JELAJAHI
Komentar
Lihat Foto
Editor: Gloria Setyvani Putri
Menurut Dr. Endang Mariani, M.Psi., pengamat dan praktisi Psikososial dan Budaya,
lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, fenomena ini merupakan suatu
reaksi yang wajar.
Kendati demikian, sebagian besar kalangan medis dan WHO meyakini bahwa vaksin
merupakan satu solusi yang diharapkan mampu menjadi upaya preventif maupun
mitigasi untuk mencegah, memutus, ataupun paling tidak memperlambat proses
transmisi dan penularan suatu penyakit, termasuk Covid-19.
Baca juga: Banyak Orang Ragu Terhadap Vaksin Covid-19, Kenapa Bisa Terjadi?
Endang yang juga menjadi Koordinator Psikologi Bidang Medis Tim Koordinator
Relawan Nasional Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan bahwa berbagai
penelitian di AS, Inggris, dan Indonesia menemukan bahwa lebih dari 50-60 persen
masyarakat bersedia divaksin.
"Saran yang mungkin dapat saya sampaikan (kepada masyarakat) adalah tetap
tenang. Tidak perlu panik. Sabar dan bijaksana dalam menghadapi berbagai polemik
seputar vaksin," ucap Endang.
Lihat Foto
Terlepas dari hal ini, Endang berkata, sebenarnya manusia telah dilengkapi dengan
kecerdasan tubuh alami (body intelligence) oleh Sang Pencipta.
Misalnya bagaimana tubuh secara otomatis mendeteksi apabila ada virus yang
masuk dan bagaimana tubuh bereaksi dengan membentuk antibodi alami untuk
memeranginya, adalah hal yang telah terbukti efektivitasnya.
Lihat Foto
"Salah satu tips yang kerap dibagikan adalah dengan memanage stress, sehingga
tetap terkontrol dan tidak berlebihan, menjaga kesehatan tubuh dengan istirahat
cukup, mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, berolahraga teratur dan yang
paling penting adalah berjemur sinar matahari di waktu dan dengan teknik yang
tepat. Selain itu, berdoa tentu menjadi yang utama," ujarnya mengingatkan.
Saran penting lainnya, cari sumber informasi yang terpercaya dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sebagai seorang tokoh yang berdiri di depan, peran pemimpin menjadi penting.
Namun dalam di tengah pandemi ini, bukan hanya dibutuhkan keteladanan untuk
ditiru.
Lebih penting dari itu, kepercayaan (trust) terhadap pemimpin menjadi faktor utama.
Baca juga: Tak Yakin Kena Corona? Ini Beda Gejala Covid-19 dengan Flu dan
Alergi
"Khusus untuk Indonesia, dengan rentang keanekaragaman sosial dan budaya yang
sangat bervariasi, meskipun perlu adanya kebijakan yang bersifat nasional,
penerapannya sebaiknya dilakukan secara kontekstual dengan melibatkan para
pemangku kepentingan. Komunikasi publik dan pendekatan psikososial dan budaya,
tidak dapat diabaikan," tutup Endang.
Staf Pengajar di Fakultas Psikologi UI)