Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

 
 

 Puji Dan Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT Karna Atas Limpahan Rahmat Dan
Karunia-Nya Sehingga Masih Diberikan Kesehatan Dan Kekuatan Sehingga Saya Dapat
Menyelesaikan Tugas Yang Berjudul “ Retensi Urine“ Sebagaimana Dapat Diselesaikan
Tepat Pada Waktunya. Penulis Menyadari Bahwa Karya Tulis Ilmiah Ini Jauh Dari
Sempurna, Oleh Karena Itu Penulis Sangat Berharap Kritik Dan Saran Dari Pembaca Demi
Kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah.

Timika, November 2020

Indriani Saras Waty

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
D. Metode Penulisan ...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Pengertian Retensi Urine....................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan...............................................................3-4
C. Etiologi................................................................................................................4
D. Klafikasi Retensi Urine.......................................................................................5
E. Manifestasi Klinis...............................................................................................5
F. Patofisiologi........................................................................................................6
G. Kom Plikasi.........................................................................................................7
H. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................7-8
I. Penatalaksanaan..................................................................................................8-9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................10


A. Pengkajian ..........................................................................................................10
B. Pengumpulan Data.............................................................................................10
C. Pengelompokan Data.........................................................................................11
D. Analisa Data........................................................................................................12
E. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................12
F. Intervensi Keperawatan .....................................................................................3-14
G. Evaluasi  Keperawatan........................................................................................14

BAB IV PENUTUP........................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................15
B. Saran ..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Retensio urine adlah ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut. (Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah sutau keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan tidak
punya kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna. (PSIK UNIBRAW).
Urin merupakan hasil dari ekskresi manusia yang dihasilkan dari penyaringan
darah yang dilakukan di ginjal. Urin normal berwarna kekuning-kuningan atau terang
dan transparan.Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorbsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam
kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang
akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis.
Dalam urin bisa terdapat amonia. Amonia adalah suatu produk yang
dihasilkan ketika proses pencernaan protein. Hati memproduksi amonia yang
berbahaya terutama jika fungsi hati juga tidak berjalan dengan baik.
Setiap menit akan mengalir sejumlah 1060 ml darah (1/5 cardic out put)
menuju ke 2 ginjal melalui arteri renalis. Dari jumlah  tersebut darah yang akan
kembali melalui vena renalis sejumlah 1059 ml sedangkan sisanya sebesar 1 ml akan
keluar sebagai urin.
Proses    Miksi    (Rangsangan   Berkemih) Distensi kandung kemih, oleh air
kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih
dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan
kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –
serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf
– saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

1
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa yang dimaksud denganRetensi urine  ?
b) Bagaimana anatomi dan fisiologi Perkemihan   ?
c) Apa penyebab dari Retensi urine?
d) Apa saja faktor resiko dari Retensi urine?
e) Bagaimana klasifikasi dari Retensi urine  ? 
f) Bagaimana patofisiologi dan pathway dari Retensi urine?
g) Apa saja manifestasi klinis  dari  Retensi urine?
h) Apa komplikasi yang akan ditimbulkan dari  Retensi urine ?
i) Bagaimana pemeriksaan diagnostik dariRetensi urine ?
j) Bagaimana penatalaksanaan dariRetensi urine?
k) Bagaimana pencegahan dari Retensi urine?

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan penulisan  ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami
“LANDASAN TEORI “Retensi urine” dan bisa di terapkan dalam praktek
keperawatan nantinya.
2. TUJUAN KHUSUS
Tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya sebagai berikut :
a) Memahami tentang pengertian dari Retensi urine
b)   Memahami kembali anatomi dan fisiologi Perkemihan
c) Memahami tentang etiologidari Retensi urine
d)  Memahami tentang faktor  resiko dari Retensi urine Memahami tentang
klasifikasi dari Retensi urine 
e) Memahami tentang patofisiologi/pathway dari Retensi urine
f) Memahami tentang manifestasi klinis dari Retensi urine
g) Memahami komplikasi dari Retensi urine
h) Memahami tentang pemeriksaan diagnosa dari Retensi urine
i) Memahami tentang penatalaksanaan medis dari Retensi urine
j) Memahami tentang pencegahan dari Retensi urine

