Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kepemimpinan dan Manajemen memiliki korelasi, tetapi dalam tataran praktikal dan
operasional, pemimpin dan manajer memiliki diferensiasi (perbedaan), baik dari aspek
proses terwujudnya, otoritas dan pengaruhnya serta kompetensinya dalam merespon
problematika yang ada. Dalam dunia pendidikan, gaya kepemimpinan memiliki implikasi
terhadap maju mundurnya kualitas pendidikan, hal ini merefleksikan kualitas dan
kompetensi yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang menakhodai sebuah institusi
pendidikan. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan yang ideal dapat diwujudkan
dari proses rekrutmen yang baik, kualitas pemimpin yang diberi amanah kepemimpinan
dan keteladanannya yang memberi pengaruh terhadap seluruh elemen pendidikan yang
dipimpinnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang kami uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tersebut antara lain :
a. Apa pengertian dari kepemimpinan ?
b. Mengapa kepemimpinan diperlukan dalam pengorganisasian?
c. Bagaimana peran kepemimpinan dalam menunjang keberhailan?
d. Bagaimana tipe tipe seorang pemimpin dalam mengatur organisasi?
e. Bagaimana menumbuhkan idealisme pada seorang pemimpin?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dapat memahami pengertian kepemimpinan dalam bidang manajemen.
2. Dapat memahami perlunya kepemimpinan dalam ruang lingkup manajemen.
3. Dapat memahami peran kepemimpinan dalam menunjang pencapaian
keberhasilan.
4. Dapat memahami tipe kepemimpinan dalam sebuah organisasi.
5. Dapat memahami menumbuhkan kriteria idealisme pada seorang pemimpin.

BAB II

PEMBAHSAN

A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan Rivai dan Mulyadi (2011:2) menyatakan kepemimpinan
secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan
organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktivitasaktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja
kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok
atau organisasi. Stogdill (1974) dalam Northouse (2013:2) menyatakan bahwa ada
banyak definisi kepemimpinan yang berbeda, hampir sebanyak jumlah orang
mencoba untuk mendefinisikan itu. Bass (1990:11) menyatakan sejumlah definisi
melihat kepemimpinan sebagai fokus proses kelompok. Dari perspektif ini, pemimpin
ada di pusat perubahan dan aktivitas kelompok. Dengan demikian kepemimpinan juga
dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang
ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota kelompok. Jadi dasarnya kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin
mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai aturan
bekerja. Selain kepemimpinan dari seorang pemimpin untuk memberikan arahan
kepada bawahan, hal penting lainnya adalah motivasi yang menjadi pendorong atau
yang menggerakan pegawai, supaya dapat bekerja sama secara produktif dan
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi bukan saja mengharapkan pegawai
mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan
pegawai tidak berarti bagi perusahaan jika mereka tidak bekerja dengan baik.
Kecanggihan peralatan yang didukung pegawai yang terampil dan berkualitas
memberi manfaat yang besar bagi organisasi sesuai tuntutan perkembangan keadaan.
Kepemimpinan seorang pemimpin dan motivasi yang diberikan oleh
pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam
hal ini adalah pegawai. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dari kedua hal
tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting
dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Motivasi adalah
dorongan, upaya dan keinginan yang ada di dalam diri manusia yang mengaktifkan,
memberi daya serta mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
baik dalam lingkup pekerjaannya. Situasi atau kondisi kerja dari pegawai dalam
menjalanan tugas-tugas yang dibebankan kepada setiap pegawai sesuai dengan tugas
dan tanggungjawabnya, terutama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan
pada mereka akan terpengaruh oleh kondisi dalam tempat mereka melakukan
pekerjaan itu.

