19. Jambura Journal
of Health Science and Research
Universitas Gorontalo. 78.
Dai, N.F. 2020. Stigma Masyarakat
Terhadap Pandemi Covid-19.
Prosiding Seminar Nasional
Problematika Sosial Pandemi
Covid-19, Kendari
Pfimegalife, 2020. Bagaimana
Penyebaran Virus Corona Terjadi

Jurnal IKRAITH-ABDIMAS No 1 Vol 5 Maret 2022 7

Anda mungkin juga menyukai