D. METODE PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah yang berjudul
“LANDASAN TEORI  Retensi urine” ini adalah Berdasarkan metode literature
(pustaka) , mengintisarikan buku-buku  pustaka dan informasi didapat dari jaringan
internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RETENSI URIN


Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih
dan  tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya secara sempurna.
Retensio urine  adalah kesulitan miksi karena kegagalan urine dari  fesika urinaria.
(Kapita Selekta  Kedokteran).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi
secara akut maupun kronis. (Depkes RI Pusdiknakes 1995). Retensio urine adalah
ketidakmampuan untuk melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut.(Brunner & Suddarth).
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung kemih dan
tidak punya kemampuan untuk mengosongkannya secara
sempurna. (PSIK UNIBRAW).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN


Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang keduanya
harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam menyimpan
(storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan organ berongga
yang terdiri atas mukosa, otot polos destrusor, dan serosa. Pada perbatasan antara
buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri atas otot polos.
Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase miksi atau pengeluaran (evacuating).
Di sebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas
otot bergaris dari otot dasar panggul. Sfingters ini membuka pada saat miksi sesuai
dengan perintah dari korteks serebri. ( buku dasar-dasar urologi )
Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot destrusor dan pada fase pengeluaran
urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine, buli-buli mampu untuk
melakukan akomodasi yaitu meningkatkan volumenya dengan mempertahankan
tekanannya dibawah 15 cm H2O, sampai volumenya cukup besar. ( buku dasar-dasar
urologi )
     Perubahan normal pada sistem renal dan urinaria akibat penuaan dirangkum dalam tabel
Tabel : Perubahan Normal Sistem Renal Dan Urinaria Akibat Penuaan
Perubahan Normal TerkaitUsia ImplikasiKlinis
Penebalandasarmembran Filtrasidarahkurangefisien
Penurunan area permukaan glomerular
Penurunanpanjangdan volume
tubulusproksimal
Penurunanalirandarahvaskuler
Penurunanmasaotot yang tidakberlemak Penurunan total cairantubuh
Peningkatan total lemaktubuh Resikodehidrasi
Penurunancairanintrasel
Penurunansensasihaus
Penurunankemampuanuntukmemekatkan
urine

3
Penurunanhormon yang Peningkatanresiko osteoporosis
pentinguntukabsorpsikalsiumdarisaluran
gastrointestinal
Penurunankapasitaskandungnkemih Peningkatanresikoinkontinensia
Peningkatan volume
residu peningkatankontraksikandungkemih
yang tidakdisadari
Atropipadaototkandungkemihsecaraumum

C. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
a) Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4
setinggi T12L1.Kerusakan saraf simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun
seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi pelvis, kelainan medulla
spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai
dengan rasa sakit yang hebat.
b) Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien
DM atau penyakit neurologist, divertikel yang besar.
c) Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu
kecil,tumor pada leher vesika, atau fimosis.
d) Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi
urethra(infeksi, tumor, kalkulus), trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
e) Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine),
preparatantidepressant antipsikotik (Fenotiazin), preparat antihistamin
(Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi(hidralasin)
f)
Etiologo dari retensi urin juga dapat di kelompokan berdasarkan bentuk- bentuknya :
no Bentuk-bentukretensi Penyebab
1 ObstruksiMekanis ·         Struktururetha
·         malformasisalurankemih
·         Malformasi sum-sum belakang
2 Kongenital ·         Kalkulus
·         Inflamasi
·         Trauma
·         Tumor
·         Hyperplasia
·         kehamilan
3 Yang di dapat ·         disfungsi neurologic
·         refluksureteroversikalis
·         berkurangnyaaktifitas peristaltic
ureter
4 Obstruksifungsional ·         Atrofiobat detrusor
·         Cemas,
sepertitakutnyerisetelahoperasi

