Anda di halaman 1dari 6

BACA HARIAN KOMPAS

JELAJAHI

Keraguan pada Vaksin Covid-19, Bagaimana Masyarakat


Harus Bersikap?
Rabu, 23 Desember 2020 | 16:00 WIB


 


 


 


Komentar 

Lihat Foto
Editor: Gloria Setyvani Putri

KOMPAS.com - Di tengah kelahiran vaksin Covid-19, muncul pro dan kontra di


masyarakat. Ada yang mendukung vaksin, dan ada juga yang meragukan keefektifan
dan keampuhan vaksin Covid-19. Beberapa di antaranya bahkan menolak vaksin.

Menurut Dr. Endang Mariani, M.Psi., pengamat dan praktisi Psikososial dan Budaya,
lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, fenomena ini merupakan suatu
reaksi yang wajar.

Ini mengingat pandemi Covid-19 yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2


masih baru dan vaksin yang akan diberikan tentunya masih baru. Beberapa vaksin
bahkan masih dalam fase penelitian dan uji coba.

Kendati demikian, sebagian besar kalangan medis dan WHO meyakini bahwa vaksin
merupakan satu solusi yang diharapkan mampu menjadi upaya preventif maupun
mitigasi untuk mencegah, memutus, ataupun paling tidak memperlambat proses
transmisi dan penularan suatu penyakit, termasuk Covid-19.

Baca juga: Banyak Orang Ragu Terhadap Vaksin Covid-19, Kenapa Bisa Terjadi?

Endang yang juga menjadi Koordinator Psikologi Bidang Medis Tim Koordinator
Relawan Nasional Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan bahwa berbagai
penelitian di AS, Inggris, dan Indonesia menemukan bahwa lebih dari 50-60 persen
masyarakat bersedia divaksin.

Namun dengan catatan, sudah ada rekomendasi dari health care providers,


keamanan vaksin terjamin, tidak membahayakan kesehatan, efek samping sangat
minimal, dam efektivitas vaksin telah teruji berdasarkan bukti klinis.

Menanggapi keraguan terhadap vaksin Covid-19, Endang yang juga tergabung


dalam associate researcher Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi UI
mengatakan bahwa sebagai awam tentunya kebingungan di tengah berbagai
informasi baik yang berasal dari kelompok anti-vaksin maupun pro-vaksin
merupakan respons yang wajar.

"Apalagi kedua kelompok juga menyertakan berbagai bukti penelitian yang


meyakinkan," kata Endang kepada Kompas.com, Selasa (22/12/2020).
"Belum lagi disebutkan banyaknya jenis vaksin yang siap diedarkan, semakin
menambah kebingungan masyarakat," imbuhnya.

Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul di masyarakat termasuk vaksin mana


yang paling baik efektivitasnya, vaksin jenis apa yang paling cocok dan paling tidak
berbahaya bagi kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang, serta berbagai
pertanyaan lain.

"Saran yang mungkin dapat saya sampaikan (kepada masyarakat) adalah tetap
tenang. Tidak perlu panik. Sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai polemik
seputar vaksin," ucap Endang.

Lihat Foto

Dia menuturkan, kecemasan, ketakutan, kebingungan, kemarahan dan berbagai


emosi negatif yang muncul akibat kesimpangsiuran informasi terkait vaksin, justru
akan melemahkan imunitas tubuh.

"Sambil menunggu keyakinan terhadap vaksin terbentuk, sebaiknya tetap


menjalankan protokol kesehatan," pesan Endang.

Terlepas dari hal ini, Endang berkata, sebenarnya manusia telah dilengkapi dengan
kecerdasan tubuh alami (body intelligence) oleh Sang Pencipta.
Misalnya bagaimana tubuh secara otomatis mendeteksi apabila ada virus yang
masuk dan bagaimana tubuh bereaksi dengan membentuk antibodi alami untuk
memeranginya, adalah hal yang telah terbukti efektivitasnya.

"Mungkin cara mengaktivasinya yang perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh,"


ucapnya.

Bagaimana tubuh manusia bisa memproduksi hormon-hormon baik dalam tubuh


untuk meningkatkan imunitas sudah dibuktikan dengan berbagai penelitian.

Terbukti dalam proses penyembuhan Covid-19, ditemukan banyak kasus sembuh


tanpa diobati, meskipun telah terinfeksi. Tentunya ini berlaku bagi mereka yang
memiliki gejala ringan.

Lihat Foto

"Salah satu tips yang kerap dibagikan adalah dengan memanage stress, sehingga
tetap terkontrol dan tidak berlebihan, menjaga kesehatan tubuh dengan istirahat
cukup, mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, berolahraga teratur dan yang
paling penting adalah berjemur sinar matahari di waktu dan dengan teknik yang
tepat. Selain itu, berdoa tentu menjadi yang utama," ujarnya mengingatkan.
Saran penting lainnya, cari sumber informasi yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.

"Jika membaca berita ataupun informasi di media, jangan hanya membaca


headlinenya saja, tapi tuntaskan dengan memahami konten dan konteksnya. Dengan
demikian, diharapkan dapat terhindar dari kesalahan persepsi dan konsepsi yang
mungkin ditimbulkan," paparnya.

Bagaimana Peran Pemimpin?

Sebagai seorang tokoh yang berdiri di depan, peran pemimpin menjadi penting.
Namun dalam di tengah pandemi ini, bukan hanya dibutuhkan keteladanan untuk
ditiru.
Lebih penting dari itu, kepercayaan (trust) terhadap pemimpin menjadi faktor utama.

"Sebaiknya seorang pemimpin memberikan informasi yang benar, sebenar-benarnya,


secara jujur, sejujur-jujurnya. Tanpa ada yang ditutup-tutupi atau dikamuflase,"
katanya.

"Hilangkan berbagai kepentingan politik, dengan hanya mengedepankan


keselamatan rakyat sebagai prioritas utama, di atas semua kepentingan."

Dia berkata, semua informasi harus disampaikan secara bijaksana dengan


memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dalam memilih apa yang
terbaik bagi diri, keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Baca juga: Tak Yakin Kena Corona? Ini Beda Gejala Covid-19 dengan Flu dan

Alergi

Menurut Endang, bagaimana memberikan informasi kebijakan secara tepat agar


kesadaran masyarakat terbentuk, merupakan faktor yang ikut menentukan.

"Khusus untuk Indonesia, dengan rentang keanekaragaman sosial dan budaya yang
sangat bervariasi, meskipun perlu adanya kebijakan yang bersifat nasional,
penerapannya sebaiknya dilakukan secara kontekstual dengan melibatkan para
pemangku kepentingan. Komunikasi publik dan pendekatan psikososial dan budaya,
tidak dapat diabaikan," tutup Endang.
Staf Pengajar di Fakultas Psikologi UI)

Anda mungkin juga menyukai