B. PENTINGNYA KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan berlangsung di dalam sebuah organisasi yang dalam arti statis


merupakan wadah dalam bentuk suatu struktur organisasi. Di dalam struktur itu
terdapat unit-unit kerja sebagai hasil kegiatan pengorganisasian berupa pembidangan
dan pembagian pekerjaan (tugastugas) sejenis atau serumpun ke dalam satu unit kerja.
Hasil kegiatan pengorganisasian berupa unit-unit kerja ditempatkan pada posisi
beringkat sesuai dengan berat ringannya beban kerja dan tanggung jawabnya. Dengan
demikian tersususn unit kerja secara brjenjang atau bersifat vertikal yang setiap
unitnya dipimpin seorang pemimpin. Sedangkan secara keseluruhan dipimpin seorang
pimpinan puncak yang posisinya berada paling atas (Wahab, 2013: 83)..
Proses kepemimpinan mengandung lima unsur mencakup: 1) pemimpin adalah
orang yang mengarahkan pengikut, melahirkan kinerja/aktivitas, 2) pengikut adalah
orang yang bekerja dibawah pengaruh pimpinan, 3) konteks adalah situasi (formal
atau tidak formal, social atau kerja, dinamis atau statis, darurat atau rutin, rumit atau
sederhana sesuai hubungan pemimpin dan pengikut, (4) proses adalah tindakan
kepemimpinan, perpaduan memimpin, mengikuti, bimbingan menuju pencapaian
tujuan, pertukaran, membangun hubungan dan (5) hasil adalah yang muncul dari
hubungan pemimpin, pengikut dan situasi (rasa hormat, kepuasan dan kualitas produk
(Syafaruddin dan Asrul, 2013: 57).
Menurut Wahab (2008: 83), unsur-unsur utama sebagai esensi kepemimpinan adalah
sebagai berikut:
a. Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi;
b. Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi;
c. Unsur interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses mempengaruhi;
d. Unsur tujuan yang hendak dicapai dalam proses mempengaruhi;
e. Unsur perilaku/kegiatan yang dilakukan sebagai hasil mempengaruhi.
Pada dasarnya kemampuan untuk mempengaruhi orang atau suatu kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut ada unsur kekuasaan. Kekuasaan tak lain adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan oleh
pihak lainnya. Praktik kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku
dan perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok dalam arahan
tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk pada proses untuk membantu
mengarahkan dan memobilisasi orang atau ide-idenya.
Menurut Rivai (2013: 8-9) ada tujuh unsur atau komponen dalam kepemimpinan,
yaitu:
a. Adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin atau pengikutnya;
b. Adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain
melalui berbagai kekuatan;
c. Adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan adanya
kepemimpinan itu;
d. Kepemimpinan bisa timbul dalam suatu organisasi atau tanpa adanya
organisasi tertentu;
e. Pemimpin dapat diangkat secara formal atau dipilih oleh pengikutnya;
f. Kepemimpinan berada dalam situasi tertentu baik situasi pengikut maupun
lingkungan eksternal;
g. Kepemimpinan Islam merupakan kegiatan menuntun, membimbing,
memandu, dan menunjukkan jalan yang diridhai Allah.
Unsur-unsur yang ada dalam kepemimpinan itu antara lain adalah pemimpin,
pengikut dan situasi tempat dimana berlangsungnya proses kepemimpinan. Hal ini
berarti dalam proses kepemimpinan terkandung interaksi tiga faktor penting, yaitu
fungsi pemimpin, pengikut (anggota), dan situasi yang melingkupinya. Menurut
Owens (1995: 116), ada dua hal penting dalam kepemimpinan, yaitu:
a. Kepemimpinan adalah suatu kelompok fungsi, yang terjadi tidak hanya
dalam proses dua orang atau lebih yang berinteraksi;

b. Pemimpin dimaksudkan berusaha untuk mempengaruhi perilaku dari orang-


orang lain. Pemimpin dalam organisasi adalah orang yang diserahi tugas
dan tanggung jawab untuk memimpin organisasi. Pemimpin memiliki
kemampuan merancang strategi dan mengkoordinasikan sumber daya
dengan bersikap kooperatif untuk memperlancar pekerjaan dalam mencapai
tujuan.

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung


dalam proses kepemimpinan organisasi adalah ada unsur pemimpin yang memiliki
fungsi untuk memberikan pengaruh, ada anggota atau kelompok orang yang
menerima pengaruh sehingga melakukan kegiatan dan ada situasi lingkungan yang
mengitari orang untuk melakukan kegiatan.