4
·         Obat-obatan, seperti anesthesia,
narkotikasedatifadanantihistamin

D. KLASIFIKASI RETENSI URINE


RETENSI URIN dapat dikelompokan menjadi 2 :
1. Retensi urin akut
Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai
rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa
sakit karena urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang terkait adalah tidak
dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa
nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat
berkemih sama sekali segera dipasang kateter
2. Retensi urin kronik
Retensi urin kronik adalah retensi urin ‘tanpa rasa nyeri’ yang disebabkan oleh
peningkatan volume residu urin yang bertahap. Hal ini dapat disebabkan karena
pembesaran prostat, pembesaran sedikit2 lama2 ga bisa kencing. Bisa kencing
sedikit tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan
lebih tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat
berkemih, namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat
mengosongkan kandung kemih dengan sempurna (tidak lampias). Retensi urin
kronik tidak mengancam nyawa, namun dapat menyebabkan permasalahan medis
yang serius di kemudian hari.
Perhatikan bahwa pada retensi urin akut, laki-laki lebih banyak daripada
wanita dengan perbandingan 3/1000 : 3/100000. Berdasarkan data juga dapat
dilihat bahwa dengan bertambahnya umur pada laki-laki, kejadian retensi urin
juga akan semakin meningkat. 

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada retensi urin akut di tandai dengan nyeri, sensasi kandung kemih yang
penuh dan distensi kandung keimih yan ringan. Pada retensi kronik ditandai dengan
gejala iritasi kandung kemih ( frkuensi,disuria,volume sedikit) atau tanpa nyeri retensi
yang nyata.
 AdaPun tanda dan gejala dari pnyakit retensi urin ini adalah :
1. Di awali dengan urin mengalir lambat
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien.
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang trasa nyeri dan kadang ingin BAK
5.  Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc
 Tanda klinis retensi:
1. Ketidak nyamanan daerah pubis
2. Distensi vesika urinia.
3. Ketidak sanggupan untuk berkemih.
4. Ketidak seimbangan jumlah urin yang di keluarkan dengan  asupannya.

5
Retensi urine dapat menimbulkan infeksi yang bisa terjadi akibat distensi
kandung kemih yang berlebihan gangguan suplai darahpada dinding kandu kemih dan
proliferasi bakteri. Gangguan fungsi renal juga dapat terjadi, khususnya bila terdapat
obstruksi saluran kemih.
F. PATOFISIOLOGI
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu :
1. obstruksi,
2. infeksi
3. farmakologi
4. neurolog
5. faktor trauma.

Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau
faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang
mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli, striktur uretra,
phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal
dari sistem organ lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan
leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari semua penyebab, yang
terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi
yang menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen
saluran uretra. Reaksi radang paling sering terjadi adalah prostatitis akut, yaitu
peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar
tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis,
dan lain-lain. 3 Medikasi yang menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik
antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara menurunkan kontraksi otot
detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat menyebabkan
retensi urine dengan meningkatkan tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher
bulibuli. Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam
pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Banyak
obat lain yang dapat menyebabkan retensi urine.
Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf
perifer, otak, atau sumsum tulang belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan
otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah.
Trauma langsung yang paling sering adalah straddle injury, yaitu cedera dengan kaki
mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari
pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra

6
G. KOMPLIKASI
a) Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal,
sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
b) Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas.
Sebagian besar kasus pielonefritis adalah komplikasi dari infeksi kandung
kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra,
kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-kadang,
penyebaran bakteri berlanjut dari kandung kemih dan uretra sampai ke ureter
dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut
pielonefritis.
c) Hydronefrosis
d) Pendarahan
e) Ekstravasasi urine

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio urine adalah
sebagai berikut :
-  Pemeriksaan specimen urine.
- Pengambilan: steril, random, midstream.
- Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
- Sistoskopy, IVP

Table urinalitis
no Pemeriksaa Normal Abnormal
n
Warna Kekuning- Merah: menunjukanhematuri( kemungikanobstruksiurunkalkulus,
kuningan renalis tumor, kegagalanginjal )

Kejernihan Jernih Keruh : terdapatkotoran , sendimenbakteri ( infeksiurinaria)


Bobotjenis 1.003- Biasanyamenunjukan intake
100351 cairansemakinsedikitiritancairansemakintinggibobtjenis
Bilabobotjenihtetaprendah (1.010-1.014) di
dugaterdapatpenyakitginjal.

7
Protein 0-8 mg/dl Proteinuria dapatterjadiksrena diet tinggi protein
dankarenabanyakgerakan ( terutama yang lama )
Gula 0 Terlihatpadapenyakit renal

Eritrosit 0-4 cederajaringanginjal

Leu 0-5 Infeksisalurankemih


kosit
Cast/silinder 0 Infeksisaluranginjal, penyakit renal

PH 4.6-6.8 Alkali
( rata-rata biladibiarkanataupadainfeksisaluranKemih .tingkatasammeningka
6.0 ) tpadaasidosistubulusrenalis
Keton 0 Ketonuriaterjadikarenakelaparandanketoasidosis diabetic
 
I. PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis retensi urin sudah ditegakkan secara benar, penatalaksanaan
ditetapkan berdasarkan masalah yang berkaitan dengan penyebab retensi urinnya.
Pilihannya adalah :
 Kateterisasi
 Sistostomi suprapubik
 Trokar
 Terbuka
 Pungsi suprapubik
a) Kateterisasi
Syarat-syarat
- dilakukan dengan prinsip aseptik
- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Fole
- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.
- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.
- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya
tidak diperlukan antibiotika sama sekali). Kateter tetap dipertahankan sesingkat
mungkin, hanya sepanjang masih dibutuhkan.

Teknik kateterisasi
- Kateter Foley steril, untuk orang dewasa ukuran 16-18 F.
- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia
(tidak Mengandung alkohol)
- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4%
yang  dimasukkan dengan semperit 20cc serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly
tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin. (Pada batu atau striktura uretra, akan
dirasakan  hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)

8
- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita
wanita biasanya tidak ada masalah. Pada penderita pria, kateter dimasukkan
dengan halus sampai urin mengalir (selalu dicatat jumlah dan warna / aspek
urin),  kemudian balon dikembangkan sebesar 5-10 ml. .
- Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan kantong penampung
steril dan dipertahankan sebagai sistem tertutup.
- Kateter di fiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau didaerah inguinal
dan diusahakan agar penis mengarah kelateral, hal ini untuk mencegah terjadinya
nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral uretra di daerah penoskrotal
Perawatan Kateter tetap Penderita dengan kateter tetap harus
- Minum banyak untuk menjamin diuresis
- Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan
Membersihkan ujung uretra dari sekrit dan darah yang mengering agar pengaliran
sekrit dan lumen uretra terjamin.
- Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli
agar urin tidak mengalir kembali kedalamnya
- Mengganti kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan
untuk mencegah pembentukan batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8
minggu sekali)

b) Sistostomin Trokar
Indikasi
1) Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted
2) Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.

Syarat-syarat:
- Retensi urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak antara
simfisis –umbilikus
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)dorongan
kelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.
c) Sistostomi Terbuka
Indikasi
- lihat sistostomi trokar
- bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-
buli, evaluasigumpalan darah, memasang "drain" di rongga Retzii, dan
sebagainya.
- Perawatan kateter sistostomi jauh lebih sederhana daripada kateter tetap melalui
uretra. Demikianpula penggantian kateter sistostomi setiap dua minggu, lebih
mudah dan tidak menimbulkan nyeriyang berarti. Kadang-kadang saja urin
merembes di sekitar kateter.
d) Pungsi Buli-Buli
Merupakan tindakan darurat sementara bila keteterisasi tidak berhasil dan
fasilitas / sarana untuksistostomi baik trokar maupun terbuka tidak tersedia.
Digunakan jarum pungsi dan penderitasegera dirujuk ke pusat pelayanan dimana

9
dapat dilakukan sistostomi. Penderita dan keluarga harus diberi informasi yang jelas
tentang prosedur ini karena tanpatindakan susulan sistostomi, buli-buli akan terisi
penuh kembali dan sebagian urin merembesmelalui lubang bekas pungsi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
3. Keluhan utama
4. Biasnaya klien merasakan rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri
ketika berkemihatau nyeri saat kencing.
5. Riwayat penyakit sekarang
6. Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah
mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan
dirasakan.
7. Riwayat penyakit dulu
8. Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
9. Riwayat kesehatan keluarga
10. Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan
klien

B. PENGUMPULAN DATA
1. Aktivitas/istirahat
 Gejala              : Tidak bisa tidur/istirahat dengan tenang jika rasa nyeri timbul
 Tanda              : Gelisah
2. Eliminasi
 Gejala              : Penrunan dorongan aliran urine, keragu-raguan pada awal
berkemih, kandung kemih terasa pnuh, tidak dapat erkemih kecuali dngan
cara mengejan, urin keluar sedikt-sedikit.
 Tanda              : disensi vesika urinaria, pengeuaran urin < 1500 ml/hari,
pengeluaran urin sedikit , nampak pemasangan kateter.
3. Makanan/ cairan
 Gejala              : klien mengeluh tidak nafsu makan , klien mengluh mual
muntah
 Tanda              : penurunan BB < porsi makan tidak dihabiskan