C. PERAN KEPEMIMPINAN

Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang


diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin.
Dalam aplikasinya, peran kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Servan (pelayan). Memberikan pelayanan pada anak buahnya untuk mencari
kebahagiaan dan membimbing mereka menuju kebaikan;
b. Guardian (penjaga). Menjaga komunitas Islam dari tirani dan tekanan. Seperti
diungkapkan pada Sahih Muslim No. 4542, yaitu: “pemimpin bagi muslim
adalah perisai bagi mereka” (Rivai, 2003: 149).
Menurut Nanus sebagaimana dikutip Syafaruddin dan Asrul (2013: 60), ada
empat peran kepemimpinan efektif, yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru
bicara dan pelatih.
Pertama, penentu arah. Pimpinan harus mengembangkan visi dan membagi
semua orang untuk mewujudkannya.
Kedua, agen perubahan. Untuk memerankan sebagai agen perubahan,
pemimpin harus mampu mengantisipasi perkembangan dunia luar, menilai implikasi
untuk pelaksanaan dan permbedayaan orang menuju perubahan.
Ketiga, juru bicara, pemimpin harus mampu bernegoisasi dengan organisasi
lain, membangun jaringan kerja, memberikan gagasan sumber daya atau informasi
bagi organisasi.
Keempat, pelatih, pemimpin harus memberdayakan staf dan pegawai agar
bersemangat mengejar visi. Sebagai pelatih pemimpin juga menjadi teladan dalam
usaha mewujudkan visi menjadi kenyataan.
Covey membagi peran kepemimpinan menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Pathfinding (pencarian alur); peran untuk menentukan visi dan misi yang pasti;
b. Aligning (penyelaras); peran untuk memastikan bahwa struktur, system, dan proses
operasional organisasi memberikan dukungan pada pencapaian visi dan misi;
c. Empowering (pemberdaya); peran untuk menggerakkan semangat dalam diri
orang-orang dalam mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten untuk
mampu mengerjakan apa pun dan konsistem dengan prinsip-prinsip yang
disepakati (Rivai, 2003: 149).
Sejalan dengan pendapat Covey, Frigon, et. Al (1996:3) menjelaskan bahwa,
kepemimpinan terkait visi, menyusun, menyampaikan dan melembagakan visi
sehingga orang lain bekerja mencapai visi. Hal itu dilakukan dengan memberikan
tantangan, semangat, kebolehan, memberdayakan dan menjadi teladan dalam tim
kerja dan bawahannya. Pemimpin yang memiliki kompetensi, kejujuran, pandangan
ke depan, pemberi inspirasi, dan berhasil sangan diharapkan oleh bawahan, anggota
dan ujuan bersama.
Menurut Senge sebagaimana dikutip Syafaruddin dan Asrul (2013: 61), proses
membagi visi memiliki tiga tujuan yang behubungan, yaitu pertama, proses ditujukan
untuk merekam atas masalah dengan penuh kepedulian, Kedua, proses membagi visi
harus digerakkan. Orang harus mampu berbicara mendalam sesuai harapannya dan
keinginannya mengenal anak-anak mereka dan warganya. Di sini ditumbuhkan saling
percaya untuk menyampaikan aspirasi setiap orang. Ketiga, mewujudkan dalam
tindakan. Orang-orang harus memiliki kepuasaan dari rasa senang terhadap sekolah
secara bersama, dengan pendukung lainnya.

Peran kepemimpinan dapat pula dibagi menjadi:


a. Pemimpin masa depan harus fleksibel dan mempunyai pengalaman yang luas;
b. Menganggap tanggung jawab “seremonial” atau “spiritual” sebagai kepala
organisasi menjadi suatu fungsi yang diperlukan, bukan suatu hal yang remeh
yang harus dialami atau didelegasikan kepada orang lain;
c. Pembuatan tidak lagi dibuat secara efektif terpusat di puncak organisasi (Rivai,
2003: 150).
Agar kepemimpinan tersebut berperan perlu diperhatikan beberapa sebagai berikut:
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan seseorang bukan
pengangkatan atau penunjukkannya selaku “kepala”, akan tetapi penerimaan
orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan;
b. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang;
c. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk membaca situasi;
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui proses
pertumbuhan dan perkembangan;
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota
mau menyesuaikan cara berpikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.