4. Sesksualitas    
 Gejala              : penurunan kemampuan dalam melakukan hubungan seksual.
5. Nyeri/kenyamanan
 Gejala              : klin mengeluh nyeri saatberkemih
 Tanda              : ekspresi wajah nampak mringas dan tampak memegang area
yang sakit

10
6. Integritas ego
 Gejala              : klien megeluh mengenai penyakitnya
 Tanda              : klin tampak gelisah

H. PENGELOMPOKAN DATA
Data subjektif :
 Klien mengeluh tidak bisa tidur dan istirahat
 Klien mengeluh berkemih dengan cara mengejan
 Klien mengeluhkan keragu-raguan pada saat berkemih
  Klien mengeluhkan kandung kemih nya terasa pnuh
 Klien menglh urinnya keluar sedikit-sedikit
 Klien mengeluhkan tidak nafsu makan
 Klien mengeluh mual dn muntah
 Klien mengluhkan penurunan kemampuandalam mlakukan hubungan seksual
 Klien menglh nyeri pada saa berkemih
 Klien mengeluh khawatir dengan penyakitnnya

Data Objektif
 Gelisah
  Distensi vesika urinaria
 Pengeluaran urin < 1500 ml/hari
 Penurunan BB , orsi makan tamak tidak di habiskan
 Ekspresi wajah meringis saat neri timbul
  Nyeri tekan daerah suprapubik
 Distensi abdomen
 Tampak engeluran urin sedikit
 Tamak memegaang area yang sakit

11
D. ANALISA DATA

NO Masalah Etiologi Diagnosa


medis
1 Data subjekif : 1. Faktor penyebab Nyeri
- Klien mengeluh nyeri pada 2. Retensi urin
saat berkemih 3. Distensi vesika urinaria
- Klienmengeluh tidak bisa tidur dan 4. Menekan saraf disekitar
istirahat 5. Merangsang pengeluaran
- Klien mengeluh berkemih dengan bradikinin,serotinin,
cara mengejan postaglandin
6. Impuls nyeri di
Data objektif : sampaikan ke thalamus
- Nyeri tekan daerah suprapubik 7. Nyeri di persepsikan
- Gelisah
- Distensi vesika urinaria
- Ekspresi wajah meringis saat nyeri
timbul

2. Data subjektif 1. Kerusakan pusat miksi di Gangguan pola


- Klien mengeluhkan mengendan pada medula spinalis eliminasi
saat berkemih 2. Kerusakan simpatis dan retensi urin
- Klien mengeluh kandung kemih trasa parasimpatis sebagian
penuh atau seluruhnya
- Klien mengeluhkan tidak dapat 3. Tidak terjadi koneksi
berkemih dengan otot detrusor
- Klien mengeluh urinnya keluar 4. Menurunnya relaksasi
sedikit-sedikit. otot spinkter
Data objektif : 5. Obstruksi uretra
- Pengeluaran urin sedikit 6. Urin sisa meningkat
- Distensi visuka urinaria 7. Dilatasi bladder/distensi
- Pengeluaran urin < 1500 ml / hari abdomen
8. Retensi urin

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d agen cidera biologis
2. gangguan eliminasi urine b/d retensi urine

12
F. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnsa Tujuan dan kriteria Intervensi(NIC)


O keperawatan hasil ( NOC )
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Intervensi:
. agen cidera tindakan keperawatan - lakukan pengkajian nyeri secara
biologis selama komprehensif termasuk
Definisi: ......  x24  jam pasien lokasi,karakteristik, durasi,
Sensori yang tidakdapat mengontrol nyeri frekuensi,
menyenangkan     Dengan indikator: - kualitas dan faktor presipitasi
dan - Mengenali faktor observasi reaksi nonverbal dari
pengalaman penyebab ketidaknyamanan
emosional yang Mengenali onset - gunakan teknik komunikasi
munculsecara (lamanya sakit) terapeutik untuk mengetahui
aktual - Menggunakan pengalaman nyeri pasien
atau potensial, metode pencegahan - kaji kultur yang mempengaruhi
kerusakan - Menggunakan respon nyeri
jaringan atau metode nonanalgetik - evaluasi pengalaman nyeri masa
menggambarkan untuk mengurangi lampau
adanya nyeri - evaluasi bersama pasien dan tim
kerusakan.. - Menggunakan  kesehatan lain tentang
Analgetik sesuai ketidakefektifan kontrol nyeri masa
kebutuhan lampau
- Mencari bantuan - bantu  pasien dan keluarga untuk
tenaga kesehatan mencari dan menemukan dukungan
- Melaporkan - kontrol lingkungan  yang  dapat
Gejala Pada tenaga mempengaruhi nyeri seperti suhu
kesehatan ruangan,  pencahayaan dan
- Menggunakan  kebisingan kurangi faktor presipitasi
sumber-sumber yang - pilih  dan  lakukan  penanganan
tersedia nyeri
- Mengenali gejala- - (farmakologi,   non   farmakologi
gejala nyeri dan   interpersonal)
- Mencatat - Kaji tipe dan sumber
Pengalaman nyeri - intervensi ajarkan tentang teknik non
sebelumnya farmakologi
- Melaporkan nyeri -  evaluasi keefektifan kontrol
sudah terkontrol nyeri tingkatkan istirahat
2 Gangguan NOC : - Kaji secara verbal dan nonverbal
eliminasi urine b/d ·         Symptom respon klien terhadap tubuhnya
retensi urine severity - Kaji ulang frekuensi mengkritik
·         Urinary dirinya

13
elimination - Bimbing pasien untuk mencari
penyebab perubahan tubuhnya
Kriteria hasil : - Dorong klien mengungkapkan
·         Pengosongan perasaannya(identifikasi kebiasaan
bladder positif dari kehidupan klien untuk
·         Secarasempurna meningkatkan harga diri klien)
·         Warnaurindbn - Identifikasi arti pengurangan melalui
·         Bauurindbn pemakaian alat bantu (dengan
·         Urinterbebasdari menggunakan kateter akan
partikel mengurangi dampak mengompol,
·         Balance tubuh bau pesing)
cairanselama 24 - Jelaskan tentang pengobatan,
jam perawatan, kemajuan dan prognosis
·         Urindapatkeluart penyakit
anpakesakitan (tawarkanbantuandariprofesional lain
sprtpsikolog, ahlikonselingseksual)
- Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil yang
memiliki kasus serupa

G. EVALUASI  KEPERAWATAN
Hasil yang diharapkan setelah pasien Retensi urine mendapatkan intervensi dan
implementasi keperawatan adalah :
- gangguan pemenuhan eliminasi urine teratasi ditandai dengan adanya urine pasien
keluar secara normal (tidak keluar saat batuk, tertawa, mengedan, mengangkat benda
berat,dll), jumlah urine yang keluar normal (400 – 500 ml), dan pasien tidak
mengompol lagi.
-  Kerusakan integritas kulit teratasi ditandai dengan adanya kulit pasien masih utuh,
tidak lesi, kemerahan tidak ada, rasa gatal berkurang, dan daerah genitalia pasien
tidak lagi lembab.
- Gangguan citra tubuh teratasi ditandai dengan adanya klien mulai percaya diri, dan
harga diri klien meningkat, tidak ada lagi perasaan malu atau minder dalam
bersosialisasi dengan orang disekitarnya, bisa menyesuaikan diri dengan status
kesehatannya

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan
bahwa : Retensio urine adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat
keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau tertahanya urine didalam kandung
kemih.
Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
- Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
-   pembesaran porstat
-  kelainan patologi urethra.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio
urine dengan cara :
- Kateterisasi urethra.
- Dilatasi urethra dengan boudy.
- Drainage suprapubik.

B. SARAN
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan
tindakan perawatan dalam asuhan keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan
tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan. Perawat harus
mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang berhubungan dengan
diagnosa penyakit, dan perawat juga harus terus mendukung pasien dan keluarga
dalam menjalani proses penyakitnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://materikeilmuankeperawatan.blogspot.com/2015/09/asuhan-keperawatan-retensi-
urin.html?m=1

16

Anda mungkin juga menyukai