D. TIPE PEMIMIPIN

1. Tipe pemimpin demokratis


Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a. Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi b. Mengidentikkan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi.
b. Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
c. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia
menganggap dialah yang paling benar.
d. Selalu bergantung pada kekuasaan formal
e. Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan
(Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak
dapat dipakai dalam organisasi modern.
2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin
tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer.
Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b. Dalam menggerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebihan
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
e. Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan. Dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti
ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal
atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan
dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang
dilakukan sifat terlalu sentimentil.
a. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai
berikut: Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi bawahan
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan
inisyatif daya kreasi.
e. Sering menganggap dirinya maha tau. Harus diakui bahwa dalam keadaan
tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi
sifar-sifar negatifnya pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen
kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.
4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebabsebab
mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin
seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai
pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan
mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor
penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya
dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib
(supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil
pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin
karismatis.
5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap
adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe
kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan dengan
kepentingan individu. Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah
sebagai berikut: 1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari
pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia. 2. Selalu berusaha
menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi. 3.
Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya. 4. Mentolerir
bawahan yang membuat kesalahan dan berikan pendidikan kepada bawahan agar
jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan
prakarsa dari bawahan. 5. Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya. 7.
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin. 8. Dan
sebagainya. Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis,
jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

E. KRITERIA IDEALIS PEMIMPIN

Kualitas kepemimpinan yang memungkinkan seorang manajer/pemimpin memainkan


perannya dalam menopang kondisi yang ada meliputi hal-hal berikut:
1. Watak dan kepribadian yang terpuji
Agar para bawahan maupun orang yang berada diluar organisasi
mempercayainya,seorang pemimpin harus memiliki watak dan kepribadian yang
terpuji.Manajer adalah cermin bawahan.dan ia adalah sumber
identifikasi,motivasi,dan moral para bawahan.
2. Prakarsa yang tinggi
seorang pemimpin hendaknya seorang self starter,memiliki inisiatif sendiri. Ia
mengajukan gagasan dan bersedia menanggung resiko kegagalan bersamaan dengan
adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat melayani bawahan
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan,mendengarkan pendapat
mereka,berkeinginian membantu,serta menimbulkan dan mengembangkan
keterampilan agar karir mereka meningkat.
4. Sadar dan paham kondisi lingkungan
Seorang manajer tidak hanya menyadari mengenai apa yang sedang terjadi
disekitarnya,tetapi juga harus memiliki,pengertian yang memadai sehingga dapat
mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan tersebut untuk kepentingan organisasi
dan para bawahannya.
5. Intelegensi yang tinggi
Seorang manajer harus memiliki kemapuan berfikir pada taraf yang tinggi.ia dituntut
untuk mmapu menganalisis permasalahan dengan efektif,bealajar dengan cepat,dan
memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali suatu ilmu pengetahuan.
6. Berorientasi ke masa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi,kemampuan prediksi,dan visi sehingga
dapat mengetahui sejak awal mengenai kemungkinan kemungkinan apa yang dapat
mempengaruhi organisasi yang dikelola dan para baawahan yang terorganisir
7. Sikap terbuka dan lugas
Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus sanggup mempertimbangkan
fakta dan inovasi yang baru.
8. Widiasuara yang efektif
Seorang manajer adalah pennyampai berita kepada orang lain.vertikal kebawaha
untuk memberikan instruksi dan perintah kepada bawahan dan horisontal kepada
pihak pihak yang memiliki transaksi dengan organisasi.Keterampilan memainkan
peran dalam hal ini sangat membantu efektivitasl organisasi yang dipimpinnya.
DAFTAR PUSTAKA

Stoner, James [and] A.F. Freeman, 1996. Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.

http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-friska.pdf

Siswanto,H.B,2016.Pengantar Manajemen.Jakarta:PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai